CORAK PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM (STUDI KASUS PADA TOKOH AGAMA DI BENGKULU UTARA) Syahril Program Studi Filsafat Agama Pascasarjana IAIN Bengkulu Jl. Raden Fatah Kel. Pagar Dewa Kota Bengkulu, 56144 Email: [email protected] Abstract: This research by using qualitative research methodologies. The results of this study concluded that the idea of religious figures of Islamic theology in North Bengkulu looked sense can serve to obtain clarity on the issues of divinity in the importance of reason necessary for aspects of Islamic teachings are informed by revelation. Revelation is a source of knowledge about God, good and evil, as well as the obligation of mankind to do good and keep away evil sense function, without revelation will bringheavy burden in human life. Meaning here, religious leaders in North Bengkulu wearing traditional pattern, although the one hand there is the rational or principled Mu’tazila. Thought religious leaders about human freedom and the absolute will of God, trend of thought religious leaders in North Bengkulu more directed to understanding of the authority and the absolute will of God, as to which are held by Asy’ariyah understand, because humans trying to be balanced with the absolute power of God. Human beings are not creation that freely, but free man limited by God as a limited human being with age. This indicates that humans are limited and everything has an end. Thought religious leaders in North Bengkulu on qadha and qhadar which are already provisions inviolability, humans could only surrender and resignation to God. Thus they tend to be closer to understanding Asy’ariyah. Thought religious leaders on the nature of God, they adopts Asy’ariyah, they’ve studied the attributes of God. By reading and realize their self-interest as human beings would study the nature of God, then verily Allah can describe it is there. Factors affecting patterns of thought religious leaders of the Islamic theology in North Bengkulu, namely their learning that be a forum to understand the Islamic faith, boarding schools in Bengkulu Utara place of formal education and non-formal and social situations such as differences in environmental conditions and impact of globalization very closely influence in shaping the understanding of Islamic theology in North Bengkulu. Keywords: Thinking, Figure Religion, Theology Islam Abstrak: Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa Pemikiran tokoh agama tentang teologi Islam di Bengkulu Utara memandang akal dapat berfungsi untuk memperoleh kejelasan tentang persoalan-persoalan ketuhanan dalam pentingnya akal yang diperlukan untuk aspek-aspek ajaran Islam yang di informasikan oleh wahyu. Wahyu merupakan sumber pengetahuan tentang Tuhan, kebaikan dan kejahatan, serta kewajiban umat manusia untuk melakukan kebaikan dan menjauhkan kejahatan fungsi akal, tanpa wahyu akan mebawa beban yang berat dalam kehidupan manusia. Artinya disini, para tokoh agama yang ada di Bengkulu Utara memakai pola tradisional, walaupun dalam satu sisi ada berprinsip rasional atau Mu’tazilah. Pemikiran tokoh agama tentang kebebasan manusia dan kehendak mutlak Tuhan, kecenderungan pemikiran tokoh agama di Bengkulu Utara lebih mengarah kepada paham kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, sebagai mana yang dianut oleh paham Asy’ariyah, karena manusia berusaha juga diimbangi dengan kekuasaan mutlak Tuhan. Manusia bukanlah makhuk yang sebebas-bebasnya, akan tetapi bebasnya manusia di batasi oleh Tuhan seperti terbatasnya manusia dengan umurnya. Ini mengindikasikan bahwa manusia memang terbatas dan segala sesuatu memiliki akhir. Pemikiran tokoh agama di Bengkulu Utara tentang qadha dan qhadar yang merupakan sudah ketentuan yang tidak dapat diganggu gugat, manusia hanya bisa pasrah dan tawakkal kepada Allah. Dengan demikian mereka cenderung lebih dekat dengan paham Asy’ariyah. Pemikiran tokoh agama mengenai sifat-sifat Tuhan, mereka menganut paham Asy’ariyah, mereka sudah mempelajari sifat-sifat Tuhan. Dengan membaca serta menyadari kepentingan diri mereka sebagai manusia akan mempelajari sifat- sifat Allah, maka dapat menggambarkan sesungguhnya Allah Swt itu ada. Faktor yang mempengaruhi corak 191 Manthiq Vol. 1, No. 2, November 2016 pemikiran tokoh agama terhadap teologi Islam di Bengkulu Utara yaitu adanya majelis taklim yang menjadi wadah untuk memahami aqidah Islam, pesantren yang ada di Bengkulu Utara yang menjadi tempat pendidikan formal dan non formal, dan situasi sosial seperti perbedaan keadaan lingkungan dan pengaruh globalisasi yang sangat erat pengaruhnya dalam membentuk pemahaman tentang teologi Islam di Bengkulu Utara. Kata Kunci: Pemikiran, Tokoh Agama, Teologi Islam A. Pendahuluan masyarakat di Bengkulu Utara yang mempunyai ciri khas tertentu, apalagi dalam hal ritual Timbulnya aliran-aliran teologi Islam tidak keagamaan. Perilaku masyarakat cenderung terlepas dari fitnah-fitnah yang beredar setelah memaknai nilai-nilai agama. Tokoh agama wafatnya Rasulullah saw. Setelah Rasulullah saw harus mampu menyesuaikan ajaran agama wafat peran sebagai kepala negara digantikan dengan perubahan lingkungan sosial dan budaya oleh para sahabat-sahabatnya, yang disebut masyarakat. Dalam Islam, sebagaimana dicatat khulafaur Rasyidin yakni Abu Bakar, Umar bin dalam sejarah, fungsi sebagai pelayanan dan Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. pemberdayaan yang melekat pada diri seorang Namun, ketika pada masa Utsman bin Affan tokoh agama dapat benar-benar terwujud. mulai timbul adanya perpecahan antara umat Islam yang disebabkan oleh banyaknya fitnah Seorang tokoh agama perlu memperkaya yang timbul pada masa itu. Sejarah mencatat, wawasan tentang perbedaan pemahaman ter- akibat dari banyaknya fitnah yang timbulkan hadap ajaran Islam terus berkembang sepanjang pada masa itu menyebabkan perpecahan pada masa akibat dari perbedaan interpretasi dan umat Islam, dari masalah politik sampai pada pengamalan teks Alquran dan hadis. Sebab, masalah teologis.1 perbedaan pemahaman yang terjadi di masyarakat jika tidak disikapi dan dipahami secara baik dan Setelah melihat beberapa aliran teologi Islam, benar melalui proses penjelasan dari para tokoh maka penulis menjajaki perkembangan berteologi agama setempat akan dapat memunculkan konflik. di Indonesia. Sesuai dengan pola penulisan ini, Padahal, perbedaan faham keagamaan muncul yang ingin melihat pemahaman terhadap teologi seiring dengan proses dakwah Islam sebagai Islam yang dipandang dominan di Indonesia. fungsi pelayanan dan perberdayaan tokoh agama Tulisan ini berusaha melacak perubahan dan jika dipahami secara baik dan benar justru akan pergeseran dalam konteks berteologi sebagai- melahirkan dinamika dan kemajuan di kalangan mana dialami oleh kaum muslimin di Indonesia, umat Islam. termasuk dalam masa-masa terakhir. Untuk lebih terfokusnya penulisan ini, maka penulis mencoba mengarah perilaku teologi tokoh B. Metodelogi Penelitian agama yang berada di Bengkulu Utara. Yang Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. menurut pengamatan sementara, bahwa praktek Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang keagamaan masih tetap eksis, sehingga selaras juga disebut dengan pendekatan investigasi karena dengan iman, dan amal. biasanya peneliti mengumpulkan data dengan Tokoh agama yang ada di Bengkulu Utara cara bertatap muka langsung dan berinteraksi masih merasakan dengan seluruh aktifitasnya, dengan orang-orang ditempat penelitian. Penelitian masih butuh dengan kehadiran Tuhan. Nilai- ini disebut juga penelitian lapangan, karena data nilai ketuhanan masih melekat tokoh agama penelitian yang didapatkan berupa ungkapan atau di Bengkulu Utara, sebagai pembatasan dalam uraian, baik berupa tulisan atau ungkapan yang kehidupan yang penuh tantangan. diperoleh langsung dari lapangan penelitian. Kabupaten Bengkulu Utara termasuk bagian dari Propinsi Bengkulu. Para tokoh agama di C. Landasan teori Bengkulu Utara tetap mekaknai kehadiran Tuhan 1. Konsep Teologi Islam dalam setiap aktivitas kehidupannya. Pada Akal, sebagai daya pikir yang ada dalam diri manusia, berusaha keras untuk sampai kepada Tuhan. Sedangkan wahyu sebagai pengkabaran 1 Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia. 2007). h. 14 192 Syahril: Corak Pemikiran Teologi Islam dari alam metafisika turun kepada manusia Mengenai baik dan buruk, Abdul Jabbar dengan keterangan-keterangan tentang Tuhan mengatakan bahwa akal tidak dapat dapat dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap- mengetahui semua yang baik. Akal hanya Nya. Persoalan yang kemudian timbul dalam mengetahui kewajiban-kewajiban dalam garis pembahasan ilmu kalam yaitu sampai dimanakah besarnya saja. Akal tidak sanggup mengetahui kemampuan akal manusia dapat mengetahui perinciannya, baik mengenai hidup manusia di Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia? akhirat nanti maupun di dunia.4 Dengan demikian, dan sampai dimanakah besarnya fungsi wahyu menurut Mu’tazilah bahwa tidak semua yang baik kedalam kedua hal tersebut? dan buruk itu, dapat diketahui oleh akal, karena itu wahyu selain wahyu bersifat informatif dan Persoalan kemampuan akal dan fungsi wahyu konfirmatif, juga berfungsi menyempurnakan ini dihubungkan dengan dua masalah pokok yaitu: pengetahuan akal tentang masalah baik dan 1. Tentang mengetahui Tuhan, yang melahirkan buruk. dua masalah, yaitu mengetahui Tuhan dan Jelaslah menurut Mu’tazilah, tidak semua kewajiban mengetahui Tuhan. yang baik dapat diketahui oleh akal. Untuk 2. Tentang baik dan jahat, yang melahirkan dua mengetahui hal itu diperlukan wahyu. Wahyu masalah juga, yaitu mengetahui baik dan jahat dengan demikian menyempurnakan pengetahuan dan kewajiban mengerjakan perbuatan baik akal tentang baik dan buruk. Selanjutnya wahyu dan meninggalkan perbuatan jahat. bagi Mu’tazilah, berfungsi memberi penjelasan Dari keempat masalah cabang tersebut, terjadi tentang perincian pahala dan siksa di akhirat.5 polemik dikalangan aliran kalam: manakah dari Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keempat masalah itu yang diperoleh melalui akal keempat masalah pokok itu dalam pandangan dan manakah yang diperoleh melalui wahyu. kaum Mu’tazilah dapat diketahui oleh akal dan wahyu berfungsi hanya sebagai konfirmasi dan a. Muktazilah informasi. Atau dengan kata lain fungsi wahyu Menurut Mu’tazilah, sebagaimana dikemukakan hanya kecil. para tokohnya, segala pengetahuan dapat di- peroleh dengan perantaraan akal. Kewajiban- b. Asy’ariyah kewajiban dapat diperoleh dengan pemikiran Menurut Asy’Ariyah sebagaimana dikatakan yang mendalam. Dengan demikian, berterima Al-Asy’ari sendiri, segala kewajiban hanya kasih kepada Tuhan sebelum turun wahyu dapat diketahui melalui wahyu. Akal tidak adalah wajib. Baik dan jahat diketahui oleh dapat membuat sesuatu menjadi wajib dan akal, demikian pula mengerjakan yang wajib tidak dapat mengetahui bahwa mengerjakan dan menjauhi yang buruk wajib pula.2 yang baik dan menjauhi yang buruk itu wajib Menurut Al-Syahrastani, kaum Mu’tazilah se- bagi manusia. Menurutnya, memang betul akal pendapat bahwa kewajiban mengetahui Tuhan dapat mengetahui Tuhan, tetapi wahyulah dan berterima kasih pada-Nya, kewajiban me- yang mewajibkan orang mengetahui Tuhan ngerjakan yang baik dan menjauhi perbuatan buruk dan berterima kasih kepada-Nya. Dengan dapat diketahui oleh akal. Sebelum mengetahui wahyu pulalah, dapat diketahui bahwa yang bahwa sesuatu itu wajib, tentu orang harus terlebih patuh kepada Tuhan akan memperoleh pahala dahulu mengetahui hakikat hal itu. Tegasnya, dan yang tidak patuh akan mendapat siksa. sebelum mengetahui kewajiban berterima kasih Dengan demikian, akal menurut Asy’ari, dapat kepada Tuhan dan berkewajiban berbuat baik mengetahui Tuhan tetapi tidak mampu untuk dan menjauhi perbutan buruk, orang harus lebih mengetahui kewajiban-kewajiban manusia dan dahulu mengetahui Tuhan dan mengetahui baik karena itulah diperlukan wahyu.6 dan buruk. Sebelum mengetahui hal-hal itu, orang Menurut al-Syahrastani, kaum Asy’ariyah ber- tentu tidak dapat menentukan sikap terhadapnya.3 4 Harun Nasution, Teologi Islam ....., h. 97 2 Harun Nasution, Teologi Islam Aliran –Aliran Sejarah Analisa 5 Harun Nasution, Teologi ......, h. 98 Perbandinga, (Jakarta: UI-Press,1992), h.80 6 Harun Nasution, Teologi Islam Aliran –Aliran Sejarah Analisa 3 Harun Nasution, Teologi Islam Aliran ....., h.81 Perbandinga..... h. 81 193 Manthiq Vol. 1, No. 2, November 2016 pendapat bahwa kewajiban-kewajiban diketahui akal hanyalah Mengetahui Tuhan, sedangkan dengan wahyu dan pengetahuan diketahui untuk ketiga lainnya dengan Wahyu. dengan akal. Dan juga menurut Al-Baghdadi akal dapat mengertahui Tuhan, tetapi tidak dapat c. Maturidiyah mengetahui kewajiban berterima kasih kepada Al-Maturudi, bertentangan dengan pendirian Tuhan. Al-Ghazali, juga berpendapat bahwa akal Asy’ariyah tetapi sepaham dengan Mu’tazilah, tak dapat membawa kewajiban-kewajiban bagi juga berpendapat bahwa akal dapat mengetahui manusi.7 Mengenai soal baik dan jahat al-ghazali kewajiban berterima kasih kepada Tuhan. Hal menerangkan bahwa suatu perbuatan itu baik, ini dapat diketahui dari keterangan al-bazzdawi kalau perbuatan sesuai dengan maksud pembuat berikut: ”percaya pada Tuhan dan berterima kasih dan disebut buruk, kalau tidak sesuai dengan kepada-Nya sebelum ada wahyu adalah wajib tujuan pembuat. Keadaan sesuai atau tidak bagi paham Mu’tazilah. Al-syaikhabu Mansur sesuai dengan tujuan bisa terjadi pada masa Al-maturudi dalam hal ini sepaham dengan sekarang dan bisa pada masa depan, bagi al- Mu’tazilah. Demikan jugalah umumnya ulama Ghazali perbuatan yang sesuai dengan tujuan samarkand dan sebagian alim ulama Irak”.9 masa depan yaitu akhirat, jelasnya perbuatan Keterangan ini diperkuat oleh Abu ’Uzbah yang ditentukan oleh wahyu ditentukan baik dan ”dalam pendapat Mu’tazilah orang yang berakal, perbuatan buruk atau jahat lawan perbuatan baik. muda-tua, tak dapat diberi maaf dalam soal Sudah barang tentu bahwa tujuan di akhirat mencari kebenaran. Dengan demikian, anak yang hanya dapat diketahui dengan wahyu dan oleh telah berakal mempunyai kewajiban percaya karena itu apa yang disebut perbuatan baik atau pada Tuhan. Jika ia sekiranya percaya Tuhan, buruk juga dapat diketahui hanya dengan wahyu. ia mesti dihukum. Dalam Maturidiah anak yan Adapun pendirian Al-Syahrastani dapat di- belum baligh, tidak mempunyai kewajiban apa- ketahui dalam bukunya bernama Nihayah al- apa.Tetapi Abu Mansural-Maturudi berpendapat Iqdam fi’Ilm al-Kalam yang dikutip oleh Harun bahwa anak yang telah berakal berkewajiban Nasution bahwa ia sependapat dengan al- mengetahui Tuhan. Dalam hal ini tidak ada asy’ari mengenai Tuhan dan kewajiban manusia perbedaan pendapat antara Mu’tazilah dan berterima kasih. Yang pertama diketahui dengan Maturidiah”.10 akal dan yang kedua dengan wahyu. Mengenai Kalau uraian al-Bazdawi, Abu Uzbah dan soal baik dan jahat akal menurut al-syahrastani. lain-lain memberi keterangan yang jelas tentang Mengenai baik dan jahat ia memberi keterangan pendapat al-Maturudi mengenai soal mengetahui lebih jelas dari ketiga pemuka asy’ariah tersebut Tuhan dan berkewajiban berterima kasih kepada diatas. Akal tak dapat menentukan baik dan Tuhan. Keterangan demikain tidak dijumpai jahat karena yang dimaksud dengan baik ilah dalam soal baik dan menjauhi yang buruk, perbuatan yang mendatangkan pujian syariat bagi karena akal hanya dapat mengetahui baik dan pelakunya dan yang dimaksud dengan buruk buruk saja, sebenarnya Tuhan yang mengetahui ialah perbuatan ynag membawa celaan syariat. kewajiban baik dan buruk. Tetapi al-bazdawi Keterangan yang jelas dan tegas mengenai tidak menjelaskan apakah pendapat itu juga persoalan baik dan jahat ini di berikan oleh ’Adud merupakan pendapat Al-Maturidi. al-Din al-Iji dalam al-’aqaid al ’adudiah dan oleh Untuk mengetahui pendirian al-Maturidi Jallal al-Din al Dawwani dalam komentarnya haruslah diselidiki karangan-karangannya sendiri. terhadap karangan Asus al-Din itu. Akal tak Buku kitab al-Tawhid mengandung penjelasan dapat sampai pada perbuatan baik dan buruk, tentang hal ini. Akal, kata Maturidi, mengetahui karena wahyulah dalam pendapat mereka yang sifat yang baik yang terdapat dalam yang baik menentukan kedua hal itu.8 dan sifat yang buruk yang terdapat dalam yang Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa buruk dengan demikian akal juga tahu baik diantara pengikut-pengikut Al-Asy’ari terdapat dan buruk. Akal menurut al-maturidi selanjutnya persesuian faham bahwa yang dapat diketahui 7 Harun Nasution, Teologi Islam ....,h. 83 9 Harun Nasution, Teologi Islam....., h. 87 8 Harun Nasution, Teologi Islam....., h. 84-85 10 Harun Nasution, Teologi Islam......, h. 88 194 Syahril: Corak Pemikiran Teologi Islam mengetahui bahwa bersikap adil dan lurus adalah dari ikatan, jasmani, akal dan ruh. Tergantung baik. Akal selanjutnya memerintahkan manusia dengan manusia itu sendiri yang menyeimbangi mengerjakan perbuatan yang akan mempertinggi ketiga unsur tadi untuk keselamatan hidup di kemuliaan dan melarang mengerjakan yang dunia hingga ke akhirat sebagai alam abadi. membawa pada kerendahan Jelaslah bahwa Menurut keyakinan Islam, manusia adalah maturidi berpendapat akal dapat mengetahui mahluk Tuhan. Ketinggian, keutamaan dan ke- hal yang baik dan buruk. Tetapi uraian di atas lebihan manusia dari makhluk lain terletak pada tidak memberi peringatan bahwa akal me- akal yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. ngetahui kewajiban berbuat baik dan menjauhi Akallah yang membuat manusia mempunyai kejahatan. Yang dapat diketahui akal hanyalah peradaban dan kebudayaan yang tinggi. Artinya sebab wajibnya perintah dan larangan Tuhan. peran serta akal dalam mewujudkan fungsinya Sehingga menurut al-Maturudi 3 hal pokok dapat dalam keidupan adalah dengan memanfaatkan diketahui akal, sedangkan kewajiban berbuat akal sebagai sarana berpikir agar dapat mempoles baik dan buruk dapat diketahui hanya melaui manusia ke jalan yang benar. wahyu. Pendapat al-Maturidi di atas di terima Menyikapi persoalan di atas, penulis mencoba oleh pengiku-pengikut di samrkand. Adapun menyimak beberapa pemahaman tokoh agama pengikutnya di Bukhara mereka mempunyai tentang akal dalam aktifitas kehidupan sehari- faham yang berlainan sedikit perbedaannya hari yang ada di Bengkulu Utara, penulis men- sekitar kewajiban mengetahui Tuhan. Dalam jajaki seberapa jauh kepentingan akal dalam hubungan ini, al-Bayadi mengatakan bahwa bersosialisasi dengan masyarakat. menurut Abu Hanifah mengetahui Tuhan adalah Menurut Damami bahwa akal memiliki ke- wajib menurut akal.11 dudukan yang sangat tinggi dan mulia sekali Dengan demikian golongan Bukhara tidak didalam Islam. Dengan akal maka terselamatlah dapat mengetahui kewajiban-kewajiban hanya diri daripada mengikuti hawa nafsu yang sentiasa dapat mengetahui sebab-sebab yang membuat menyuruh untuk melakukan keburukan, kita kewajiban- kewajiban menjadi kewajiban. manusia beda dengan binatang, kita diberikan Sedangkan dalam hal lainnya golongan bukhara akal untuk berpikirdan melakkan sesuatu.13 sependapat dengan golongan samarkand. Tetapi Setiap perbuatan buruk adalah yang akan sungguhpun demikian, sebagian dari bukhara membawa manusia ke Neraka Jahannam, Allah berpendapat akal tak dapat mengetahui baik dan berfirman: buruk, dan dengan demikian mereka sebenarnya masuk dalam aliran Asy’ariyah dan bukan dalam aliran maturidiah golongan Bukhara.12 Artinya: dan mereka berkata: “Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan D. Pembahasan itu) niscaya tidaklah Kami Termasuk penghuni- Pemahaman Tokoh Agama Terhadap Teologi penghuni neraka yang menyala-nyala”. (QS Al Islam Di Bengkulu Utara Mulk: 10). a) Pemahaman Tokoh Agama Tentang Akal dan Ayat ini menerangkan tentang penyesalan para Wahyu penghuni neraka yang tidak mau mendengar dan Agama Islam senantiasa memberikan menggunakan akal ketika hidup di dunia. Berarti, pengajaran kepada umatnya untuk selalu berpikir kedudukan akal sangat tinggi dan mulia sekali, ke arah yang benar dalam rangka menuju jalan mampu memelihara manusia dari api neraka. yang lebih dekat kepada sang pencipta alam Islam adalah agama yang sangat memper- jagat raya. Untuk itu penulis berpikir bahwa hatikan peran dan fungsi akal secara optimal, dimensi akal, dimensi jiwa, dan dimensi amal sehingga akal dijadikan sebagai standar seseorang merupakan wujud satu kesatuan untuk dapat diberikan beban taklif atau sebuah hukum. Jika membuktikan kebenaran adanya Tuhan. Dalam seseorang kehilangan akal maka hukum-pun kehidupan manusia tidak akan pernah lepas tidak berlaku baginya. Saat itu dia dianggap 11 Harun Nasution, Teologi Islam......, h. 90 12 Harun Nasution, Teologi Islam....., h. 91 13 Wawancara dengan Damami, tanggal 9 November 2014. 195 Manthiq Vol. 1, No. 2, November 2016 sebagai orang yang tidak terkena beban apapun. hubungan hakiki eksistensi manusia, manusia Dalam Islam, dalam menggunakan akal mestilah dengan ilmu hudhuri mendapatkan hubungan mengikuti kaedah-kaedah yang ditentukan oleh eksistensi dirinya dengan Tuhan dan kalam wahyu supaya akal tidak terbebas, supaya akal Tuhan, sebagaimana manusia mendapatkan tidak digiring oleh kepentingan, sehingga tidak dirinya sendiri.16 menghalalkan yang haram dan mengharamkan Menurut Towilan, mengatakan bahwa batasan yang halal, sehingga tidak menjadikan musuh Akal dan Wahyu tak dapat diragukan dan dipungkiri sebagai kawan dan kawan pula sebagai musuh. bahwa akal memiliki kedudukan dalam wilayah Seperti dijelaskan dalam Alquran surat Al agama, yang penting dalam hal ini menentukan imran: 118.14 dan menjelaskan batasan-batasan akal, sebab kita meyakini bahwa hampir semua kaum muslimin berupaya dan berusaha mengambil manfaat akal dalam ajaran agama Islam.17 Menurut Suhatri, mengatakan bahwa ke- sesuaian akal dan wahyu. Jika kita berbicara tentang segala ciptaan Tuhan, maka akal dan Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah wahyu juga merupakan dua realitas ciptaan kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu Tuhan. Akal adalah alat berpikir bagi manusia.18 orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) Jadi, akal yang menjalankan daya pikir mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) manusia, sehingga manusia bebas menentukan kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa pilihannya dalam masyarakat. Manusia bebas yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian menentukan pilihannya dalam masyarakat. dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan Manusia diberi akal agar manusia itu sendiri dapat oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. sungguh berjalan memfungsikan kemanusiannya lewat telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), akal, dengan akal manusia dapat membedakan jika kamu memahaminya. (QS. Al imran: 118). mana yang baik dan mana yang buruk. Meskipun demikian, akal bukanlah penentu Manusia kadangkala terjebak dengan akal yang segalanya. Ia tetap memiliki kemampuan dan dipunyainya, sehingga sering merasa bahwa akal kapasitas yang terbatas. Oleh karena itulah, mampu berjalan tanpa ada kontrol wahyu Tuhan. Allah Swt menurunkan wahyu-Nya untuk kebaikan dan keburukan dalam timbangan membimbing manusia agar tidak tersesat. Di akal, artinya akal dapat menetapkan dan dalam keterbatasannya-lah akal manusia menjadi menilai berbagai perbuatan dan tindakan, serta mulia. Sebaliknya, ketika ia melampaui batasnya menghukumi baik dan buruknya atau benar dan menolak mengikuti bimbingan wahyu maka dan salahnya. Akal menetapkan perbuatan ia akan tersesat. baik Seperti keadilan, kejujuran, balas budi, Menurut Bastari, bahwa wahyu hanya diturun- menolong orang-orang yang dalam kesulitan dan kan kepada Nabi-nabi, wahyu merupakan kata kemiskinan, dan juga menilai perbuatan buruk yang tak dapat dipisahkan dari agama-agama seperti kezaliman, menganiaya dan merampas langit, sebab wahyu Tuhan merupakan dasar dan hak dan milik orang lain. Dalam konteks ini, akal prinsip yang membentuk suatu agama samawi.15 dengan tanpa bantuan wahyu dapat menunjukkan kepada manusia mana keadilan dan kezaliman, Wahyu bukanlah sejenis ilmu hushuli yang kejujuran dan kebohongan. didapatkan lewat mengkonsepsi alam luar dengan panca indera dan akal pikiran, tetapi Berdasarkan pembahasan di atas bahwa wahyu adalah sejenis ilmu hudhuri, bahkan akal sebagai daya berpikir yang ada dalam diri wahyu merupakan tingkatan ilmu huduri yang manusia, berusaha keras untuk sampai kepada paling tinggi. Wahyu adalah penyaksian hakikat Tuhan, dan wahyu sebagai pengkhabaran dari dimana hakikat tersebut merupakan pilar dan 16 Beni Ahmad saebani, Filsafat Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2009). h.99 14 Alqur’an dan terjemahan surat al Imran ayat 118. 17 Wawancara dengan Towilan tanggal 14 November 2014 15 Wawancara dengan Bastari, 12 November 2014 18 Wawancara dengan Syahroni tanggal 20 November 2014 196 Syahril: Corak Pemikiran Teologi Islam alam metafisika turun kepada manusia dengan beberapa hal yaitu untuk menyempurnakan keterangan-keterangan tentang Tuhan dan pengetahuan akal tentang baik dan buruk, kewajiban-kewajiban manusia terhadap Tuhan. menurut ‘Abd al-jabbar akal dapat mengetahui kewajiban-kewajiban dalam garis besarnya, tetapi Dalam sejarah perkembangan pemikiran Islam tidak sanggup mengetahui perinciannya, baik umumnya dikenal adanya dua corak pemikiran mengenai hidup manusia di akherat nanti, ataupun Islam, yaitu pemikiran kalam yang bercorak mengenai hidup manusia di dunia. Sehingga oleh rasional dan pemikiran kalam yang bercorak karena itu ‘Abd al-jabbar membagi perbuatan- tradisional. Pemikiran kalam yang bercorak perbuatan manusia kedalam manakir’aqliah rasional adalah pemikiran kalam yang memberikan (perbuatan yang dicela oleh akal, seperti bersikap kebebasan berbuat dan berkehendak kepada tidak adil, berdusta) dan (perbuatan yang dicela manusia, daya kuat kepada akal, kekuasaan dan oleh syari’at, seperti berzina, minum minuman kehendak mutlak Tuhan yang terbatas serta tidak keras). Selain itu dia juga membagi kewajiban terikat kepada makna harfiah dalam memberi manusia ke dalam kewajiban yang diketahui interpretasi ayat-ayat Alquran.19 akal (al-wajibat al-‘aqliyah), seperti kewajiban Pemahaman tokoh agama terhadap teologi berterimakasih kepada Tuhan dan kewajiban- Islam yang berkaitan dengan akal dan wahyu, kewajiban yang diketahui melalui wahyu atau maka masing-masing aliran teologi islam juga syari’at (al-wajibat al-syari’ah) seperti ucapan memberikan jawabannya masing-masing dan kalimat syahadat dan shalat. Kemudian fungsi untuk memecahkan masalah tersebut, seperti wahyu lainnya yaitu untuk memberi penjelasan aliran mu’tazilah bahwa segala pengetahuan tentang perincian hukuman dan upah yang akan dapat diperoleh dengan perantaraan akal, dan diterima manusia di akherat kelak. Akal tak kewajiban-kewajiban dapat diketahui dengan dapat mengetahui bahwa upah untuk suatu pemikiran yang mendalam. Dengan demikian perbuatan baik lebih besar dari upah untuk berterimakasih kepada Tuhan sebelum turunnya suatu perbuatan baik yang lain, demikian pula wahyu adalah wajib.20 Baik dan jahat wajib akal tak dapat mengetahui bahwa hukuman diketahui melalui akal dan demikian pula me- untuk suatu perbuatan buruk lebih besar dari ngerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk hukuman untuk suatu perbuatan buruk yang adalah wajib hukumnya. lain.dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Dalam hubungan ini, Abu al-Huzail dengan bagi kaum mu’tazilah wahyu mempunyai fungsi tegas mengatakan bahwa sebelum turunnya konfirmasi dan informasi, memperkuat apa-apa wahyu, orang telah berkewajiban mengetahui yang telah diketahui akal dan menerangkan apa- Tuhan, dan jika dia tidak berterimakasih kepada apa yang belum diketahui akal, dan dengan Tuhan, orang sedemikian akan mendapat demikian menyempurnakan pengetahuan yang hukuman. Diantara pemimpin mu’tazilah antara telah diperoleh akal. Fungsi selanjutnya dari lain al-Nazzam juga berpendapat demikian. wahyu menurut al-Syahrastani adalah untuk Begitu pula al-Jubba’i dan anaknya Abu hasyim. mengingatkan manusia akan kelalaian mereka Menurut al-Syarastani kaum mu’tazilah satu dalam dan memperpendek jalan untuk mengetahui pendapat bahwa kewajiban mengetahui dan Tuhan. Akal telah tahu pada tuhan dan telah berteri makasih kepada Tuhan dan kewajiban tahu akan kewajiban terhadap Tuhan, dan wahyu mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk datang untuk mengingatkan manusia pada dapat di ketahui oleh akal. Dengan demikian kewajiban itu. Akal dapat,mengetahui Tuhan, dapatlah disimpulkan bahwa jawaban kaum tetapi melalui jalan yang panjang dan wahyu Mu’tazilah atas pertanyaan di atas: ke empat memperpendek jalan yang panjang itu.22 masalah itu dapat diketahui oleh akal.21 Sedangkan Al-asy’ari sendiri menolak sebagian Fungsi wahyu bagi faham Mu’tazilah ada besar dari pendapat kaum Mu’tazilah di atas. Dalam pendapatnya segala kewajiban manusia 19 Beni Ahmad saebani, Filsafat Islam.....,2009. h.100 hanya dapat diketahui melalui wahyu. Akal tak 20 Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: UI Press, 1996) h.80. 21 Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa 22 Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan....., h. 81 Perbandingan....., h.82 197 Manthiq Vol. 1, No. 2, November 2016 dapat membuat sesuatu menjadi wajib dan tak berterimakasih kepada Tuhan, menyempurnakan dapat mengetahui bahwa mengerjakan yang baik pengetahuan akal tentang mana yang baik dan dan menjauhi yang buruk adalah wajib bagi mana yangburuk serta menjelaskan perincian manusia. Betul kalau akal dapat mengetahui upah dan hukuman yang akan diterima manusia Tuhan, tetapi wahyulah yang mewajibkan di akherat. Tanpa wahyu masyarakat manusia orang mengetahui Tuhan dan berterima kasih akan hidup dalam kekacauan. kepadaNya. Juga dengan wahyulah dapat di- Dari pengamatan ini, penulis semakin kuat ketahui bahwa yang patuh kepada Tuhan akan dengan alasan-alasan yang dimunculkan bahwa memperoleh upah dan yang tidak patuh kepada- akal akan sesat tanpa adanya hidayah Allah Nya akan mendapat hukuman.23 dan bimbingan wahyu. Semakin hebat orang Akal kata Asy’ari, tidak mewajibkan sesuatu, itu berpikir, maka akan semakn rindu dengan dia tidak pula menuntut supaya menetapkan baik wahyu, begitu indahnya seiring sejalan dengan dan buruk. Jelas bahwa dalam faham Asy’ariyah akal dan wahyu. tentang kemampuan akal berbeda jauh dengan faham Mu’tazilah yaitu hanya satu kemampuan b) Pemahaman tokoh agama tentang kebebasan akal, yaitu mengetahui adanya Tuhan dan tidak manusia dan kehendak mutlak Tuhan ada hak akal untuk mewajibkam sesuatu. Bagi Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa kaum Asyariyah, karena akal dapat mengetahui tokoh agama yang ada di Bengkulu Utara bahwa hanya adanya Tuhan saja, wahyu mempunyai pemahaman mereka tentang kebebasan dan kedudukan penting. Jelas bahwa dalam pendapat kehendak mutlak Tuhan adalah sebagai berikut: aliran Asy’ariyah wahyu mempunyai fungsi banyak Menurut Damami, mengatakan bahwa kita sekali. Wahyu menentukan boleh dikata hampir sebagai manusia berhak untuk mencari kebebasan segala persoalan.Sekiranya wahyu tidak ada, dalam memilih keyakinan, peribadatan, dan manusia akan bebas berbuat apa saja sesuai kesadaran asal kita tidak menyimpang dari kehendaknya dan sebagai akibatnya masyarakat ajaran Islam.25 akan berada dalam kekacauan. Salah satu fungsi Menurut Syahroni, mengatakan bahwa wahyu, menurut al-dawwani ialah member kebebasan yang diberikan Tuhan kepada kita tuntunan kepada manusia untuk mengatur adalah untuk melihat keadaan dunia ini dalam hidupnya di dunia. rangka beribadah kepada Allah. Kebebasan Menurut paham Maturidiyah Samarkhan, ber- bukan berarti sebebas-bebasnya tetapi bebas pendapat hampir sama dengan paham Mu’tazilah memilih jalan mana yang ditempuh dan mudah mengenai kekuatan akal dan wahyu, kalau untuk melaksanakan ibadah.26 mu’tazilah mendapat nilai 4 dalam penggunaan Dari pemaparan di atas bahwa kita sebagai akal maka maturidiyah Samarkhan adalah 3. manusia bebas menentukan peran yang akan Perbedaanya adalah, kalau Mu’tazilah menyatakan ditempuh. Baik buruknya amal seseorang akan bahwa pengetahuan Tuhan itu diwajibkan oleh akal tergantng dari kebebasannya dalam berproses (artinya akal yang mewajibkan), maka menurut al- untuk mendapatkan bimbingan dari Allah. maturidi, meskipun kewajiban itu sendiri datangnya Manusia bisa bebas dalam berusaha namun dari Tuhan.24 hanya Allah yang menentukannya. Akal bagi pendapat Maturidiyah Samarkhan, Keterbatasan ini terjadi sebagai yang dikatakan hanya bisa sampai kepada tingkat dapat me- golongan Mu’tazilah, oleh adanya kebebasan yang mahami perintah-perintah dan larangan-larangan diberikan Tuhan kepada manusia. Bagi aliran tuhan mengenai baik dan buruk dan tidak pada Asy’ariyah berpendapat sebaliknya, kekuasaan kewajiban berbuat baik dan menjauhi larangan. dan kehendak Tuhan tetap bersifat mutlak. Bagi Maturidiyah Samarkhan wahyu diperlukan Bahwa kehendak Tuhan itu mutlak, karena hanya untuk memberitahukan manusia bagaimana cara Ia sendiri yang menguasai alam ini dan bisa berbuat sekehendaknya. Berhubung dengan 23 Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan....., h.82 25 Wawancara dengan Damami tanggal 9 November 2014 24 Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan....., h.85 26 Wawancara dengan Syahroni tanggal 20 November 2014 198 Syahril: Corak Pemikiran Teologi Islam ini perbuatan-perbuatan Tuhan yang kelihatan apa kecuali dingin. Efek yang ditimbulkan tiap menyimpang dati ketentuan akal, tidak bisa benda menurut Mu’ammar seperti gerak, diam, dikatakan buruk atau dzalim, seperti memberi warna, rasa, bau, panas, dingin, basah, kering, pahala orang yang jahat dan menyiksa orang timbul sesuai dengan nature dari masing-masing baik (orang mukmin). Dengan perkataan lain, benda yang bersangkutan. Sebenarnya efek perbuatan Tuhan tidak bisa dipersamakan dengan yang ditimbulkan tiap benda bukan perbuatan perbuatan manusia.27 Tuhan. Perbuatan Tuhan hanyalah menciptakan benda-benda yang mempunyai nature tertentu. Alam semesta dengan segala isinya diciptakan oleh Allah Yang Maha Kuasa (Qadir). Tidak Berikut ini ayat-ayat Alquran yang menjelaskan ada suatu kekuasaanpun yang menyamai, tentang kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. apa lagi melebihi kekuasaan Allah. Ia dapat melakukan apa saja, yang dikehendaki-Nya. Demikian pengertian secara umum tentang kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Walaupun demikian, terdapat perbedaan pandangan tentang kakuasaan dan kehendak Artinya: Hampir-hampir kilat itu menyambar mutlak Tuhan. Perbedaan ini sebagai akibat penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari perbedaan paham yang terdapat pada dalam mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, aliran teologi Islam tentang kekuatan akal, fungsi dan bila gelap menimpa mereka, mereka wahyu dan kebebasan serta kekuasaan manusia berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya atas kehendak dan perbuatannya.28 Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala Kekuasaan Mutlak Tuhan telah dibatasi oleh sesuatu. kebebasan yang menurut faham Mu’tazilah, telah diberikan kepada manusia dalam menentukan kemauan dan perbuatan. Seterusya kekuasaan mutlak Tuhan itu dibatasi pula oleh sifat keadilan Tuhan. Tuhan tidak bisa lagi berbuat sekehendak- Artinya: tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Nya, Tuhan telah terikat pada norma-norma Tuhannya mereka mendapat tempat-tempat yang keadilan yang kalau dilanggar, membuat Tuhan tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat bersifat tidak adil bahkan zalim. Selanjutnya, yang Tinggi yang di bawahnya mengalir sungai- kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan dibatasi sungai. Allah telah berjanji dengan sebenar- lagi oleh kewajiban-kewajiban Tuhan terhadap benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya. manusia yang menurut faham Mu’tazilah memang Setelah menyimak beberapa ungkapan di atas ada. Lebih lanjut lagi, kekuasaan mutlak itu bahwa kebebasan dan kehendak mutlak Tuhan dibatasi pula oleh nature hukum alam (sunah pendekatan yang diperoleh adalah pendekatan Allah) yang tidak mengalami perubahan.29 paham Asy’ariyah karena manusia berusaha juga Bahkan kaum Mu’tazilah menganut faham diimbangi dengan kekuasaan mutlak Tuhan. bahwa tiap-tiap benda mempunyai nature Manusia bukanlah makhuk yang sebebas- atau hukum alam sendiri. Hal ini diperjelas bebasnya, akan tetapi bebasnya manusia di dengan pendapatnya al-Jahid bahwa tiap-tiap batasi oleh Tuhan seperti terbatasnya manusia benda mempunyai sifat yang menimbulkan dengan umurnya. Ini mengindikasikan bahwa efek tertentu menurut nature masing-masing. manusia memang terbatas dan segala sesuatu Lebih tegas lagi al-Khayat menerangkan bahwa memiliki akhir. tiap-tiap benda mempunyai nature tertentu, dan tak dapat menghasilkan kecuali efek, misalnya c) Pemahaman agama tentang qhada dan qhadar api tidak bisa menghasilkan apa-apa kecuali Berdasarkan temuan penelitian dilapangan, panas dan es tidak dapat menghasilkan apa- terdapat pemahaman-pemahaman tokoh agama di Bengkulu Utara tentang takdir diantaranya: 27 Harun Nasution. Telogi Islam....., h.119 Menurut Damami mengatakan bahwa kita 28 Harun Nasution. Telogi Islam....., h.120 harus mempercayai adanya qadha dan qodar. 29 Harun Nasution. Telogi Islam....., h.121 199 Manthiq Vol. 1, No. 2, November 2016 Qodha artinya ketentuan atau keputusan Allah Menurut Suhatri bahwa hubungan antara kepada mahluknya yang akan terjadi baik di qadha dan qadar adalah sebagai berikut; Qadha dunia maupun di akherat. Sedangkan qodar adalah rencana Allah yang akan terjadi, sedangkan adalah segala ketentuan atau ketetapan Allah Qadar adalah jika rencana tersebut sudah yang telah terjadi atas mahluknya.30 terjadi menjadi kenyataan pada diri mahluknya. Beriman pada Qadha dan Qadar akan membuat Pendek kata qadha adalah rencana Allah yang orang menjadi tenang, mantap dan tidak mudah akan terjadi, sedang jika rencana tersebut sudah putus asa maupun bersedih yang berlebihan, terjadi menjadi kenyataan pada diri mahluknya karena sebagai manusia yang diciptakan oleh disebut qodar. Segala sesuatu yang ada di dunia tuhanya dia hanya diwajibkan berusaha, sedangkan ini telah di tentukan (di qadha) oleh Allah. Sebagaima dijelaskan dalam Q.S. Al Hidayat yang menentukan hasilnya adalah Allah.32 ayat 22 yang berarti: Setelah kita menyadari bahwa sesuatu itu mempunyai rancangan (yang baik maupun yang buruk) maka Allah adalah sebagai Hakimun, Artinya: dan di langit terdapat (sebab-sebab) yaitu Hakim penentu yang tidak pernah salah rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan atas segala usaha yang dilakukan oleh Makhluq- kepadamu. Nya. Keputusan Allah ini tidak bisa diganggu Jadi arti beriman kepada Qodha Qodar Allah gugat. Allah sebagai Penentu, dan manusia tinggal artinya mempercayai dengan sepenuh hati bahwa memilih rancangan mana yang mau diambil. Allah Swt telah menetapkan Qadha dan Qodar Kalau manusia telah memilih mana rancangan mahluknya yang bersifat azali artinya ketetapan yang mau diambil dan kemudian mengusahakan itu sudah ada sebelum keberadaan atau kelahiran atas pilihannya itu dengan mengerahkan segenap mahluk tersebut. kemampuanya, maka pada waktunya akan me- nerima keputusan atau nasib. Jadi nasib adalah Menurut Bastari mengatakan bahwa orang keputusan dari Allah atau kepastian dari Allah yang beriman kepada Qodha dan qodar tidak atas pilihan yang diusahakannya. akan pasrah tanpa berbuat sesuatu, karena merasa nasibnya sudah ditentukan Allah. Sebab Menurut Syahroni mengatakan bahwa taqdir manusia tidak akan tahu apakah takdirnya itu Allah Swt ada yang tidak dapat dirubah dan ada ditetapkan sebelum dia berusaha keras dan juga yang masih dapat diusahakan kejadianya oleh berdo’a untuk mendapatkan keinginanya.31 manusia. Sebagai contoh dalam kehidupan ini, kita sering melihat dan mengalami sunnahtullah, Dalam Q.S. Ar-Ra’du ayat 11. Allah Berfirman: hukum Allah yang berlaku di bumi ini,yaitu hukum sebab akibat yang bersifat tetap yang merupakan qada dan qadar sesuai kehendak swt. seperti matahari terbit disebelah timur dan teggelam disebelah barat dan banyak lagi contoh lainnya, kalau kita mau memikirkannya.33 Artinya: bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka Dari pemaparan di atas dijelaskan dalam dan di belakangnya, mereka menjaganya Alquran surat Al baqarah ayat 117 yang berbunyi: atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki Artinya: Allah Pencipta langit dan bumi, dan keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak sesuatu, Maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan ada pelindung bagi mereka selain dia. kepadanya: “Jadilah!” lalu jadilah ia. Dari beberapa pembahasan di atas bila 30 Wawancara dengan Damami 9 Nvember 2014. 32 Wawancara dengan Suhatri tanggal 15 November 2014 31 Wawancara dengan Bastari tanggal 12 November 2014 33 Wawancara dengan Syahroni, tanggal 20 November 2014 200
Description: