ebook img

hand-out materi kaderisasi_pp PDF

455 Pages·2016·5.2 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview hand-out materi kaderisasi_pp

1 Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, [1] Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?, [2] Itulah orang yang menghardik anak yatim, [3] dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, [4] Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, [5] (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, [6] orang-orang yang berbuat riya’, [7] dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (Q.S. Al-Maa’uun [107]: 1-7) 2 HAND-OUT DISCUSSION MATERI KADERISASI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII) PROGRAM KHUSUS PESANTREN PERGERAKAN SE-NUSANTARA PONPES AL-MADANIYYAH AS-SALAFIYYAH GUMILIR-CILACAP-JAWA TENGAH 6-30 JUNI 2016 M/1-25 RAMADHAN 1437 H (KARANTINA 25 HARI) DISUSUN OLEH: NUR SAYYID SANTOSO KRISTEVA, M.A. ALUMNUS S1 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN KALIJAGA JOGJAKARTA ALUMNUS S2 SOSIOLOGI FISIPOL UNIVERSITAS GADJAH MADA (UGM) JOGJAKARTA PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII) DAERAH ISTIMEWA JOGJAKARTA DIREKTUR INSTITUTE FOR PHILOSOPHICAL AND SOCIAL STUDIES (INSPHISOS) JOGJAKARTA DOSEN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL-GHOZALI (UNUGHA) CILACAP CONTAC PERSON: HP. 085 647 634 312 (IM3) / 087 838 178 226 (XL/WA) E-Mail: [email protected] / FB: nur sayyid santoso kristeva, PIN BBM: 5221 7134, Website: www.negaramarxis.blogspot.com PROGRAM KHUSUS PESANTREN PERGERAKAN SE-NUSANTARA INI DISELENGGARAKAN OLEH PONPES AL-MADANIYYAH AS-SALAFIYYAH GUMILIR-CILACAP-JAWA TENGAH JARINGAN INTELEKTUAL MUDA NAHDLATUL ULAMA PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA JARINGAN INTI IDEOLOGIS PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA KOMISARIAT AL-GHOZALI CILACAP ALAMAT KEGIATAN KOMPLEKS PONPES AL-MADANIYYAH AS-SALAFIYYAH GUMILIR-CILACAP-JAWA TENGAH JL. PUCANG D.37, KELURAHAN GUMILIR, KECAMATAN CILACAP-UTARA, KABUPATEN CILACAP, PROVINSI JAWA TENGAH. KODE POS. 53231/ KOMPLEKS MASJID AL-MUHAJIRIN/ SMP MAKMUR 1 CILACAP 3 TESTIMONI PENULIS …………………………………………………………………………………………………... 5 MATERI 01_ASWAJA & NILAI DASAR PERGERAKAN PMII ……………………………………………………… 6 MATERI 02_ASWAJA SEBAGAI MANHAJUL-FIKR WAL HARAKAH ……………………………………………. 24 MATERI 03_TEOLOGI PEMBEBASAN & EPISTEMOLOGI ISLAM PROGRESIF …………….......................... 36 MATERI 04_SEJARAH GERAKAN MAHASISWA INDONESIA …………………………………………………… 59 MATERI 05_OPERASIONALISASI PARADIGMA KRITIS TRANSFORMATIF ………………............................ 89 MATERI 06_ SEJARAH REVOLUSI INDONESIA & KONSEPSI NASIONALISME ………………...................... 132 MATERI 07_STRATEGI-TAKTIK PENGEMBANGAN GERAKAN PMII …………………….…………………….. 154 MATERI 08_PARADIGMA SOSIOLOGI & ANALISIS SOSIAL …………………………………………………….. 157 MATERI 09_ANALISIS WACANA MEDIA & KORPORASI MEDIA ………………………………………………... 175 MATERI 10_IDEOLOGI GENDER & PERSPEKTIF FEMINISME …………………………………………………. 181 MATERI 11_PENDIDIKAN KRITIS FREIRE, ILLICH, HABERMAS, POSTMAN, GIROUX ……….................... 208 MATERI 12_KAPITALISME PENDIDIKAN ……………………………………………………………….................. 217 MATERI 13_PMII PERSPEKTIF IDEOLOGI, ORGANISASI, KEPEMIMPINAN & STRATAK ……................... 236 MATERI 14_NAHDLATUL ULAMA, PETA PEMIKIRAN & GERAKAN ISLAM …………………………………… 255 MATERI 15_PANCASILA, DEMOKRASI, DAN SISTEM POLITIK INDONESIA …………………………………. 267 MATERI 16_REINVENTING SISTEM KAPITALISME GLOBAL & GEO-EKOSOSPOL ………………………… 282 MATERI 17_NEOLIBERALISME & PRIVATISASI BUMN DI INDONESIA ……………………………………….. 322 MATERI 18_DEVELOPMENTALISME & DAMPAK INDUSTRIALISASI NEGARA KETIGA …………………… 344 MATERI 19_PETA PEMIKIRAN KARL MARX……………………………………………………………………….. 363 MATERI 20_PEMIKIRAN POLITIK & TEORI HEGEMONI ANTONIO GRAMSCI ……………………………….. 377 MATERI 21_PERSPEKTIF PEMIKIRAN TAN MALAKA TENTANG MADILOG …………………………………. 381 MATERI 22_IDEOLOGI DUNIA (KAPITALISME, SOSIALISME, KOMUNISME, FASISME) ………………….... 398 MATERI 23_TEORI REVOLUSI SOSIAL & REVOLUSI POLITIK …………………………………………………. 421 MATERI 24_MANAJEMEN AKSI, AGITASI & PROPAGANDA, RETORIKA …………………………………….. 428 MATERI 25_ADVOKASI & PENGORGANISIRAN MASYARAKAT ……………………………………………….. 434 REFERENSI_10 KITAB SALAF WAJIB PESANTREN PERGERAKAN ………………………………………....... 441 REFERENSI_100 BUKU WAJIB PESANTREN PERGERAKAN ………………………………………………… 441 REFERENSI_63 BUKU WAJIB KAJIAN MARXISME & FILSAFAT SOSIAL .…………………………………….. 443 PETIKAN WAWANCARA_ANALISIS TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 …………………… 447 PROVIDENT MOMENT_KALENDER AKSI………………………………………………………………………….. 451 CURRICULUM VITAE PENULIS …………………………………………………………………………................... 453 4 Syukur alhamdulilah acara pesantren pergerakan ini dapat terselenggara. Acara ini sengaja dibuat sebagai media transformasi pengetahuan serta kebutuhan ideologis untuk menciptakan mata rantai pengetahuan dilevel kaderisasi PMII. Kemunduran tradisi intelektual merupakan kegelisahan yang ingin dijawab dalam forum ideologis ini. Akselerasi wacana sebagai sumbu gerak pemikiran dan gerakan, adalah sebuah keniscayaan, maka ruang ka derisasi kultural inklusif ini mudah-mudahan menjadi jawaban atas degradasi intelektual dan mampu mengatasi kelemahan kaderisasi PMII. Saya pribadi selaku penggagas acara ini memiliki ekspektasi yang besar dan dalam jangkauan yang panjang atas nama solifdaritas dan perjuangan PMII, yaitu dimana alumnus pesantren pergerakan ini diharapkan terbentuk aspek-aspek kematangan kader, diantaranya: terbentuknya dalam diri kader aspek militansi, semangat perjuangan, semangat membangun PMII, semangat ber-pengetahuan, semangat pengorbanan, loyalitas yang takkan pernah mati, intelektualitas yang mumpuni, nalar kritis-progresif, spiritualitas agama & sosial, dedikasi dan integritas diri, berkorban untuk menjaga PMII, Negara, Bangsa Indonesia, serta memperjuangkan Islam Rahmatan lil ‘Alamin. Jika masih diberi umur panjang, maka perjuangan ini akan saya lakukan terus-menerus tanpa pamrih dan hanya mengharap Ridho Allah SWT. Ingatlah sahabat, bahwa nyawa, tenaga, darah, pikiran, kehendak, naluri, rasa, hasrat, keinginan, yang ada dalam jiwa dan tubuh kita ini hanya akan menjadi debu tanpa arti jika tidak kita abadikan dalam perjuangan, pengabdian, pengorbanan, dan perwujudan harapan-harapan suci nan mulia. Maka, sekecil apapun manfaat dari kegiatan ini saya yakin adalah sebuah pengabdian yang besar atas nama nilai, solidaritas, pengetahuan, katauhidan dan suatu usaha meneladani alim ulama di negeri ini. Sahabatku seperjuangan! Marilah terus membunuh waktu, terus berjuang, terus-menerus bunuh diri kelas, terus menasbihkan diri dalam cita-cita perubahan sosial. Kita jadikan pesantren sebagai sentrum gerakan pemikiran dan gerakan sosial. Perubahan kita mulai dari diri sendiri. Kita semua adalah ummat terbaik yang diberi amanah untuk mendorong perbuatan baik dan mencegah dari kemungkaran. Hiduplah yang mulia, atau matilah dengan syahid! “Progresifitas sejarah akan berjalan dengan hukum-hukumnya sendiri. Progresifitas sejarah adalah gerak hidup manusia diselingkupan bumi, garis hidup kemanusiaan. Yang menentang, apakah itu kelompok, suku, bangsa atau perorangan akan kalah. Dan aku tahu betul, itulah yang akan terjadi, entah kapan, entah cepat, entah lambat.” - “Bunuhlah waktumu dengan aktifitas produktif dan progresif, jangan engkau terbunuh waktu karena aktifitas yang mengasingkan rasionalitas.” 1 Ramadhan 1437 H / 6 Juni 2016 M Kamar Refleksi dan Kontemplasi Ponpes Al-Madaniyyah As-Salafiyyah Cilacap NUR SAYYID SANTOSO KRISTEVA 5 MATERI 01 ASWAJA & NILAI DASAR PERGERAKAN PMII OLEH: NUR SAYYID SANTOSO KRISTEVA, M.A. ALUMNUS S1 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN KALIJAGA JOGJAKARTAALUMNUS S2 SOSIOLOGI FISIPOL UNIVERSITAS GADJAH MADA (UGM) JOGJAKARTAPERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII) DAERAH ISTIMEWA JOGJAKARTADIREKTUR INSTITUTE FOR PHILOSOPHICAL & SOCIAL STUDIES (INSPHISOS) JOGJAKARTADOSEN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL-GHOZALI (UNUGHA) CILACAPCONTAC PERSON: HP. 085 647 634 312 (IM3) / 087 838 178 226 (XL/WA)E-MAIL: [email protected] / FB: NUR SAYYID SANTOSO KRISTEVAPIN BBM: 5221 7134, WEBSITE: WWW.NEGARAMARXIS.BLOGSPOT.COM Orang-orang kafir dalam arah yang sesungguhnya adalah orang-orang yang menumpuk kekayaan dan terus membiarkan kezaliman dalam masyarakat serta merintangi upaya-upaya menegakkan keadilan. seorang mukmin sejati bukanlah sekedar orang yang percaya kepada Allah akan tetapi juga ia harus seorang mujahid yang berjuang menegakkan keadilan, melawan kezaliman dan penindasan. (Asghar Ali Engineer). Sejarah Kemunculan Persoalan Persoalan Kalam1 Kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan yang berbuntut pada penolakan Mu’awiyah dan Ali bin Abi Thalib mengkristal menjadi Perang Siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim (arbitrase). Sikap Ali yang menerima tipu muslihat Amr bin Al-Ash, utusan dari pihak Mu’awiyah dalam tahkim, sungguhpun dalam keadaan terpaksa, tidak disetujui oleh sebagian tentaranya. Mereka berpendapat bahwa persoalan yang terjadi saat itu tidak dapat diputuskan melalui tahkim. Putusan hanya datang dari Allah dengan kembali pada hukum-hukum yang ada dalam Al-Qur’an. La hukma illa lillah (tidak ada hukum selain dari hukum Allah) atau La hukma illa Allah (tidak ada perantara selain Allah) menjadi semboyan mereka. Mereka memandang Ali bin Abi Thalib telah berbuat salah sehingga mereka meninggalkan barisannya. Dalam sejarah Islam, mereka dikenal dengan nama Khawarij, yaitu orang yang keluar dan memisahkan diri atau secerders.2 Diluar pasukan yang membelot Ali, ada pula yang sebagian besar mendukung Ali. Mereka inilah yang kemudian memunculkan kelompok Syi’ah. Menurut W. Montgomery Watt, Syi’ah muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan Perang Siffin. Sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan Mu‘awiyah, pasukan Ali terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali, kelak disebut Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap Ali, kelak disebut Khawarij.3 Harun Nasution, lebih lanjut melihat bahwa persoalan kalam yang pertama kali muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan sipa yang bukan kafir. Dalam arti siapa yang telah keluar dari Islam dan siapa yang masih tetap dalam Islam. Khawarij sebagaimana telah disebutkan, memandang bahwa orang- orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim, yakni Ali, Mu’awiyah, Amr bin Ash, Abu Musa Al-Asy’ari, adalah kafir berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Ma’idah ayat 43-44.4 Artinya: “Dan bagaimanakah mereka mengangkatmu menjadi hakim mereka, padahal mereka mempunyai Taurat yang didalamnya (ada) hukum Allah, kemudian mereka berpaling sesudah itu (dari putusanmu)? Dan mereka sungguh-sungguh bukan orang yang beriman.” Persoalan ini telah menimbulkan tiga aliran teologi dalam Islam, yaitu: 1. Aliran Khawarij, menegaskan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir, dalam arti telah keluar dari Islam, atau tegasnya murtad dan wajib dibunuh. 2. Aliran Murji’ah, menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar masih tetap mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya, hal itu terserah kepada Allah untuk mengampuni atau menghukumnya. 3. Aliran Mu’tazilah, yang tidak menerima kedua pendapat diatas, bagi mereka orang yang berdosa besar nukan kafir, tetapi buan pula mukmin. Mereka mengambil posisi antara mumin dan kafir, yang dalam bahasa Arab-nya terkenal dengan istilah al-manzilah manzilatain (posisi diantara dua posisi).5 1 Abdul Razak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: Pustaka Setia, 2003) hlm. 27-29. 2 W. Montgomery Watt, Pemikiran Teologi & Filsafat Islam, Terj. Umar B. (Jakarta: P3M, 1987). hlm. 10. 3 Ibid., hlm. 6-7. 4 Ibid. 5 Ibid. hlm. 8. 6 Dalam Islam, timbul pula dua aliran teologi yang terkenal dengan nama Qadariyah dan Jabariyah. Menurut Qadariyah, manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya. Adapun Jabariyah, berpendapat sebaliknya bahwa manusia tidak mempunyai kehendak dalam kehendak dan perbuatannya.6 Aliran Mu’tazilah yang bercorak rasional mendapat tantangan keras dari golongan tradisional Islam, terutama golongan Hanbali, yaitu pengikut-pengikut Ibn Hanbal. Mereka menantang ini kemudian mengambil bentuk aliran teologi tradisional yang dipelopori Abu Al-Hasan Al-Asy’ari (935 M). disamping aliran Asy’ariyah timbul pula aliran Samarkand yang juga bermaksud menentang aliran Mu’tazilah. Aliran ini didirikan oleh Abu Mansur Muhammad Al-Maturidi (w. 944 M). Aliran ini kemudian terkenal dengan nama teologi Al-Maturidiyah.7 A. Kerangka Berfikir Aliran-Aliran Ilmu Kalam Aliran teologi yang sering disebut-sebut memiliki cara berfikir teologi rasional adalah Mu’tazilah. Oleh karena itu, Mu’tazilah dikenal sebagai aliran yang bersifat rasional dan liberal. Adapun teologi yang sering disebut-sebut memiliki metode berfikir tradisional adalah Asy’ariyah. Disamping pengkategorian akibat adanya perbedaan kerangka berfikir dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kalam:8 1. Aliran Antroposentris. Aliran Antroposentris menganggap bahwa hakikat realitas transenden bersifat intrakosmos dan impersonal. Ia berhubungan erat dengan masyarakat kosmos, baik yang natural maupun yang supranatural dalam arti unsur-unsurnya. Manusia adalah anak kosmos. Unsur supranatural dalam dirinya merupakan sumber kekuatannya. Tugas manusia adalah melepaskan unsur natural yang jahat. Dengan demikian, manusia harus mampu menghapus kepribadian kemanusiaan untuk meraih kemerdekaan dengan lilitan naturalnya. Orang yang tergolong dalam kelompok ini berpandangan negatif terhadap dunia karena menganggap keselamatan dirinya terletak pada kemampuannya untuk membuang semua hasrat dan keinginannya. Sementara ketaqwaan lebih diorientasikan kepada praktek- praktek pertapaan dan konsep-konsep magis. Tujuan hidupnya bermaksud menyusun kepribadiannya kedalam realita impersonalnya.9 Anshari menganggap manusia yang berpandangan antroposentris sebagai sufi adalah mereka yang berpandangan mistis dan statis. Padahal manusia antroposentris sangat dinamis karena menganggap hakikat realitas transenden yang bersifat intrakosmos dan impersonal datang kepada manusia dalam bentuk daya sejak manusia lahir. Daya itu berupa potensi yang menjadikannya mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Manusia yang memilih kebaikan akan memperoleh keuntungan melimpah (surga), sedangkan manusia yang memilih kejahatan, ia akan memperoleh kerugian melimpah pula (neraka). Dengan daya, manusia mempunyai kebebasan mutlak tanpa campur tangan realitas transenden. Aliran teologi yang termasuk dalam kategori ini adalah Qadariyah, Mu’tazilah dan Syi’ah. 2. Aliran Teologi Teosentris. Aliran teosentris menganggap bahwa hakikat realitas transenden bersifat suprakosmos, personal, dan ketuhanan. Tuhan adalah pencipta segala sesuatu yang ada di kosmos ini. Ia dengan segala kekuasaan-Nya, mampu berbuat apa saja secara mutlak. Sewaktu-waktu ia dapat muncul pada masyarakat kosmos. Manusia adalah ciptaan-Nya sehingga harus berkarya hanya untuk-Nya. Di dalam kondisinya yang serba relatif ciri manusia ialah migran abadi yang segera akan kembali kepada Tuhan. Untuk itu manusia harus mampu meningkatkan keselarasan dengan realitas tertinggi dan transenden melalui ketakwaan. Dengan ketakwaannya, manusia akan memperoleh kesempurnaan yang layak sesuai dengan naturalnya. Dengan kesempunaan itu pula manusia akan menjadi sosok yang ideal, yang mampu memancarkan atribut-atribut ketuhanan dalam cermin dirinya. Kondisi semacam inilah yang pada saatnya nanti akan menyelamatkan nasibnya di masa yang akan datang.10 Manusia teosentris adalah manusia yang statis karena sering terjebak dalam kepasrahan mutlak kepada Tuhan. Sikap kepasrahan, menjadikan ia tidak mempunyai pilihan. Baginya segala perbuatannya pada hakikatnya adalah aktivitas Tuhan. Ia tidak mempunyai pilihan lain, kecuali apa yang telah ditetapkan Tuhan. Dengan cara itu Tuhan menjadi penguasa mutlak yang tidak dapat diganggu- gugat. Tuhan dapat saja memasukkan manusia jahat ke dalam keuntungan yang melimpah (surga). Begitu pula, Dia dapat saja memasukkan manusia yang taat kedalam situasi serba rugi yang terus- menerus (neraka). 6 Ibid. hlm. 9. 7 Ibid. 8 Muhammad Fazlur Rahman Ansari, Konsepsi Masyarakat Islam Modern, Terj. Juniarso Ridwan, dkk., (Bandung: Risalah, 1984) hlm. 92. 9 Ibid., hlm. 92. 10 Ibid. 7 Aliran teosentris menganggap daya yang menjadi potensi perbuatan baik atau jahat manusia bisa datang sewaktu-waktu dari Tuhan. Oleh sebab itu, adakalanya manusia mampu melaksanakan suatu perbuatan tatkala ada daya yang datang kepadanya. Sebaliknya ia tidak mampu melaksanakan suatu perbuatan apapun tatkala tidak ada daya yang datang kepadanya. Dengan perantaraan daya, Tuhan selalu campur tangan. Bahkan, manusia dapat dikatakan tidak mempunyai daya sama sekali terhadap segala perbuatannya. Aliran teologi yang tergolong dalam kategori ini adalah: Jabariyah. 3. Aliran Konvergensi/ Sintesis Aliran konvergensi menganggap hakikat realitas transenden bersifat supra sekaligus intrakosmos, personal dan impersonal, lahut dan nashut, Makhluk dan Tuhan, sayang dan jahat, lenyap dan abadi, tampak dan abstrak, dan sifat lain yang dikotomik. Ibn-Arabi menamakan sifat-sifat semacam ini dengan insijam al-azali (pre-estabilizad harmony).11 Aliran ini memandang bahwa manusia adalah al- azali atau cermin asma dan sifat-sifat realitas mutlak itu. Bahkan seluruh alam (kosmos), termasuk manusiajuga merupakan cermin asma dan sifat-sifat-Nya yang beragam. Oleh sebab itu, eksistensi kosmos yang dikatakan sebagai penciptaan pada dasarnya adalah penyingkapan asma dan sifat-sifat- Nya yang azali. Aliran konvergerisi memandang bahwa pada dasarnya segala sesuatu itu selalu berada dalam ambigu (serba ganda), baik secara substansial maupun formal. Secara substansial sesuatu mempunyai nilai-nilai batini, huwiyah, dan eternal (qudim) karena merupakan gambaran Al-Haq. Dari sisi ini, sesuatu tidak dapat dimusnahkan, kecuali atas kehendak-Nya yang mutlak. Secara formal sesuatu mempunyai nilai-nilai zahiri, inniyah, dan temporal (huduts) karena merupakan cermin Al-Haq. Dari sisi ini, sesuatu dapat dimusnahkan kapan saja karena sifat makhluk adalah profane dan relative. Eksistensinya sebagai makhluk adalah mengikuti suunatullah atau natural law (hukum alam) yang berlaku. Aliran ini berkeyakinan bahwa hakikat daya manusia merupakan proses kerjasanm antar daya yang transendental (Tuhan)—dalam bentuk kebijaksanaan—dan daya temporal (manusia) dlam bentuk teknis. Dampaknya, ketika daya manusia tidak berpartisipasi dalam proses peristiwa yang terjadi pada dirinya, daya yang transendental yang memproses suatu peristiwa yang terjadi pada dirinya. Oleh karena itu, ia tidak memperoleh pahala atau siksaan dari Tuhan. Sebaliknya, ketika terjadi suatu peristiwa pada dirinya, sementera ia sendiri telah berusaha melakukannya, maka pada dasarnya kerjasama harmonis antara daya transendental dan daya temporal. Konsekuensinya, manusia akan memperoleh pahala atau siksaan dari Tuhan, sebanyak andil temporalnya dalam mengaktualkan peristiwa tertentu. Kebahagiaan, bagi para penganut ailiran konvergensi terletak pada kermampuannya membuat pendulum agar selalu berada tidak jauh ke kanan atau ke kiri, tetapi tetap di tengah-tengah antara berbagai ekstrirmitas. Dilihat dari sisi ini, Tuhan adalah sekutu manusia yang tetap, atau lebih luas lagi bahwa Tuhan adalah sekutu makhluk-Nya, sedangkan makhluk adalah sekutu Tuhannya. Ini karena, baik manusia atau makhluk merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan sebagaimana keterpaduan antara dzat Tuhan dan asma serta sifat-sifat-Nya. Kesimpulannya, kemerdekaan kehendak manusia yang profan selalu berdampingan dengan determinisme transcendental Tuhan yang sakral dan menyatu dalam daya manusia. Aliran teologi yang dapat dimasukkan ke dalam kategori ini adalah Asy’ariyah. 4. Aliran Nihilis. Aliran nihilis menganggap bahwa hakikat realitas transendental hanyalah iiusi. Aliran ini pun menolak Tuhan yang mutlak, terapi menerima berbagai variasi Tuhan kosmos. Manusia hanyalah bintik kecil dari aktivitas mekanisme dalam suatu masyarakat yang serba kebetulan. Kekuatan terletak pada kecerdikan diri manusia sendiri sehingga mampu melakukan yang terbaik dari tawaran yang terbutuk. Idealnya, manusia mempunyai kebahagiaan yang bersifat fisik, yang merupakan titik sentral perjuangan seluruh manusia.12[]. 11 Lihat Asy-Syikh Al-Akbar Muhyi Ad-Diin bin Arabi, Fushuh Al-Hikam, Komentar A.R. Nicholsom, Jilid II, t.t. hlm. 22. 12 Ibid., hlm. 92. 8 Pengertian Ahlussunah Wal Jama’ah Pengertian Ahlussunah Wal Jama’ah dijelaskan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani: Artinya: “Yang dimaksud dengan As-Sunah adalah apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW (meliputi ucapan, perilaku serta ketetapan beliau). Sedangkan pengertian Al-Jama’ah adalah segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan para Sahabat Nabi Muhammad SAW pada masa Khulafaurrashidin yang empat telah diberi hidayah (mudah-mudahan Allah SWT member Rahmat pada mereka semua).” (Al-Ghunyah li Thalibi Thariq Al-Haqq, Juz II., Hal. 80). Syaikh Abi Al-Fadhl bin Abdussyukur menjelaskan pengertian Ahlussunah Wal Jama’ah: Artinya: “Yang disebut Ahlussunah Wal Jama’ah adalah orang-orang yang selalu berpedoman pada As- Sunah Nabi Muhammad SAW dan jalan pada sahabatnya dalam masalah aqidah keagamaan, amal-amal lahiriyah serta akhlaq hati.” (Al-Kawakib al-Lamma’ah, Hal. 8-9). Mengenai dasar apa saja Sumber Hukum Islam yang dipakai oleh aliran Ahlussunah wal Jama’ah dalam menentukan hukum Islam, adalah sesuai dengan firman Allah SWT: Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, patuhlah kamu kepada Allah SWT, dan patuhlan kamu kepada Rasul serta Ulu Al-Amri diantara kamu sekalian, kemudian jika kamu berselisih paham tentang sesuatu, maka kembalilah kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, jika benar-benar kamu beriman pada hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. An-Nisa: 59). Berdasarkan ayat ini, ada empat dalil yang dapat dijadikan pijakan dalam menentukan hukum, yakni Al- Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Dari sinilah ditemukan bahwa makna Aswaja adalah ajaran yang mengikuti apa yang Rasul, dan Sahabat kerjakan. Dengan demikian pada dasarnya aswaja sudah ada pada zaman Rasul. tetapi Aswaja pada waktu itu hanya sebagai realitas komunitas muslim belum ada. Atau dengan kata lain kaum muslimin pada masa Rasulullah itulah Aswaja. Dengan demikian Ahlusunnah waljama'ah secara umum dapat diartikan sebagai "para pengikut tradisi Nabi Muhammad dan ijma (kesepakatan) ulama".13 13 Zamakhsyari Dhofier, Tradi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, (Jakarta: LP3ES, 1994) hlm.148 9 Ahlussunnah Wal Jama‘ah sebagai sebuah aliran (aliran yang menganut faham aswaja/berkonsepkan Aswaja) muncul karena adanya sebuah respon terhadap aliran Mu‘tazilah yang terkesan terlalu rasional sampai mengenyampingkan Sunnah.14 Dalam hal ini aliran Ahlussunnah Wal Jama‘ah dibagi menjadi dua golongan diantaranya adalah Asy‘ariyyah yang dipelopori oleh Abu Hasan Asy‘ari, dan Maturidhiyyah yang dipimpin oleh Abu Mansur Al Maturidi. Dan yang menyebar ke Indonesia adalah aliran Asy‘ariyyah menjelma menjadi NU yang didirikan oleh Hasyim Asy‘ari. Namun disini NU tidak hanya sebagai sekedar cabang dari asy’ariyyah, tapi NU adalah organisasi keagamaan yang sangat patuh, dan konsisten dalam menggunakan aswaja sebagai konsepnya, dan menggunkannya dengan sangat baik, sehingga NU tidak bisa dilepaskan dengan Aswaja atau boleh kita katakana ketika menyebutkan NU sama dengan menyebutkan Aswaja. Pada awalya makna Aswaja Indonesia adalah sama dengan pemahaman sebelumnya, yaitu ajaran yang sesuai dengan Hadits, dan ijma’ ulama. Namun, dalam hal ini terdapat spesifikasi yang lebih menyesuaikan dengan kultur Indonesia yang majemuk. Menurut KH Bisri Musthofa, definisi Aswaja, yaitu, paham yang menganut pola madzhab fikih yang empat, Imam Syafi'i, Imam Hanafi, Imam Hambali, dan Imam Maliki. Selain itu, dalam bidang akidah mengikuti Asy‘ari, dan Maturidi. Dalam bidang tasawuf mengikuti Junaid al Baghdâdî dan al Ghazâlî.15 Aswaja juga disebut paham yang mengikuti Asy‘ari, dan Maturidi. Adapun salah satu konsep dari pemahaman Aswaja di sini, yaitu tawasuth, tasamuh, tawazun dan amar ma'ruf nahi munkar. Yang dimaksud tawasuth (moderat) ini, sebuah sikap keberagamaan yang tidak terjebak terhadap hal-hal yang sifatnya ekstrim. Tasamuh, sebuah sikap keberagamaan dan kemasyarakatan yang menerima kehidupan sebagai sesuatu yang beragam. Tawazun (seimbang), sebuah keseimbangan sikap keberagamaan dan kemasyarakatan yang bersedia memperhitungkan berbagai sudut pandang, dan kemudian mengambil posisi yang seimbang dan proporsional. Amar ma'ruf nahi munkar, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.16 Aswaja sebagai paham keagamaan yang di dalamnya mempunyai konsep moderat (tawasut), setidaknya harus memandang, dan memperlakukan budaya secara proporsional (wajar). Karena budaya, sebagai kreasi manusia yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bisa terjamin. Budaya memiliki nilai-nilai positif yang bisa dipertahankan bagi kebaikan manusia, baik secara personal maupun sosial. Dalam hal ini asawaja dalam NU lebih condong bersifat substansial dari pada teknis.17 Dalam hal ini, berlaku sebuah kaidah fikih "al muhâfazhah alâ al qadîm al shalîh wal al akhzu bil jadidî al ashlâh", melestarikan kebaikan yang ada dan mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik. Dengan menggunakan kaidah ini, pengikut Aswaja memiliki pegangan dalam menyikapi budaya. Jadi tidak semuanya budaya itu jelek, selama budaya itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam, dan mengandung kebaikan maka bisa diterima. Bahkan bisa dipertahankan dan layak untuk diikutinya. Ini sesuai dengan sebauh kaidah fikih, "al adah muhakkamah" bahwa budaya atau tradisi (yang baik) bisa menjadi pertimbangan hukum. Berangkat dari paradigma Aswaja tersebut maka tampak jelas bahwa kaum Aswaja tidak mudahmengkafirkan atau mensyirikkan orang lain hanya karena dia menggunakan takwil atas teks-teks agama. Ini tentu berbeda dengan perilaku sebagian kelompok Islam garis keras di Indonesia dewasa ini. Kaum Aswaja bahkan juga tidak mudah menuduh sesat (bid’ah) terhadapmereka yang berseberangan pendapat menyangkut pengembangan tradisi masyarakat dan pemikiran keagamaan. Dalam tradisi fiqh sikap Aswaja ini dikemukakan dalam ucapan paraulama fiqh : “Ra’yuna shawab yahtamil al khata’ wa ra’yu ghairina khatha yahtamil al Shawab”(penda pat kami benar meski mungkin keliru, dan pendapat orang lain keliru tapi mungkin sajabenar). Pada sisi lain kaum Aswaja tidak sepenuhnya membiarkan berkembangnyapemahaman yang serba menghalalkan segala cara (ibahiyyah). Untuk menjembatanikesenjangan pemahaman antar umat, kaum Sunni mengemukakan prinsip “musyawarah” atau“syura” untuk mencapai kesepakakan dengan damai, tanpa kekerasan. Paradigma Aswaja di atas diyakini banyak pihak masih memiliki relevansi untuk mengatasi problem politik umat Islam Indonesia yang tengah berada dalam situasi yang mengkhawatirkan. Aswajalah golongan yang dapat menjawab secara telak tuduhan “ekstrimis” atau “teroris” yang dialamatkan kepada Islam. Hal ini karena Aswaja tidak pernah mengenal penggunaan cara-cara radikal atau cara-cara kekerasan atas nama atau simbol agama terhadap orang lain meski mereka berbeda aliran keagamaan bahkan terhadap mereka yang berbeda agamanya.18 Aswaja juga tidak pernah menganjurkan pengikutnya untuk memulai perang terhadap orang kafir/non muslim. Perang dapat dijalankan hanya dalam rangka membela diri dari serangan mereka. Jika ada kemunkaran yang terjadi dalam masyarakat, doktrin Aswaja mengajarkan “Amar Ma’ruf Nahi Munkar”, melalui “hikmah” (ilmu pengetahuan), mau’izhah hasanah (nasehat yang santun) dan mujadalah billati hiya ahsan (berdebat dengan cara yang terbaik). Cara lain adalah melalui aturan-aturan hukum yang adil dan 14 Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI Press, 1986) hlm. 65 15 Mujamil Qomar, , NU Liberal; Dari Tradisionalisme Ahlusunnah ke Universalisme Islam, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 62 16 Masyhudi Muchtar, Aswaja An-Nahdliyah, Ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah yang Berlaku di Lingkungan Nahdlatul Ulama, (Surabaya: Khalista, Cet. I., Maret 2007) hlm. 51-52 17 Abdurrahman Wahid, Tuhan Tak Perlu Dibela, (Yogyakarta: LKIS, cet v, 2010) hlm.37 18 Artikel KH. Husein Muhammad, Aswaja Di Antara Dua Kutub Ekstrimitas, Jumat, 02 November 2007. 10

Description:
CURRICULUM VITAE PENULIS … .. Sunah Nabi Muhammad SAW dan jalan pada sahabatnya dalam masalah aqidah keagamaan, amal-amal lahiriyah serta akhlaq hati 16 Masyhudi Muchtar, Aswaja An-Nahdliyah, Ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah yang Berlaku di Lingkungan Nahdlatul Ulama,.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.