ebook img

HIU PAUS PDF

18 Pages·2016·0.89 MB·English
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview HIU PAUS

KAJIAN KEMUNCULAN (AGREGASI) HIU PAUS (Rhincodon typus) BERDASARKAN FAKTOR LINGKUNGAN (SPL, KLOROFIL–a, DAN ARUS PERMUKAAN) DI PERAIRAN KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR ARTIKEL SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN DAN KELAUTAN Oleh : AMBROSIA PUTERI SAKUNTALA NIM. 125080600111059 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 KAJIAN KEMUNCULAN (AGREGASI) HIU PAUS (Rhincodon typus) BERDASARKAN FAKTOR LINGKUNGAN (SPL, KLOROFIL–a, DAN ARUS PERMUKAAN) DI PERAIRAN KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR ARTIKEL SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Oleh: AMBROSIA PUTERI SAKUNTALA NIM. 125080600111059 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 1 KAJIAN KEMUNCULAN (AGREGASI) HIU PAUS (Rhincodon typus) BERDASARKAN FAKTOR LINGKUNGAN (SPL, KLOROFIL–a, DAN ARUS PERMUKAAN) DI PERAIRAN KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR Ambrosia Puteri Sakuntala(1), Oktiyas Muzaky Luthfi(2), dan Andik Isdianto(2) ABSTRAK Hiu paus (Rhincodon typus Smith, 1828) merupakan spesies ikan epipelagis terbesar di dunia dengan pola tutul putih di hampir seluruh tubuhnya. Hiu ini melakukan kemunculan yang diyakini bertepatan dengan waktu subur perairan di beberapa lokasi di dunia, salah satunya di Kabupaten Probolinggo. Penelitian ini terkait lokasi kemunculan dan perilaku hiu paus berdasarkan data faktor lingkungan (SPL, Klorofil–a dan Arus Permukaan) di perairan Kabupaten Probolinggo. Kemunculan hiu paus terjadi pada Minggu 1, Minggu 5 hingga Minggu 9, mulai dari perairan Kecamatan Dringu hingga Paiton dan sebagian besar melakukan surface feeding. Kondisi perairan Kabupaten Probolinggo pada Minggu Kemunculan Hiu Paus berada pada 29,2–32,8°C (SPL) dan 0,4–2,4 mg/l (Klorofil–a) dengan kecepatan sekitar 0–0,17 m/s menuju arah Timur (Arus Permukaan). Kemunculan ini disesuaikan dengan kondisi SPL sebagai pemicu migrasi (perilaku termoregulasi), Klorofil–a sebagai proxy dari organisme planktonik (pakan hiu paus) dan Arus Permukaan sebagai pendorong persebaran SPL dan Klorofil–a. Berdasarkan kondisi tersebut, pada bulan Desember 2015, diperkirakan hiu paus berada di perairan pesisir sekitar Kabupaten Pasuruan hingga Kabupaten Probolinggo dan pada bulan April–Mei 2016, berada pada perairan pesisir sekitar Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Situbondo. Penentuan lokasi “duga” ini disesuaikan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan dan diperkuat dengan beberapa literatur terkait lainnya. Kata Kunci: Kemunculan hiu paus, parameter oseanografi, lokasi duga (1)Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (2)Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya OCCURRENCE (AGGREGATION) STUDY OF WHALE SHARK (Rhincodon typus) BASED ON ENVIRONMENTAL FACTORS (SST, CHLOROPHYLL–a, AND SURFACE CURRENTS) IN SEAWATERS OF PROBOLINGGO DISTRICT, EAST JAVA Ambrosia Puteri Sakuntala(1), Oktiyas Muzaky Luthfi(2), dan Andik Isdianto(2) ABSTRACT Whale shark (Rhincodon typus Smith, 1828) is the largest epipelagic fish species in the world with white spots pattern almost on its entire body. This shark do aggregate which is believed to coincide with productivity events in several sites around the world, include in Probolinggo District. This study is described whale shark aggregation site and its behaviour based on environmental factors (SST, chlorophyll–a and surface currents) data in seawaters. Whale shark occured on Week 1, Week 5 until Week 9, from Dringu to Paiton and mostly of it did surface feeding. Oceanographic parameters in Probolinggo during Whale Shark Occurrence Weeks showed in range of 29.2–32.8°C (SST), 0.4–2.4 mg/l (chlorophyll–a) and 0–0.17 m/s for currents direct to Eastward. SST was suggested as a trigger to whale shark migration (thermoregulation behaviour) and chlorophyll–a was suggested as a proxy of planktonic organism which was a main prey for whale shark. Both of their distribution was influenced by currents. So, the whale shark could be predicted as well. For example, on December 2015 the whale shark would be around in the coastal waters of Pasuruan and Probolinggo, then on April–May 2016, it is estimated to be around in the coastal waters of Probolinggo and Situbondo. Keywords: Whale shark occurrence, oceanographic parameters, predicted sites (1)Student Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Brawijaya (2)Lecturer Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Brawijaya 2 I. Pendahuluan pemberitaan media cetak dan media elektronik 1.1 Latar Belakang (KKP, 2014b). Hiu paus diketahui akan menjadi Hiu paus (whale shark/Rhincodon typus Smith, ”pelanggan” tahunan untuk menyantap 1828) merupakan spesies ikan epipelagis plankton di perairan Probolinggo (Kristanti, terbesar di dunia dengan panjang sekitar 4-12 m 2010). Penelitian ini perlu dilakukan mengingat dan pola tutul putih pada hampir seluruh belum adanya pendataan kemunculan hiu paus tubuhnya sebagai pola identifikasi (Cruz et al., di perairan ini. 2013). Hiu ini dapat ditemukan di lingkungan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laut dan pesisir (Gunn et al., 1999), baik di dan mengetahui kemunculan hiu paus serta perairan tropis maupuan subtropis (Fox et al., kondisi dan persebaran faktor lingkungan terkait 2013). Pola distribusi hiu ini termasuk kemunculan hiu paus di perairain Kabupaten kosmopolitan (Compagno, 1984), antara lain di Probolinggo. Selain itu, penelitian ini juga India, Maladewa, Taiwan, Honduras, Afrika bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara Selatan, Kenya, Kepulauan Galapagos, Chile, kemunculan hiu paus dengan faktor lingkungan Thailand, Malaysia, Mauritius, Filipina, tersebut pada lokasi yang sama. . Seychelles, Belize, Meksiko (Norman, 2002), II. Metode Penelitian Australia, Pulau Comores, Madagaskar, 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Mozambik, Pakistan, Sri Lanka (Colman, 1997), Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 Maladewa (Sadili et al., 2015), termasuk di Januari–23 Maret 2016 di Perairan Kabupaten Indonesia (Norman, 2002). Probolinggo, Jawa Timur. Hiu paus terdaftar sebagai organisme rentan 2.2 Pengambilan Data dalam Red List IUCN (Redlist.org, 2003) dan 2.2.1 Lokasi Kemunculan dan Perilaku Hiu Appendix II CITES (Fahmi dan Dharmadi, Paus 2013) dan CMS (Convention for Migratory Species) Pengambilan data lokasi kemunculan dan (Australian Government, 2004). Indonesia juga perilaku hiu paus berdasarkan Sadili et al. (2015). telah menetapkan hiu ini sebagai jenis ikan yang Kemunculan hiu paus diperoleh melalui dilindungi melalui Keputusan Menteri Kelautan pemantauan menggunakan teropong binokuler dan Perikanan Nomor 18/MENKP/2013 dan dari informasi nelayan sekitar. Pengambilan (Fahmi dan Dharmadi, 2013). data lokasi kemunculan dilakukan dengan Hiu paus diduga melakukan kemunculan metode marking menggunakan GPS, saat hiu (agregrasi) yang berkaitan dengan produktivitas paus terlihat jelas di permukaan perairan dan tinggi (Fox et al., 2013) dan diyakini bertepatan berada dekat dengan kapal. dengan waktu subur perairan, yaitu ketika 2.2.2 Faktor Lingkungan terdapat banyak mangsa berupa zooplankton/ 2.2.2.1 SPL dan Klorofil–a larva (Sleeman et al., 2009). Salah satu lokasi Pengambilan data citra berdasarkan Azani et kemunculan hiu paus di Indonesia ialah di al. (2010) (SPL) dan Prihartato (2009) (Klorofil– Kabupaten Probolinggo pada bulan Januari– a) dengan menggunakan data citra satelit Mei (Toha et al., 2015). Kemunculan hiu paus di Aqua/MODIS level 3 resolusi spasial 4 km lokasi ini sudah terjadi sejak tahun 1970-an, dengan format SMI, dari situs resmi Ocean Color namun mulai terekspos tahun 2010 setelah (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/cgi/l3). 3 Setiap parameter menggunakan data mingguan (2016). Data citra di-reprojected menggunakan periode 17 Januari–28 Maret 2016 untuk SeaDAS 7.3.1 agar menjadi format GeoTIFF mengetahui kondisi dan persebarannya di lokasi (*.tiff). Data di-cropping sesuai wilayah kajian kemunculan dan data bulanan periode serta ditentukan data nilai dan koordinat Desember 2015–Mei 2016 untuk prakiraan menggunakan ArcGIS 10 kemudian dikoreksi lokasi “duga” kemunculan hiu paus sebelum/ (Data Error) menggunakan Ms. Excel 2013. setelah dari Kabupaten Probolinggo. Gridding Data dilakukan menggunakan Surfer 10 2.2.2.2. Arus Permukaan untuk visualisasi data kontur dan overlay data Pengambilan data citra arus permukaan kemunculan. Pada Minggu Tanpa Kemunculan berdasarkan Sleeman et al. (2010) menggunakan Hiu Paus hanya dilakukan pengolahan data citra data arus periode tahun 2015 dan 2016 dari (Tabel 1). website OSCAR (http://podaac.jpl.nasa.gov/ 2.3.2.2 Arus Permukaan dataset/OSCAR_L4_OC_third-deg). Data Pengolahan data OSCAR mingguan dan diekstrak menggunakan WinRAR agar diperoleh bulanan berdasarkan Hutabarat (2015) dengan format *.nc. menggunakan ODV 4 untuk cropping wilayah 2.3 Analisis Data kajian. Data dikoreksi dan ditentukan arah dan 2.3.1. Lokasi Kemunculan Hiu Paus kecepatan arus menggunakan Ms. Excel 2013. Pengolahan data dilakukan dengan Data arus mingguan menyesuaikan data citra menggunakan Ms. Excel 2013 untuk membagi satelit Aqua/MODIS Mingguan (Tabel 1). Data koordinat kemunculan secara mingguan (Tabel arus bulanan menyesuaikan jadwal musiman, 1), kemudian data diubah menjadi format yaitu Musim Barat (Desember–Februari) dan shapefile (*.shp) dan dibuat peta menggunakan Musim Peralihan I (Maret–Mei). Data kemudian ArcGIS 10. diolah kembali dengan Surfer 10 untuk 2.3.2 Faktor Lingkungan membentuk kontur kecepatan dan vektor arus 2.3.2.1 SPL dan Klorofil–a serta overlay data kemunculan. Pada Minggu Pengolahan data citra satelit Aqua/MODIS Tanpa Kemunculan Hiu Paus hanya dilakukan mingguan dan bulanan berdasarkan Ningsih pengolahan data OSCAR (Tabel 1). Tabel 1. Penentuan Tanggal Pengambilan Data Lapang dan Data Satelit (Mingguan) Minggu Aqua/MODIS OSCAR Pengambilan Data Kemunculan Hiu Paus 1 17–24 Januari 21 Januari 22 Januari Ada 25 Januari–1 26 Januari 2 – Tidak Februari 31 Januari 3 2–9 Februari 5 Februari – Tidak 10 Februari 4 10–17 Februari – Tidak 15 Februari 21 Februari 20 Februari 5 18–25 Februari 22 Februari Ada 25 Februari 24 Februari 28 Februari 26 Februari– 6 2 Maret 1 Maret Ada 4 Maret 3 Maret 7 Maret 7 Maret 7 5–12 Maret Ada 12 Maret 9 Maret 8 13–20 Maret 17 Maret 17 Maret Ada 22 Maret 9 21–28 Maret 22 Maret Ada 27 Maret 4 III. Hasil dan Pembahasan Dringu (3 kali), 22 Februari di perairan 3.1 Hasil Kecamatan Pajarakan (11 kali) dan 24 Februari 3.1.1 Lokasi Kemunculan Hiu Paus 2016 di perairan Kecamatan Kraksaan (17 kali) Kemunculan Hiu Paus di perairan (Grafik 1; Gambar 1). Kemunculan Minggu 6 Kabupaten Probolinggo terjadi pada tanggal 22 terjadi di perairan Kecamatan Kraksaan pada Januari–22 Maret 2016 (Gambar 1) yang terbagi tanggal 28 Februari (9 kali), 1 Maret (2 kali) dan dalam Minggu 1, Minggu 5 hingga Minggu 9 3 Maret (21 kali) 2016 (Grafik 1; Gambar 1). (Minggu Kemunculan Hiu Paus; Tabel 1). Pada tanggal 28 Februari 2016, ditemukan 1 Kemunculan Minggu 1 terjadi pada tanggal 22 kemunculan di sekitar perairan Kecamatan Januari 2016 di perairan Kecamatan Dringu (4 Gending dan perairan Kecamatan Pajarakan kali; Grafik 1). Kemunculan Minggu 5 terjadi (Gambar 1). Kemunculan Minggu 7 terjadi pada pada tanggal 21 Februari di perairan Kecamatan 22 22-Jan 20 21-Feb 18 na16 22-Feb lu cu14 24-Feb m e12 28-Feb K is10 01-Mar n e 8 uk 03-Mar e 6 r F 07-Mar 4 2 09-Mar 0 17-Mar Tanggal Kemunculan 22-Mar Grafik 1. Frekuensi Kemunculan Hiu Paus (Januari–Maret 2016) Gambar 1. Peta Lokasi Kemunculan Hiu Paus di Kabupaten Probolinggo 5 tanggal 7 Maret 2016 di sekitar perairan 3.1.3 Faktor Lingkungan Kecamatan Gending dan Pajarakan (2 kali) serta 3.1.3.1 SPL di perairan Kecamatan Paiton (5 kali) dan 9 Data kemunculan hiu paus di-overlay dengan Maret 2016 di Kecamatan Paiton (11 kali) serta kondisi dan persebaran SPL mingguan sesuai di perairan Kecamatan Kraksaan (1 kali) (Grafik minggu kemunculan (Tabel 1). Kondisi SPL 1; Gambar 1). Kemunculan Minggu 8 terjadi perairan lokasi kemunculan hiu paus Kabupaten kembali di perairan Kecamatan Dringu pada Probolinggo pada Minggu Kemunculan Hiu tanggal 17 Maret 2016 (5 kali) dan pada Minggu Paus (Minggu 1, Minggu 5–9; Tabel 1) berkisar 9, di perairan Kecamatan Paiton pada tanggal 22 29,2–32,8°C (Gambar 3). Kondisi SPL lokasi Maret 2016 (5 kali) (Grafik 1; Gambar 1). tersebut pada Minggu Kemunculan berkisar Pada Minggu Tanpa Kemunculan Hiu Paus 31,8–32,2°C (Minggu 1), 31–31,6°C (Minggu 5), (Minggu 2–4; Tabel 1) tidak dilakukan 29,2–30°C (Minggu 6), 31,2–31,8°C (Minggu 7), pengambilan data karena tidak adanya informasi 31–31,6°C (Minggu 8), dan 32–32,8°C (Minggu mengenai kemunculan hiu paus di sekitar 9) (Gambar 3). perairan Kabupaten Probolinggo. Pada Minggu Tanpa Kemunculan Hiu Paus 3.1. 2 Struktur Populasi dan Perilaku Hiu (Minggu 2–4), kondisi SPL perairan pesisir Paus (lokasi umum kemunculan hiu paus) berkisar Tabel 2. Struktur Populasi Hiu Paus di perairan 28,4–31,4°C. Kondisi SPL lokasi tersebut pada Kabupaten Probolinggo Minggu Tanpa Kemunculan berkisar 28,4– Jumlah Rata-rata Kemunculan (Sex) Ukuran (meter) 29,2°C (Minggu 2), 29,4–30,2°C (Minggu 3) dan 22 Januari – 22 (M) 3–7 30,4–31,4°C (Minggu 4) (Gambar 4). 22 Maret 4 (F) 3.1.3.2 Klorofil–a Total 26 Sumber: Himawan (2016), pers.comm. Data kemunculan hiu paus di-overlay dengan Selama kemunculan hiu paus di perairan kondisi dan persebaran Klorofil–a mingguan Kabupaten Probolinggo (22 Januari–22 Maret sesuai minggu kemunculan (Tabel 1). Kondisi 2016), diperoleh 26 individu hiu paus dengan 4 Klorofil–a perairan lokasi kemunculan hiu paus ekor betina dan 22 ekor jantan. Dari 26 individu Kabupaten Probolinggo pada Minggu tersebut, diketahui estimasi panjang berkisar Kemunculan Hiu Paus (Minggu 1, Minggu 5–9; antara 3–7 meter (Tabel 2). Sebagaian besar hiu Tabel 1) berkisar 0,4–2,4 mg/l (Gambar 3). paus yang dijumpai melakukan surface feeding Kondisi Klorofil–a lokasi tersebut pada Minggu (Gambar 2). Kemunculan berkisar 0,4–1 mg/l (Minggu 1), 0,4–1,2 mg/l (Minggu 5), 1,2–1,8 mg/l (Minggu 6), 0,8–2,4 mg/l (Minggu 7), 1–1,5 mg/l (Minggu 8) dan 0,4–0,8 mg/l (Minggu 9) (Gambar 3). Pada Minggu Tanpa Kemunculan Hiu Paus (Minggu 2–4), kondisi Klorofil–a perairan pesisir (lokasi umum kemunculan hiu paus) Gambar 2. Hiu Paus melakukan surface feeding berkisar 0,3–2,4 mg/l. Kondisi SPL lokasi tersebut pada Minggu Tanpa Kemunculan Gambar 3. Kondisi dan Persebaran Faktor Lingkungan (Minggu Kemunculan Hiu Paus). SPL (atas), Klorofil –a (tengah), Arus Permukaan (bawah) 6 7 Gambar 4. Kondisi dan Persebaran Faktor Lingkungan (Minggu Tanpa Kemunculan Hiu Paus). SPL (atas), Klorofil –a (tengah), Arus Permukaan (bawah) berkisar 0,6–2,4 mg/l (Minggu 2), 0,4 mg/l sisi Selatan Pulau Madura sehingga menuju arah (Minggu 3), 0,3–1,2 mg/l (Minggu 4) (Gambar Timur. Namun terdapat beberapa lokasi 4). pembelokan arah arus yang berbeda, seperti 3.1.3.3 Arus Permukaan yang terjadi di perairan Kabupaten Probolinggo Arus Permukaan perairan pesisir Kabupaten (Minggu 1), di sisi Timur perairan Pulau Madura Probolinggo pada Minggu Kemunculan dan (Minggu 5–8) dan di perairan Situbondo hingga Tanpa Kemunculan Hiu Paus (Minggu 1–9) sisi Selatan dan Timur perairan Pulau Madura memiliki rentang kecepatan antara 0–0,17 m/s (Minggu 9) (Gambar 3). (Gambar 3, 4). Persebaran arus pada masing- 3.1.4 Prakiraan Kemunculan Hiu Paus masing Minggu memiliki pola yang sama, yaitu Penentuan lokasi/jalur “duga” agregasi hiu pola awal menuju arah Barat kemudian berbelok paus dibagi berdasarkan jadwal musiman, yaitu menuju arah Utara dan bersinggungan dengan pada Musim Barat (Desember–Februari) dan

Description:
Ambrosia Puteri Sakuntala(1), Oktiyas Muzaky Luthfi(2), dan Andik Isdianto(2). ABSTRAK. Hiu paus (Rhincodon typus Smith, 1828) merupakan spesies ikan epipelagis Satellite tracking of juvenile whale sharks,. Rhincodon typus, in the Northwestern Pacific. Fisheries Research 84: 25–31. Hutabarat
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.