ebook img

DIBENTUKNYA NEGARA KOLONIAL DI SULAWESI BAGIAN SELATAN DI ABAD KE-19 Abstract ... PDF

15 Pages·2017·0.37 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview DIBENTUKNYA NEGARA KOLONIAL DI SULAWESI BAGIAN SELATAN DI ABAD KE-19 Abstract ...

Lensa Budaya, Vol. 12, No. 2, Oktober 2017. 56 - 70 Lensa Budaya: JouErdniasli oKf hCuuslutusr Pale rSsceimenbcaehs,a 1n2 U(2n),t uOkk tE 2d0w17ar d L Poelinggomang ISSN: 0126 - 351X DIBENTUKNYA NEGARA KOLONIAL DI SULAWESI BAGIAN SELATAN DI ABAD KE-19 Dias Pradadimara Departemen Ilmu Sejarah, Universitas Hasanuddin Abstrak Tulisan ini melihat serangkaian peristiwa yang merupakan proses awal pembentukan negara kolonial di Sulawesi bagian selatan di abad ke-19 utamanya sesudah tahun 1824. Peristiwa- peristiwa ini merupakan bagian dari proses sejarah penting dimana negara kolonial secara perlahan -lahan (dan penuh uji coba dan kegagalan) dibentuk dan—pada saat yang sama—dilawan oleh berbagai pihak baik kelompok penguasa ataupun bukan. Sebagai landasan utama pengaturan administratif dan pengendalian kolonial maka dua alat utama yang diletakkan di tahun 1824 adalah aturan Nieuwe Organisatie dan Perjanjian Bungaya yang diperbaharui. Sejak tahun 1850 serangkaian kejadian menciptakan kondisi semakin dipercepatnya pe-mapan-an negara kolonial yakni pertumbuhan perdagangan melalui Makassar, perang penaklukan Bone, dan penataan sistem peradilan. Kata kunci: negara kolonial, abad ke-19, sejarah, Sulawesi bagian selatan Abstract This contribution is an attempt to look at events which constituted as the early founding of the colonial state in southern Sulawesi in the 19th century, especially after 1824. These events were parts of a long historical process where the colonial state was formed and at the same time resisted by local power holders. The main tools in administrative reorganization and colonial control in 1824 were the Nieuw Organisatie and the renewed Bungaya Treaty. After 1850, rapid trade growth through Makassar, the conquest of Bone, and reorganization of the judicial system all contributed to the stabilization of the new colonial state. Keywords: colonial state, 19th century, history, southern Sulawesi Author correspondence Email: [email protected] 1 Available online at http://journal.unhas.ac.id/index.php/jlb Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017 PENDAHULUAN sebagian besar wilayah kepulauan Nusan- Meski M. C. Ricklefs melalui berbagai tara oleh Kerajaan Belanda di tahun 1800 edisi buku teksnya yang luas dipakai dan mungkin bisa menjadi momen dengan diterjemahkan (edisi pertama Bahasa Ing- angka tahun yang “pas” untuk menandai gris terbit tahun 1981 dan edisi keempat lahirnya negara kolonial di abad ke-19 di tahun 2008 yang kemudian diterjemahkan Hindia. Namun bagi masyarakat Sulawesi ke Bahasa Indonesia di tahun yang sama) bagian selatan, perubahan besar yang mengacu periode 1800-1910 sebagai masa menandai dimulainya “jaman Hindia dibentuknya negara kolonial atau dalam Belanda” di abad ke-19 bisa dikatakan istilah Ricklefs (setidaknya menurut pen- dimulai ketika Britania di bulan Maret erjemahnya) “Pembentukan Negara Jaja- tahun 1812 secara resmi mengambil alih han” (“the creation of a colonial state”) na- kekuasaan di Makassar dan beberapa bu- mun mengherankan masih sangat sedikit lan kemudian wafat Arumpone La Tenri- kajian lanjutan yang mencoba memahami tappu Sultan Ahmad as-Saleh yang sudah proses dan kontestasi dalam pembentukan menjadi penguasa Kesultanan Bone sejak negara kolonial ini. Tulisan singkat seperempat abad terakhir. Selama itu juga Robert Cribb yang menjadi pengantar dia telah memimpin hambanya melalui penyunting buku kumpulan tulisan The masa yang penuh gejolak utamanya ketika Late Colonial State in Indonesia (1994) “menyaksikan” pergolakan yang dipicu adalah satu dari sedikit usaha untuk me- oleh Batara Gowa. Sementara itu sudah mantik diskusi yang lebih luas. Tulisan sejak pertengahan abad ke-18 Kesultanan Cribb serta pilihannya untuk memfo- Gowa dalam posisi yang lemah. Tantan- kuskan pada masa akhir kolonial di abad gan La Maddukelleng Arung Matowa ke-20 menyebabkan tidak disinggungnya Wajo bersama La Mappasepe Karaeng proses pembentukan negara kolonial di Bontolangkasa terus membuat posisi ke- abad ke-19. Demikian pula sejarawan asal sultanan di Gowa dalam ancaman. Amerika Serikat Eric Tagliacozzo telah Apalagi sampai dengan dipicunya gerakan mencoba memetakan proses pembentukan Batara Gowa, posisi kesultanan selalu negara kolonial di pinggiran wilayah Hin- berada di tangan mereka yang masih beru- dia Belanda meski, sama seperti Cribb, sia sangat muda. Kondisi sedikit membaik Tagliacozzo (2000) meletakkan proses ini ketika sultan yang baru yakni I Temma- pada tahun 1910, beberapa tahun setelah songeng Sultan Zainuddin menandatan- perang imperialisme dilancarkan. gani perjanjian dengan VOC di tahun Tulisan ini berusaha untuk melihat 1770 (Abd. Razak Daeng Patunru 1993: serangkaian peristiwa yang menurut saya 79). Ketergantungan pada VOC menjadi merupakan proses awal pembentukan ne- semakin nampak ketika tanpa dukungan gara kolonial, setidaknya di Sulawesi VOC Sultan Zainuddin dipaksa mening- bagian selatan di abad ke-19, utamanya galkan tahta dan meninggalkan pusaka- sesudah tahun 1824. Peristiwa-peristiwa pusaka kesultanan pada saat Batara Gowa ini merupakan bagian dari proses sejarah bersama pasukannya memasuki Kale penting dimana negara kolonial secara Gowa di bulan Juni 1777 (Abd. Razak perlahan-lahan (dan penuh uji coba dan Daeng Patunru 1993: 84). Hingga 1816 kegagalan) dibentuk dan—pada saat yang posisi kesultanan di Gowa diisi oleh sul- sama—dilawan oleh berbagai pihak baik tan yang tak menguasai pusaka, atau kelompok penguasa atupun bukan. posisi tersebut malahan kosong sama Akhir “jaman kumpeni” yang din- sekali (Mukhlis PaEni et.al. 2002: 153, 168 yatakan secara resmi dengan bangkrutnya -171). VOC di tahun 1799 dan diambil alihnya 527 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017 MUNCULNYA NEGARA KOLONIAL dan sekitarnya. Antara tahun 1811 dan DAN MELEMAHNYA KEKUATAN 1816 Britania menjadi penguasa Hindia LOKAL dan di bawah Thomas Stamford Raffles Britania dengan kekuatan politik, eko- berbagai perubahan politik, administratif nomi maupun militernya baik di tingkat dan kebijakan ekonomi dilaksanakan dan global maupun regional menjadi faktor- perubahan-perubahan ini memberi dam- faktor penting bagi perubahan yang terjadi pak yang bisa dirasakan tidak hanya bagi di Hindia Belanda. Munculnya Singapura masa-masa segera sesudah Raffles yang dikuasai Britania sejak 1819 sebagai berkuasa tetapi bahkan hingga sekarang. pelabuhan penting bagi arus pelayaran Begitu besarnya perubahan yang dilaku- dan perdagangan di Asia dan antara Asia kan atas perintah Raffles sehingga ketika dan Eropa menciptakan pesaing kuat bagi Hindia kembali ke tangan Belanda, pen- pelabuhan-pelabuhan di Hindia seperti guasa kolonial berikutnya tidak membalik- Makassar, Surabaya, dan utamanya Bata- kan perubahan tersebut melainkan dalam via. “Ancaman” menguatnya peranan Bri- banyak hal meneruskan apa yang dimulai tania semakin menghantui para pejabat oleh Raffles. Di Makassar berkuasanya kolonial Belanda ketika James Brooke Britania antara tahun 1812 dan 1816 me- diangkat sebagai “raja” di Sarawak di ta- rupakan katalis bagi banyak peristiwa hun 1842, selain sebagai gubernur Labuan yang terjadi sesudahnya. Berkuasanya Bri- yang dikuasai Britania beberapa tahun tania ini bisa dianggap sebagai penyebab kemudian. Hal ini semakin mengkha- terbendungnya kekuasaan dan dominasi watirkan pemerintah kolonial karena Bone di semenanjung barat Sulawesi diketahui bahwa beberapa tahun sebelum- meski tidak sampai melemahkannya. nya, tepatnya pada tanggal 1 Januari Bone yang di akhir abad ke-18 tampil le- 1840, Brooke dan kapalnya pernah sandar bih kuat karena tidak dipengaruhi—kalau di Bantaeng dan disambut hangat oleh bukan malah diuntungkan—oleh muncul- pejabat Hindia Belanda di sana. Brooke nya Batara Gowa terus berusaha meman- kemudian menghabiskan 4 bulan untuk faatkan lemahnya kekuatan pesaingnya melayari sepanjang pantai timur semenan- hingga akhirnya Britania muncul. jung Sulawesi mengelilingi Teluk Bone, Ketika Britania mengambil alih ke- bertemu dengan berbagai penguasa lokal kuasaan atas Hindia di Batavia di bulan dari Kesultanan Bone sampai Kedatuan Agustus 1811, maka mereka menganggap Sidenreng di sepanjang perjalanan, sebe- pengambil alihan ini bukan perebutan ko- lum akhirnya kembali ke Bantaeng dan loni Belanda oleh Britania, melainkan berlayar ke Singapura lewat Semarang di “membatalkan pengambil alihan yang ti- awal bulan Mei (Mundy 1848). Nyata dak sah” (to annul the unlawful annexation) maupun tidak karenanya ancaman Brita- koloni Belanda oleh Perancis dan ke- nia secara politis dan ekonomis ini, anca- mudian meletakkan koloni ini di bawah man ini terus menerus menghantui para perlindungan Britania Raya (Furnivall pejabat kolonial di Hindia dan mempen- 1967: 67). Tidak serta merta daerah- garuhi kebijakan yang diambil. Situasi daerah di luar Jawa dapat diserahkan internal dan eksternal inilah yang mewar- kepada Britania karena dibutuhkan du- nai kejadian-kejadian dan perubahan- kungan logistik yang tidak sedikit bagi perubahan penting di Sulawesi bagian se- Britania untuk dapat mengendalikan latan di abad ke-19. wilayah Hindia yang sedemikian luasnya. Di dalam Hindia juga terjadi pe- Baru kelak lebih dari setengah tahun sejak rubahan konteks politik yang mempenga- penyerahan di Batavia, Makassar bisa dis- ruhi kebijakan dan peristiwa di Makassar erahkan kepada Britania. 538 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017 Pada tanggal 8 Maret 1812, Guber- peng dan Sidenreng. Sultan Bone mening- nur Makassar Johan Bassar van Wikker- galkan Bontoala dan mundur ke arah man menyerahkan kekuasaan atas pegunungan di utara (sekarang Maros), wilayah ini kepada Richard Philips yang sementara istana Kesultanan Bone di Bon- kemudian bertindak sebagai resident bagi toala dibakar dan kampung ini disita dan Britania dan segera sesudah penyerahan, tidak lagi menjadi milik Kesultanan Bone Philips menerapkan berbagai kebijakan dan wilayahnya dijual kepada pejabat Bri- untuk membuka Makassar dan sekitarnya tania di Makassar dan warga kota lainnya bagi semua pedagang Eropa yang diharap- (Abd. Razak Daeng Patunru dkk. 1995: kannya dapat meningkatkan arus pe- 211-213). layaran dan perdagangan di wilayah ini. Tanpa diketahui di Makassar, Tidak lama sesudah Britania berkuasa, di dalam waktu yang hampir bersamaan, bulan Juli 1812, Arumpone La Tenritappu jauh di seberang lautan di London sedang Sultan Ahmad as-Saleh wafat dan ke- dirundingkan pengembalian wilayah ko- mudian diberi gelat MatinroE ri Rom- loni yang dikuasai Britania ke Belanda pEgading (Abd. Latif 1997: 139-140, 148). menyusul dikalahkannya Napoleon. Hasil Pengganti La Tenritappu sebagai dari perundingan tersebut adalah Perjan- Arumpone adalah anak lelakinya yakni jian London yang ditandatangani pada 13 To Appatunru yang juga menjabat seba- Agustus 1814 yang memuat pengaturan gai Arupalakka dan sebagai Sultan Bone pengembalian tersebut. Meski demikian, bergelar Sultan Muhammad Ismail Mu- karena terhambat oleh situasi yang belum htajuddin (Abd. Razak Daeng Patunru menentu di Eropa penyerahan sesung- dkk. 1995: 207). Tumbuh dewasa di masa guhnya baru terlaksana kemudian. Pen- Bone menikmati kekuasaan yang besar yerahan koloni ke Belanda dilaksanakan kala berhadapan baik dengan penguasa- oleh John Fendall pada tanggal 19 Agus- penguasa lokal maupun dengan VOC tus 1816 (Furnivall 1967: 85). Apabila pe- yang melemah, To Appatunru tidak be- laksanaan penyerahan di Batavia baru gitu saja bersedia takluk pada resident dari bisa terjadi 2 tahun setelah penandatanga- Britania. Hubungan antara Bone dengan nan, penyerahan Makassar baru terjadi Britania terus memburuk dan mengarah pada 7 Oktober 1816 yang dilakukan olen kepada pertentangan bersenjata. Sejak Dalton dan diterima oleh Komisaris P.T. akhir tahun 1813 To Appatunru sudah Chasse (Spengler 1863: 76) mempersenjatai warganya di Bontoala Jika Furnivall dalam bukunya yang (terletak tidak jauh di sebelah timur Ben- terkenal menyebutkan periode 1795 sam- teng Rotterdam—kini sudah menjadi pai dengan 1830 di Hindia sebagai periode bagian pusat Kota Makassar) yang sejak -periode “Kebingungan” dan “Ketidak abad ke-17 merupakan permukiman resmi Menentuan,” hal yang sama mungkin bisa para penguasa Bone dan warganya pada juga dikatakan terhadap Sulawesi bagian saat berada di Makassar. Menyadari berat- selatan setidaknya sampai dengan 1824, nya tantangan keadaan yang bakal diha- meski “ketidak menentuan” lebih dirasa. dapinya, Resident Philips segera meminta Sejak disingkirkan dari Bontoala di tahun Batavia untuk mengirimkan bantuan dan 1814, Kesultanan Bone tidak lagi di awal bulan Juni 1814 pasukan yang memiliki basis di Makassar maupun akses diharapkan sudah tiba. Tidak sampai sem- terhadap pelabuhan utama. Meskipun inggu kemudian, pada tanggal 7 Juni 1814 demikian, penguasa kolonial yang baru Bontoala diserang dan ditaklukkan oleh “kembali” juga tidak memiliki rencana pasukan gabungan Britania dan dibantu ataupun kekuatan yang memadai se- oleh pasukan dari Kesultanan Gowa, Sop- hingga wilayah Noorden Districten 549 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017 (termasuk Maros) tempat dimana para nangan khusus untuk membawa komodi- pengikut Arumpone menuju ketika meny- tas industri dari Belanda ke koloni dan ingkir dari Bontoala, menjadi wilayah komoditas pertanian dari koloni ke yang tidak dapat dikendalikannya. Di Belanda. Peranan NHM kelak akan men- bagian selatan, mereka juga kerepotan jadi sangat penting dalam menghidupi memadamkan Gerakan Karaeng Data di industri tekstil di Belanda dan menyalur- tahun 1819 yang diilhami oleh Batara kan produknya ke Hindia, serta sangat Gowa (bahkan Karaeng Data diyakini sentral dalam penerapan kultuurstelsel di sebagai anak Batara Gowa [lihat Abd. Jawa (Dias Pradadimara 2016, Furnivall Razak Daeng Patunru 1993: 88-89; 1967: 97-100). Sementara itu untuk Su- Mukhlis Paeni etal. 2002: 175-180]) Ke- lawesi dan Hindia timur, peranan NHM seimbangan yang berujung pada ketidak- akan sangat nampak dalam perdagangan menentuan ini berlangsung terus hingga komoditas yang laku di Eropa (Edward L. Arumpone Sultan Muhammad Ismail Poelinggomang 2002). Muhtajuddin wafat di tahun 1823, seta- Bagi masyarakat di Sulawesi bagian hun sebelum masa penentuan akan ter- selatan, satu peristiwa penting yang men- jadi. gakibatkan serangkaian peristiwa penting lainnya adalah datangnya Gubernur TAHUN 1824 SEBAGAI TITIK Jenderal Hindia Belanda yang pertama PENENTUAN (sesudah pengembalian Hindia ke Tidak berlebihan jika dikatakan tahun Belanda), yakni G.A.G.P Baron van der 1824 sebagai tahun yang sibuk dimana Capellen di tahun 1824. Kunjungan ini serangkaian peristiwa penting terjadi dan sebenarnya sudah lama direncanakan ti- menentukan arah perkembangan sejarah dak lama sesudah dia menjabat sebagai Hindia Belanda pada umumnya dan se- gubernur jenderal. Sebenarnya pengel- jarah Sulawesi bagian selatan khususnya. olaan Jawa menjadi prioritas utama Pada bulan Maret 1824 Perjanjian Lon- seperti yang juga dilakukan oleh Raffles don akhirnya ditandatangani untuk mem- maupun Daendels sebelumnya, namun bereskan berbagai perbedaan penafsiran van der Capellen harus juga memikirkan dalam pelaksanaan Perjanjian 1814. Per- penataan ulang pengelolaan Kepulauan janjian 1824 lebih memberi kejelasan men- Maluku dimana tidak adanya pengenda- genai pembagian wilayah di Kepulauan lian kolonial yang mapan menjadikan Nusantara bagian barat, utamanya antara keadaan menjadi rentan yang terbukti Pulau Sumatera dengan Semenanjung dengan terjadinya Perlawanan Pattimura Malaya dimana dalam perjanjian ini dia- di Ambon di akhir tahun 1817 hanya be- tur wilayah Sumatera sebagai wilayah berapa bulan sesudah Ambon diserahkan Belanda sedangkan Malaya termasuk Pu- kembali oleh Britania kepada Belanda. lau Singapura menjadi wilayah Britania Selama tahun-tahun berikutnya van der (Irwin 1951). Meski demikian perjanjian Capellen hanya bisa mengirim utusan- ini tidak mengatur bagian lain dan tentu utusannya untuk mengurus wilayah timur saja kebelum-jelasan ini menimbulkan Hindia dan baru di tahun 1824 dia bisa kekhawatiran bagi para pejabat kolonial. berlayar ke timur, pertama-tama ke Am- Pada bulan yang sama, di Belanda bon sebelum akhirnya sandar di Makassar disepakati untuk didirikan Nederlandsche di pada tanggal 5 Juli 1824 (Olivier 1837: Handels Maatschappij (NHM), suatu badan 54). usaha dengan sebagian besar modal dari Tak lama sesudah tiba di Makassar, Raja Belanda untuk menandingi para sau- van der Capellen segera mengambil ser- dagar Britania di Hindia yang diberi kewe- angkaian keputusan untuk mengatur 650 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017 wilayah ini. Pada tanggal 17 Juli 1824 gu- persekutuan” (“vrede, vriend- en bernur jenderal mengeluarkan satu aturan bondgenootschap”) yang sudah diperjanji- tata pemerintahan baru untuk wilayah kan dalam Perjanjian Bungaya di tahun Makassar yang mengatur baik aspek ad- 1677 (ayat 24), antara, waktu itu, VOC ministratif maupun peradilan (atau leng- dengan penguasa-penguasa lokal di Su- kapnya Eene niuwe organisatie van het Gou- lawesi bagian selatan. Dengan pernyataan vernement van Makassar wordt daargesteld, en sedemikian rupa maka dalam kedua per- gearresteerd een reglement op de administratie janjian ini disiratkan adanya pengakuan der policie en op de Civile en Criminele kedaulatan para penguasa lokal—meski Regtsvordering aldaar, atau Nieuwe Organisa- dibatasi oleh ayat-ayat lainnya. Demikian tie 1824). Nieuwe Organisatie 1824 ini diter- pula sebagian besar isi Perjanjian 1824 bitkan dalam Staatblad 1824 nomor 31a, tidak banyak berbeda dengan Perjanjian sedang dalam istilah “Makassar” dimak- 1667 dengan beberapa pengecualian sudkan dalam aturan ini termasuk penting. Yang pertama, posisi Gowa seba- wilayah mulai dari titik utara yang gai pihak yang kalah dalam Perang sekarang kota Palu sampai Pulau Selayar Makassar dan segala kewajiban yang dibe- dan Pulau Sumbawa di selatan dan Pulau bankan kepadanya tidak lagi di sebutkan Buton di timur. Namun demikian dalam dalam Perjanjian 1824. Yang kedua (dan rinciannya, wilayah yang diatur adalah ini yang mengganggu pihak Kesultanan wilayah-wilayah yang dikuasai langsung Bone) di ayat 3 disebutkan bahwa semua oleh penguasa kolonial (“grondgebied van penguasa lokal yang menanda tangani het Gouvernement van Makassar”). Untuk perjanjian ini dianggap setara dan tidak wilayah Sulawesi bagian selatan, yang ada yang lebih tinggi dari yang lain (“geen diatur di sini dalam pasal 1 ayat 1 adalah superioriteit”), meski ada hubungan kakak- kota (pada waktu itu district) Makassar, adik (“ouderen en jongeren broeder”) dimana Zuider Districten (termasuk di antaranya di ayat 4 dinyatakan penguasa Bone dan Galesong, Polombangkeng dan Takalar), Gowa sebagai anggota-anggota yang ter- Maros (termasuk di antaranya Sudiang, tua (“oudste leden”). Berbeda dengan Per- Tanralili, Pangkajene, Segeri), Bulukumba janjian 1667 dalam perjanjian ini Gowa dan Bantaeng (sebagai satu kesatuan), dan seolah dinaikkan dari pihak yang kalah Selayar. Wilayah ini akan tetap dipimpin perang menjadi anggota tertua, sedang oleh seorang gubernur, sedang untuk tiap Bone disamakan dengan yang lain meski distrik akan dikelola oleh seorang magis- juga anggota tertua. Hak khusus yang di- traat (untuk distrik Makassar) atau seo- miliki oleh Bone sebagai sekutu setia di rang residen untuk distrik lainnya yang bawah La Tenritata Arupalaka dalam Per- didampingi oleh penguasa pribumi (regent) ang Makassar meski juga tak disuratkan dan kepala-kepala desa atau kampung. dalam Perjanjian 1667, karenanya tak lagi Dalam waktu yang bersamaan den- disiratkan apalagi disuratkan dalam Per- gan penggodogan Nieuwe Organisatie 1824, janjian 1824. disiapkan juga satu naskah perjanjian baru Bisa diduga karenanya penolakan yang harus ditanda tangani oleh para pen- terhadap isi perjanjian yang baru ini oleh guasa lokal di wilayah ini yang kelak dike- Sultan Bone yang baru (dilantik tahun nal sebagai “Perjanjian Bungaya yang 1823), yakni I Maniratu yang bergelar Sul- diperbaharui” (vernieuwd Bongaijasch Con- tan Saleha Rabiyatuddin, apalagi pe- tract untuk teks lengkapnya bisa dilihat di nolakan ini mendapat dukungan dari para Ikhtisar 1973: 263). Isi naskah perjanjian petinggi Bone. Penolakan untuk mengha- ini meneguhkan kembali apa yang disebut dap gubernur jenderal ke Makassar juga sebagai “perdamaian, pertemanan dan disampaikan oleh dua penguasa lokal lain 661 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017 yakni Tanete dan Suppa. Penguasa kolo- frontatif terhadap pemerintah kolonial. nial bertindak cepat: di bulan Juli itu juga Nieuwe Organisatie 1824 dan Perjan- Tanete diserang dan Suppa di bulan beri- jian Bungaya yang diperbaharui adalah kutnya. Namun pertempuran yang besar dua dokumen yang paling penting di abad disiapkan untuk Bone yang diserang di ke-19 yang merupakan refleksi dari bulan November 1824. Hasil dari ketiga hubungan yang tentu saja dipaksakan serangan militer tersebut tidaklah tuntas. antara pemerintah kolonial dengan para Sultan dan para petinggi Bone misalnya penguasa lokal di Sulawesi bagian selatan. dapat menghindar meski wilayahnya Dari dilaksanakannya dua kebijakan terse- diduduki (Abd. Rasyid Asba 2010, Suriadi but, maka dalam pandangan administratif Mappangara 1996). Pecahnya Perang Di- penguasa kolonial, secara umum wilayah ponegoro di Pulau Jawa di tahun 1825 Sulawesi bagian selatan dibagi atas dua mau tidak mau memaksa ditariknya pasu- kategori yakni wilayah yang dikuasai dan kan kolonial ke sana meski situasi di Su- dikelola secara langsung oleh pemerintah lawesi belum sepenuhnya bisa diken- kolonial dan wilayah yang tidak dikua- dalikannya. sainya tetapi dikuasai oleh para penguasa Di tahun 1830 perang di Jawa yang lokal yang semua menanda tangani per- memakan begitu banyak korban dan se- janjian dengan pemerintah kolonial dan makin memiskinkan pemerintah kolonial mendapat kebebasannya meskipun diba- berakhir dengan ditangkapnya Pangeran tasi. Meski demikian tidak berarti bahwa Diponegoro untuk kemudian dipenjara- pemerintah Hindia Belanda sudah lebih kan di Menado. Namun baru dipenjara percaya diri, sebaliknya kedatangan James selama tiga tahun di Menado penguasa Brooke ke Bantaeng dan Teluk Bone di kolonial memutuskan untuk memin- tahun 1840 menunjukkan masih mudah- dahkannya secara sangat rahasia ke Fort nya petualang Britania untuk masuk ke Rotterdam di Makassar karena khawatir wilayah Hindia. Dan hal ini harus akan banyaknya kehadiran pelaut dan dicegah. saudagar Britania di Laut Sulawesi dalam Di tahun 1848 pengaturan adminis- perjalanan mereka dari Singapura ke tratif dilanjutkan dimana Pemerintahan Kepulauan Maluku melalui jalur utara Makassar diganti namanya dengan Pe- yang dianggap bisa sewaktu-waktu men- merintahan Celebes dan Daerah-daerah culik sang pangeran. Posisi Makassar Tergantung (Gouverenement van Celebes en dianggap lebih terlindung untuk usaha Onderhoorigheden) yang secara eksplisit semacam itu (Carey 2014). Meski menunjukkan wilayah yang diklaimnya Pangeran Diponegoro ditahan selama le- meski pada prakteknya tidak mengubah bih dari dua dekade di Fort Rotterdam wilayah yang dikelolanya, termasuk Su- hingga akhir hayatnya, namun ke- lawesi bagian selatan di dalamnya. Den- hadirannya di Makassar sangat dirahasi- gan pengaturan ini, secara lebih rinci lagi akan karena reputasinya yang dikha- pembagian wilayah dilakukan dimana watirkan dapat mempengaruhi para pen- kini, dibagi menjadi 3 “kategori” wilayah guasa lokal untuk tambah melawan pe- yakni (1) wilayah pemerintah merintah Hindia Belanda. Beruntung bagi (gouvernements landen) yang diperintah mereka bahwa di tahun 1838 Perjanjian langsung, (2) wilayah pemerintah yang tak Bungaya yang diperbaharui akhirnya di- diperintah langsung, dan (3) daerah- tanda tangani oleh Arumpone La Map- daerah sekutu (bondgenootschappelijke lan- paseling Sultan Adam Najamuddin yang den). Wilayah kategori pertama hanya baru dilantik di tahun 1835 menggantikan meliputi Distrik Makassar, Distrik-distrik saudara perempuannya yang lebih kon- Utara (Noorderdistricten), Bantaeng dan 672 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017 Bulukumba (istilah resminya Bonthain en dak berhasil seperti dalam kasus-kasus Boelokoemba), dan Pulau Selayar, sedang suksesi di Bone, Gowa, dan Sidenreng, kategori kedua meliputi wilayah Kaili namun usaha ini merupakan petunjuk (Kajelie), Pare-Pare, Tanette, Tallo, Wajo, awal bagi mereka untuk mencoba lagi di dan Laiwui. Sedang mereka yang masuk waktu lain. dikategori ketiga, dianggap sebagai Sebagai landasan utama pengaturan “sekutu” dengan dasar penandatanganan administratif dan pengendalian kolonial para penguasa wilayah-wilayah ini atas maka kedua alat utama yang diletakkan di Perjanjian Bungaya yang diperbaharui tahun 1824 yakni Nieuwe Organisatie dan dan termasuk di dalamnya Mandar, Perjanjian Bungaya yang diperbaharui Toraja, Masenrempulu (Massenre Bo- menjadi sangat penting. Dan pentingnya eloe), Luwu, Ajattappareng (Adja Tam- kedua alat ini hanya bisa dipahami apa- paran), Bacukiki, Nepo, Labaso, Barru, bila dilihat secara bersama-sama dimana Soppeng, Bone, Gowa, Sandrabone, Tu- Nieuwe Organisatie 1824 seolah mendapat ratea, Buton, Pulau Sumbawa, dan Pulau legitimasi dan pengakuan lokal melalui Flores (Ikhtisar 1973: 263). Perjanjian Bungaya yang diperbaharui. Apabila menggunakan kedua kebi- Nieuwe Organisatie 1824 digunakan untuk jakan tersebut di atas wilayah yang diatur mengatur wilayah-wilayah yang diperin- sudah lebih jelas dan hak-hak yang di- tah langsung sedangkan Perjanjian Bun- miliki oleh para sekutunya sudah diakui gaya yang diperbaharui menjadi dasar dan dibatasi, pemerintah kolonial hubungan antara negara kolonial dengan berkeinginan untuk mempengaruhi di- kekuatan lokal yang setidaknya secara namika internal tiap kekuatan politik lebih teoretik—mengikuti argumen Resink— dalam lagi. Dalam hal ini penguasa kolo- masih berdaulat meski dalam prakteknya nial yang mendapat ilham dari pemikiran kedaulatannnya tergerus terus sejalan den- Pencerahan dan liberal yang melihat ke- gan semakin menguatnya negara kolonial. kuatan tradisional dan kekerasan yang seolah merupakan bagian darinya sebagai MAPANNYA NEGARA KOLONIAL bentuk politik yang tidak sesuai dalam DI PARUH KEDUA ABAD KE-19 sistem politik moderen. Untuk itu mereka Jika sejak tahun 1824 negara kolonial berusaha untuk menciptakan keteraturan Hindia Belanda perlahan-lahan merintis dalam penggantian penguasa. Dalam ang- kehadirannya, dengan penataan adminis- gapan pemerintah kolonial, penggantian tratif serta berbagai perang yang dilancar- kepemimpinan selalu membuka peluang kannya untuk menerapkan tatanan baru pecahnya kekerasan yang menjadi ajang ini, maka sejak tahun 1850an tiang-tiang pertumpahan darah (atau dalam naskah bangunan negara kolonial mulai ditegak- Perjanjian Bungaya yang diperbaharui kan. Serangkaian kejadian menciptakan disebut sebagai “bloed toneelen”). Untuk itu kondisi semakin dipercepatnya pe-mapan- dalam naskah perjanjian ayat 18 mereka an negara kolonial yakni (1) pertumbuhan memaksakan adanya “Radja Moeda” (ini perdagangan melalui Makassar sejak istilah resmi yang dipakai dengan bahasa 1850, (2) perang penaklukan Bone 1859- Melayu dalam naskah) yang disiapkan 1860, dan (3) penataan sistem peradilan. untuk mengganti penguasa yang ada dan Penelitian Edward L. Poelinggo- karenanya menghilangkan persaingan mang tentang perdagangan di Makassar di politik. Meski usaha awal penguasa kolo- abad ke-19 yang diterbitkan di tahun 2002 nial untuk memainkan peranan yang lebih bisa dikatakan sebagai satu penelitian penting dalam mengendalikan daerah di yang sangat penting dan mendasar yang luar Jawa seperti di Sulawesi, terbukti ti- merintis penelitian-penelitian lanjutan 683 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017 dengan metode yang serupa. Dengan Dampak yang nyata dari pembukaan ini menggunakan data statistik yang terinci adalah terjadi peningkatan arus barang ke (dimana periode sesudah tahun 1847 dan dari pelabuhan ini secara dramatis. datanya menjadi sangat rinci), Edward L. Angka ekspor dan impor meningkat tajam Poelinggomang dapat membaca naik tu- hingga mencapai puncaknya di awal runnya arus barang yang masuk dan ke- 1870an meski kemudian menurun lagi. luar pelabuhan Makassar. Yang menarik Kemajuan ekonomi yang bertumpu pada disini adalah meski hanya memfokuskan arus keluar masuk aneka komoditas dirasa pada Makassar, namun mengingat lebih penting ketika tidak ada lagi kebija- pentingnya posisi Makassar di Hindia kan ekonomi yang dramatis di Sulawesi bagian timur, bisa dibaca adanya jaringan bagian selatan seperti cultuurstelsel di Jawa perdagangan di wilayah ini yang melibat- sejak 1830. kan tidak hanya Kepulauan Maluku tetapi Satu hal yang menarik perdagangan Juga Jawa dan Singapura tetapi bahkan melalui Makassar di paruh kedua abad ke- Cina dan Eropa. 19 adalah adanya komoditas-komoditas Di awal abad ke-19 jumlah perda- utama yang diperdagangkan yang berbeda gangan melalui Makassar sangat rendah dengan anggapan selama ini. Komoditas akibat tidak menentunya situasi politik seperti candu, tripang, kain, dan kopi dan militer sebagai dampak apa yang ter- adalah komodtas-komoditas yang nilainya jadi di Eropa. Sepanjang abad ke-18 mendominasi arus perdagangan ekspor perdagangan melalui Makassar sangat dan impor. Komoditas ekspor tersebut ada tergantung pada perdagangan dengan yang memang berasal dari wilayah ini se- Cina utamanya untuk komoditas maritim peti kopi, tetapi ada juga yang dikumpul- seperti teripang. Bahkan dikatakan bahwa kan dari wilayah di sekitar Makassar abad ke-18 bagi perdagangan Makassar seperti tripang (Ashabul Kahpi 2017, adalah “abad Cina” yang menunjukkan Sutherland 2009 ). Demikian pula, kain pentingnya pasar Cina. Namun situasi dan candu didatangkan untuk diekspor politik di awal abad ke-19 di Eropa juga kembali dan untuk dikonsumsi secara lo- berdampak pada perdagangan dengan kal (Hidayatullah 2017). Yang mengher- Cina mengingat peran pentingnya kapal- ankan, komoditas beras bisa dikatakan kapal perang Britania di perairan Asia tidak menonjol nilainya baik sebagai ko- yang menghalangi kapal-kapal Perancis moditas ekspor maupun impor di periode dan sekutunya. Ditunjukkan oleh Edward yang sama. Bisa jadi karena masih ber- L. Poelinggomang bahwa usaha Britania langsungnya perlawanan oleh Karaeng untuk membuka Makassar pada saat Bonto Bonto (lihat di bawah) di Noorden mereka menguasai wilayah ini tidak juga Districten termasuk Maros yang dikenal berhasil sebagai akibat juga tidak stabilnya sebagai penghasil beras menyebabkan politik di wilayah Sulawesi bagian selatan kecilnya peranan komoditas ini (Dias (2002: 137). Kondisi sangat membaik ter- Pradadimara 2015, Sutherland 1983). jadi sesudah penguasa kolonial Belanda Menurunnya arus barang sesudah menerapkan pelabuhan Makassar sebagai tahun 1880 meski status pelabuhan bebas “pelabuhan bebas” (“vrijhaven”) di tahun masih dipertahankan, menurut Edward L. 1847. Statusnya sebagai pelabuhan bebas Poelinggomang (2002: 170) menunjukkan berarti komoditas yang dibawa masuk kegagalan pemerintah kolonial untuk ataupun keluar, termasuk senjata dan menjadikan Makassar sebagai pesaing Sin- candu, dibebaskan dari pajak dan cukai. gapura sebagai pelabuhan transit. Apalagi Lebih jauh lagi, pembatasan pelayaran di kemudian pemerintah lebih memilih Sura- wilayah ini juga dicabut (ibid: 77-80). baya menjadi pelabuhan pesaing Sin- 694 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017 gapura. Munculnya perusahan kapal sot dan harus ditarik munduk ke Makas- Koninklijke Paketvaart Maatschappij sar. Penyerangan ulang baru dilakukan di (KPM), merubah pola perdagangan dan akhir tahun 1859 dengan pasukan yang semakin menurunkan peranan Makassar. lebih besar. Sebelum penyerangan, Meski sudah menanda tangani Per- wilayah tiga kekuatan lokal di Sinjai yakni janjian Bungaya yang diperbaharui di ta- Bulo-Bulo, Lamatti, dan Tondon diserap hun 1838, hubungan antara Kesultanan menjadi Daerah Pemerintah mengingat Bone dengan pemerintah kolonial tidak pentingnya wilayah ini dalam strategi per- pernah membaik hingga akhir tahun ang sebagai titik pijakan penyerangan ke 1850an (Suriadi Mappangara 1996). Men- Bone atau sebaliknya. Anak Ahmad Sing- inggalnya Arumpone La Parenrengi Sul- keru Rukka yakni La Pawawoi Karaeng tan Ahmad Saleh Muhiddin di tahun 1857 Segeri dijadikan penguasa pribumi sesudah menjabat selama 12 tahun men- (inlandsch hoofd) wilayah yang baru diam- jadi saat penting dalam hubungan ini bil alih (geannexeerde gewesten) ini dengan karena sesuai perjanjian, maka penguasa kekuasaan setara dengan para regent di yang baru harus menanda tangani ulang daerah lain yang sudah merupakan bagian pernyataan kesetiaan pada pemerintah dari Daerah Pemerintah lainnya kolonial. Yang menjadi arumpone beri- (Perelaer, II, 1872: 119-120). Meski para kutnya ada istri arumpone sebelumnya pembesar Bone berhasil melarikan diri ke yakni I Tenriawaru Besse Kajuara berge- pedalaman ketika sekali lagi pasukan ko- lar Sultanah Ummulhadi. Penguasa yang lonial menduduki Watampone, namun baru memilih untuk mengambil garis kali ini pasukan kolonial memburu ke keras seperti yang diambil mendiang pedalaman dan memaksa Arumpone ditu- suaminya dan menolak usulan dari kelom- runkan dari jabatannya dan Ahmad Sing- pok di bawah Ahmad Singkeru Rukka keru Rukka kemudian diangkat menjadi cucu To Appatunru (arumpone 1812- arumpone bergelar Sultan Ahmad. Pada 1823) yang juga menjabat sebagai Aru- tanggal 13 bulan Februari tahun 1860, Ke- palakka, yang mendorong untuk hubun- sultanan Bone menandatangani perjanjian gan yang lebih baik. Perbedaan pandan- persetujuan bahwa Sinjai menjadi bagian gan antara kesultanan dengan pemerintah dari Daerah Pemerintah (De Klerck 1938: kolonial menjadi tidak terjembatani dan 815, Staatblad 1861 no. 50 dan no. 113). kini perang menjadi pilihan. Sinjai kemudian dimasukkan dalam satu Di bulan Januari 1859 pasukan dib- wilayah yakni ini Distrik-Distrik Timur erangkatkan dari Batavia dan sampai di (Ooster Districten) meskpun sering juga ma- Bantaeng secara bertahap di akhir Januari sih disebut Sinjai atau Distrik-Distrik dan awal Februari. Penyerangan terhadap Timur (Sindjai of Ooster Districten). Bone dilakukan baik melalui Sinjai mau- Berakhirnya perang besar dengan pun melalui pelabuhan BajoE di Bone. kekalahan di pihak Kesultanan Bone men- Setelah melalui berbagai kesulitan, dan jadi satu momen historis penting dimana, bekerjasama dengan Ahmad Singkeru di satu sisi, kekuatan penguasa lokal ditak- Rukka, pusat kesultanan di Watampone lukkan dan tidak akan muncul lagi sebagai berhasil diduduki tetapi para petinggi ke- kekuatan militer hingga akhir masa kolo- sultanan sudah meninggalkan tempat nial, dan, di sisi lain, negara kolonial mu- menuju ke pedalaman. Meski menduduki lai mapan. Yang muncul adalah perla- pusat kesultanan namun penyerangan ini wanan-perlawanan “rakyat” yang meski dianggap gagal apalagi cuaca buruk dan dilalukan oleh mereka yang dekat dengan penyerangan balasan oleh pasukan Bone penguasa namun tidak mengatas namakan membuat kondisi pasukan kolonial mero- mereka. Salah satu yang paling besar dan 1605

Description:
yakni pertumbuhan perdagangan melalui Makassar, perang penaklukan Bone, dan penataan sistem peradilan. Kata kunci: negara kolonial, abad
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.