• • • • . .. • • • GEGURIT AN PUR W A SANGARA • • • • • • .. • • ' , ... ~, Milik Depdikbud PPS/ 81/ 1/ 86 Tidak diperdagangkan G e g u r i t a n P U R W A S A N G A R A • Karangan IDA COKORDA I Departemen Pendidikan dan Kebudayaan PROYEK PENERBITAN BUKU SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Jakarta 1987 . Diterbitkan oleh Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan oa·erah Hak pengarang dilmdungi undang-undang - PENGANTAR Geguritan Purwa Sangara adalah salah satu karangan Ida Co • korda Denpasar Bali, yang mengungkapkan bahwa saat Kali Sa ngara orang-orang cenderung berbuat asusila. Saat ini kehidupan orang-orang dilandasi· sifat-sifat kekerasan, individualis, angkuh hingga menimbulkan kekacauan membuat kehancuran negara. Semua keadaan ini menimbulkan keresahan raja-raja Dwarawa ti dalam menghadapi kenyataan terse but. Semua ini terlihat dalam Purwa Sangara pertama. Cerita ini dimulai saat hadirnya tiga orang Resi yaitu resi Wis mamitra, Kanya, dan Danghyang Narada ke Dwarawati. Keda tangan ke tiga Resi ini diperolok-olok oleh Sang Samba beserta kawan-kawannya. Sang Samba dengan pakaian wanita minta agar Sang Resi menebak bagaimana keadaan putra yang dikandungnya. Para Resi itu marah kemudian mengutuk Samba agar ia beranak palu besi. Kutukan para .Resi itu terbukti, Sang Samba kemudian melahirkan sebuah gada besi. · Hal ini menimbulkan keresahan rak- • yat dan raja-raja Dwarawati. .. Keresahan para raja Dwarawati terbukti, saat terjadi kegaduh an antara sesama rakyat Dwarawati di tepi laut. Kegaduhan ini menyebabkan kehancuran seluruh putra raja dan raja-raja Dwara wati kecuali Kresna dan Baladewa terhindar dari malapetaka ini. Selanjutnya dalam Purwa Sangara ke dua adanya usaha Sang Purusada untuk memenuhi janjinya kepada Batan1: Kala, mem persembahkan seratus orang raja, setelah ia sembuh dari penyakit yang dideritanya. Dalam usaha mendapatkan seratus orang raja itu Purusada selalu mengadakan peperangan dengan rregara yang di datanginya. Hal ini menimbulkan kegelisahan para raja. Banyak raja yang lari ke Astin a memin ta perlindungan. Raja Astina bersama Sang Sutasoma penjelmaan Budha memi liki sifat-sifat luhur, berani, jujur, setia, dan bijaksana. Setelah genap seratus orang raja yang tertangkap, Sang Purusa da segera hendak mempersembahkan kepada Batara Kala, narnun 5 Batara Kala tak bersedia menerimanya karena di antara raja-raja terse but tak terdapat Sang ·sutasoma. Hal ini diketahui oleh Sang Sutasoma dan dengan tulus hati ia menyerahkan diri untuk diper sembahkan kepada Batara Kala. Saat Batara Kala melihat keda tangan San& Sutasoma, Batara Kala segera hendak menelannya. Namun Batara Kala sakit perut karenanya. Dengan segala rintihan dan !penuh pengharapan sang Sutasoma agar mau keluar dari dalam perutnya. Sang Sutasoma memenuhinya. Setelah memberi pelajaran dan petunjuk-petunjuk kedarman Betara Kala akhirnya kembali ke Surga. Seluruh raja dan balaten tara yang mati dalam peperangan dihidupkan kembali oleh Sang Su tasoma serta semua raja dernikian pula Sang Purusada mendapat ajaran darma sebagai bekal hidupnya. Semoga buku ini bermanfaat bagi masyarakat luas untuk me lestarikan Sastra Daerah. Jakarta, 1986 Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. 6 ALIH BAHASA GEGU~TANPURWASANGHARA .. Mudah-mudahan selamat 1b . 1. Karangan ini mempergunakan tembang Dangdang Gendis, namun dengan tembang cara Surakarta, disusun dengan ba hasa Bali, ditambah dengan bahasa apa saja, bahasa-bahasa lain agar cukup bait, yang penting bisa Ian car, sesuai dengan dingdung, karena belum biasa, belum biasa menyusunnya, agar indah dan serasi, jalannya cerita. 2. Semoga dimaafkan, siapa saja yang melihatnya, pengarang mempunyai banyak kekurangan, tak dapat membuat sesem puma mungkin, walaupun banyak yang dicela, .karena musim kekurangan, semua serba halus, terasa banyak yang kaku, keluar dari segala yang belum diketahui, namun sering melu kainya. 3. Yang diceritakan adalah cerita tentang saat kekacauan, banyak raja dan dunia mengalami kegoncangan, kacau jiwanya, saat itu tahun seribu, empat puluh dua, tahun Caka, seribu delapan ratus, dua puluh tujuh, belum hentinya kekacauan di dunia, Sanghyang Purusangk~ra. 7 • 2a. 4. Tersebutlah cerita Bharatayudha jaman dahulu, antara masa kekacauan, termasuk dalam Adiparwa, permulaan masa ini, yang dilanjutkan dengan hancurnya Dwarawati, tahun tiga puluh enam, mulainya kejadian, Hyang Kali Purusangkara, dilanjutkan sampai saat sekarang, masih banyak yang kacau. 5. Bila dihitung tahun Cakanya masa yang lalu, tibanya masa Purusangkara, tiga hal dileretkan, dihitung ratus, lebih delapan puluh lima, dari perhitungan tahun, mungk.in umumya sudah habis, konon kekacauan mulai, saat rusak negara Dwarawati, tersebut dalam Parwa. 6. Bermula terdapat tiga orang Resi, resi Wiswamitra resi Kanya, dan juga danghyang Narada, pergi ke tanah lapang, di Dwara wati, para Yuda semua girang, tiba-tiba ingin mencoba, perco baaannya bercampur durhaka, mencari jalan agar dapat mem permainkan, tidak terasa akan menim bulk an keburukan. 2b. 7. Berkata dengan akal yang licik, Samba seorang penganten ba ru, berpakaian wanita, sang Wabru suaminya, namun sang Sam ba sebagai orang lupa, saat setelah berhias, kelihatannya ha lus manis, sangat indah dan serasi setiap yang dilakukannya, namun agak kurang kulitnya tidak kuning, menyerupai Betara Kresna. 8. Terlalu hitam pekat, manis dan berseri-seri, laksana seorang wanita sebenamya, walaupun orang yang biasa melihatnya, akan bingung dan mengatakan wanita sebenarnya, karena me mang putra raja yang bagus, dan cocok memakai segalanya, amat bagus tetapi berbuat demikian ini, kiranya keinginan yang keliru. 9. Disangkanya tidak akan menimb ulkan bencana, tak mungkin tak akan dimaafkan, karena sudah banyak berkorban, meno long para pendeta, karena sengaja agar dapat mengalahkan, mengadu kebijaksanaan, karena sudah suratan Takdir, kunang kunang ingin mengalahkan bulan, tak akan mungkin terlak sana. 8