ebook img

Fundamentalisme, Radikalisme, Terorisme: Perspektif atas Agama, Masyarakat dan Negara PDF

586 Pages·2017·9.183 MB·Indonesian
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Fundamentalisme, Radikalisme, Terorisme: Perspektif atas Agama, Masyarakat dan Negara

FUNDAMENTALISME, TERORISME DAN RADIKALISME Perspektif atas Agama, Masyarakat dan Negara Herdi Sahrasad & Al Chaidar FUNDAMENTALISME, TERORISME DAN RADIKALISME Perspektif atas Agama, Masyarakat dan Negara Penulis: Herdi Sahrasad & Al Chaidar Editor: Achyanuddin Tata Letak & Perwajahan Sampul: Achyanuddin Penerbit: Freedom Foundation & Centre for Strategic Studies - University of Indonesia (CSS-UI) Copyright © 2017 All rights reserved. ISBN: 1540371034 ISBN-13: 978-1540371034 PENGANTAR  Tulisan-tulisan yang dikumpulkan dalam buku ini meru- pakan risalah, esai dan artikel yang bertebaran di media online, suratkabar/media cetak dan jurnal-jurnal. Dengan ketekunan, editor buku ini memilih berbagai tulisan yang tak terdokumentasikan dengan baik itu, sehingga akhirnya bisa disunting dan diterbitkan. Sebagaimana kita ketahui, pasca jatuhnya Orde Baru Soe- harto, isu terorisme mencuat di ruang publik. Aksi teror- isme adalah strategi paling radikal dan banal serta ekstrim yang diambil para aktor dan aktivis Islam pasca Orde Baru. Di luar aksi terorisme, sebenarnya ada dua strategi gerakan radikal Islam yang menjadi penting ketika rezim yang berkuasa memberikan angin segar kebebasan setelah lama gerakan Islam dipinggirkan secara politik oleh rezim Orde Baru itu. Strategi pertama melalui jalur kepartaian dan strategi kedua membentuk ormas-ormas Islam radikal yang memperjuangkan syariat Islam melalui jalur kultural; dak- wah Islam dan aksi unjuk rasa, baik ke parlemen maupun ke istana negara. Kolaborasi ini tampaknya menjadi kekuatan yang cukup signifikan untuk melakukan perubahan secara HERDI SAHRASAD & AL CHAIDAR bertahap di dalam sistem sosial dan kenegaraan bangsa Indonesia. Pada gilirannya, atribut, slogan, dan nama-nama Islam begitu ramai diteriakkan sebagai bagian dari pentas kekuatan dan panggung pergulatan. Pergerakan Islam radikal memang sedang merambah ke wilayah-wilayah yang berpenduduk mayoritas Muslim di seluruh dunia. Indonesia, Filipina dan Malaysia, yang secara statistik berpenduduk mayoritas Muslim telah mengalami gejala globalisasi Islam radikal. Realitas ini dapat dilihat dari perkembangan kelompok Abu Sayyaf pimpinan Abu Bakar Janjalani di Filipina, Laskar Jihad dan Front Pembela Islam (FPI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Majelis Mujahidin, Ikhwanul Muslimin, dan lain sebagainya di Indonesia, dan Kelompok Mujahidin Malaysia (KMM), sebuah organisasi di bawah payung PAS di Malaysia. Mereka dianggap telah mengembangkan operasi selama beberapa dekade terakhir, menghimpun dana, melatih milisi, materi dan pengalaman untuk melawan Barat dan kekuatan sekuler, di samping memperjuangkan Islam secara radikal, agung dan sentral, dari Malaysia sampai Senegal, dari Sovyet (Rusia) sampai daerah-daerah pinggiran di Eropa yang dihuni oleh imigran yang sudah mapan. Kebangkitan Islam ini oleh Gilles Kepel (1996) dinilai seba- gai bagian dari gerakan bawah tanah guna mengislamkan kembali kehidupan dan tradisi keseharian dan mengorgani- sasikan kembali eksistensi individual sesuai dengan ajaran Kitab Suci. Studi Hermann Frederick Eilts (1987) menunjukkan bahwa, kebangkitan Islam dimulai semenjak lengsernya Shah Iran Reza Pahlevi, yang kemudian ditandai dengan tampilnya iv FUNDAMENTALISME, RADIKALISME DAN TERORISME Imam Khoemaini sebagai pemimpin Revolusi Iran tahun 1979. Ditambah lagi, pada fase pertengahan terakhir 1970-an terjadi pergolakan di Iran, Mesir, Saudi Arabia, Syria, Pakistan, dan Afghanistan yang menyadarkan Barat tentang bangkitnya ”Islam militan” atau ”kebangkitan Islamisme.” Dalam hal ini, di Indonesia kelompok-kelompok Muslim radikal melihat masyarakat kita mengalami sekularisasi, dekadensi moral dan krisis kepemimpinan. Hal tersebut lantas memantapkan keyakinan mereka bahwa solusinya adalah Islam. Pergaulan bebas, permisivisme, aborsi, kena- kalan remaja, lemahnya supremasi hukum (KKN), dan semakin tidak bermoralnya para pemimpin bangsa membe- rikan keyakinan bahwa sekularisasi telah gagal menjadi bagian dari kehidupan bangsa. Karena itulah, bagi kaum muslim radikal, menerapkan syariat Islam secara kaffah dianggap sebagai solusi yang tepat. Radikalisasi yang tum- buh di kalangan muslim adalah efek domino dari kebob- rokan sistem sosial masyarakat yang yang sudah tidak lagi mengindahkan moral dan peraturan agama. Itu sebabnya, mereka yakin bahwa Islam mampu menyelesaikan semua problem masyarakat agar menjadi lebih Islami; agar tidak ada KKN, agar pergaulan antar remaja lebih Islami, dan tidak ada lagi perilaku tidak bermoral di bumi Indonesia. Tentu saja, kalau dibentangkan, masih banyak alasan dan masalah yang membuat radikalisasi umat Islam itu terjadi. Buku ini disemangati oleh para senior, rekan dan sahabat yang membuat spirit kami dalam bekerja dan menulis tidak kunjung padam, meski sempoyongan dihadang banyak kendala dan kesulitan. Karenanya, kami berterima kasih kepada dr. Hariman Siregar, Ken Ward, Prof Juwono v HERDI SAHRASAD & AL CHAIDAR Sudarsono, Dr. Rizal Ramli, Ir Suko Sudarso, dr.Gurmilang Kartasasmita, Prof. M. Dawam Rahardjo, AM Hendropri- yono, Prof. Azyumardi Azra, Hamid Algar, Mai Dar, Blake Respini, Steven Fish, Laurie Sears, Loren Ryter, dan Glenny Kauripan. Begitu pula kepada Nanang Tahqiq, A. Muis Naharong, Fachry Ali, Yudi Latif, Pipip A Rifai Hasan, M. Amin Nurdin, Abdul Hadi WM, Bursah Zarnubi, Muchlis Hasyim, Tjatur Sapto Edi, Rocky Gerung, Achyanuddin, Rauf Arumsyah, Fuad Bawazier, Dang Fathurahman, Airlangga Pribadi, A Fahmi Panimbang, Asrori, Boy Mahromi, Miming Ismail, Cherry Augusta, Zuly Qodir, Muhamad Muntasir, Zulfikar Salahudin, Imam Shalahudin, M Subhi Ibrahim, Aan Rukmana, Fuad Mahbub Siraj, Khudory Husnan, Muh Nabil, Didi Irawadi Syamsuddin, Adhyaksa Dault, Zulkifli- mansyah, Taufik Rahzen, Uju Junaedi, Umar Bakri Suryadi, Tinton Winaryanto, Donny Bambang PS, Bambang Widiat- moko, Sigid ES Mardeo, M Yudhie Haryono, Ham-dani, Ilhan Erda MS, Sukoso DM, T.Taufiqulhadi, Sugeng Supar- woto, Ndundut Budianto, Wewed Urip Widodo, Ahmad Fadillah, Angko Setiyarso Widodo, Dhuha Hadiyansyah, Umar Hamdani, Fathor Rasi, Isti Nugroho, rekan-rekan Founding Fathers House Jakarta, CSS-UI, Indonesia Demo- cracy Monitor (INDEMO) dan keluarga besar Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina. Akhirul kalam, tak ada gading yang tak retak, buku ini kami serahkan kepada sidang pembaca yang budiman, agar kiranya dapat diberikan koreksi, kritik dan saran. Aceh-Jakarta, Januari 2017 vi DAFTAR ISI    Pengantar - iii Daftar Isi - vii  Perang Wacana Islam Liberal Versus Islam Fundamental - 1  Perkembangan Jaringan Terorisme Global, Nasional dan Upaya Pencegahannya - 77  Geopolitik Islam vis-à-vis Barat: Fundamentalisme dan Terorisme di Abad Kapitalisme - 191  Terorisme, Barat dan Islam - 226  Abu Sayyaf dan Muslim Moro di Filipina Selatan: Konflik dan Teror yang Panjang - 248  Islamisme, Soft Power dan Doktrin ”Imperialisme Demokratik” George W. Bush -292  Islamisme, Kapitalisme dan Negara Bangsa Modern - 318  Santoso dan Globalisasi Terorisme - 341  Fundamentalisme, Radikalisme dan Terorisme di Indonesia: Sebuah Refleksi - 350  Kontra Wacana Terorisme: Kerangka Konsepsional Penggunaan Diskursus Keagamaan dalam Program Anti-Teror - 397  Terorisme, Deradikalisasi dan Humanisasi - 440  Wahabisme dan Muslim Tradisional: Tegangan dan Perbenturan - 450  Hambali: Aktor Kepercayaan Osama bin Laden di Asia Tenggara - 464 HERDI SAHRASAD & AL CHAIDAR  Islam dan Radikalisme: Dari Ayat Suci Sampai Allahcracy - 494 Bibliografi - 555 Biografi - 571 viii PERANG WACANA ISLAM LIBERAL   VERSUS ISLAM FUNDAMENTAL  Pendahuluan Dalam pelbagai percakapan dengan para aktivis HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), IMM (Ikatan Mahasiwa Muhammadiyah) dan PII (Pelajar Islam Indonesia), saya mendapat pertanyaan, mengapa berminat mengkaji kembali perang wacana (polemik) Jaringan Islam Liberal (JIL) versus Islam fundamental? Langkah apakah yang dikerjakan oleh Jaringan Islam Liberal (JIL) versus Islam fundamental untuk mengatasi kemis- kinan, ketidakadilan, korupsi dan pelanggaran HAM di negeri ini? Adakah sumbangsih kedua mazhab Islam itu untuk rakyat kebanyakan yang ditipudaya oleh elite penguasa dan para kapitalis? Bukankah program kedua kelompok Islam itu dikhawatirkan menjadi proyek “bisnis agama” untuk mencari dana juga? Pertanyaan-pertanyaan para aktivis santeri itu mengusik penulis untuk menelusuri perang wacana dan tarik-ulur JIL dan Islam fundamental lebih jauh, dalam batas-batas ke-

See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.