Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1 Maret 2014 ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992 jht BerkalaIlmiah IlmuPengetahuan dan Teknologi Kehutanan DAFTAR ISI HASIL AIR PENGGUNAAN LAHAN HUTAN DALAM MENYUMBANG ALIRAN SUNGAI 1-8 Edy Junaidi KAYU SISA PENJARANGAN DAN TEBANG HABIS HUTAN TANAMAN JATI 9-15 Ahmad Budiaman, Devi Muhtariana, dan Nensi Yunita Irmawati PERENCANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN MELALUI ANEKA USAHA 16-23 KEHUTANAN (Studi di Dinas Kehutanan Kabupaten Malang) Hari Wijayanto, Agus Suryono dan Tjahjanulin Domai KINERJA INDUSTRI KAYU LAPIS DI KALIMANTAN SELATAN MENUJU EKOEFISIENSI 24-34 Darni Subari KARAKTERISTIK JENIS POHON PADA BERBAGAI TIPE LOKASI HUTAN KOTA DI PEKANBARU 35-39 PROPINSI RIAU Anna Juliarti KAJIAN DINAMIKA HARA TANAH PADA EMPAT PERLAKUAN 40-46 Ary Widiyanto STRUKTUR DAN DIMENSI SERAT PELEPAH KELAPA SAWIT 47-51 Lusita Wardani, Faisal Mahdie, dan Yusuf Sudo Hadi KAJIAN BENTANG LAHAN EKOLOGI FLORISTIK HUTAN RAWA GAMBUT BERBASIS CITRA 52-59 PENGINDERAAN JAUH DI SUB DAS SEBANGAU Raden Mas Sukarna PENGARUH TEKNIK PENGENDALIAN PENYAKIT BENIH TERHADAP VIABILITAS BENIH TEMBESU 60-64 (Fagraea fagrans Roxb) Tati Suharti, Yulianti Bramasto dan Naning Yuniarti KERUSAKAN TANAH YANG TERJADI AKIBAT SLIP PADA KEGIATAN PENGANGKUTAN KAYU 65-70 Yuniawati dan Sona Suhartana UJI VIABILITAS DAN SKARIFIKASI BENIH BEBERAPA POHON ENDEMIK HUTAN RAWA GAMBUT 71-76 KALIMANTAN TENGAH Siti Maimunah ANALISA USAHA LEBAH MADU HUTAN DAN KUALITASNYA 77-81 Fatriani, Arfa Agustina Rezekiah, Adistina Fitriani UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan kepada para penelaah yang telah berkenan menjadi Mitra Bestari pada Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1yaitu: Prof. Dr. Ir. M. Lutfhi Rayes,M.Sc (Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya) Prof.Dr.Ir. Wahyu Andayani, M.Sc (Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada) Prof.Dr.Hj. Nina Mindawati, M.S (Puslitbang Produktivitas Hutan, Kementerian Kehutanan RI) Prof. Dr. Ir. Syukur Umar, DESS (Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako) Prof. Dr. Ir. Baharuddin Mappangaja, M.Sc. (Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin) Prof.Dr.Ir.H.M. Ruslan, M.S (Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat) Dr.Ir. Satria Astana, M.Sc. (Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan, Kementerian Kehutanan RI) Dr. Ir. KusumoNugroho, MS (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian) Dr.Ir. Cahyono Agus Dwikoranto, M.Agr. (Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada) Prof.Dr.Ir. Sipon Muladi (Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman) Prof. Dr. Ir, Djamal Sanusi (Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin) Dr. Sc. Agr. Yusran, S.P., M.P (Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako) KATA PENGANTAR Salam Rimbawan, masing adalah 2328,3-2486,0 ìm; 26,2-27.0 ìm; 598,3- Jurnal Hutan Tropis Volume 1 Nomor 3 Edisi Novem- 792,51ìm, and 21,65-26,65 ìm. ber 2013 kali ini menyajikan 12 buah artikel ilmiah hasil Raden Mas Sukarna meneliti klasifikasi struktur hutan penelitian kehutanan. rawa yang akurat melalui model Forest Canopy Density Edy Junaidi meneliti peranan hidrologi hutan (hutan Citra Landsat, dan model distribusi floristik hutan pada alam dan hutan tanaman) terhadap aliran sungai ditinjau satuan bentang lahan berdasarkan integrasi spasial dari neraca air dengan membandingkan penggunaan antara variasi struktur hutan dan tipe bentuk lahan. lahan hutan dan penggunaan lahan lain. Tati Suharti, dkk meneliti teknik pengendalian penyakit Ahmad Budiaman, dkk meneliti besarnya kayu sisa benih terhadap viabilitas benih tembesu (Fagraea fragrans dari kegiatan tebang habis kelas umur (KU) VII dan Roxb). penjarangan KU VI Kayu jati (Tectona grandis) yang Yuniawati dan Sona Suhartana meneliti kerusakan dikelola oleh Perum Perhutani. tanah yang terjadi akibat terjadinya slip pada saat kegiatan Hari Wijayanto, dkk meneliti pemberdayaan pengangkutan kayu di wilayah Resort Pemangkuan Hutan masyarakat sekitar hutan melalui aneka usaha kehutanan. (RPH) Ciguha, BKPH Cikawung, KPH Sukabumi Perum Hasil penelitian ini menunjukkan proses perencanaan Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. aneka usaha kehutanan sebagai usaha memberdayaan Siti Maimunah meneliti indeks viabilitas benih untuk masyarakat sekitar hutan masih kurang maksimal. jenis-jenis yang tumbuh di hutan rawa gambut. Hasil Darni Subari meneliti kinerja industri kayu lapis di penelitian menunjukkan bahwa besarnya indeks viabilitas Kalimantan Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dipengaruhi oleh tingkat kemasakan buah dan ketepatan industri kayu lapis umumnva memiliki kesamaan dalam cara skarifikasi benihnya. Tumih dan pulai adalah jenis proses dan mesin produksinya yang direkomendasikan untuk dikembangkan di lahan Anna Juliarti meneliti jenis-jenis pohon yang ditanam gambut terdegradasi. di lokasi Hutan Kota di Pekanbaru. Hasil penelitian Fatriani, dkk meneliti biaya, pendapatan dan menunjukkan bahwa ditemukan 7 spesies, 5 famili yang keuntungan usaha lebah madu serta menganalisa terdapat di median jalan, 12 spesies , 11 famili yang berada kualitas madu yang dihasilkan oleh usaha lebah madu. di pinggir jalan dan 26 spesies, 17 famili yang terdapat di Lokasi penelitian berada di Desa Telaga Langsat taman-taman kota Kecamatan Tangkisung Kabupaten Tanah Laut Ary Widiyanto meneliti dinamika hara pada lahan Semoga hasil penelitian tersebut dapat menjadi agroforestri sengon-kapulaga dengan pemberian empat pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca untuk perlakuan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukan dikembangkan di kemudian hari. Selamat Membaca. bahwa jenis perlakuan dan kedalaman tanah tidak berpengaruh secara nyata terhadap kadar C, N dan P Banjarbaru, Maret 2014 tanah, sedangkan waktu pengukuran berkorelasi dengan Redaksi, kadar C, N dan P tanah. Lusita Wardani, dkk mengidentifikasi beberapa sifat anatomi pelepah sawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tebal serat, diameter serat pelepah sawit serta diameter metaxylem dan tebal dinding selnya masing- ISSN 2337-7771 Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1 Maret 2014 E-ISSN 2337-7992 HASIL AIR PENGGUNAAN LAHAN HUTAN DALAM MENYUMBANG ALIRAN SUNGAI Water yield of Forest Land Use contributing in river stream Edy Junaidi Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jalan Ciamis-Banjar Km. 4 P.O. Box 5. Telp. 0265771352 ABSTRACT. Comprehension about water balance in land use related with the total water yield that con- tributed in river stream. This research aimed to study the forest hydrology function (natural forest and plantation forest) toward river stream that evaluated with water balance comparing both forest land use and other land use. Research studying of forest land use and other land use (agriculture, settlement, mixture garden and coppice) in Cisadane Watershed used the SWAT hydrology model studying water balance on land use. Result of annual water balance in the forestland use was bigger for the evapotranspirasion value and smaller for the surface runoff. It had effect on forest’s surface flow contribu- tion for river stream. While the percolation value and ground water deposit that calculated water balance for the forest land use were larger than other land use. It had effect on forest’s lateral- base flow contribu- tion minimizing of dryness occurrence. Key words: water balance, river stream and forest ABSTRAK. Pemahaman tentang neraca air suatu penggunaan lahan berkaitan dengan hasil air total yang berkontribusi terhadap aliran sungai. Penelitian ini bertujuan mengkaji peranan hidrologi hutan (hutan alam dan hutan tanaman) terhadap aliran sungai ditinjau dari neraca air dengan membandingkan penggunaan lahan hutan dan penggunaan lahan lain. Penelitian yang mengkaji penggunaan lahan hutan dan penggunaan lahan lain (pertanian, pemukiman, kebun campuran dan semak belukar) di DAS Cisadane menggunakan model hidrologi Soil and Water Assessment Toll (SWAT) dalam mengkaji neraca air penggunaan lahan. Hasil neraca air tahunan untuk penggunaan lahan hutan berupa nilai yang lebih besar untuk evapotranspirasi dan lebih kecil untuk aliran permukaan dibandingkan pengunaan lahan yang lain. Hal ini berpengaruh terhadap kontribusi aliran permukaan lahan hutan pada aliran sungai. Sedangkan nilai perkolasi dan simpanan air tanah berdasarkan perhitungan neraca air yang lebih besar untuk penggunaan lahan hutan. Hal ini juga berpengaruh terhadap kontribusi aliran lateral dan aliran dasar lahan hutan pada aliran sungai. Kata kunci : Neraca air, aliran sungai dan hutan Penulis untuk korespondensi, surel: [email protected] PENDAHULUAN penghujan dan mengeluarkan air pada musim kemarau). Meskipun banyak dikritik sejak tahun 1920-an, teori ini Peranan hutan pada hidrologi daerah aliran sungai banyak mendapat perhatian para ahli hidrologi hutan (DAS) dalam menjaga kestabilan tata air yang secara (CIFOR dan FAO, 2005; Andreassian, 2004). langsung mempengaruhi aliran sungai telah lama menjadi Kajian mengenai peranan hutan berkaitan terhadap bahan diskusi dan perdebatan para ahli hidrologi. fungsi hidrologinya dalam menyumbang aliran sungai Perdebatan mengenai peranan hidrologi hutan sudah terletak pada hasil air total (water yield). Hasil air total dimulai sejak abat 19, pada saat ahli kehutanan eropa dapat dikaji dari pemahaman tentang neraca air hutan memperkenalkan teori busa. Teori ini berpendapat bahwa yang berkaitan dengan siklus hidrologi hutan. tanah, akar dan daun yang terdapat pada hutan yang Neraca air dalam hutan meliputi beberapa faktor yang komplek berperan sebagai busa raksasa yang menyerap mempengaruhi siklus hidrologi dalam sistem hutan. air hujan yang jatuh (menyimpan air pada musim 1 Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1, Edisi Maret 2014 Secara sederhana persamaan neraca air pada lahan hutan Bahan dan Alat Penelitian adalah curah hujan = hasil air total + evapotranspirasi + Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu data perubahan lengas tanah (Lee, 1990). Siklus hidrologi primer (berupa kondisi karakteristik penggunaan lahan dalam neraca air hutan akan mempengaruhi hasil air to- dan karakteristik tanah) dan data sekunder (berupa peta tal (aliran permukaan, aliran lateral dan aliran dasar) yang jaringan sungai, peta DEM (Digital Elevasion Model), peta akan dikontribusikan pada aliran sungai. Penelitian ini penggunaan lahan (land use), peta jenis tanah, iklim dan lebih ditekankan pada pemahaman neraca air penggunaan hidrologi DAS). Jenis data dan sumber data dapat dilihat lahan hutan dibandingkan penggunaan lahan lain. pada Tabel 1. Sedangkan alat yang digunakan komputer Pemahaman tentang neraca air dalam hutan dapat dengan software MapWindow45RC2, software MWSWAT memberikan gambaran tentang peranan hasil air total 1.4, software SWAT 2.1.5 editor, GPS dan alat tulis yang berkontribusi terhadap aliran sungai. menulis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji peranan hidrologi hutan terhadap aliran sungai ditinjau Tabel 1. Jenis dan sumber data yang digunakan pada dari neraca air dan hasil air penggunaan lahan hutan penelitian dibandingkan penggunaan lahan lain. Diharapkan hasil Table1. Type and source data were used in research penelitian ini dapat memberikan gambaran kuantitas hasil air hutan terhadap aliran sungai. Jenis Data Sumber Data Keterangan (Data type) (Data source) (Remark) Peta jaringan sungai Bakosurtanal Peta rupa bumi Indonesia (River network map) METODOLOGI (skala 1 : 50.000) Peta DEM (DEM map) US Geoological SRTM (Shuttle Radar Lokasi dan Waktu Penelitian Survey Topography Mission) untuk Z_58_14.tiff dengan resolusi spasial 90 x 90 m Penelitian dilaksanakan di DAS Cisadane yang Petaland use (Land BPDAS Citarum– Klasifikasi citra LandsatTM secara administrasi terletak di Propinsi Jawa Barat use map)(skala 1 : Ciliwung (Thematic Mapper) path 122 row 250.000) 064 dan row 065 tahun 2005 (Gambar 1). Secara geografis DAS Cisadane terletak pada Peta jenis tanah (Soil BPDAS Citarum– map)(skala 1 : Ciliwung 106o20’50"-106o28’20" BT dan 6º0’59"-6º47’02" LS.. 250.000) Balai Pengelolaan 12 stasiun penakar curah hujan Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret - bulan Mei tahun Data curah hujan Sumberdaya air tahun 2005 dan 2006 (Rain value data) Ciliwung-Cisadane, Balai besar Ciliwung- 2009. Cisadane dan Balai Pengelolaan DAS Luas DAS Cisadane adalah 1.372,34 km2 Ciliwung-Cisadane berdasarkan penafsiran citra DEM. Sedangkan panjang Balai Klimatologi 2 stasiun temperatur tahun 2005 Data temperatur dan 2006 (Temperature data) sungai utama adalah 292,71 km. Nilai kerapatan drainase Balai Klimatologi 4 stasiun klimatologi yaitu 1 Data iklim(Climate stasiun selama 5 tahun dari tahun DAS Cisadane + 0,21. Bentuk DAS Cisadane agak data) 2003–2007 dan 3 stasiun selama 5 tahun dari tahun 1995– memanjang. DAS Cisadane mempunyai nilai rata-rata 1999 Balai Pengelolaan SPAS Batu baulah pengamatan gradien sungai 1,50 %. Data debit SPAS Sumberdaya air tahun 2005 (River flow data) Ciliwung-Cisadane Survei inventarisasi Data karakteristik lahan penggunaan lahan, tanah dan sungai (Characteristics of land use, soil and river datum) Metode Penelitian Penelitian ini memanfaatkan penggunaan model SWAT (Soil and Water Assessment Tool). SWAT adalah model prediksi untuk skala DAS yang dikembangkan oleh Jeff Arnold untuk USDA ARS (US Department of Agricul- ture- Agriculture Research Service) awal tahun 1990-an. Proses fisik yang berhubungan dengan pergerakan air Gambar 1. Lokasi penelitian pada DAS Cisadane Figure 1. Study location in Cisadane Watershed pada DAS disimulasikan model SWAT yang didasarkan neraca air. Pada SWAT, simulasi hidrologi suatu DAS 2 Edy Junaidi: Hasil Air Penggunaan Lahan Hutan dalam Menyumbang.... (2): 1-8 dipisahkan ke dalam dua bagian utama, yaitu fase lahan musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. dan fase air. Pada peneilitian ini pengkajian pada fase Musim penghujan pada DAS Cisadane berlangsung lahan dari siklus hidrologi yang dilihat pada tingkat HRUs. antara bulan November hingga bulan April, sedangkan HRUs (unit lahan) adalah kelompok lahan di dalam sub- musim kemarau berlangsung antara bulan Juni hingga basin yang memiliki kombinasi tanaman penutup, tanah Oktober (BP DAS Citarum – Ciliwung, 2002). dan pengelolaan yang unik. Curah hujan dan evapotranspirasi potensial Tahapan kegiatan penelitian terdiri dari dua tahapan, merupakan unsur iklim yang mempengaruhi transformasi yaitu tahapan survei dan tahapan penggunaan model hujan menjadi debit dalam siklus hidrologi, selain SWAT. Pada tahapan survey pengumpulan data berupa temperatur, radiasi matahari, kelembaban udara, radiasi data primer dan sekunder disesuaikan dengan masukan matahari dan kecepatan angin. data (input) yang diperlukan model SWAT. Data primer Curah hujan rata-rata tahunan di DAS Cisadane dan sekunder yang diperlukan diantaranya : iklim, berdasarkan output model berkisar antara 2.902 mm karakteristik tanah, karakteristik penggunaan lahan, sampai dengan 4.735 mm. Gambar 3 menunjukkan karakteristik sungai dan peta – peta. Tahapan penggunaan sebaran besarnya curah hujan rata-rata tahunan hasil model SWAT ini terdiri dari penyiapan data berupa data perhitungan model pada setiap sub DAS. Curah hujan spasial dan data atributnya agar model dapat dijalankan rata-rata tahunan 2.903 – 3.744 mm mendominasi wilayah untuk bisa menghasilkan output sesuai dengan tujuan DAS Cisadane bagian hulu. Sedangkan curah hujan rata- penelitian. rata tahunan > 3.744 mm berada pada bagian hilir. Besarnya evapotranspirasi potensial rata-rata tahunan Analisis Data untuk setiap sub DAS berdasarkan output model (metode Analisis data pada penelitian ini lebih ditujukan kepada Penman/Monteith) dapat dilihat pada Gambar 4. Pada penggunaan model SWAT yaitu output model. Kalibrasi DAS Cisadane besarnya evapotranspirasi potensial rata- model SWAT bertujuan agar luaran model yang digunakan rata tahunan berkisar antara 596 mm sampai 772 mm. hasilnya mendekati dengan luaran dari DAS prototip yang diuji. Pada penilitian ini luaran yang dikalibrasi adalah hasil debit, dengan cara membandingkan antara hasil prediksi dengan hasil observasi dengan menggunakan kriteria statistik. Data hasil observasi berasal dari SPAS Batubaulah untuk pengamatan tahun 2005. Metode statistik yang digunakan adalah persentase perbedaan dari nilai observasi (D ), koefisien determinasi (R2) dan Vi koefisien Nash-Sutcliffe (E ). NS Hasil model untuk analisa output HRUs merupakan luaran model untuk data input tahun 2006. Data dikompilasi dalam bentuk tabel dan grafik yang dianalisis secara deskriptif. Data output HRUs yang dikompilasi pada setiap penggunaan lahan yaitu curah hujan, evapotranspirasi aktual, kemampuan tanah menyimpan air, perkolasi, simpanan air tanah, aliran permukaan, hasil air, kontribusi untuk aliran permukaan, kontribusi untuk aliran bawah permukaan dan kontribusi untuk aliran dasar. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Iklim dan Penggunaan lahan Wilayah DAS Cisadane mempunyai iklim tropis yang Gambar 3. Sebaran curah hujan rata-rata tahunan dipengaruhi oleh angin muson dan mempunyai dua Figure 3. Swamp of annual mean rainfall 3 Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1, Edisi Maret 2014 Penggunaan lahan hutan yang terdapat pada DAS Cisadane mempunyai vegetasi pepohonan dengan tutupan lahan yang rapat terutama jenis tanaman hujan tropis. Penggunan lahan pemukiman terdiri dari kelompok rumah yang dihuni oleh manusia. Sedangkan penggunaan lahan kebun campuran merupakan areal yang dibudidaya oleh masyarakat dengan tanaman pepohonan, tanaman perkebunan dan/atau tanaman semusim. Untuk tanaman pepohonan didominasi jenis sengon (Paraserianthes falcataria) dan manglid. Untuk tanaman perkebunan didominasi tanaman kopi dan coklat, sedangkan tanaman semusim/rempah didominasi oleh ketela pohon. Penggunaan lahan ladang merupakan lahan yang dikelola oleh petani dan ditanami tanaman semusim yang tidak berkayu dengan jenis tutupan tidak rapat seperti palawija (jagung dan kacang tanah), ketela pohon dan sayuran. Untuk penggunaan lahan belukar merupakan tutupan lahan berupa vegetasi rendah dan biasanya ditumbuhi oleh tanaman jenis perdu. Sedangkan penggunaan lahan sawah Gambar 4. Sebaran evapotranspirasi potensial rata-rata merupakan lahan yang ditanami padi dan terendam air. tahunan Figure 4. Swamp of annual mean potensial evapotrans- Kalibrasi Model piration Gambar 5 menunjukkan grafik XY scatter hubungan antara debit bulanan prediksi (nilai X) model SWAT dan debit Keadaan Penggunaan Lahan bulanan observasi (nilai Y) pada SPAS Batubaulah. Hasil Luasan masing-masing penggunaan lahan dapat dilihat analisis statistik menunjukkan nilai koefisien Nash-Sutcliffe pada Tabel 2. Penggunaan lahan di DAS Cisadane sebesar 0,63, Dv sebesar –13,22 % dan R2 sebesar 0,79. didominasi oleh ladang (47,2 % luas DAS), hutan ha (21,4 Menurut kriteria Santi et al. (2001), hasil prediksi % luas DAS) dan pemukiman (17,7 % % luas DAS). model SWAT dapat dikriteriakan baik dalam memprediksi Sedangkan penggunan lahan yang lain mempunyai luas hidrologi DAS Cisadane, karena mempunyai rata-rata debit kurang dari 5 % dari luas DAS meliputi sawah, kebun cam- hasil prediksi berada pada kisaran -15 % sampai + 15 % puran, tambak, lahan terbuka, semak belukar dan pasir. dari rata-rata debit hasil observasi, serta nilai E e” 0,5 NS dan R2 e” 0,6. Sehingga model SWAT dapat digunakan Tabel 2. Luasan penggunaan lahan untuk memprediksi hidrologi DAS Cisadane. Table 2. Area of land use) Penggunaan Luas No lahan Ha % 1 Hutan 33.452,6 21,4 2 Kebun Campuran 6.743,1 4,0 3 Tegalan 73.597,4 47,2 4 LahanTerbuka 1.570,7 1,0 5 Pasir 127,5 0,1 6 Pemukiman Kota 27.649,2 17,7 7 Sawah 7.839,3 5,0 Gambar 5. Grafik XY scatter debit bulanan prediksi hasil 8 Semak Belukar 570,8 0,4 model dan debit bulanan 9 Tambak 4.992,6 3,2 Figure 5. Observasi SPAS Batu Baulah (XY scatter graph Jumlah 156.043,0 100,0 of result model to predict monthly flow and to Sumber : Hasil analisis observe monhtly flow on SPAS Batu Baulah) 4 Edy Junaidi: Hasil Air Penggunaan Lahan Hutan dalam Menyumbang.... (2): 1-8 Kajian Neraca Air Penggunaan Lahan Hutan banyak mengalami intersepsi yang menunjukkan ber- Hasil simulasi model SWAT untuk neraca air tahunan kurang persentase air hujan yang menjadi aliran permu- untuk penggunaan lahan hutan dibandingkan penggunaan kaan. lahan lain di DAS Cisadane yang dikompilasi dari HRUs Nilai evapotranspirasi yang tinggi pada lahan hutan dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai neraca air luaran model juga menjadi perdebatan para ahli hidrologi bahwa hutan adalah evapotranspirasi, perkolasi, simpanan air pada akan mengurangi simpanan air tanah, sehingga aqifer bebas, simpanan air pada akifer terkekang dan nilai menyebabkan kekeringan. Pendapat ini hanya berlaku aliran permukaan yang dihasilkan oleh penggunaan lahan jika curah hujan yang jatuh lebih rendah daripada nilai hutan dibandingkan penggunaan lahan lain selama tahun evapotranspirasi yang terjadi, sehingga tidak terdapat lagi 2005. Disamping itu juga dapat dihasilkan nilai curah hujan air hujan yang jatuh ke permukaan tanah. yang jatuh dan kemampuan setiap jenis tanah dalam Perkolasi menyimpan air pada penggunaan lahan hutan diban- Perkolasi merupakan lanjutan dari pergerakan air ke dingkan penggunaan lahan lain. dalam tanah akibat terjadinya infiltrasi air hujan ke dalam Evapotranspirasi permukaan tanah. Nilai perkolasi yaitu 2443,6 mm (58,1 Evapotranspirasi berhubungan erat dengan proses % curah hujan yang jatuh) pada penggunaan lahan hutan intersepsi dan transpirasi yang terjadi pada suatu seperti yang terlihat pada Tabel 3. jauh lebih besar penggunaan lahan. Hasil menunjukkan evapotranspirasi dibandingkan penggunaan lahan pertanian (pada sawah tahunan yang terjadi pada penggunaan lahan hutan 49,1 % curah hujan dan ladang besarnya 41,2 % curah sebesar 801,6 mm (19,1 % dari hujan yang jatuh pada hujan), pemukiman (besarnya perkolasi 20,8 % curah lahan hutan yaitu 4203,8 mm) jauh lebih besar diban- hujan yang jatuh), kebun campuran (37,2 % curah hujan) dingkan penggunaan lahan pertanian (sawah besarnya dan semak (32,1 % curah hujan yang jatuh). Sedangkan 740,6 mm dan ladang besarnya 665,3 mm) , pemukiman nilai kemampuan tanah dalam menyimpan air pada lahan (683 mm), kebun campuran (736,3 mm) dan semak hutan (147,7 mm) lebih rendah dibandingkan penggunaan belukar (715,3 mm). Hal ini sesuai dengan penelitian yang lahan lain (pertanian (sawah besarnya 180 mm dan ladang dilakukan oleh Vertessy (2000) di Australia yang besarnya 176,3 mm), pemukiman besarnya 184,4 mm, menunjukkan bahwa evapotranspirasi hutan (1300 mm/ kebun campuran besarnya 185,4 mm dan semak tahun) jauh lebih besar dibandingkan pada padang rumput besarnya 184,7 mm). Hal ini mematahkan pendapat “teori (650 mm/tahun). busa” bahwa hutan berfungsi menyimpan air untuk dialir- Nilai evapotranspirasi yang besar pada hutan dise- kan pada musim kemarau, tetapi sebenarnya penggunaan babkan oleh beberapa faktor, yaitu : lahan hutan mampu meningkatkan laju infiltrasi tanah a. Tutupan tajuk hutan lebih tinggi dan tetap diban- sehingga memperbesar laju perkolasi. dingkan penggunaan lahan pertanian, semak Kemampuan hutan dalam meningkatkan infiltrasi dan belukar dan pemukiman sehingga intersepsi dan perkolasi tanah sesuai dengan penelitian yang dilakukan transpirasi lebih besar. oleh Mulyana (2000) dimana kemampuan meresapkan b. Zone perakaran tanaman hutan lebih luas diban- air pada DAS berhutan (tegakan P. merkusii) lebih besar dingkan tanaman pertanian dan semak sehingga daripada DAS non hutan (pertanian) yakni sebesar 418,8 lebih banyak mengekstrak simpanan air pada tanah mm/tahun. Penelitian oleh Widianto et. al. Menunjukkan dan air tanah yang menyebabkan tingginya tran- penutupan lahan hutan memiliki laju infiltrasi yang lebih spirasi. besar dibandingkan penutupan lahan kopi. Kemampuan c. Albedo pada penggunaan lahan hutan lebih rendah hutan dalam meningkatkan laju infiltrasi dan perkolasi dibandingkan penggunaan lahan pertanian, semak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : belukar dan pemukiman, sehingga transpirasi hutan a. Tanah hutan mengandung banyak bahan organik lebih besar. tanah karena tingginya tingkat dekomposisi pada Terkait dengan tingginya nilai evapotranspirasi pada hutan dibandingkan penggunaan tanah lain (perta- hutan, menyebabkan air hujan yang jatuh pada lahan hutan nian (ladang dan sawah), pemukiman dan semak). 5 Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1, Edisi Maret 2014 Bahan organik ini mempunyai kemampuan mening- Tabel 3. Hasil simulasi model untuk neraca air tahun katkan serapan air ke dalam tanah. Sehingga laju 2005 infiltrasi dan perkolasi pada tanah hutan meningkat. Table 3. (Model simulation result for water balance in b. Zone perakaran tanaman hutan yang lebih luas akan 2005 year memperbaiki struktur lapisan tanah yang secara langsung meningkatkan pori makro tanah. Per- PeLnalganghdua unnsaean RCH(amuuinrjmaafunh)ll S(Wmm) EEvV(Nvmaaaipllmuapoeio)trtarannssp%phiriuar%rajtaaisoininn V(NmaPillmuPaeeire)krokloalsais%ohinu%rjaainn V(NSmaiillmmuaSei)ptoarnaagneA%hBu%rjaainn V(NmSaiillmmuaSei)ptoarnaag%nheuA%rjTaainn AV(lNSmiarauillmuanrfei) apceer mruu%hnkuo%arjfaaafinnn Hutan 4203.8 147.7 801.6 19.1 2443.6 58.1 128.6 3.1 1123.2 26.7 836.8 19.9 baikan struktur tanah dan pori makro tanah akan PKeembuunkiman 4329.3 184.4 683.0 15.8 899.0 20.8 91.0 2.1 1045.6 24.2 2679.6 61.9 campuran 4620.3 185.4 736.3 15.9 1718.9 37.2 98.2 2.1 1085.5 23.5 2074.4 44.9 Ladang 4025.8 176.3 665.3 16.5 1660.6 41.2 81.1 2.0 1084.0 26.9 1579.6 39.2 meningkatkan laju infiltrasi dan perkolasi tanah Semak belukar 4734.6 184.7 715.3 15.1 1520.8 32.1 89.1 1.9 1075.6 22.7 2433.0 51.4 Sawah 4734.6 184.0 740.6 15.6 2322.5 49.1 136.1 2.9 1115.6 23.6 1632.9 34.5 Kestabilan iklim makro pada tanah hutan menye- Sumber : hasil analisis babkan makrobiologi tanah hutan lebih kaya dibandingkan Source : Analysis result Keterangan : SW = kemampuan tanah menyimpan air penggunaan tanah lain. Kegiatan makrobiologi tanah akan AB = Aqifer bebas memperbaiki karakter fisika tanah khususnya struktur AT = Aqifer terkekang tanah yang secara langsung dapat meningkatkan pori makro tanah sehingga laju infiltrasi dan perkolasi tanah Kontribusi Penggunaan Lahan Hutan terhadap meningkat. Aliran Sungai Pada Tabel 4. menunjukkan besarnya kontribusi Simpanan air tanah penggunaan lahan hutan untuk aliran sungai pada DAS Simpanan air tanah berhubungan dengan pengisian Cisadane hasil simulasi model dibandingkan penggunaan akifer pada tanah baik akifer bebas dan akifer terkekang. lahan lain (pertanian (sawah dan ladang), pemukiman, Pada Tabel 3. menunjukkan perbandingan penggunaan kebun campuran dan semak belukar) selama setahun. lahan hutan dengan penggunaan lahan lainnya dalam Kontribusi aliran ini didasarkan pada hasil air total dari pengisian akifer tanah (akifer bebas dan akifer terkekang). perhitungan neraca air. Kontribusi aliran tahunan yang Penggunaan lahan hutan dapat meningkatkan laju perkolasi dapat diperoleh pada luaran model berupa aliran tanah sehingga pengisian akifer tanah lebih tinggi yaitu permukaan, aliran lateral dan aliran dasar. 128,6 mm untuk akifer bebas dan 1123,3 mm untuk akifer terkekang dibandingkan penggunaan lahan pemukiman (91 Tabel 4. Kontribusi penggunaan lahan hutan terhadap mm untuk akifer bebas dan 1045,6 mm untuk akifer aliran sungai dibandingkan penggunaan lahan lain terkekang), kebun campuran (98,2 mm untuk akifer bebas Table 4. Contribution of forest land use for river stream dan 1085,5 mm untuk akifer terkekang), ladang (81,1 mm was compared other land use) untuk akifer bebas dan 1084,0 mm untuk akifer terkekang), sawah (136,1 mm untuk akifer bebas dan 1115,6 mm untuk Hasil Al(irSaunr fpaecrem fulokwa)an (ALlairtaenra lla ftleorwa)l A(Bliraasne dflaoswa)r Penggunaan air akifer terkekang) dan semak belukar (89,1 mm untuk akifer (Lalanhda unse) (yWiealdte)r (VNailluaei) % ahiarsil (VNailluaei) % ahiarsil (VNailluaei) % ahiarsil (mm) (mm) (%Water (mm) (%Water (mm) (%Water bebas dan 1123,3 mm untuk akifer terkekang). yield) yield) yield) Hutan 3359.0 836.8 23.3 114.8 3.2 2157.0 60.0 Pemukiman 3596.5 2679.6 74.5 69.1 1.9 789.3 21.9 Kebun campuran 3737.4 2074.4 57.7 90.2 2.5 1483.5 41.2 Aliran permukaan Ladang 3202.5 1579.6 43.9 124.2 3.5 1470.2 40.9 Semak belukar 4586.8 2433.0 67.6 58.6 1.6 1307.5 36.4 Tabel 3. menunjukkan hasil aliran permukaan pada Sawah 3719.9 1633.0 45.4 40.0 1.1 2010.0 55.9 Sumber (Source) : hasil analisis (analysis result) setiap penggunaan lahan yang terdapat di DAS Cisadane. Pada penggunaan lahan hutan hasil aliran permukaan Aliran Permukaan lebih kecil yaitu 836,8 mm (19,9 % dari curah hujan) Terlihat pada Tabel 3 dan Gambar 7 penggunaan lahan dibandingkan penggunaan lahan pertanian (ladang hutan memberikan kontribusi aliran permukaan sebesar besarnya 39,2 % dari curah hujan dan sawah besaranya 836,8 mm (23,3 % dari hasil airnya). Nilai ini jauh lebih 34,5 % dari curah hujan), kebun campuran (44.9 % dari kecil daripada kontribusi aliran permukaan penggunaan curah hujan), pemukiman (61.9 % dari curah hujan) dan lainya, dimana untuk penggunaan lahan pemukiman semak belukar (51.4 % dari curah hujan). Berdasarkan sebesar 74,5 % dari hasil air, kebun campuran sebesar hasil besaran aliran permukaan yang lebih kecil dari 57,7 % dari hasil air, pertanian dalam hal ini sawah (45,4 penggunaan lahan lain menunjukkan lahan hutan % dari hasil air) dan ladang (43,9 % dari hasil air). mempunyai kemampuan mengurangi kejadian banjir. 6
Description: