PENJATUHAN PIDANA PENJARA BERSYARAT DALAM TINDAK PIDANA PERBANKAN Kajian Putusan Nomor 1554 K/Pid.Sus/2014 CONDITIONAL IMPRISONMENT SENTENCING IN BANKING CRIMINAL CASE An Analysis of Court Decision Number 1554 K/Pid.Sus/2014 Ramiyanto Fakultas Hukum Universitas Sjakhyakirti Jl. Sultan Muh. Mansyur Kb. Gede 32 Ilir, Palembang 30145 E-mail: [email protected] Naskah diterima: 14 Mei 2016; revisi: 23 November 2016; disetujui: 24 November 2016 ABSTRAK penelitian hukum normatif dan berkesimpulan bahwa penjatuhan pidana penjara bersyarat dalam kasus Di Indonesia, tindak pidana perbankan diatur dalam tersebut dapat dibenarkan dengan alasan demi keadilan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang serta fakta keseimbangan antara tingkat kesalahan Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 pelaku dan keadaan yang melingkupinya. tentang Perbankan. Di dalam undang-undang tersebut diatur secara tegas mengenai ancaman sanksi berupa Kata kunci: penjatuhan pidana, pidana penjara bersyarat, pidana bagi pelanggarnya. Pasal 49 ayat (2) huruf b tindak pidana perbankan. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 telah mengatur ancaman pidana untuk tindak pidana perbankan dengan ABSTRACT sistem minimum khusus, yaitu paling singkat tiga tahun Banking Crime in Indonesia is regulated in Law Number penjara dan denda paling sedikit Rp.5.000.000.000,- 10 of 1998 on the amendment to Law Number 7 of 1992 (lima miliar rupiah). Majelis hakim dalam Putusan on Banking. The law expressly set the criminal sanctions Nomor 1554 K/Pid.Sus/2014 menjatuhkan pidana for any violation. Article 49 paragraph (2) point b of penjara bersyarat. Putusan tersebut membatalkan Law Number 10 of 1998, has been stipulated criminal putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang (judex facti) sanctions for banking crime at a special minimum system, Nomor 437/Pid.Sus/2013 yang menjatuhkan putusan which is imprisonment a minimum for three years and bebas (vrijspraak). Majelis hakim dalam Putusan fine for at least five billion rupiahs. In Decision Number Nomor 1554 K/Pid.Sus/2014 telah menjatuhkan pidana 1554 K/Pid.Sus/2014 concerning banking crime, the penjara di bawah ancaman minimum, yaitu selama panel of judges imposes unconditional imprisonment. enam bulan penjara dengan sistem bersyarat. Menurut Judex facti of the District Court of Tanjung Karang in the Pasal 14 ayat (1) KUHP, pidana bersyarat hanya dapat decision has overturned the Decision Number 437/Pid. dilakukan apabila majelis hakim menjatuhkan pidana Sus/2013 which is a judgment of acquittal (vrijspraak). penjara paling lama satu tahun. Analisis putusan ini The panel of judges in Decision Number 1554 K/Pid. berfokus pada pokok pertimbangan majelis hakim dalam Sus/2014 has dropped the sentence to six-month in prison Putusan Nomor 1554 K/Pid.Sus/2014 terkait penjatuhan term, which is placed under the minimum penalty of a pidana penjara bersyarat, dilihat dari ketentuan lamanya criminal sentence. According to Article 14 paragraph ancaman pidana. Penelitian ini menggunakan metode (1) of the Criminal Code, conditional sentencing Penjatuhan Pidana Penjara Bersyarat dalam Tindak Pidana Perbankan (Ramiyanto) | 317 Jurnal isi.indd 317 1/6/2017 11:30:22 AM can only be compelling if a panel of judges dropped resolves that sentencing conditional imprisonment in a maximum imprisonment of one year. The analysis this case is allowed for the sake of justice, as well as the focuses on the consideration of the panel of judges in facts, the balance between error level of the accused and making the Decision Number 1554 K/Pid.Sus/2014 and the circumstances surrounding. sentencing conditional imprisonment in accordance to Keywords: sentencing, conditional imprisonment the criminal sanction and sentencing provisions. This sentence, banking crime. analysis employs normative legal research methods and I. PENDAHULUAN yang disimpan di bank, sehingga merugikan kepentingan berbagai pihak, baik bank selaku A. Latar Belakang badan usaha maupun nasabah selaku penyimpan Perbankan merupakan lembaga keuangan dana, sistem perbankan, otoritas perbankan, yang berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana pemerintah, dan masyarakat (Kustini, 2012: 1). masyarakat. Perbankan sebagai lembaga keuangan Saat ini di Indonesia mengenai tindak pidana memiliki peranan strategis untuk menunjang perbankan diatur dalam Undang-Undang Nomor pelaksanaan pembangunan di Indonesia, dalam 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang- rangka meningkatkan pemerataan pembangunan Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan Dalam undang-undang tersebut diatur secara stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf tegas mengenai ancaman sanksi berupa pidana hidup rakyat banyak. Oleh karena itu, lembaga bagi pelanggarnya. Walaupun telah diatur secara perbankan memiliki peranan penting sebagai tegas, namun di dalam praktik penjatuhan pidana penunjang dalam upaya peningkatan taraf hidup oleh majelis hakim di sidang pengadilan masih rakyat Indonesia kepada keadaan yang lebih baik. timbul permasalahan. Permasalahan itu timbul Hal ini berarti baik atau tidaknya keadaan rakyat ketika majelis hakim dalam Putusan Nomor 1554 Indonesia dalam kehidupannya juga ditentukan K/Pid.Sus/2014 menjatuhkan pidana penjara oleh lembaga perbankan. bersyarat dalam kasus tindak pidana perbankan Perkembangan dalam industri perbankan dengan terdakwa FVB dan FS. dan teknologi informasi, selain berdampak Terdakwa (FVB dan FS) diperiksa karena positif dapat juga menimbulkan dampak negatif selaku pejabat/petugas di PT BRI Cabang berupa semakin beragamnya tindak pidana Teluk Betung telah memberikan fasilitas kredit perbankan. Bank sering dijadikan sebagai sarana kendaraan bermotor fiktif sebanyak ± 10.795 dan/atau sasaran untuk memperkaya diri sendiri, debitur kepada PT NPA. Dalam hal ini, terdakwa keluarga atau kelompok tertentu secara melawan (FVB dan FS) telah dengan sengaja: hukum yang dapat dilakukan oleh anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank, pihak terafiliasi, 1. Tidak melakukan pemeriksaan dokumen dan/atau pemegang saham baik dilakukan secara yang diserahkan oleh pihak PT NPA; bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Tindak 2. Tidak melakukan cross check kepada pidana perbankan melibatkan dana masyarakat debitur yang sebenarnya; 318 | Jurnal Yudisial Vol. 9 No. 3 Desember 2016: 317 - 338 Jurnal isi.indd 318 1/6/2017 11:30:22 AM 3. Menandatangani Instruksi Pencairan Kredit dan FS) tidak mempunyai peranan atas pencairan dan Nota Pencairan Kredit Kendaraan kredit kendaraan bermotor yang diajukan PT Bermotor yang ternyata fiktif; serta NPA. Menurut majelis kasasi, terdakwa (FVB dan FS) mempunyai peranan atas pencarian kredit 4. Mencairkan Kredit Kendaraan Bermotor kendaraan bermotor dimaksud karena terdakwa PT NPA terlebih dahulu baru kemudian selaku pejabat/petugas bank mempunyai tugas dilakukan penandatanganan/pembuatan untuk memeriksa kebenaran dan kelengkapan blanko Instruksi Pencairan Kredit. berkas pengajuan kredit. Jaksa penuntut umum menuntut FVB dan Sesuai dengan pertimbangannya tersebut, FS kepada Pengadilan Negeri Tanjung Karang majelis kasasi menyatakan FVB dan FS terbukti agar keduanya dijatuhi pidana penjara masing- bersalah melakukan tindak pidana “turut masing selama tiga tahun dan enam bulan dengan serta tidak melaksanakan langkah-langkah perintah para terdakwa ditahan, serta pidana denda yang diperlukan untuk memastikan ketaatan masing-masing Rp.5.000.000.000,- (lima miliar baik terhadap peraturan perundang-undangan rupiah), subsider tiga bulan kurungan. Tuntutan perbankan dan peraturan lain yang berkaitan itu diajukan karena FVB dan FS terbukti bersalah dengan bank yang dilakukan secara berlanjut.” melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud Kemudian majelis kasasi menjatuhkan sanksi dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b Undang-Undang kepada FVB dan FS berupa pidana penjara Nomor 10 Tahun 1998 jo. Pasal 55 ayat (1) kesatu masing-masing enam bulan dan pidana denda KUHP jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP. Pengadilan masing-masing Rp.5.000.000.000,- (lima miliar Negeri Tanjung Karang tidak mengabulkan rupiah). Dasar hukum yang digunakan oleh tuntutan jaksa dan menjatuhkan putusan bebas majelis kasasi adalah Pasal 49 ayat (2) huruf b (vrijspraak) karena terdakwa tidak terbukti Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 jo. Pasal melakukan tindak pidana yang didakwakan jaksa 55 ayat (1) kesatu KUHP jo. Pasal 64 ayat (1) sebagaimana dicantumkan dalam Putusan Nomor KUHP. Khusus untuk pidana penjara, majelis 437/Pid.Sus/2013. kasasi menjatuhkan pidana penjara bersyarat. Jaksa penuntut umum mengajukan upaya Secara yuridis (de jure), pidana penjara hukum kasasi dengan dua alasan, yaitu: peraturan bersyarat hanya dapat dilakukan apabila hakim hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak menjatuhkan pidana penjara paling lama satu sebagaimana mestinya dan cara mengadili tahun (vide: Pasal 14 ayat (1) KUHP). tidak dilaksanakan menurut undang-undang. Dengan merujuk pada ketentuan pidana Majelis kasasi menerima dan mengabulkan bersyarat dalam KUHP, ada pihak yang permintaan kasasi yang diajukan jaksa penuntut memandang Putusan Nomor 1554 K/Pid. umum. Selanjutnya majelis kasasi membatalkan Sus/2014 telah menabrak undang-undang, yaitu putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang bertentangan dengan ancaman pidana minimal (judex facti) dan mengadili sendiri. Di dalam dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b Undang-Undang pertimbangannya, majelis kasasi menyatakan Nomor 10 Tahun 1998, karena bagi pelanggarnya putusan judex facti didasarkan pada pertimbangan minimal dihukum tiga tahun penjara. Dari yang salah karena menyatakan terdakwa (FVB keadaaan tersebut, maka penulis tertarik untuk Penjatuhan Pidana Penjara Bersyarat dalam Tindak Pidana Perbankan (Ramiyanto) | 319 Jurnal isi.indd 319 1/6/2017 11:30:22 AM melakukan kajian terhadap Putusan Nomor pidananya ditentukan dengan sistem minimum. 1554 K/Pid.Sus/2014 yang menjatuhkan pidana Kemudian penelitian ini diharapkan juga dapat penjara bersyarat dalam kasus tindak pidana berguna secara praktis, yaitu menjadi pegangan perbankan yang dilihat dari jumlah atau lamanya dan pedoman bagi aparat penegak hukum pidana ancaman pidana yang ditentukan dalam Pasal terutama hakim dalam menjatuhkan pidana 49 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 10 penjara bersyarat yang ancamannya ditentukan Tahun 1998. dengan sistem minimum, khususnya dalam kasus tindak pidana perbankan. B. Rumusan Masalah D. Studi Pustaka Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Penjatuhan Pidana 1. Bagaimana pertimbangan majelis kasasi Pemidanaan dapat diartikan sebagai tahap dalam Putusan Nomor 1554 K/Pid.Sus/2014 penetapan sanksi dan juga tahap pemberian sanksi yang menjatuhkan pidana penjara bersyarat dalam hukum pidana. Hal ini dapat disimak dalam kasus tindak pidana perbankan? dalam pendapat Sudarto bahwa pemberian pidana in abstracto adalah menetapkan stelsel sanksi 2. Bagaimana penjatuhan pidana penjara hukum pidana yang menyangkut pembentuk bersyarat dalam Putusan Nomor 1554 K/ undang-undang, sedangkan pemberian pidana Pid.Sus/2014 apabila dilihat dari ketentuan in concreto menyangkut berbagai badan yang jumlah atau lamanya ancaman pidana? kesemuanya mendukung dan melaksanakan stelsel sanksi hukum pidana itu. Berkaitan dengan C. Tujuan dan Kegunaan masalah sanksi, Hoefnagles bahkan memberikan arti secara luas, dikatakannya bahwa sanksi dalam Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hukum pidana adalah semua reaksi terhadap dan menganalisis pertimbangan majelis kasasi pelanggaran hukum yang ditentukan undang- dalam Putusan Nomor 1554 K/Pid.Sus/2014 undang dimulai dari penahanan tersangka dan yang menjatuhkan pidana penjara bersyarat penuntutan tersangka sampai pada penjatuhan dalam kasus tindak pidana perbankan. Kemudian vonis oleh hakim. Hoefnagles melihat pidana penelitian ini juga bertujuan untuk menjelaskan sebagai suatu proses waktu yang keseluruhan dan menganalisis penjatuhan pidana penjara proses itu dianggap sebagai suatu pidana bersyarat dalam Putusan Nomor 1554 K/Pid. (Prasetyo & Barkatullah, 2012: 83). Sus/2014 dilihat dari ketentuan jumlah atau lamanya ancaman pidana dalam Undang-Undang Dengan merujuk pada pendapat Sudarto Nomor 10 Tahun 1998. dan Hoefnagles di atas, Prasetyo berpendapat bahwa masalah penetapan sanksi dalam hukum Penelitian ini diharapkan dapat digunakan pidana merupakan suatu rangkaian kebijakan sebagai referensi yang menunjang ilmu yang berada dalam satu sistem. Sebagai suatu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan hukum sistem, tidaklah dapat dikatakan bahwa masing- pidana Indonesia terkait dengan pemidanaan masing tahap pemberian pidana berdiri sendiri, in concreto (penjatuhan pidana) yang ancaman 320 | Jurnal Yudisial Vol. 9 No. 3 Desember 2016: 317 - 338 Jurnal isi.indd 320 1/6/2017 11:30:22 AM akan tetapi saling terkait bahkan tidak dapat putusannya, dapat menetapkan dipisahkan sama sekali (Prasetyo, 2013: 79). terdakwa tetap ada dalam tahanan atau membebaskannya, apabila Menurut Arief (2012: 4), apabila pengertian terdapat alasan cukup untuk itu. “pemidanaan” diartikan secara luas sebagai suatu proses pemberian atau penjatuhan pidana Merujuk pada ketentuan Pasal 193 KUHAP oleh hakim, maka dapatlah dikatakan bahwa di atas, maka sanksi berupa pidana baru dapat sistem pemidanaan mencakup keseluruhan dijatuhkan oleh majelis hakim apabila terdakwa ketentuan perundang-undangan yang mengatur terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang bagaimana hukum pidana itu ditegakkan atau didakwakan kepadanya. Menurut Pasal 194 dioperasionalisasikan secara konkret sehingga KUHAP, dalam putusan pemidanaan, pengadilan seseorang dijatuhi sanksi (hukum pidana). juga menetapkan supaya barang bukti yang disita Ini berarti semua aturan perundang-undangan diserahkan kepada pihak yang paling berhak mengenai hukum pidana substantif, hukum pidana menerima kembali, yang namanya tercantum formal, dan hukum pelaksanaan pidana dapat dalam putusan tersebut kecuali apabila menurut dilihat sebagai satu kesatuan sistem pemidanaan undang-undang barang bukti itu hanya dirampas fungsional dalam arti luas. Sedangkan dalam untuk kepentingan negara atau dimusnahkan arti sempit, hanya mencakup aturan/ketentuan atau dirusak sehingga tidak dapat digunakan hukum pidana materiil (substantif). lagi. Kecuali apabila terdapat alasan yang sah, pengadilan menetapkan supaya barang bukti Secara yuridis, penjatuhan pidana diserahkan segera sesudah sidang selesai. Perintah (pemidanaan) oleh majelis hakim telah ditentukan penyerahan barang bukti dilakukan tanpa disertai dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 sesuatu syarat apapun kecuali dalam hal putusan tentang Hukum Acara Pidana atau KUHAP. Di pengadilan belum mempunyai kekuatan hukum dalam KUHAP, ketentuan mengenai penjatuhan tetap. pidana (pemidanaan) oleh hakim dicantumkan dalam Pasal 193 yang rumusannya: 2. Pidana Bersyarat 1. Jika pengadilan berpendapat bahwa Pidana bersyarat (veroorwaardelijke terdakwa bersalah melakukan tindak veroordeling) sering juga disebut dengan pidana yang didakwakan kepadanya, maka beberapa istilah, yaitu pidana dengan bersyarat, pengadilan menjatuhkan pidana. pidana (hukuman) percobaan, pidana (hukuman) 2. a. Pengadilan dalam menjatuhkan dengan perjanjian, pidana (hukuman) dengan putusan, jika terdakwa tidak ditahan, janggelan. Pidana bersyarat adalah salah satu dapat memerintahkan supaya alternatif dari pemidanaan yang pertama kali terdakwa tersebut ditahan, apabila diperkenalkan di Inggris (Duff dalam Hiariej, dipenuhi ketentuan Pasal 21 dan 2014: 405). Di Indonesia, pidana bersyarat untuk terdapat alasan cukup untuk itu. pertama kalinya diterapkan pada tahun 1926 yang dituangkan dalam Stb. 1926 Nomor 251 jo. 486, b. Dalam hal terdakwa ditahan, namun baru sejak 1 Januari 1927 dimasukkan pengadilan dalam menjatuhkan Penjatuhan Pidana Penjara Bersyarat dalam Tindak Pidana Perbankan (Ramiyanto) | 321 Jurnal isi.indd 321 1/6/2017 11:30:22 AM ke dalam KUHP (Setiady, 2010: 112). Saat ini, Dilihat dari namanya, yaitu pidana aturan tentang pidana bersyarat dicantumkan bersyarat, ada syarat-syarat yang ditetapkan dalam Pasal 14 sampai dengan 14f KUHP. dalam putusan hakim (putusan pengadilan: pen), yang harus ditaati oleh terpidana untuk dapatnya Menurut Muladi, pidana bersyarat adalah ia dibebaskan dari pelaksanaan pidana. Syarat- suatu pidana di mana si terpidana tidak usah syarat itu dibedakan antara syarat umum dan menjalani pidana tersebut, kecuali bilamana syarat khusus. Syarat umum bersifat imperatif, selama masa percobaan terpidana telah melanggar artinya bila hakim menjatuhkan pidana dengan syarat-syarat umum atau khusus yang telah bersyarat, dalam putusannya itu harus ditetapkan ditentukan oleh pengadilan. Pidana bersyarat syarat umum, sedangkan syarat khusus bersifat merupakan penundaan pelaksanaan pidana. fakultatif (tidak menjadi keharusan untuk Pidana bersyarat bukan merupakan pidana ditetapkan) (Chazawi, 2010: 60). pokok melainkan merupakan cara penerapan pidana sebagaimana pidana yang tidak bersyarat Dalam syarat umum, harus ditetapkan oleh (Setiady, 2010: 113). Secara filosofi, pidana hakim bahwa dalam tenggang waktu tertentu bersyarat merupakan bentuk alternatif dari pidana (masa percobaan) terpidana tidak boleh melakukan perampasan kemerdekaan atau sebagai salah tindak pidana (Pasal 14C ayat (1)). Sementara satu bentuk “non-custodial measures,” dan juga dalam syarat khusus, hakim boleh menentukan sebagai salah satu bentuk “strafmodus” (Arief, hal-hal (Chazawi, 2010: 60) sebagai berikut: 2011: 16). 1. Penggantian kerugian akibat yang Walaupun sering disebut pidana bersyarat, ditimbulkan oleh dilakukannya tindak tetapi sesungguhnya bukan salah satu dari pidana baik seluruhnya maupun sebagian jenis pidana karena tidak disebut dalam Pasal yang harus dibayar dalam tenggang waktu 10 KUHP. Pidana bersyarat merupakan suatu yang ditetapkan oleh hakim yang lebih sistem penjatuhan pidana tertentu (penjatuhan pendek dari masa percobaan (Pasal 14 ayat kurungan, denda) di mana ditetapkan dalam amar (1)). putusan bahwa pidana yang dijatuhkan tidak 2. Dalam hal hakim menjatuhkan pidana penjara perlu dijalankan dengan pembebanan syarat- lebih dari tiga bulan atau pidana kurungan syarat tertentu, maka sebaiknya digunakan atas pelanggaran Pasal 492 (mabuk di tempat istilah pidana dengan bersyarat. Pidana bersyarat umum), Pasal 504 (pengemisan), Pasal 505 merupakan suatu sistem/model penjatuhan pidana (pergelandangan), Pasal 506 (mucikari), oleh hakim yang pelaksanaannya digantungkan Pasal 536 (mabuk di jalan umum), hakim pada syarat-syarat tertentu. Artinya, pidana yang dapat menetapkan syarat-syarat khusus yang dijatuhkan oleh hakim itu ditetapkan tidak perlu berhubungan dengan kelakuan terpidana dijalankan pada terpidana selama syarat-syarat (Pasal 14A ayat (2)). Syarat-syarat khusus itu yang ditentukan tidak dilanggarnya, dan pidana tidak diperkenankan sepanjang melanggar dapat dijalankan apabila syarat-syarat yang atau mengurangi hak-hak terpidana dalam ditetapkan tidak ditaatinya atau dilanggarnya berpolitik (kenegaraan) dan menjalankan (Chazawi, 2010: 54). agamanya (Pasal 14A ayat (5)). 322 | Jurnal Yudisial Vol. 9 No. 3 Desember 2016: 317 - 338 Jurnal isi.indd 322 1/6/2017 11:30:22 AM 3. Tindak Pidana Perbankan b. Tindak pidana yang dilakukan dalam menjalankan fungsi dan usahanya Tindak pidana perbankan merupakan sebagai bank berdasarkan Undang- gabungan dari dua istilah, yaitu “tindak pidana” Undang Perbankan. dan “perbankan.” Istilah tindak pidana dipakai sebagai pengganti istilah “strafbaar feit,” yaitu 2. Tindak pidana di bidang perbankan adalah: perbuatan yang dapat dipidana (Sudarto, 2013: 63- a. Segala jenis perbuatan melanggar 64). Kemudian yang dimaksud dengan perbankan hukum yang berhubungan dengan adalah segala seuatu yang menyangkut tentang kegiatan dalam menjalankan usaha bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, bank, baik bank sebagai sasaran serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan maupun sebagai sarana. usahanya (vide: Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998). Jadi, tindak pidana b. Tindak pidana yang tidak hanya perbankan merupakan perbuatan yang berkaitan mencakup pelanggaran terhadap dengan segala sesuatu yang menyangkut tentang Undang-Undang Perbankan saja, bank (kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan melainkan mencakup pula tindak proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya) pidana penipuan, penggelapan, yang dapat dipidana. pemalsuan, dan tindak pidana lain sepanjang berkaitan dengan lembaga Badan Pembinaan Hukum Nasional perbankan. (BPHN) menyatakan bahwa pemakaian istilah tindak pidana perbankan dan tindak pidana di Menurut Indriyanto Seno Adji dalam bidang perbankan belum ada kesamaan pendapat. pengertian sempit, tindak pidana perbankan hanya Apabila ditinjau dari segi yuridis tidak ada satupun terbatas kepada perbuatan yang dikategorikan peraturan perundang-undangan yang memberikan sebagai perbuatan pidana menurut Undang- pengertian tentang tindak pidana perbankan dengan Undang Perbankan. Sementara dalam pengertian tindak pidana di bidang perbankan (Kustini, 2012: luas, tindak pidana perbankan tidak terbatas 2). Dalam hal ini, BPHN memberikan pengertian hanya kepada yang diatur oleh Undang-Undang yang berbeda untuk kedua tindak pidana tersebut Perbankan, namun mencakup pula perbuatan- (Kustini, 2012: 2) sebagai berikut: perbuatan yang dirumuskan dalam perbuatan pidana yang mengganggu sektor ekonomi secara 1. Tindak pidana perbankan adalah: luas, yang juga meliputi kejahatan pasar modal a. Setiap perbuatan yang melanggar (capital market crime), kejahatan komputer peraturan perundang-undangan (computer crime), baik dengan itu timbul akibat sebagaimana diatur dalam Undang- kerugian pada perusahaan swasta maupun Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang pemerintah dan BUMN, fiskal dan bea cukai Perbankan sebagaimana telah diubah (custom crime) (Kustini, 2012: 3). dengan Undang-Undang Nomor Secara yuridis, tindak pidana di bidang 10 Tahun 1998 (Undang-Undang perbankan termasuk ke dalam tindak pidana Perbankan). administratif (administrative offences) atau Penjatuhan Pidana Penjara Bersyarat dalam Tindak Pidana Perbankan (Ramiyanto) | 323 Jurnal isi.indd 323 1/6/2017 11:30:22 AM tindak pidana yang mengganggu kesejahteraan yang wajib dirahasiakan menurut Pasal 40 masyarakat (public welfare offences) (Jaya, 2008: (Pasal 47 ayat (2)). 190). Dalam konotasi politik, tindak pidana 4. Anggota dewan komisaris, direksi, perbankan dapat disebut dengan istilah white pegawai bank yang dengan sengaja tidak collar crime karena dapat digolongkan dalam memberikan keterangan yang wajib tindak pidana ekonomi dalam arti luas atau dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam economic crime. Dalam pengertian sosial disebut Pasal 42A dan 44 (Pasal 47A). socio economic crime (Jaya, 2008: 194-195). Tindak pidana perbankan diatur dalam Bab VIII 5. Anggota dewan komisaris, direksi, atau Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yaitu: pegawai bank yang dengan sengaja tidak Pasal 46, 47, 47A, 48, 49, 50, dan 50A. memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Tindak pidana perbankan dalam undang- Pasal 30 ayat (1) dan (2) dan Pasal 34 ayat undang itu dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (1) dan (2) (Pasal 48 ayat (1)). kejahatan dan pelanggaran. Tindak pidana yang termasuk ke dalam jenis kejahatan adalah yang 6. Anggota dewan komisaris, direksi, atau ditentukan dalam Pasal 46, 47, 47A, 48 ayat (1), 49, pegawai bank yang lalai tidak memberikan 50, dan 50A (vide: Pasal 51 ayat (1)). Kemudian keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana yang termasuk ke dalam jenis pelanggaran adalah dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan (2) tindak pidana yang ditentukan dalam Pasal 48 dan Pasal 34 ayat (1) dan (2) (Pasal 48 ayat (vide: Pasal 51 ayat (2)). (2)). Memperhatikan rumusan pasal-pasal dalam 7. Anggota dewan komisaris, direksi, atau Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut di pegawai bank yang dengan sengaja (Pasal atas, maka tindak pidana perbankan dapat dirinci 49 ayat (1)): sebagai berikut: a. Membuat atau menyebabkan adanya 1. Barang siapa menghimpun dana dari pencatatan palsu dalam pembukuan masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa atau dalam laporan, maupun dalam izin usaha dari pimpinan Bank Indonesia dokumen atau laporan kegiatan usaha, (Pasal 46 ayat (1)). laporan transaksi atau rekening suatu bank; 2. Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari pimpinan Bank b. Menghilangkan atau tidak Indonesia dengan sengaja memaksa bank memasukkan atau menyebabkan atau pihak terafiliasi untuk memberikan tidak dilakukannya pencatatan dalam keterangan sebagaimana dimaksud dalam pembukuan atau dalam laporan, Pasal 40 (Pasal 47 ayat (1)). maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau 3. Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai rekening suatu bank; bank atau pihak terafiliasi lainnya yang dengan sengaja memberikan keterangan c. Mengubah, mengaburkan, 324 | Jurnal Yudisial Vol. 9 No. 3 Desember 2016: 317 - 338 Jurnal isi.indd 324 1/6/2017 11:30:23 AM menyembunyikan, menghapus, 9. Pihak terafiliasi yang dengan sengaja atau menghilangkan adanya suatu tidak melaksanakan langkah-langkah yang pencatatan dalam pembukuan atau diperlukan untuk memastikan ketaatan bank dalam laporan, maupun dalam terhadap ketentuan dalam undang-undang dokumen atau laporan kegiatan usaha, ini dan peraturan perundang-undangan laporan transaksi atau rekening suatu lainnya yang berlaku bagi bank (Pasal 50). bank, atau dengan sengaja mengubah, 10. Pemegang saham yang dengan sengaja mengaburkan, menghilangkan, menyuruh dewan komisaris, direksi, atau menyembunyikan atau merusak pegawai bank untuk melakukan atau tidak catatan pembukuan tersebut. melakukan tindakan yang mengakibatkan 8. Anggota dewan komisaris, direksi atau bank tidak melaksanakan langkah-langkah pegawai bank yang dengan sengaja (Pasal yang diperlukan untuk memastikan ketaatan 49 ayat (2)): bank terhadap ketentuan dalam undang- undang ini dan ketentuan perundang- a. Meminta atau menerima, mengizinkan undangan lainnya yang berlaku bagi bank atau menyetujui untuk menerima suatu (Pasal 50A). imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang atau barang berharga, II. METODE untuk keuntungan pribadinya atau untuk keuntungan keluarganya, dalam Penelitian ini menggunakan metode rangka mendapatkan atau berusaha penelitian hukum normatif, yaitu suatu penelitian mendapatkan bagi orang lain dalam terhadap hukum positif (Soekanto & Mamudji, memperoleh uang muka, bank 2011: 13). Dalam penelitian ini yang diteliti garansi, atau fasilitas kredit dari bank, adalah asas-asas atau prinsip hukum mengenai atau dalam rangka pembelian atau penjatuhan pidana penjara bersyarat dan dikaitkan pendiskontoan oleh bank atas surat- dengan jumlah atau lamanya ancaman pidana surat wesel, surat promes, cek, dan (strafmaat) yang ditentukan dalam hukum positif. kertas dagang atau bukti kewajiban Penelitian difokuskan pada Putusan Nomor lainnya, ataupun dalam rangka 1554 K/Pid.Sus/2014 karena telah menjatuhkan memberikan persetujuan bagi orang pidana penjara di bawah ancaman minimum lain untuk melaksanakan penarikan yang ditentukan hukum positif (undang-undang) dana yang melebihi batas kreditnya dengan sistem bersyarat. Pendekatan yang pada bank; digunakan yaitu: pendekatan undang-undang b. Tidak melaksanakan langkah-langkah (statue approach), pendekatan konseptual yang diperlukan untuk memastikan (conceptual approach), dan pendekatan kasus ketaatan bank terhadap ketentuan dalam (case approach). Jenis data yang digunakan undang-undang ini dan ketentuan adalah data sekunder yaitu data yang berasal dari peraturan perundang-undangan lainnya bahan pustaka. yang berlaku bagi bank. Penjatuhan Pidana Penjara Bersyarat dalam Tindak Pidana Perbankan (Ramiyanto) | 325 Jurnal isi.indd 325 1/6/2017 11:30:23 AM Data sekunder dalam penelitian ini berasal dapat disebut dengan “putusan pengadilan.” dari tiga sumber, yaitu: Pertama, bahan hukum Menurut Pasal 1 angka 11 KUHAP, putusan primer yang meliputi: UUD NRI 1945, KUUHP, pengadilan adalah pernyataan hakim yang Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau 1992 tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, menurut cara yang diatur dalam undang-undang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang ini (KUHAP: pen). Sesuai dengan ketentuan Hukum Acara Pidana, dan Putusan Pengadilan itu, maka putusan pengadilan adalah pernyataan Nomor 1554 K/Pid.Sus/2014. Kedua, bahan hakim yang diucapkan di sidang pengadilan hukum sekunder yang meliputi: literatur-literatur yang terbuka untuk umum. Pasal 195 KUHAP berupa kajian para pakar hukum, dan lainnya menentukan bahwa semua putusan pengadilan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum ini. Ketiga, bahan hukum tersier yang berupa apabila diucapkan di sidang terbuka untuk ensiklopedia dan kamus-kamus. umum. Jadi, setiap putusan pengadilan dalam perkara pidana harus (wajib) diucapkan di sidang Data sekunder tersebut dikumpulkan terbuka untuk umum. Putusan pengadilan yang dengan teknik studi kepustakaan, yang kemudian tidak diucapkan di sidang terbuka untuk umum diolah dan dianalisis dengan pendekatan oleh hakim, maka statusnya tidak sah dan tidak kualitatif. Metode yang digunakan dalam mempunyai kekuatan hukum sehingga tidak melakukan analisis adalah penafsiran hukum dan dapat dilaksanakan. konstruksi hukum. Setelah dianalisis selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dengan logika Dalam konteks sistem peradilan di Indonesia, berfikir deduktif, yaitu berangkat dari pernyataan Mahkamah Agung merupakan pengadilan negara yang bersifat umum diterapkan pada kasus tertinggi yang membawahi empat lingkungan konkret. Dalam hal ini diuraikan hal-hal yang peradilan (umum, agama, militer, dan tata usaha bersifat umum yang digunakan untuk menjawab negara). Oleh karena itu, putusan yang diterbitkan permasalahan penjatuhan pidana penjara oleh majelis kasasi yang memeriksa perkara bersyarat dalam kasus tindak pidana perbankan. pidana dapat juga disebut dengan “putusan pengadilan.” Putusan pengadilan dalam perkara pidana berupa pemidanaan (verordeling), bebas III. HASIL DAN PEMBAHASAN (vrijspraak), dan lepas dari segala tuntutan hukum A. Pertimbangan Majelis Kasasi dalam (ontslag van rechtsvervolging). Ketiga jenis Putusan Nomor 1554 K/Pid.Sus/2014 putusan pengadilan itu dikategorikan sebagai yang Menjatuhkan Pidana Penjara putusan akhir (eend vonnis). Dalam pembahasan Bersyarat dalam Kasus Tindak Pidana ini, putusan pengadilan yang diterbitkan oleh Perbankan majelis kasasi berupa pemidanaan (veroordeling), yaitu suatu putusan pengadilan yang amar Secara yuridis, putusan yang diucapkan putusannya menjatuhkan sanksi berupa pidana oleh hakim di persidangan setelah proses kepada terdakwa. pemeriksaan perkara pidana dinyatakan selesai 326 | Jurnal Yudisial Vol. 9 No. 3 Desember 2016: 317 - 338 Jurnal isi.indd 326 1/6/2017 11:30:23 AM
Description: