PENERAPAN PRINSIP ARBITRASE DI INDONESIA DALAM STUDI SENGKETA KEPEMILIKAN TELEVISI PENDIDIKAN INDONESIA (MNC TV) (Analisis Putusan MA No. 862 K/Pdt/2013) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh: Helmi Abdullah 1111048000077 Konsentrasi Hukum Bisnis Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1436 H / 2015 M KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini, shalawat dan salam selalu terhatur bagi junjungan Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum, pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini, bukanlah hal yang yang mudah bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini . oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih pada: 1) Bpk. Dr. Asep Saefudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas perkuliahan dan menyediakan tenaga pengajar yang berkualitas. 2) Bpk. Dr. Asep Syarifudin Hidayat, SH, MH, selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing perkuliahan hingga penulis bisa menyandang gelar Sarjana Hukum. 3) Bpk. Dr. Alfitra, SH, MH, selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing karya tulis ilmiah saya berupa skripsi sampai dengan lulus ujian munaqosyah. 4) Bpk. Dr. Pri Pambudi Teguh, SH, MH, selaku Panitera Muda Perdata yang telah memberikan data-data pendukung skripsi ini. 5) Pimpinan Perpustakaan FSH UIN Jakarta, Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan Umum Daerah DKI Jakarta dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan. 6) Seluruh teman-teman seperjuangan di LDK Syahid, KKN Care-122, HIJAR PUI, Pemuda PUI, CIDES UIN Jakarta dan Keluarga Besar Ilmu Hukum UIN Jakarta yang telah memberikan dukungan dan doa yang berarti bagi penulisan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Ciputat, 10 Juni 2015 Helmi Abdullah i ABSTRAK Skripsi ini membahas tentang akuisisi yang dilakukan oleh PT. Berkah Karya Bersama terhadap PT. Citra Televisi Pendidikan Indonesia ditinjau dari hukum arbitrase, yang sampai skripsi ini selesai dibuat masih belum selesai perkaranya. Lembaga arbitrase mempunyai kompetensi absolut dalam menangani perkara yang dalam perjanjiannya memuat bahwa cara penyelesaian sengketa dilakukan dengan cara arbitrase dan Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan ikut campur tangan didalam suatu penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase, kecuali dalam hal-hal tertentu yang ditetapkan undang-undang (pasal 11 ayat 2 undang-undang arbitrase dan APS). Namun pihak Sri Hardiyanti alias Tutut sebagai pemilik perusahaan yang di akuisisi merasa akuisisi ini tidak sah dan menggugat ke pengadilan agar kepemilikan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) atau sekarang disebut MNC TV agar kembali menjadi milik mereka. Disisi lain, Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) telah mengeluarkan putusan yang menyatakan bahwa pihak Hary Tanoe sebagai pemilik sah TPI (MNC TV). Oleh karena itu, pelanggaran yang dilakukan lembaga pengadilan ini dengan tetap menerima perkara yang berklausula arbitrase menjadikan putusannya batal demi hukum. Kata kunci : Prinsip Arbitrase, Akuisisi, Sengketa Kepemilikan TPI Daftar Pustaka : Dari tahun 1997 sampai 2012 Pembimbing : Dr. Alfitra, S.H, M.H ii DAFTAR ISI HALAMAN DEPAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN KATA PENGANTAR ......................................................................................... i ABSTRAK ……………....................................................................................... ii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …........................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 7 D. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu ................................................. 8 E. Kerangka Konseptual …………….................................................... 9 F. Metode Penelitian ............................................................................. 10 G. Sistematika penulisan ....................................................................... 12 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ARBITRASE A. Arbitrase di Indonesia ........................................................................ 15 B. Pinsip-Prinsip Arbitrase ..................................................................... 19 C. Pengaturan Arbitrase Dalam Dunia Penyiaran .................................. 23 D. Gugatan Perkara Yang Didalamnya Terdapat Klausula Arbitrase ... 25 E. Kekuatan Eksekusi Putusan Arbitrase ............................................... 28 BAB III EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE YANG BERLAWANAN DENGAN PUTUSAN PENGADILAN A. Pelanggaran Lembaga Pengadilan Terhadap Prinsip-Prinsip Arbitrase ........................................................................................................... 30 B. Yurisprudensi Pembatalan Putusan Arbitrase .................................. 32 C. Ketidakpastian Hukum Putusan Arbitrase ........................................ 34 iii BAB IV KASUS POSISI DAN ANALISIS YURIDIS SENGKETA KEPEMILIKAN TPI A. Kasus Posisi ...................................................................................... 41 B. Analisis Yuridis ................................................................................. 49 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... 55 B. Saran .................................................................................................. 56 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 58 LAMPIRAN iv 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arbitrase menjadi favorit para pelaku bisnis untuk penyelesaian sengketa dibanding lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) dibanding yang lain. Alternative Dispute Resolution hanya didasarkan pada consensus atau mufakat para pihak, sedangkan arbitrase merupakan penyelesaian sengketa yang bersifat memutus (adjudicative).1 Harapannya akan lebih memuaskan para pihak karena (secara teori) prosesnya lebih cepat, hemat biaya dan konfidensial. Namun dalam praktiknya, banyak pihak yang tidak terpenuhi harapannya tersebut. Hal ini sebenarnya sudah dapat diminimalisir karena pada saat berlakunya undang- undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan alternative Penyelesaian Sengketa, masalah-masalah yang ada dalam 615 sampai dengan Pasal 651 Rv, Pasal 377 Herziene Inlandsch Reglement (H.I.R) , dan Pasal 705 Rechtsreglement Buistengewesten (RBg), dinyatakan sudah tidak berlaku lagi. Bahkan dibandingkan dengan pengaturan dalam arbitrase The United Nations Commission on International Trade Law (UNCITRAL) 1985 (Model Law) yang terdiri atas 36 Pasal, undang-undang No. 30/1999 yang terdiri dari 82 Pasal tersebut telah lebih luas mengatur berbagai hal terkait dengan arbitrase.2 1 Takdir Rahmadi, Mediasi: penyelesaian sengketa melalui pendekatan mufakat (Jakarta: Rajawali Press, 2011) h.11 2 Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006) h.18 2 Institusi arbitrase ini sebenarnya bukan satu-satunya jalan untuk menyelesaikan sengeta di luar pengadilan. Masih ada beberapa alternative penyelesaian sengketa diluar pengadilan, meskipun tidak sepopuler lembaga abitrase, misalnya negosiasi, mediasi, konsiliasi, pencari fakta, peradilan mini (mini trial), ombudsman, pengadilan kasus kecil (small claim court) dan peradilan adat.3 Masalah-masalah yang timbul kemudian adalah banyaknya prinsip-prinsip arbitrase yang tidak diindahkan oleh para stakeholder. Misalnya dalam Model Law di bagian ketentuan umum (General Provision) tentang prinsip pembatasan intervensi pengadilan atau limited court involevement yang telah diatur di dalam Pasal 11 ayat (2) undang-undang Arbitrase dan APS, yaitu: “Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan ikut campur tangan didalam suatu penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase, kecuali dalam hal-hal tertentu yang ditetapkan undang-undang” dalam kenyataannya Pengadilan Negeri tetap menerima perkara yang didalamnya telah mengikat para pihak dengan perjanjian berklausula arbitrase. Terlihat dalam beberapa yurisprudensi Pengadilan negeri yang memutus perkara bertentangan dengan prinsip tersebut diantaranya putusan kasasi Mahkamah Agung Nomor: 012 K/N/1999 yang memenangkan PT Enindo sebagai pemohon pailit terhadap PT. Putra putri sebagai termohon pailit. Pengadilan Niaga harus menyatakan tidak berwenang untuk memeriksa sengketa yang terdapat klausul arbitrase di dalamnya. Asumsinya, hukum acara yang berlaku bagi Pengadilan Niaga yang 3 Munir Fuady, Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2000) h.33-60
Description: