TRANSFORMASI MASYARAKAT INDONESIA DALAM HISTORIOGRAFI INDONESIA MODERN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 : 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72 : 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/ atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). TRANSFORMASI MASYARAKAT INDONESIA DALAM HISTORIOGRAFI INDONESIA MODERN Djoko Suryo Penyunting: Sri Margana Ahmad Nashih Luthfi Widya Fitrianingsih Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Jurusan Sejarah FIB UGM Transformasi Masyarakat Indonesia dalam Historiografi Indonesia Modern ©Djoko Suryo Diterbitkan pertama kali dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit STPN Press, 2009 Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Jl. Tata Bumi No. 5, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta, 55293 Telp. 0274-587239 Fax. 0274-587138 Bekerjasama dengan Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jl. Nusantara No. 1, Bulaksumur Yogyakarta, Web: http://sejarah.fib.ugm.ac.id Penyunting: Sri Margana, Ahmad Nashih Luthfi, Widya Fitrianingsih Layout : Aqil NF Desain Sampul: .... Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Transformasi Masyarakat Indonesia dalam Historiografi Indonesia Modern Yogyakarta: STPN Press, 2009 xix + 283 hlm.: 15 x 23 cm ISBN: 978-620-8129-57-2 Pengantar Penulis Assalamu’alaikum wr. wb. Pada kesempatan yang berbahagia ini saya pertama-tama memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Pencipta Kehidupan Semesta Alam, Yang Maha Pengasih dan Pemurah, atas limpahan karunia, barokah dan rahmat-Nya serta limpahan anugerah kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan, sehingga pada saat ini saya dapat memasuki usia yang ke 70 tahun. Kami segenap anggota keluarga mengucapkan syukur atas limpahan kebahagiaan yang tak terhingga pada peringatan usia yang ke 70 tahun ini. Pada kesempatan yang membahagiakan ini kami sekeluarga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tinginya kepada semua pihak dalam acara peringatan hari yang membahagiakan kami seke- luarga. Pertama-tama penghargaan dan rasa terima kasih kami yang mendalam ini kami sampaikan kepada Ketua Jurusan Seja- rah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogya- karta, Drs. A. Adaby Darban, SU. beserta segenap anggota staf jurusan atas segala penghargaan dan penghormatan yang dibe- rikan kepada kami atas penyelenggaraan acara Peringatan Usia yang ke 70 tahun saya ini. Penghargaan dan rasa terima kasih kami yang tulus dan v Djoko Suryo mendalam ini juga kami tujukan kepada Dr. Sri Margana, M.Phil., sebagai Ketua Panitia Pelaksana Peringatan beserta se- genap anggota panitianya yang telah bekerja keras dalam mem- persiapkan acara yang sangat membahagiakan kami sekeluarga ini. Kami tidak melupakan ketulusan hati dan kerja keras Mas Uji Nugroho, Mas Baha’uddin, Mas Ahmad Nashih Luthfi, Mbak Widya Fitrianingsih, Mbak Ummi Barjiyah, dan Mbak Reni Nur- yanti dalam bertugas untuk melaksanakan rangkaian acara pe- ringatan dari awal sampai akhir. Ucapan terima kasih yang mendalam dan penghargaan yang setingi-tingginya kami sampaikan juga kepada Bapak Prof. Dr. Endriatmo Soetarto, M.A., Rektor STPN Yogyakarta atas sum- bangannya dalam penerbitan buku kenang-kenangan acara pe- ringatan Usia ke-70 saya ini. Pada tempatnyalah apabila dalam kesempatan ini pula saya menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam dan penghargaan kami yang setinggi-tingginya kepada para penulis yang telah menyumbangkan karya-kar- yanya dalam penerbitan buku kenangan Peringatan Usia ke 70 saya ini sebagai penghormatan dan penghargaan kepada diri saya. Kepada Sdr. M. Nursam selaku pimpinan Penerbit Ombak kami menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan mendalam serta penghargaan yang setinggi-tingginya atas segala sum- bangan dan bantuannya dalam penerbitan buku kenangan Pe- ringatan Usia ke 70 tahun saya yang sangat berharga ini. Peng- hargaan setingi-tingginya dan rasa terima kasih kami yang tulus juga kami sampaikan kepada Prof. Dr. Bambang Purwanto, M.A., sebagai inisiator, penggagas serta pengarah dalam acara ini. Akhirnya rasa terima kasih dan perhargaan kami yang tulus ini juga kami haturkan kepada semua pihak, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan perhatian, sumbangan dan bantuannya pada acara Peringatan Usia ke 70 tahun saya. Semoga Allah SWT, membalas segala amal kebaikan vi Pengantar Penulis yang telah diberikan kepada kami sekeluarga dengan balasan barokah dan inayah yang melimpah. Amien. Wassalamu’alaikum, wr. wb. Yogyakarta, 30 Desember 2009 Prof. Dr. Djoko Suryo vii Kata Pengantar Ketua Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Berbicara tentang arah transformasi masyarakat Indo nesia dalam perspektif sejarah yang panjang, tidak terelakkan menunjukkan pola-polanya, filsafat kesejarahannya, driving force yang memungkinkan “perintah sejarah” itu berlang- sung, dan tentu saja adalah akibat-akibatnya. Prof. Dr. Djoko Suryo telah menunjukkan dengan cermat hal itu, terutama dalam naskah pidato guru besarnya (1998) yang dapat kita baca dalam buku ini. Salah satu kritik dari arah pembangunan guna mendina- misir masyarakat Indonesia pada periode yang lalu, dalam kritik Prof. Dr. Djoko Suryo adalah prosesnya yang makin lama makin menjadi saluran pemusatan kekuasaan pada satu tangan. Proses pembangunan hanya memperkuat kekuasaan birokrasi sehingga pemerintahan negara cenderung bercorak “negara birokrasi” (beambtenstaat). Kondisi itu dapat menjadi pemicu timbulnya ke- tegangan, konflik dan krisis yang membawa keruntuhan pengu- asa pemerintahan. Birokrasi negara yang semestinya menjadi birokrasi pencipta keadilan sosial, dalam proses dan kondisi yang demikian itu, justru beralih rupa menjadi birokrasi pemburu rente dan penyedia karpet merah para pemilik modal (Noer viii Kata Pengantar Ketua STPN Fauzi, 2009). Tuduhan “biroktarisasi” semacam itu dalam per- kembangannya tidak hanya diarahkan dalam konteks pejabat pemerintah, namun juga dunia akademis di kampus (Daniel Dhakidae dan Vedi R. Hadis [ed], 2005) Idiom budaya dalam negara birokrasi semacam itu ditun- jukkan dalam pentas “negara teater” oleh para pelaksananya, mulai dari pejabat tingkat atas hingga camat dan lurah, bahkan di level yang lebih kecil. Nilai “gebyar”, “kemewahan”, dan berbagai upacara serta perayaan yang berlangsung baik sebagai pejabat atau pribadi adalah bentuk dari idiom budaya kekuasan tersebut, yang kesemuanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit (Umar Kayam, 1989). Jika tidak sanggup menanggung- nya, sementara di pihak lain dukungan terhadap mesin birokrasi dari segi pembiayaan dapat dikata tidak memadai, maka praktik korupsi menjadi wabah. Korupsi sebagai akibat dari berlanjutnya cara memahami kekuasaan secara mitologis, “pemusatan keku- asaan”, dan sistem beambtenstaat, ternyata tidak hanya dijumpai pada masa kolonial atau sebelumnya, namun justru kita saksikan akhir-akhir ini di negeri kita. Panggung teater negara kita saat ini mementaskan lakon-lakon tragedi bangsa. Jujur diakui bahwa refleksi semacam ini demikian gamblang telah ditunjukkan oleh para kolega di studi sejarah dan humaniora. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) adalah sekolah kedinasan tingkat perguruan tinggi satu-satunya di bawah na- ungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI). Lebih dari 3 (tiga) tahun terakhir 2006-2009 ini, STPN mema- cu diri untuk terus mengembangkan diri seraya berobsesi men- jadi salah satu institusi pendidikan pertanahan yang berpredikat pusat unggulan (center of excellent) ranah pendidikan dan kajian- kajian pertanahan dan agraria. Guna menimba inspirasi dari kajian sejarah terutama terkait dengan studi agraria, setidaknya dalam periode itu telah kami terbitkan tiga buku. Di antaranya adalah karangan Andi Achdian, Tanah Untuk yang Tak Bertanah: Perjalanan Landreform pada Era Demokrasi Terpimpin 1960-1965; ix Djoko Suryo Ahmad Nashih Luthfi, dkk., Keistimewaan Yogyakarta: Yang Di- ingat dan Yang Dilupakan; dan baru saja diterbitkan kembali karya Moch. Tauchid, Masalah Agraria sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia. Beberapa buku sejarah tersebut bermanfaat untuk memahami arah transformasi dan dinamika masyarakat dalam perspektif transformasi agraria dan bagai- mana kemiskinan menjadi akibat dari relasi kekuasaan yang timpang. Dukungan STPN atas terbitnya karya Prof. Dr. Djoko Suryo ini adalah bagian dari niatan pengembangan institusi itu sekaligus keinginan untuk menggali kembali inspirasi kritis dari studi sejarah. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional sangat berterima kasih kepada pihak Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universi- tas Gadjah Mada yang telah menawarkan kerjasama, khususnya penerbitan buku ini, dan beberapa agenda kegiatan ilmiah yang lain dalam mendukung proses belajar mengajar di kampus. Juga atas semua jerih payah para pihak yang telah memungkinkan hadirnya buku ini, kami ucapkan penghargaan setinggi-tingginya. Dukungan atas penerbitan buku ini secara spesial adalah wujud penghargaan kami kepada Prof. Dr. Djoko Suryo yang telah banyak memberikan kontribusi ilmiah bagi studi sejarah maupun studi agraria di Indonesia. Meski demikian, sebaliknya buku ini adalah kado abadi dari Prof. Dr. Djoko Suryo di usianya yang ke-70 kepada kita, para generasi muda. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih dan ungkapan “Sela- mat Ulang Tahun ke-70 kepada Prof. Dr. Djoko Suryo”. Semoga beliau senantiasa dikaruniai kesehatan dan kekuatan untuk terus menyertai perjalan keilmuwanan di Indonesia. Desember, 2009 Prof. Dr. Endriatmo Soetarto, M.A. x
Description: