DISINFESTASI LALAT BUAH (Bactrocera dorsalis hendel) PADA BUAH BELIMBING MANIS DENGAN PERLAKUAN PERENDAMAN MENGGUNAKAN EKSTRAK BAGIAN TANAMAN PEPAYA Dian Astriani Prodi Agroteknologi, Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT Fruit production needs a post-harvest pest management system to obtain equitable quality of the fruits without containing pesticide residues. Fruit flies are the main pest on fruits in Indonesia. Plant parts of papaya have been known containing insecticidal compounds such as its skin of unripe fruit and leaves. The extract of papaya fruit skin with colour break fruit to green mature stage, and papaya leaves had been tried to disinfest fruit fly (Bactrocera dorsalis) in starfruit with dipping the fruit for 10 minutes. Heating of the extract at 40oC had been done to increase effectivity of the extracts. The fruit skin extract was not effective to disinfest the fruit fly, otherwise extract of the leaves contains high feeding toxicity with LC-50 : (13,0467 + 1,1091)%. The higher the concentration of papaya leaves extract, the stroger its depressing effect on the number of adults of fruit fly and their size. The heating had not increased the effectiveness of papaya leaves extract, but it could prolong the emergence of fruit fly adults and depress their size. The treatments of the research had not changed the flavor of starfruit, but the heating even could reduce the sourness of the fruit. Keywords : disinfestation, fruit fly, dipping treatment strar fruit, papaya plant parts PENDAHULUAN Indonesia bersama-sama Tanaman buah dan sayur dengan Filipina, Thailand dan yang dikenal sebagai tanaman Jepang termasuk produsen buah hortikultura merupakan sumber yang cukup besar di Asia Pasifik. bahan pangan dan devisa yang Produksi buah di Indonesia tercatat penting di negara-negara Asia mengalami peningkatan. Dari Pasifik termasuk Indonesia. tahun 1976 - 1986 laju Produksi buah dan sayur per tahun peningkatannya mencapai 5%, di Asia Pasifik masing-masing sedangkan berdasarkan angka sekitar 26% dan 50% dari produksi sementara Departemen Pertanian, dunia dan hortikultura di Indonesia produksinya meningkat dari 9,4 merupakan salah satu andalan juta ton pada 2001 menjadi 10,4 masyarakat, lebih dari 70% juta ton pada 2002 (Singh, 1988 ; masyarakat hidup dari usaha Anonim, 2003). Sedangkan pada pertanian (Singh, 1988 ; Putra, tahun 2008 produksi buah 1997). Indonesia tercatat naik sekitar 4,18 Jurnal AgriSains 56 % bila dibandingkan dengan tomat, cabai merah, melon, apel, produksi tahun 2007 sebesar nangka, mangga, dan jambu air. 17.831.252 ton (Agusfasis, 2011). Selain dapat menyebabkan buah Kondisi geografis Indonesia muda yang terserang jatuh, memang memberikan iklim yang serangan hama ini juga menguntungkan sebagai produsen menyebabkan buah menjadi busuk berbagai macam buah. Produksi dan dihinggapi larva lalat buah buah ini menyumbang 10% yang merupakan vektor bakteri pendapatan kotor nasional (Putra, Escherichia coli, penyebab 1997). penyakit pada manusia sehingga Belimbing manis (Averrhoa dampak lebih jauhnya dapat carambola L.) telah dikenal dan menghambat perdagangan (Putra, banyak diminati oleh masyarakat 1997 ; Anonim, 2011). luas karena rasanya segar dan Kerusakan yang terjadi harganya terjangkau oleh semua menyebabkan penurunan kualitas lapisan masyarakat. Dilihat dari maupun kuantitas buah. Komoditas nilai gizinya buah ini antara lain buah membutuhkan kualitas tinggi mengandung kalori 36 kal, vitamin yang hampir sepenuhnya bebas A 171 SI dan 35 mg vitamin C, organisme pengganggu, sehingga dari tiap 100 gram bagian buah bentuk fisik maupun rasanya akan yang dimakan (Tim Penulis PS, memuaskan. Untuk mencegah 1998). masuknya spesies baru Serangan hama penyakit lalat buah ke Indonesia, tanaman pada produk hortikultura pemerintah mengeluarkan masih cukup tinggi. Rata-rata Permentan dalam setahun serangan hama No.37/KPTS/HK.060/2006 yang terhadap tanaman hortikultura di menetapkan hanya 7 pintu masuk seluruh Indonesia saat ini buah segar ke Indonesia, yaitu mencapai 35 hingga 80% (Anonim, Batu Ampar (Batam), Ngurah Rai 2003). (Bali), Makassar, Belawan Lalat buah telah dikenal (Medan), Tanjung Priok (Jakarta), luas sebagai hama penting pada Tanjung Perak (Surabaya), dan tanaman buah-buahan. Hama ini Cengkareng (Jakarta). Intensitas menyebabkan kerusakan yang serangan lalat buah menunjukkan serius pada berbagai buah yang variasi yang cukup besar, di tumbuh di Indonesia. Di Indonesia beberapa daerah di Jawa Timur terdapat 4 genera lalat buah dan dan Bali berkisar antara 6,4-70%. dari penelitian yang dilakukan pada Intensitas serangan lalat buah tahun 1982 ditemukan 77 spesies pada mangga berkisar antara 14,8- dari genus Dacus (Putra, 1997). 23%. Namun tidak jarang Salah satu diantaranya adalah kerusakan yang diakibatkan lalat Dacus (Bactrocera) dorsalis buah, khususnya pada belimbing complex yang merupakan lalat dan jambu biji, dapat mencapai buah yang bersifat polifag, 100% (Anonim, 2011). mempunyai sekitar 26 jenis inang Usaha pengelolaan lalat seperti belimbing manis, jambu biji, buah baik di lapangan maupun Jurnal AgriSains 57 setelah panen, telah banyak Maximum Residue Limit (MRL) dilakukan dan berbagai metode atau Batas Maksimum Residu terus dikembangkan. Pengendalian pada produk-produk pertanian lalat buah yang banyak digunakan (Martono, 1999). Selain itu pada di Indonesia adalah metode tahun 1984 ada pembatalan tradisional dengan pembungkusan registrasi pemakaian EDB (etilen buah menggunakan berbagai dibromida) oleh EPA (Environtment material lokal. Namun, Protection Agency) sehingga pembungkusan menjadi kurang fumigasi perlu dipertimbangkan lagi praktis jika kebun buah sangat luas (Jang, 1991). dan pohon buah tinggi. Metode ini Metode kimiawi dapat cukup praktis dan efisien jika menurunkan kualitas karena tersedia tenaga kerja yang cukup adanya residu pestisida, banyak dan murah. Pada budidaya sedangkan metode non kimiawi yang lebih terorganisir untuk (metode fisis) dapat merusak produksi komersial, malathion kondisi fisik buah. Penggunaan merupakan insektisida utama yang bahan tumbuhan yang dipergunakan (Isnadi, 1988). Di mengandung senyawa insektisidal negara-negara berkembang atau senyawa toksik bagi termasuk di Indonesia, metode organisme pengganggu tanaman perlakuan buah pasca panen (OPT), dapat dikaji untuk didominasi metode kimiawi seperti dimanfaatkan sebagai alternatif fumigasi dan pencelupan di larutan metode perlakuan pasca panen kalsium, dengan pembungkusan karena lebih aman dalam lilin atau perlakuan uap panas. mengatasi kendala di atas. Diketahui pengeluaran biaya Perlakuan pasca panen dengan pengendalian kimiawi untuk lalat pencelupan memanfaatkan buah (pada cabai merah) dapat rhizome kencur untuk melindungi mencapai sampai 50 % dari total mentimun terhadap lalat buah biaya usaha tani (Kaleka, 2011). Bactrocera cucurbitae Coq. telah Seiring dengan penigkatan dicoba dengan hasil yang dapat taraf hidup masyarakat, permintaan diharapkan (Martono, 1997). konsumen buah, apalagi untuk Pepaya sebetulnya ekspor, selain ditekankan pada merupakan salah satu inang bagi kualitas fisik juga diharapkan lalat buah. Di Hawaii beberapa kualitas yang menjamin jenis lalat buah menjadi hama keselamatan konsumen. Dengan penting pada pepaya. Namun tidak demikian produk ini menghendaki pernah ada infestasi lalat buah tingkat residu pestisida rendah pada tingkat kemasakan mengkal atau bahkan tanpa residu sama (colour break fruit) sampai buah sekali. Apalagi dengan tua (green mature stage) (Liquido, dikeluarkannya Surat Keputusan 1991). Hal ini dimungkinkan karena Bersama Menteri Pertanian dan pada tingkat kemasakan tersebut Kesehatan No. pepaya mempunyai banyak getah 881/Menkes/SKB/VIII/1996 dan yang didalamnya terkandung No.711/Kpts/TP.270/8/96 tentang berbagai senyawa yang dapat Jurnal AgriSains 58 bersifat toksik bagi hama tersebut. toksisitas ekstrak, serta Selain kulit buah muda, bagian lain menentukan kisaran konsentrasi seperti daun juga mengandung untuk uji perendaman. Selanjutnya bahan-bahan yang kemungkinan dilakukan pengujian daya repelensi bersifat insektisidal. Daun pepaya serta analisis probit untuk banyak mengandung alkaloid menentukan toksisitasnya. carpain yang berasa pahit dan Hasil pengujian banyak digunakan sebagai obat pendahuluan menunjukkan cacing pada anak-anak, disamping ternyata ekstrak kulit buah pepaya itu juga terkandung vitamin A yang tidak cukup efektif untuk pengujian tinggi (Kalie, 1999). Kulit buah selanjutnya, sedangkan ekstrak pepaya muda banyak mengandung daun pepaya menunjukkan potensi bensil isoiosianat yang beracun toksisitas yang cukup tinggi, dilihat terhadap telur lalat buah (Seo et dari mortalitas larva lalat buah al., 1982 cit. Liquido, 1990). yang terjadi pada uji pakan. Namun Penelitian ini bertujuan kedua macam ekstrak tidak mengetahui efek ekstrak daun dan menunjukkan toksisitas kontak. kulit buah pepaya mengkal Penelitian pokok dilakukan terhadap lalat buah pada belimbing dengan merendam buah belimbing manis. manis dengan ekstrak bagian tanaman pepaya, dan dari melihat MATERI DAN METODE hasil uji pendahuluan hanya Penelitian disinfestasi lalat ekstrak daun pepaya yang buah dengan ekstrak bagian dilakukan uji lanjut. Perlakuan tanaman pepaya ini dilakukan di perendaman dilakukan di dalam laboratorium, diawali dengan ruangan bersuhu sekitar 29oC pembuatan ekstrak (perasan) daun dengan kelembaban udara relatif dan kulit buah pepaya. Kulit buah 88%. yang diperas dari buah pepaya Penelitian ini menggunakan Thailand dengan tingkat Rancangan Acak Kelompok kemasakan visual buah mengkal Lengkap dengan 2 faktor yaitu (color break fruit) sampai tua konsentrasi dan pemanasan. (green mature) (Liquido, 1991). Konsentrasi ekstrak yang dipakai Helaian daun pepaya yang dipilih berdasarkan uji pendahuluan tidak terlalu muda ataupun terlalu adalah 100%, 50%, 25% dan 0%. tua, masih segar dan bebas Faktor pemanasan terdiri dari dua kerusakan fisik maupun oleh aras yaitu pemanasan larutan organisme pengganggu tanaman. ekstrak sampai 40oC dan tanpa Dari masing-masing 200 gram pemanasan. Perendaman buah bahan tumbuhan tersebut dapat belimbing manis dilakukan selama diperoleh 30 cc ekstrak kulit buah 10 menit. dan 65 cc ekstrak daun pepaya, Setelah perendaman, buah sebagai larutan ekstrak 100%. diangin-anginkan dan selanjutnya Sebelum uji perendaman, buah belimbing yang sudah dilakukan dahulu uji pendahuluan mendapat perlakuan disimpan untuk mengetahui potensi sampai muncul lalat dewasa. Jurnal AgriSains 59 meningkatnya konsentrasi. Pada HASIL DAN PEMBAHASAN konsentrasi 25% ekstrak sudah Hasil analisis probit menunjukkan daya repelensi (Finney, 1971) diketahui ekstrak dibandingkan kontrol (0%) (Tabel daun pepaya mempunyai toksisitas 1.). Selain daya repelensi, ekstrak pakan dengan perkiraan nilai LC- daun pepaya juga menunjukkan 50 : (13,0467 + 1,1901)%. kemampuan feeding detterent, Disamping itu ekstrak daun pepaya disebabkan kandungan alkaloid menunjukkan daya repelensi carpain, tanin dan flavonoid dalam terhadap larva lalat buah yang ekstrak tersebut. semakin besar dengan semakin Tabel 1. Daya repelensi ekstrak daun pepaya (%) Konsentrasi (%) Pemanasan Rata-rata Tanpa Pemanasan Pemanasan 40°C 0 50,00 46,67 48,33 a 25 66,67 70,00 68,33 b 50 90,00 72,50 81,25 c 100 100,00 100,00 100,00 d Rata-rata 76,67 x 72,29 x - Keterangan : Nilai diikuti huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada jenjang kepercayaan 5% Faktor konsentrasi ekstrak daun daun pepaya pada suhu 40oC tidak pepaya dan pemanasan tidak ada mampu meningkatkan kemampuan interaksi. Jadi pemanasan ekstrak ekstrak tersebut. Tabel 2. Jumlah imago lalat buah (ekor) Konsentrasi (%) Pemanasan Rata-rata Tanpa Pemanasan Pemanasan 40°C 0 38,67 26,00 32,33 b 25 29,33 32,67 31,00 b 50 19,67 16,33 18,00 a 100 12,33 12,00 12,17 a Rata-rata 25,00 x 21,75 x - Keterangan : Nilai diikuti huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada jenjang kepercayaan 5% Kehidupan lalat buah dalam yang digunakan untuk belimbing dipengaruhi tingkat perendaman buah selama 10 konsentrasi ekstrak daun pepaya menit, semakin tinggi konsentrasi Jurnal AgriSains 60 semakin sedikit jumlah imago yang selera makan larva. Penurunan muncul (Tabel 2) dan semakin aktivitas makan menyebabkan memperkecil ukuran panjang tubuh kematian larva ataupun penekanan dan rentang sayapnya dengan ukuran tubuh imago yang muncul. sangat signifikan (Tabel 3). Pengaruh gangguannya terhadap Disamping itu ada kecenderungan pupa juga terlihat dari jumlah parasitoid lebih banyak kecenderungan pupa mati yang (Tabel 4) dan lebih sedikit jumlah lebih banyak pada konsentrasi pupa yang tidak berkembang yang lebih tinggi. Pada konsentrasi menjadi imago (Tabel 5) bila tanpa 50% ekstrak daun pepaya dapat perendaman ekstrak daun pepaya. menekan jumlah imago secara Kandungan senyawa- signifikan (Tabel 2), sedangkan senyawa dalam ekstrak daun pada konsentrasi 25% ukuran pepaya kemungkinan bisa tubuh imago (panjang tubuh dan menyebabkan kematian tidak rentang sayap) dapat ditekan langsung dengan menurunkan (Tabel 3). Tabel 3. Ukuran tubuh imago lalat buah Konse Panjang (mm) Rentang sayap (mm) ntrasi Tanpa Pemanas Rata Tanpa Pemanas Rata (%) Pemanasan an 40°C -rata Pemanas an 40°C -rata an 7,74 7,29 7,52 14,56 14,29 14,4 0 b 3 b 7,04 6,36 6,70 14,04 13,59 13,8 25 a 2 a 7,14 6,51 6,83 14,20 13,58 13,8 50 a 9 a 7,28 6,22 6,75 14,32 13,57 13,9 100 a 4 a Rata- 7,30 x 6,60 y - 14,28 x 13,76 y - rata Keterangan : Nilai diikuti huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada jenjang kepercayaan 1% Perendaman buah dalam sayap) imago tersebut (Tabel 3). larutan bersuhu 40oC selama 10 Selain itu periode kemunculan menit juga mampu mempengaruhi imago cenderung dapat kehidupan lalat buah, dimana diperpanjang dengan pemanasan pemanasan mampu memperlama (Tabel 7). Dalam hal ini periode saat kemunculan imago lalat buah atau kisaran waktu yang panjang (Tabel 6) dan menekan ukuran tidak berkorelasi positif dengan tubuh (panjang tubuh dan rentang jumlah imago yang muncul. Jurnal AgriSains 61 Tabel 4. Jumlah parasitoid (ekor) Konsentrasi (%) Pemanasan Rata-rata Tanpa Pemanasan Pemanasan 40°C 0 2,33 2,00 2,17 a 25 1,33 0,67 1,00 a 50 0,67 0,00 0,33 a 100 1,00 1,00 1,00 a Rata-rata 1,33 x 0,92 x - Keterangan : Nilai diikuti huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada jenjang kepercayaan 5% Pemanasan dapat cit. Dhillon et al., 2005). memperpanjang durasi telur, Namun, metode tersebut hanya sehingga keragaman umur bisa diaplikasikan pada buah-buah maupun fase lalat buah semakin dengan karakter kulit yang lebih besar, akibatnya waktu tebal, seperti alpukat. kemunculan imago dan periode Meskipun tidak langsung kemunculan imago juga semakin menurunkan populasi, perlakuan lama. Suhu perendaman 40oC pemanasan dalam penelitian ini memang semula tidak ditujukan dapat memperlambat pertumbuhan untuk secara langsung membunuh lalat buah B. dorsalis. lalat buah, namun dimaksudkan Terlambatnya pertumbuhan larva untuk meningkatkan efektivitas menyebabkan nutrisi yang tersedia perendaman ekstrak. Perlakuan dalam buah belimbing sudah tidak pemanasan untuk pengendalian memenuhi bagi kebutuhan lalat buah pernah dilakukan hidupnya, karena larva terhadap buah alpukat, dengan membutuhkan kesesuain nutrisi suhu 40oC selama 24 jam, dan hal dalam daging buah yang tersebut dapat menurunkan dipengaruhi oleh umur buah populasi lalat buah B. cucurbitae tersebut. Hal tersebut berakibat mencapai 99,5 - 100% (Yang 1996 imago yang muncul menjadi tertekan ukuran tubuhnya. Jurnal AgriSains 62 Tabel 5. Jumlah pupa (ekor) Konsentrasi (%) Pemanasan Rata-rata Tanpa Pemanasan Pemanasan 40°C 0 1,00 1,00 1,00 a 25 1,33 0,33 0,83 a 50 0,67 0,00 0,33 a 100 1,33 2,00 1,67 a Rata-rata 1,08 x 0,83 x - Keterangan : Nilai diikuti huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada jenjang kepercayaan 5% Tabel 6. Saat kemunculan imago lalat buah (hari) Konsentrasi (%) Pemanasan Rata-rata Tanpa Pemanasan Pemanasan 40°C 0 21,08 22,76 21,92 a 25 22,08 23,20 22,77 a 50 21,03 25,56 23,30 a 100 21,75 23,25 22,50 a Rata-rata 21,55 x 23,69 y - Keterangan : Nilai diikuti huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada jenjang kepercayaan 5% dan 1% Tabel 7. Periode kemunculan imago lalat buah (hari) Konsentrasi (%) Pemanasan Rata-rata Tanpa Pemanasan Pemanasan 40°C 0 5,00 7,00 6,00 a 25 7,00 7,67 7,33 a 50 8,33 10,67 9,50 a 100 7,33 9,67 8,50 a Rata-rata 6,92 x 8,75 x - Keterangan : Nilai diikuti huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada jenjang kepercayaan 5% Perendaman buah belimbing buah belimbing tidak berubah dengan ekstrak daun pepaya yang dengan perlakuan tersebut, kecuali dipanaskan pada suhu 40oC rasa masam yang justru semakin selama 10 menit tidak menurunkan berkurang karena pengaruh kualitas buah. Rasa dan aroma pemanasan (Tabel 8). Jurnal AgriSains 63 Tabel 8. Hasil pengujian organoleptis K Rasa manis Rasa getir Kerenyahan (%) TP P Rata2 TP P Rata2 TP P Rata 2 0 3,00 3,00 3,00 2,60 3,20 2,90 2,60 2,20 2,40 a a 25 3,00 3,00 3,00 3,00 2,60 2,80 2,60 2,40 2,50 a a 50 4,00 3,00 3,50 3,00 3,00 3,00 2,80 3,00 2,90 a a 100 2,40 2,80 2,60 2,60 2,20 2,40 3,20 2,80 3,00 a a Rata 3,10 2,95 - 2,80 2,75 - 2,80 2,60 - 2 x x x x x x Keterangan : K = Konsentrasi ; TP = Tanpa Pemanasan ; P = Dengan Pemanasan 40°C Konsen Rasa masam Rasa sepat trasi Tanpa Pemanas Rata- Tanpa Pemanas Rata- (%) Pema an 40°C rata Pemana an rata nasan san 40°C 2,80 3,40 3,10 a 3,80 4,00 3,90 c 0 3,20 3,20 3,20 a 3,60 3,40 3,50 a 25 3,80 3,00 a 3,80 3,80 3,80 b 50 2,20 3,60 3,60 a 3,60 3,60 3,50 a 100 3,60 Rata- 2,95 3,50 y - 3,70 3,65 x - rata x x Keterangan : Nilai diikuti huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT pada jenjang kepercayaan 1% Keterangan kriteria uji organoleptis, dengan X = parameter pengujian organoleptis : 1 = Sangat X 2 = Sedang X 3 = Agak X 4 = Tidak X Proses pematangan buah diiringi jumlah gula sederhana dan minyak dengan perubahan fisik seperti atsiri, serta penurunan asam-asam warna dan kelunakan buah, serta organik dan senyawa fenolik perubahan kandungan senyawa sehingga mengurangi rasa sepet dalam buah seperti peningkatan dan masam. Perubahan Jurnal AgriSains 64 kandungan senyawa dalam buah fisik maupun flavor buah, justru dipengaruhi enzim-enzim dalam pemanasan dapat mengurangi metabolisme oksidatif buah, seperti rasa masam, jadi perlakuan ini katalase, peroksidase, amilase dan tidak menurunkan kualitas lain-lain. Pada buah yang masih belimbing manis. mentah terdapat zat-zat penghambat kerja enzim yang tak DAFTAR PUSTAKA tahan terhadap panas. Oleh karena itu diduga pemanasan dapat Agusfasis.2011.Minyak Kelapa mengganggu zat penghambat Sawit /Crude Palm Oil tersebut sehingga enzim bekerja (CPO) dan memicu proses pematangan http://agusfasis.blogspot. buah (Pantastico, 1986). com KESIMPULAN 1. Ekstrak daun pepaya Anonim. 2003. mempunyai toksisitas pakan Hortikultura, Potensi yang cukup tinggi terhadap lalat buah Masih Tak Berdaya. Bactrocera dorsalis dengan LC- http://www.situshijau.co.id 50 : (13,0467 + 1,1091)%. 2. Perendaman buah belimbing ----------. 2011. Peran manis dalam ekstrak daun Pestisida Nabati dalam pepaya dapat mempengaruhi Pengendalian Lalat Buah kehidupan lalat buah B. dorsalis. http://www.sinartani.com. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak, cenderung semakin Armstrong, J.W. 1988. besar menekan jumlah imago Postharvest Quarantine dan ukuran tubuhnya. Treatment in the Tropics. Konsentrasi 50% mampu In Fruit Flies in the Tropics. menurunkan jumlah imago yang Proceedings of the First muncul, sedangkan ukuran International Symposium, tubuhnya sudah dapat ditekan Kuala Lumpur, Malaysia, dengan perendaman pada 14-16 March. Malaysian konsentrasi 25%. Agricultural Research and 3. Perendaman buah belimbing Development Institute manis pada suhu 40oC selama (MARDI) and Malaysian 10 menit tidak meningkatkan Plant Protection Society efektivitas ekstrak daun pepaya (MAPPS) : 49-59. terhadap lalat buah B. dorsalis, namun dapat memperlama Dhillon, M.K., Ram Singh, J.S. kemunculan imago dan Naresh, and H.C. Sharma. menekan ukuran tubuhnya. 2005. The melon fruit fly, 4. Perendaman buah dalam Bactrocera cucurbitae: A ekstrak daun pepaya yang review of its biology and dipanaskan pada suhu 40oC management. J Insect Sci. selama 10 menit, tidak merubah 2005 (5) : 40. Jurnal AgriSains 65
Description: