ebook img

Faizah Ali Syobromalisi-FU PDF

76 Pages·2016·1.15 MB·Indonesian
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Faizah Ali Syobromalisi-FU

LAPORAN PENELITIAN PEREMPUAN DALAM TRADISI TAFSIR KONTEMPORER DI INDONESIA (Studi Perbandingan Pemikiran Hamka dalam Tafsir Al-Azhar Dan Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Misbah) Oleh: Faizah Ali Syibromalisi UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah dengan izin-Nya dan dengan bantuan berbagai fihak akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan pemahaman terhadap pesan-pesan Al- Quran. Penulis juga berharap hasil penelitian ini bisa memberi pencerahan kepada perempuan mengenai posisi dan perannya sebagai mitra sejajar kaum laki-laki. Sebagai Kitab suci yang berfungsi sebagai petunjuk dan ajaran moral universal bagi umat manusia, Al-Quran diyakini akan senantiasa relevan untuk setiap waktu dan tempat (shalih li kulli zaman wa al-makan). Asumsi ini membawa implikasi bahwa Al- Quran harus terus di tafsirkan, sehingga dapat menyelesaikan berbagai problem sosial di era kontemporer ini. Banyak hal yang harus diluruskan dari persepsi masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama atau yang dipengaruhi oleh penafsiran yang dianggap diskriminatif terhadap masalah-masalah perempuan. Misalnya anggapan laki-laki lebih utama daripada kaum perempun yang dikenal dengan paham patriakhal, yang mengakibatkan peran perempuan terpinggirkan, perempuan tidak punya peluang untuk berkarir di dalam atau pun di luar rumah dan lain-lain. Kenyataan ini telah memunculkan ide-ide pembaharuan dalam penafsiran. Corak adabi ijtima‟i atau sosial budaya yang digagas, telah mengaitkan penafsiran dengan berbagai problematika yang terjadi di masyarakat untuk dicarikan solusinya. Pembarauan ternyata membawa pengaruh terhadap penafsiran sehingga kajian tafsir semakin meluas. Tuntutan keadilan dan kesetaraan perempuan dengan laki- laki memunculkan kajian-kajian tafsir yang berorientasi sosial. Tema-tema terkait masalah perempuan banyak digagas dan disosialisasikan sebagai bentuk kepedulian agama terhadap perempuan. Dalam hal ini, karya dua orang mufasir Indonesia terkemuka, Hamka dan M. Quraish Shihab, menjadi menarik untuk dikaji. karena Hamka dan Quraish telah menulis berbagai kajian yang menyentuh permasalahan kehidupan perempuan, tentu dalam konteks masyarakat Indonesia kontemporer. Hamka dan Quraish telah melakukan kajian kritis atas realitas sosial perempuan yang terjadi pada saat tafsir itu ditulis, sebagai upaya membimbing dan meluruskan pemahaman keagamaan yang dianggap melenceng dari ajaran Al-Quran. Semangat untuk melakukan perubahan sosial dan pembaharuaan melalui rekonstruksi pemahaman teks-teks keagamaan nampak dari motivasi Hamka dan Quraish dalam menafsirkan. Ia ingin menghadirkan Al-Quran sebagai sumber hidayah dan petunjuk dalam memecahkan berbagai persoalan dalam konteks ke- Indonesia-an. Banyak kita temukan dalam tafsir Hamka bahasan beberapa isu kontemporer yang menggelisahkan umat. Ia juga melakukan perombakan terhadap praktek-praktek bid‟ah dan adat istiadat, terutama perlakuan masyarakat terhadap perempuan di Sumatra Barat, yang dianggapnya tidak sesuai dengan ajaran agama. Quraish juga tidak bisa dipisahkan dari konteks pembaharuan, disamping semangatnya untuk menghadirkan karya tafsir Al-Quran kepada masyarakat secara normatif, karya- karyanya seputar masalah perempuan telah menjadi bukti kepeduliannya terhadap masalah perempuan Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah melalui Kementrian Agama yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada Universitas Islam Negeri Jakarta untuk melakukan penelitian dalam bidang ilmu tafsir dan kesediaannya membiayai penelitian ini. Penulis telah memilih judul Perempuan Dalam Tradisi Tafsir Kntemporer Di Indonesia. Studi Perbandingan Pemikiran Hamka Dalam Tafsir Al- Azhar Dan Quraish Dalam Tafsir al-Misbah. berkat penelitian ini penulis bisa memaparkan cara pandang dan kandungan penafsiran yang di tulis oleh Hamka dan Quraish terkait masalah cerai, karir dan jilbab. Dengan penelitian ini penulis juga bisa mengungkap darinpenafsiran Hamka dan Quraish lokalitas tafsir atau nuansa ke Indonesiaan dan notentisitas tafsirnya. Sebagai hasil karya manusia penelitian ini jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang menjadikan buku ini lebih baik lagi. Hanya kepada Allah penulis mengangkat kedua tangan, berdoa, memohon semoga hasil penelitian ini sedikit banyaknya dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu tafsir dan penafsiran. Jakarta, 28 November 2014 Penulis ttd Faizah Ali Syibromalisi PEDOMAN TRANSLITERASI Dalam penulisan hasil penelitian ini, penulis menggunakan pedoman transliterasi sebagai berikut: A. Konsonan Arab Latin Arab Latin أ a غ th ب b ظ zh ت t ع „ ث ts غ gh ج j ف f ح h ق q خ kh ك k د d ه l ذ dz ً m ز r ُ n ش z ٗ w س s ٓ h ش sy ء „ ص sh ٛ y ض dh B. Vokal Pendek C. Vokal Panjang a Contoh ََأرَ َق ditulis qara‟a â Contoh اهاق ditulisَ qâmâ i Cotoh َنَ حِ رَ ditulis rahima î Contoh نيحر ditulis rahîm u Contohَبَ ُتكُ ditulis kutub û Contoh مولع ditulis „ûlûm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah menjadi suatu kenyataan bahwa penafsiran dan pemahaman terhadap ayat- ayat Al-Quran mempunyai peranan yang sangat besar bagi perkembangan umat. Prinsip-prinsip Al-Quran telah dijadikan pijakan untuk menjawab tuntutan perkembangan zaman yang bersifat temporal dan partikular. Berbagai penafsiran Al- Quran sepanjang sejarahnya telah mencerminkan perkembangan serta corak pemikiran masyarakatnya. 1 Salah satu kegelisahan umat terkait penafsiran Al-Quran adalah adanya kesenjangan antara produk tafsir yang hadir dan dikonsumsi oleh masyarakat dengan problematika sosial yang dihadapinya. Kebutuhan masyarakat terhadap Al-Quran saat ini tidak hanya pada kandungan makna dan hukum-hukumnya saja sebagaimana yang biasa mewarnai tafsir-tafsir klasik, tetapi lebih pada penafsirannya yang realistis dan aplikatif.2 Perkembangan zaman yang terus berubah dihadapkan dengan penafsiran teks yang monoton inilah yang melahirkan sebuah kesenjangan. Kesenjangan antara teks dengan persoalan-persoalan kemanusian dapat diartikan sebagai kegagapan atau ketidakmampuan umat Islam untuk mengaitkan ajaran-ajaran Islam dalam Al-Quran dengan isu-isu kemanusiaan. Disinilah urgensinya upaya mendialogkan ayat-ayat Al-Quran dengan realitas sosial yang dinamis. Upaya yang dilakukan tentunya membutuhkan sebuah pembaharuan dalam tafsir, karena setiap muslim harus meyakini bahwa Al-Quran bukan sekedar dibaca secara lafdziah tetapi harus selalu direnungkan kandungan maknanya sehingga Al-Quran benar-benar berfungsi sebagai ppetunjuk kehidupan. Kajian Al-Quran yang menjadi fokus utama studi ke Islaman, bisa menjadi inspirator bagi pengembangan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat di Indonesia. 1 Abdul Mustaqim, Epistemologi TafsirKontemporer: (Yogyakarta: LKIS Salakan Baru no 1 Sewon Bantul Cet ke III 2012 ) hal 54. 2 Nasr Hamid Abu Zaid , al-Imam asy-Syafi‟i wa ta‟sis al-aidologiah al-wasathiyah, ( Cairo: Sina‟ li an-Nasyr , 1992), h. 4 Al-Quran tidak hanya berfungsi sebagai sumber ritual belaka, melainkan ia mampu dihadirkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi pedoman dan pijakan dalam merumuskan tatanan masyarakat Indonesia yang modern dan beradab. Al-Quran sebagai sumber keilmuan ke-Islam-an merupakan sesuatu yang menjadi bagian dari pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam di Indonesia. Oleh sebab itu tafsir yang dikembangkan harus memiliki ciri khas pembeda dengan yang sudah ada, diantaranya adalah pengayaan perspektif serta pemuatan budaya nlokal dalam corak penafsirannya. Konteks ke Indonesiaan menjadi penting dalam kajian Islam di Indonesia karena beberapa alasan. Diantaranya pertama institusi pendidikan Islam di Indonesia baik perguruan tinggi maupun pesantren dan madrasah sangat banyak bahkan mencapai ribuan. Banyaknya jumlah institusi pendidikan Islam meniscayakan model kajian Islam yang berwawasan ke Indonesiaan sebagai salah satu pilar pembangunan peradaban Islam yang sejatinya memiliki ciri khas ke Nusantaraan yang bisa dibandingkan dengan pusat Islam yakni Timur Tengah. Kedua nuansa kajian Islam yang dikembangkan baik di pesantren, madrasah maupun perguruan tinggi masih bernuansa budaya Arab. Ketiga persoalan sosial kemasyarakatan di Indonesia juga membutuhkan kontribusi kajian keagamaan, tidak terkecuali kajian tentangtafsir Al-Quran. Dengan demikian Islam tidak saja menjadi bahan perbincangan dari sudut pandang ritual semata, melainkan bisa memberikan kontribusinya dalam bentuk perspektif dalam membantu menjawab permasalahan sosial kemasyarakatan dan kebangsaan.3 Beberapa hal yang dianggap menjadi problem dalam penafsiran adalah soal misogini stereotype perempuan dalam berbagai permasalahan seperti perceraian, karir perempuan dan keharusan menutup kepala atau berjilbab. Pembahasan masalah- masalah tersebut dalam kitab-kitab tafsir klasik sangat dianggap diskriminatif. Persepsi masyarakat tentang masalah-masalah perempuan yang dipengaruhi oleh penafsiran yang dianggap diskriminatif tersebut harus diluruskan. Anggapan laki-laki lebih utama daripada kaum perempuan yang dikenal dengan paham patriakhal, mengakibatkan peran perempuan terpinggirkan baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam bidang pekerjaan. Ajaran Islam sendiri tidak sejalan dengan paham patriakhal yang tidak memberikan peluang bagi perempuan untuk berkarya di dalam ataupun di luar rumah. 3 M Nur Kholis setiawan, Pribumisasi Al-Quran Tafsir berwawasan ke Indonesiaan Penerbit Kaukaba Dipantara YOGYAKARTA Cet I Mai 2012, hal12-13 Bila terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan itu adalah akibat fungsi dan peran yang diemban masing-masing, yang dimaksudkan untuk mendukung misi pokok Al-Quran, yaitu terciptanya hubungan harmonis yang didasari rasa kasih sayang. Penelitian ini mengetengahkan dua orang mufasir Indonesia Hamka dan Quraish shihab, keduanya telah melakukan kajian kritis yang dibingkai dalam pendekatan tafsir. Tafsir Al-Azhar karya Hamka dan Tafsir Al-Mishbah karya Quraish adalah manifestasi model tafsir yang mencoba memahami ayat-ayat Al-Quran secara tahlili dan tematik dengan corak dan pendekatan konteks sosial kemasyarakatan.4 Tujuannya adalah membimbing dan meluruskan pemahaman keagamaan masyarakat yang dianggap melenceng dari ajaran Al-Quran. Keduanya bersemangat untuk melakukan perubahan sosial dan pembaharuaan melalui rekonstruksi pemahaman teks- teks keagamaan. keduanya ingin menghadirkan Al-Quran sebagai sumber hidayah dan petunjuk dalam memecahkan berbagai persoalan dalam konteks ke Indonesiaan. Tafsir karya Hamka dan Quraish merupakan karya tafsir yang mengisi kekurangan kajian Al-Quran tafsir yang didasari oleh kebutuhan konteks ke Indonesiaan kontemporer. Rujukan kajian tafsir yang banyak digunakan di kalangan perguruan tinggi Islam, pesantren dan lembaga pendidikan keIslaman, masih didominasi oleh karya-karya tafsir klasik dan menengah yang tidak banyak menyentuh konteks ke Indonesiaan tersebut. Penafsiran Al-Quran yang dilakukan Hamka dan Quraish ini akan dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini secara komprehensif, untuk melihat cara pandang dua tokoh tafsir ini terhadap isu-isu perempuan, berdasarkan semangat lokalitas ke Indonesiaan. Masalah-masalah perempuan seperti perceraian yang jumlahnya terus meningkat belakangan ini yang dampaknya berimbas pada anak-anak, hukum memakai jilbab yang menjadi masalah yang ramai diperdebatkan. Masalah lain yang tetap menarik adalah seputar hak perempuan untuk berkarir diluar rumah. Untuk itu penelitian ini mengambil judul” Perempuan Dalam Tradisi Tafsir Kntemporer Di Indonesia. Studi Comparative Pemikiran Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar Dan Quraish Dalam Tafsir al-Misbah 4 corak sosial kemasyarakatan atau adabi ijtima‟i. Adabi Ijtimai yaitu suatu corak tafsir yang menafsirkan ayat-ayat Al-Quran yang mengungkapkan dari segi balaghah, dan kemukjizatannya, menjelaskan makna-makna dan susunan yang dituju oleh Al-Quran mengungkapkan hukum-hukum alam dan tatanan-tatanan masyarakat yang dikandung didalamnya. Sayyid Agil Husain al-Munawar, “I‟jaz Al- Quran dan Metodologi Tafsir”, (Semarang: Dina Utama, 1994), Cetakan ke-1, hal: 37. B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah Dari latar belakang yang diuraikan diatas, dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : 1. Apa rujukan terpenting yang dipakai Hamka dan Quraish dalam menafsirkan 2. Sejauh mana pandangan Hamka dan Quraish tentang isu-isu perempuan seperti perceraian, jilbab dan karir perempuan. 3. Sejauh mana Hamka dan Quraish meletakkan cara pandangnya dalam tafsîr konteks ke-Indonesiaan. 4. Sejauh mana tafsîr Hamka dan Quraish otentik dan khas Indonesia. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui sejauh mana pandangan Hamka dan Quraish tentang kasus perempuan seperti perceraian, jilbab dan karir perempuan. 2. Untuk mengetahui sejauh mana Hamka dan Quraish meletakkan cara pandangnya dalam tafsîr kontek ke-Indonesiaan 3. Untuk mengetahui apa rujukan terpenting yang dipakai Hamka dan Quraish dalam menafsirkan. 4. Untuk mengetahui sejauh mana tafsîr Hamka dan Quraish otentik dan khas Indonesia. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dilakukannya penelitian ini secara teoritis adalah: 1. Sebagai upaya pengembangan wawasan ilmu pengetahuan tafsîr perempuan di Indonesia. 2. Untuk meningkatkan kesadaran sosial perempuan seputar masalah perceraian, pemakaian jilbab dan hak perempuan untuk berkarya. 3. Untuk mendapatkan data yang utuh tentang tafsîr perempuan di Indonesia. 4. Untuk mengetahui sejauh mana Hamka dan Quraish mampu mempengaruhi cara pandang masyarakat tentang perempuan pada hal-hal terkait. BAB II KERANGKA TEORI A. Kajian Pustaka Adapun penelitian yang meneliti pemikiran Hamka dan Quraish dengan berbagai pendekatan-pendekatan ilmu banyak dilakukan, seperti M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsîr Al-Azhar, 2004. Telaah Kritis Tafsîr al-Misbâh Muhammad Quraish Shihab; Tentang Muka Masamnya Nabi saw, oleh Shaleh Andishmand, 18 Februari 2007. Artikel ini mengungkapkan komentar penulis terhadap penafsiran Muhammad Quraish Shihab terhadap ayat dalam surat „Abasa. Kemudian sebuah disertasi dengan judul Metodologi Muhammad Quraish Shihab dalam menafsirkan Al-Quran : Kajian Terhadap Buku Membumikan Al-Quran yang ditulis oleh Abdul Haris Zaini dan dipublikasikan pada tahun 2006. Dalam disertasi ini yang menjadi fokus dalam penelitiannya adalah metode tafsîr Muhammad Quraish Shihab dalam karyanya yang berjudul “Membumikan Al-Quran”. Kemudian disertasi dengan judul Penafsiran Ayat-ayat Gender menurut Quraish Shihab yang ditulis oleh Anshari dan telah diterbitkan. Dalam disertasi ini yang menjadi fokus dalam penelitiannya adalah menjelaskan ayat-ayat gender. Akan tetapi dalam pembahasannya hanya bersifat umum. Selanjutnya sebuah buku dengan judul Berguru Kepada Sang Mahaguru: Catatan Kecil Tentang Karya-Karya Pemikiran Quraish Shihab yang ditulis oleh Mukhlis Hanafi yang diterbitkan pada tahun 2014. Dalam buku ini yang menjadi focus penelitiannya adalah pandangan Quraish Shihab terhadap jilbab. Selain empat pendekatan di atas, ada pula yang langsung meneliti pemikiran beliau dari dua sisi sekaligus, sisi fiqh dan ilmu tafsîr, yakni tulisan Danang Fatihurrahman dari IAIN Sunan Ampel dengan judul “Studi Terhadap Pemikiran M. Quraish Shihab Tentang Adil Dalam Poligami”. Dalam hal ini ia menyimpulkan bahwa metode pemikiran M. Quraish Shihab tentang adil dalam poligami ini menggunakan dua metode. Yakni, dari segi metode ushul fiqh “sadd li al-dzâri‟ah”, mencegah sesuatu yang menjadi jalan kerusakan (jika seseorang tidak yakin dapat adil maka poligami dilarang baginya) dan penafsiran Al-Quran “maudhû‟i (tematik)”, yang mana beliau memahami kandungan Al-Quran dengan topik tertentu yang berkaitan dengan poligami, yang kemudian dikorelasikan dengan konsep keadilan dalam Al-Quran. Terdapat pula sebuah artikel oleh Adian Husaini pada Minggu 21 April 2006 yang mengkaji pendapat Muhammad Quraish Shihab tentang Jilbab Pakaian Wanita Muslimah. Ia mengkritisi bahwa kesimpulan Quraish Shihab (bahwa jilbab adalah masalah khilafiyyah) seyogyanya diklarifikasi, karena yang menjadi masalah khilafiyyah di antara para ulama ‟tidak jauh-jauh dari masalah „sebagian tangan, wajah, dan sebagian kaki‟; tidak ada perbedaan di antara para ulama” tentang wajibnya menutup dada, perut, punggung, paha, dan pantat wanita, misalnya.5 Berdasarkan beberapa kajian terdahulu yang penulis rangkum maka perbedaan dengan fokus telaah di dalam buku ini adalah pada pemetaan pola pikir Hamka dan Quraish di bidang tafsîr. Khususnya mengenai penafsiran beliau yang membahas tentang perceraian, jilbab dan karir perempuan. B. Kerangka Berfikir Kerangka teori penelitian ini adalah ilmu tafsir Al-Quran, khususnya yang terkait dengan tafsir Al-Azhar karya Hamka dan tafsir Al-Misbah karya Quraish. Al-Quran adalah sumber ajaran Islam, kitab suci yang menempati posisi sentral bukan hanya dalam perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu ke-Islam-an tapi juga merupakan inspirator, pemandu dan pemadu gerakan-gerakan ummat Islam sepanjang sejarah perkembangannya6. Jika demikian halnya, maka pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Quran melalui penafsirannya mempunyai peran yang sangat besar dalam maju- mundurnya ummat, sekaligus penafsiran itu dapat mencerminkan perkembangan serta corak pemikiran mereka. Jika pada masa Nabi setiap persoalan yang muncul bisa ditanyakan langsung pada Rasul, maka pasca wafatnya beliau, para sahabat, tabi‟in, tabi-tabi‟in, bahkan ummat Islam berijtihad menggali pesan-pesan yang dikandung Al-Quran. Sehingga aktivitas tafsir menjadi kegiatan yang paling banyak digeluti kaum muslimin. Tafsir menjadi sesuatu yang mendapat perhatian besar sebagai upaya menemukan solusi Al- 5 Adian Husaini, “Mendiskusikan Jilbab di Pusat Studi Al-Quran” dalam http://www.hidayatullah.com, 1 November 2009 6 Hasan Hanafi, Al-yamin wa Al-yasar Al-dini, Madbuli Mesir, 1989, hlm.77.

Description:
932. 44 Mohammad Quraish Shihab Tafsir al-Mishbah, M. Quraish Shihab, jilid 2, ciputat, Lentera . Ajaran Islam disalahpahami sebagai salah satu
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.