Lensa Budaya, Vol. 12, No. 1, April 2017. 13 - 26 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 ISSN: 0126 - 351X BUDIDAYA DAN PRODUKSI KOPI DI SULAWESI BAGIAN SELATAN PADA ABAD KE-19 Ashabul Kahpi Imagined Historia Makassar Abstrak Komoditi kopi telah dikenal oleh penduduk Sulawesi Selatan sejak abad ke-17. Tetapi komersialisasi komoditi kopi baru dilakukan oleh pemerintah Hindia dengan melakukan pemerataan penanaman kopi di daerah pegunungan di Wilayah Pemerintahan Langsung (Gouvernements Landen) sejak tahun 1860. Kopi tersebut dibudidayakan dan diproduksi di Bergregentschappen di Distrik Utara, Bantaeng di Distrik Selatan, Bulukumba dan Sinjai di Distrik Timur, dan Pulau Selayar. Komoditi kopi diproduksi oleh penduduk melalui kerjasama antara pemerintah Hindia Belanda dengan kepala-kepala kampung. Kopi yang diproduksi diekspor melalui pelabuhan Makassar ke berbagai negara seperti Belanda, Singapura, Amerika, Prancis, Inggris, Papua Nugini, Timor Dili, dan wilayah disekitar Hindia Belanda. Kata kunci : kopi, budidaya, produksi, Sulawesi bagian selatan, abad ke-19 Abstract Coffee has been known as a commodity by the inhabitants of southern Sulawesi since the 17th century, but its commercial cultivation was only done by the encouragement Dutch colonial government in the upland areas in the directly ruled Governments lands (bergregentschappen) since 1860. Coffee was cultivated in the upland Northern Districts, Bantaeng in the Southern Districts, Bulukumba and Sinjai in Eastern Districts, Selayar Island where coffee was cultivated by the inhabitants in cooperation with the governments officials and village-heads. The cultivated cofffe was exported overseas to countries such as The Netherlands, Singapore, United States, France, Papua Nuginea, Dili Timor, and areas around the Dutch Indies. Keywords: coffee, cultivation, production, Southern Sulawesi, 19th century Author correspondence Email: [email protected] 1 Available online at http://journal.unhas.ac.id/index.php/jlb Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 PENDAHULUAN dan pada tanah subur dengan sifat tanah Kebiasaan minum kopi mulai diperkenal- antara berpasir dengan cukup humus dan kan bangsa Yemen, dan menyebar ke Me- dalam dengan drainase yang cukup baik. sir, Syria, Turki dan negara-negara lain di Kawasan dengan tanah lempung dan kawasan Timur Tengah dan menyebar tanah padas kurang cocok karena tana- hingga ke Eropa (Siswoputranto 1993: man memerlukan tersedianya air tanah 23). Kopi telah menjadi produk minuman yang cukup, tetapi tidak menghendaki dalam skala internasional yang digemari adanya genangan air. Kopi Arabika dapat oleh berbagai kalangan masyarakat, mulai tumbuh pada ketinggian 700-1.400 m di dari petani, buruh, mahasiswa hingga elit- atas permukaan laut dengan suhu berkisar elit politik. Dalam kehidupan keseharian 15-24oC dan pH tanah 5,3-6,0 dan curah selain menyajikan rasa nikmat yang khas, hujan rata-rata 2000-4000 mm/ th dan kopi juga menjadi salah satu minuman jumlah bulan kering 1-3 bulan/ th. Kopi yang cocok untuk aktifitas manusia. Mu- Robusta dapat tumbuh pada ketinggian lai dari sarapan, bersantai, bekerja, istira- 300-600 m di atas permukaan laut dengan hat, berdiskusi atau sekedar berbincang- curah hujan 1.500-3000 mm/ th dengan bincang dengan teman selalu didampingi suhu 24-30oC dan pH tanah 5,5-6,0. Oleh dengan kopi. Tidak bisa dipungkiri bahwa karena itu budidaya kopi cocok dilakukan kopi telah menjadi bagian dari hidup di kawasan antara 20o Lintang Utara dan manusia saat ini sejak dahulu kala. Di 20o Lintang Selatan. Indonesia masuk kota Makassar telah banyak berdiri wa- dalam kawasan ini dan mempunyai rung kopi yang merupakan tempat wilayah yang cocok untuk budidaya kopi berkumpul dan bersantai sambil minum (2008: 2). kopi. Selain menjadi tempat berkumpul Saat ini Indonesia telah menjadi dan bersantai, warung kopi di masa kini negara produsen kopi terbesar ke empat di atau yang kini di sebut cafe, juga dijadikan dunia setelah Brasil, Kolombia dan Viet- tempat berdiskusi dan tempat untuk men- nam (Panggabean 2011: 6). Kopi yang jelajahi dunia internet oleh generasi muda dihasilkan di Indonesia adalah kopi baik kalangan eksekutif maupun maha- Arabika dan kopi Robusta yang tergolong siswa karena sebagian warung kopi dileng- mempunyai kualitas yang baik sehingga kapi dengan jaringan internet. banyak diekspor ke negara-negara maju Tanaman kopi merupakan genus yang merupakan negara konsumen kopi, Coffea yang termasuk dalam familia di antaranya Amerika, Jepang, Belanda, Rubiaceae dan mempunyai sekitar 100 spe- Jerman dan Italia (Panggabean 2011: 6). sies. Genus Coffea adalah salah satu genus Indonesia dalam perdagangan kopi penting yang mempunyai nilai ekonomis dunia tidak muncul begitu saja, tetapi tinggi dan dikembangkan secara komer- mengalami perjalanan sejarah yang pan- sial, terutama Coffea Arabika, Coffea jang dan sulit karena terlibat dalam per- Liberica, Coffea Kanephora diantaranya kopi saingan perdagangan kopi dengan negara- Robusta. Tanaman kopi merupakan tum- negara Afrika dan Amerika yang mem- buhan tropik yang berasal dari Afrika. punyai pengaruh besar dalam perkopian Meskipun kopi merupakan tumbuhan dunia, dan sampai akhirnya Indonesia tropik, kopi memerlukan pohon naungan menjadi bagian penting dalam perkopian dan tidak menghendaki suhu tinggi. Suhu dunia. Kopi di Indonesia tidak hanya di atas 35oC dan suhu dingin dapat meru- penting pada masa sekarang ini tetapi kopi sak panen dan mematikan tumbuhan di Indonesia telah menjadi komoditi da- kopi. Tanaman kopi dapat tumbuh den- gang unggulan pada masa Hindia- gan baik pada suhu yang berkisar 15-30oC Belanda. Pada masa Hindia-Belanda kopi 124 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 telah menjadi komoditi utama dalam Atas kebijakan sistem cuulturstelsel perdagangan dunia dan menjadikan Hin- 1830 penanaman kopi tidak hanya ber- dia-Belanda sebagai negara eksportir kopi dampak di Jawa dan Sumatera, tetapi ber- kedua setelah Brazil. dampak diberbagai daerah Hindia- Budidaya kopi di Indonesia dilaku- Belanda termasuk di Sulawesi Selatan. kan pertama kali pada tahun 1696 setelah Meskipun di Sulawesi Selatan sendiri ti- VOC mendatangkan bibit kopi dari Mala- dak pernah diberlakukan sistem cuulturstel- bar-India (Siswoputranto 1993: 25). Na- sel. Budidaya kopi mulai diperkenalkan mun, pada masa VOC budidaya kopi ti- pada tahun 1830, tetapi tanaman kopi dak dilakukan secara besar-besaran karena diperkenalkan oleh pemerintah Hindia kopi hanya dijadikan sebagai alat pem- Belanda dengan melakukan kerja sama bayaran pajak terutama di Kabupaten Pri- dengan kepala-kepala kampung untuk angan Jawa Barat (Creutsberg dan J.T.M. mendapatkan tanah untuk dijadikan lahan van Laanen 1987: 132), sehingga produk- perkebunan kopi yang dikelola oleh sinya terbatas dan kesulitan untuk me- masyarakat ataupun swasta yang hasilnya menuhi permintaan pasar dunia. Perlua- menguntungkan masyarakat. Meskipun di san penanaman kopi baru dilaksanakan Maros di berlakukan sistem wajib tanam setelah diterapkannya cultuurstelsel 1830 dan diberlakukan pajak untuk tanaman yang masih mempertahankan sistem wajib kopi namun produksi kopi ini tersedia un- tanam yang telah dilakukan oleh VOC tuk petani kopi itu sendiri. Beda halnya sebelumnya. Perluasan areal kebun kopi dengan di Bantaeng, masyarakat Bantaeng dilaksanakan menyeluruh di Pulau Jawa tidak diwajibkan untuk menanam kopi dan juga mulai diperkenalkan di daerah- dan tidak dikenakan pajak tetapi perkebu- daerah luar Jawa. Kebun-kebun kopi ini nan kopi di Bantaeng cukup terawat dan umunya di kelola oleh pekebun-pekebun menghasilkan kopi dengan kualitas yang pribumi, sehingga pemerintah mengha- baik. ruskan penyetoran wajib kopi sebagai pa- Pada kenyataannya Sulawesi Sela- jak tanah, dan pemerintah melakukan mo- tan pada abad ke-19 menjadi salah satu nopoli perdagangan. Pada tahun 1850-an daerah pengekspor kopi terbesar Hindia dan 1860-an sistem tanam paksa dan mo- Belanda di luar pulau Jawa, bahkan kopi nopoli lambat laun dihapuskan tetapi ma- menjadi produk unggulan lebih daripada sih terdapat tanam paksa walaupun dalam beras (Dias Pradadimara 2015) sehingga bentuk yang lebih lunak (Creutsberg dan masalah produksi dan budidaya kopi di J.T.M. van Laanen 1987: 139). Sulawesi Selatan menjadi hal yang sangat Pada abad ke-19 Sulawesi Selatan menarik untuk di kaji sebagai bahan telah mempunyai peranan yang signifikan penelitian. dalam produksi dan perdagangan kopi. Kopi di Sulawesi Selatan pada abad ke-19 METODOLOGI PENELITIAN di produksi di Noorderdistricten Maros, Si- Dalam penelitian ini penulis mengguna- geri dan Bergregentschappen, Pangkajene, kan metode penelitian sejarah dengan Zuiderdistricten Bantaeng, Bakungan, menganggunakan analisis deskriptif kuan- Sesayya, dan Oosterdistricten Bulukumba, titatif, untuk mendapatkan gambaran Sinjai, dan Selayar. Selain kegiatan pro- mengenai keadaan kebun kopi dan pro- duksi, juga telah terlihat aktivitas perda- duksi kopi di Sulawesi Selatan. yang meli- gangan kopi yang mempunyai jaringan puti pencarian dan pengumpulan sumber- perdagangan internasional yang melibat- sumber data yang sesuai dengan studi ka- kan negara-negara besar seperti Belanda, jian penulis, yang selanjutnya merangkai Amerika, Singapura, Inggris, dan Prancis. kumpulan data tersebut satu demi satu 135 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 agar membentuk suatu pemahaman yang lah itu, menyediakan lubang galian den- rasional sehingga terdapat narasi sejarah gan diameter 60 x 60 x 60 cm dengan yang bisa dianggap sebagai karya tulisan jarak 1,75 x 1,75 m ataupun 4 x 2 m ter- sejarah yang ilmiah (Kuntowijiyo 2008: gantung letak dan keadaan kebun. Saat 7). Dalam penyusunannya tidak terlepas pembuatan lubang tanaman, tanah lapisan melalui proses analisa yang kuat agar se- atas dan lapisan bawah harus dipisahkan suai dengan tuntutan dari teori serta me- dan lubang tanaman perlu dibiarkan ter- todologi sejarah. Sehingga nanti tulisan buka selama 1 bulan untuk mendapatkan ini sesuai dengan prosedur penulisan se- tanah yang sehat (Siswoputranto 1993: jarah yang berlaku secara umum. 39). Penanaman bibit sebaiknya dilakukan Adapun metode kesejarahan yang ketika bibit kopi berumur 6-8 bulan dan kami gunakan yaitu; (1) pemilihan topik, sebelum bibit tanaman membentuk ca- (2) pengumpulan sumber yang relevan, bang primer. Penanaman ini baiknya dila- (3) verifikasi (kritik sejarah, keabsahan kukan pada awal musim hujan, agar terja- sumber), (4) interpretasi: analisis dan min tanaman tidak akan kekeringan. sintesis, dan (5) penulisan. Perakaran tanaman kopi pada umumnya relatif dangkal. Oleh karena MASUKNYA KOPI DI SULAWESI itu, tanaman kopi memerlu tanaman pe- SELATAN lindung untuk menjaga tanah agar tidak Tanaman kopi telah dikenal oleh pen- terjadi erosi yang dapat menyebabkan ba- duduk Sulawesi Selatan sejak abad ke 17 han-bahan organik yang terkandung dari pedagang Arab yang melakukan dalam lapisan tanah paling atas tidak perdagangan dengan kerajaan Gowa. terkikis oleh air hujan saat musim hujan Dalam periode ini masyarakat Sulawesi tiba. Selain itu, perawatan secara intesi Selatan mulai mengembangkan tanam juga perlu dilakukan untuk menjaga agar kopi di gunung Lompobattang dan struktur tanah tetap terjaga baik dengan Toraja. Hal ini diperkirakan diprakarsai bahan-bahan organik maupun tata air dan oleh Raja Gowa dan pedagang Arab, se- udara tanahnya. hingga pengembangannya di Toraja ber- Perawatan secara intensif ini dila- langsung bersamaan dengan di Gowa kukan dengan cara melakukan pemangka- (Gunung Lompobattang). Namun, komer- san pada tanaman kopi. Pemangkasan sialisasi komoditi kopi baru dilakukan tanaman kopi terdiri dari pemangkasan pada tahun 1830 seiring dengan pengem- bentuk, pemeliharaan, dan peremajaan. bangan tanaman kopi yang dilakukan oleh Pemangkasan bentuk dilakukan dengan Pemerintah Hindia Belanda cara memotong pucuk tanaman kopi agar (Polinggomang 2005: 19). tanaman kopi tidak tumbuh terlalu tinggi Periode setelahnya, penanaman dan juga berguna agar cabang-cabang kopi dilakukan di dataran-dataran tinggi primer dapat memanjang kesamping. Pe- di tanah-tanah pemerintah yang terpusat mangkasan pucuk ini juga akan mempen- di Bergregentschappen dan Sigeri yang gatuhi pertumbuhan cabang sekunder dan berada di Distrik Utara, Bantaeng di Dis- pertumbuhan buah. Pemangkasan pucuk trik Selatan, Bulukumba, Sinjai di Distrik dilakukan ketika tanaman kopi berumur 3- Timur dan pulau Selayar (arsip Koloniaal 4 tahun. Setelah pemangkasan pucuk dila- Verslag 1860-1896). kukan, biasanya akan tumbuh tunas-tunas baru di batang dan cabang-cabang primer. BUDIDAYA TANAMAN KOPI. Tunas-tunas ini dapat mengurangi pro- Budidaya kopi dilakukan dengan men- duktifitas tanaman kopi sehingga perlu yediakan bibit kopi terlebih dahulu. Sete- dilakukan pemangkasan pemeliharaan. 146 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 Pemangkasan pemeliharaan dilakukan menjadi rindang dan batang primer me- sesuai dengan kondisi tanaman kopi. jadi kurus yang disebabkan oleh Seperti pemangkasan terhadap tunas- kurangnya asupan hara yang dapat dis- tunas yang tumbuh di cabang-cabang erap oleh batang primer. Tunas-tunas mu- primer (wiwilan), pemangkasan tunas ini dah yang tumbuh dibatang primer dapat dilakukan karena dapat mengurangi pro- tumbu dengan subur akan tetapi tunas- duktifitas tanaman kopi. Pemangkasan tunas tersebut tidak memiliki produktifitas berat juga perlu dilakukan apabila tunas- yang tinggi seperti batang primer. Apabila tunas baru yang tumbuh dan berkembang dibiarkan tumbuh dengan lebat, tunas- dengan cepat, pertumbuhan ini dapat tunas ini akan tumbuh menjadi batang mengganngu tanaman yang lain sehingga sekunder yang dapat menurungkan pro- perlu dilakukan pemangkasan berat. Se- duktifitas batang primer. Akibatnya, pro- lain itu, kondisi tanaman kopi juga akan duksi kopi menjadi tidak optimal menjadi rimbun sehingga dapat mengha- meskipun didukung dengan keadaan langi sinar matahari untuk menyinar tana- cuaca yang baik. man kopi yang berakibat pada matinya Selain perawatan secara intensif, cabang-cabang primer. Selain itu, tana- keadaan tanah dan cuaca juga menjadi man kopi yang rimbun juga menyebabkan factor terjadinya fluktuasi produksi kopi. udara disekitar tanaman kopi menjadi Tanaman kopi memerlukan tanah yang lembab dan menyebabkan pembusukan subur dengan keadaan yang gembur dan pada bunga kopi. Kondisi demikian dapat sedikit berpasir karena mempunyai menyebabkan menurunya produktifitas drainase yang cukup baik. Sehingga ada tanaman kopi (Pangabean 2011: 69). saat musim hujan tiba, tidak terjadi genan- Selain itu, pemangkasan perema- gan air yang dapat merusak sistem pera- jaan juga perlu dilakukan apabila produk- karan tanaman kopi. Tanah gembur yang tifitas tanaman kopi mulai menurun. Pe- sedikit berpasir juga dapat mendukung nurunan produktifitas ini biasanya di se- tumbuh suburnya tanaman kopi. Keadaan babkan oleh pohon kopi yang mulai cuaca mempunyai pengaruh yang sangat menuah dan terserang hama penyakit. besar terhadap produktifitas tanaman, Pemangkasan peremajaan ini dilakukan cuaca kering pada saat kopi berbunga da- dengan 2 cara, yaitu pemangkasan selektif pat merusak bunga kopi. Angin kencang dan pemangkasan radikal. Pemangkasan juga dapat merusak panen dan juga tana- selektif dilakukan dengan cara memotong man kopi, angin kencang yang terjadi bagian pohon kopi yang tidak produktif pada saat tanaman kopi berbungan dapat atau kondisinya rusak agar dapat tumbuh merontokkan bunga kopi dan juga dapat tunas-tunas baru. Pemangkasan radikal mematahkan cabang primer. Sementara dilakukan dengan cara memangkas semua curah hujan tinggi dapat membuat bunga pohon kopi yang berada dalam satu ke- kopi berguguran dan membuat biji kopi bun. Setelah dilakukan pemangkasan yang masih mudah menjadi busuk. maka akan tumbuh tunas-tunas baru, tu- Secara umum, kondisi alam Su- nas-tunas yang baru tersebut akan dipilih lawesi Selatan tidak cocok untuk perkebu- satu tunas untuk dibiarkan tumbuh dan nan kopi dalam skala besar, sehingga menjadi batang yang lebih mudah penanaman dan pengelolahan kebun kopi (Pangabean 2011: 73). hanya di lakukakan oleh penduduk di Tanaman kopi yang tidak terawat daerah tertentu. Setelah di terapkannya tumbuh tinggi dan nampak banyak tunas- Undang-Undang Agraria 1870, hanya ter- tunas kopi yang tumbuh dengan lebatnya dapat sedikit perkebunan kopi yang di menjadi batang sekunder. Tanaman kopi miliki oleh swasta, sangat berbeda dengan 157 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 apa yang terjadi di Jawa, dimana setelah olah kebun secara teratur dan selain itu 1870, banyak perkebunan kopi yang tum- tanaman kopi yang ditanam oleh pen- buh, terutama di Jawa Timur (N.D. Ret- duduk juga dikenakan pajak (Koloniaal nandari : 15). Verslag 1860: 684). Pembayaran pajak di Tanaman kopi yang dibudidayakan Bergregentschappen diatur oleh pemerintah merupakan jenis kopi Arabika. Jenis tana- dalam Indisch Staatsblad 1863 No. 165, man ini sangat digemari oleh penikmat yang diberlakukan pada 1864, bahwa pen- kopi, karena rasanya yang enak dan bera- duduk membayar pajak dengan uang atau neka ragam. Rasa kopi banyak dipenga- kopi (Koloniaal Verslag 1870: 550). Pajak ruhi oleh kandungan mineral tanah dan yang dibayar sebesar f 3 atau 12 kati pe- tanaman yang tumbuh di sekitarnya, se- rumah tangga setiap tahunnya (Koloniaal hingga rasa kopi diwilayah dan kebun verslag 1869: 415). Namun, pada tahun juga berbeda-beda. Kopi jenis Arabika, 1869 jumlah pajak yang dibayar dengan juga mudah beradaptasi disetiap wilayah, kopi naik menjadi 20 kati kopi sementara sehingga pengembagan dan persebaran pajak yang dibayar dengan uang tidak tanaman kopi cukup mudah dilakukan. mengalami perubahan (Koloniaal verslag selain itu tanaman kopi Arabika juga lebih 1870: 415). Pemungutan pajak ini bertu- digemari oleh penduduk karena pohonnya juan untuk membiayai pemeliharaan tana- tidak tumbuh terlalu tinggi sehingga mu- man kopi, selain itu pajak ini juga diguna- mudahkan para petani kopi untuk me- kan untuk mendukung pemerintah mela- metik buahnya. Hingga akhir abad ke-19. kukan perluasan perkebunan kopi dan Kopi Arabika merupakan satu-satunya peningkatan jumlah tanaman kopi jenis kopi yang dikomersialisasikan dalam (Koloniaal verslag 1869: 415). skala yang cukup besar. Penerapan pajak ini terbukti efektif Selain Arabika, kopi Liberia juga untuk peningkatan jumlah pohon kopi dibudidayakan di wilayah pemerintahan dan perluasan kebun kopi di Bergre- langsung, namun kopi ini hanya terbatas gentschappen. Jumlah tanaman kopi men- ditanam dalam perkebunan swasta yang ingkat secara drastis ditahun 1867 tana- berada di Distrik Utara. Kopi Liberika man kopi mencapai 290.000 dari 67.000 tidak begitu digemari oleh penduduk pohon pada tahun 1866. Jumlah ini ke- karena pohonnya yang tumbuh terlalu mudian meningkat lagi pada 1868. Menu- tunggi. rut sensus 1868 jumlah pohon kopi di Ber- Penanaman ini dilakukan untuk gregentschappen mencapai 762.000 pohon, meningkatkan nilai ekspor kopi Hindia sementara yang berbuah 382.500 pohon Belanda di pasar international. Penana- (Koloniaal verslag 1869: 415). Selain itu man kopi dilakukan oleh pemerintah den- hasil sensus 1871 menyebutkan bahwa gan menerapkan sistem wajib pajak ko- Jumlah pohon kopi di Distrik Utara, Disi- moditi kopi, membuka lahan-lahan perke- trik Selatan dan Distrik Timur diperkira- bunan baru serta membuka lahan pembi- kan mencapai 33.725.914 pohon dan yang bitan sebagai tempat uji coba penanaman berbuah 23.143.366 pohon (Koloniaal ver- kopi. Sistem wajib pajak yang dikenakan slag 1872: 187). Jumlah ini kemudian untuk komoditi kopi ini tidak diterapkan mengalami penurunan ditahun 1872 dan secara menyeluruh di wilayah pemerintah 1873, menurut keterangan dari Pemerin- langsung tapi hanya diterapkan di Sigeri tah Hindia Belanda jumlah pohon kopi dan Bergregenstchappen di Distirk Utara. Di pada tahun 1872 diperkirakan 33.445.466. Bergregentschappen setiap keluarga di wajib- hal ini disebabkan oleh sulitnya menda- kan oleh pemerintah Hindia Belanda un- patkan lahan yang cocok untuk tanaman tuk menanam tanaman kopi dan mengel- kopi. 168 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 Dalam Koloniaal Verslag tahun 1882 Tidak hanya perkebunan penduduk dilaporkan bahwa di Segeri yang masuk yang penanamannya diwajibkan oleh pe- dalam wilayah di Distrik Utara juga dila- merintah, tetapi perkebunan swasta juga kukan perluasan penanaman kopi di ikut membudidaya kopi. Kopi yang pegunungan. Banyak penduduk yang dibudidayakan merupakan kopi jenis awalnya menanam padi meninggalkan Arabika yang pada waktu itu sangat dige- sawah mereka untuk membuka kebun mari oleh pasar Eropa dan Amerika. Kopi baru di pegunungan yang dijadikan kebun Arabika dibudidayakan di perkebunan kopi seperti yang terjadi di Regent swasta yang berada di Sesaya yang terle- Madalle. Akibatnya, tanaman kopi di Re- tak di sebelah barat Bantaeng (sekarang gent Madalle meningkat menjadi 120.000 berada di kecamatan Bissappu Kab. Ban- pohon. taeng) yang pada waktu itu dimiliki oleh Pembukaan lahan baru yang dila- seorang berkebangsaan Cina, namun kukan oleh penduduk biasanya dilakukan perkebunan kopi ini tidak berkembang di hutan-hutan. Penduduk saling bekerja dengan baik. Hingga akhir tahun 1860 sama untuk membabat hutan atau mem- tercatat dalam perkebunan ini terdapat bakarnya. Setelah lahannya dibersihkan, 50.000 pohon kopi. Selain itu perkebunan lahan tersebut dibagi dan dimiliki oleh swasta di Jampea yang dimiliki oleh orang tiap-tiap orang, kemudian lahan tersebut Eropa juga ikut membudidayakan kopi ditanami kopi yang masih muda. Ini dila- Arabika. Tercatat ada sekitar 80.000 po- kukan oleh penduduk untuk mengurangi hon kopi yang dibudidayakan pada perke- peggunaan tenaga (Koloniaal verslag 1879: bunan ini. Selain itu perkebunan ini juga 415). membudidayakan kelapa (Koloniaal Ver- Berbeda dengan di Bantaeng, per- slag, 1860: 684). luasan penanaman kopi dilakukan atas Setelah diberlakukannya Undang- kerjasama dengan kepala-kepala kam- Undang Agraria 1870 yang memung- pung, untuk mendapatkan tanah yang kinkan terjadinya sewa tanah oleh inves- akan digunakan sebagai kebun kopi. Ke- tor asing dalam jangka waktu paling lama bun kopi kemudian diserahkan kepada 75 tahun, banyak perkebunan kopi yang penduduk untuk dikelola, sementara hasil- muncul di Jawa, dan tidak terkecuali di nya tersedia bagi pemilik perkebunan. Sulawesi Selatan, misalnya perkebunan Pemerintah juga membuka kebun untuk kopi yang terdapat di Bakungan di . uji coba penanaman kopi di Selayar pada Perkebunan ini merupakan perkebunan tahun 1861. Pemerintah menanam 20.000 yang disewa oleh orang Eropa. Perkebu- pohon kopi yang tumbuh dengan baik, nan ini dibuka tahun 1878 dan mempun- sementara itu pada tahun 1862 pemerin- yai luas 457 bau (Bau merupakan satuan tah menambahkan tanaman kopi dengan ukur yang digunakan pada masa Hindia melakukan penanaman 30.000 bibit kopi Belanda. 1 = 0,7096 hektar atau 1 hektar di Selayar dan 2.500 pohon kopi di Ban- = 1,4091 bau) (Koloniaal Verslag 1883: taeng. Tanaman kopi telah dikenal oleh 208) . Namun pada awal dibukanya, lahan penduduk Selayar, sebelum pemerintah yang ditanami hanya 200 bau (Koloniaal Hindia Belanda memperkenalkan tana- Verslag 1880: 194), kurang dari ½ tanah man tersebut. Penduduk Selayar umum- yang disewa. Perkebunan ini berkembang nya menggunakan tanaman kopi sebagai dengan baik sehingga penenanaman kopi tanaman pagar yang ditanam di dekat di perkebunan ini mengalami perluasan rumah-rumah penduduk. Tanama kopi tiap tahunnya. Pada tahun 1881 penena- juga ditemukan tumbuh dengan liar di man kopi diperluas hingga 300 bau dalam hutan. (Koloniaal Verslag 1882: 211), dan pada 179 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 1882 diperluas hingga 325 bau. Kemudian nan yang sama maupun suatu kawasan. pada tahun 1883 penanaman kopi Musim panen kopi pun tidak serentak diperkebunan ini mengalami perluasan sama waktunya, dimulai daerah bagian hingga 350 bau, dan pada tahun 1885 barat dan disusul panen di daerah Timur mencapai 400 bau. (Siswoputranto 1993: 49). Di perkebunan ini pada tahun 1883 Biji kopi yang telah matang ber- dipekerjakan 125 orang pekerja yang warnah merah hingga merah tua pada ku- berasal dari Selayar. Mereka bekerja se- lit buahnya. Dalam satu dompolan buah cara bergantian untuk meringankan peker- biasanya biji kopi tidak matang secara ber- jaannya. Mereka diberi upah f (f (florin samaan. Oleh karena itu pemetikan biji atau gulden) merupakan mata uang yang tidak diselesaikan dalam satu kali panen. digunakan pada masa Hindia Belanda, f Tetapi dilakukan secara bertahap dengan 1= 100 sen Belanda) 8 perbulan dan diberi selang pemetikan biasanya 2 minggu 1¼ katti beras tiap harinya. Seiring den- sekali. Kopi mulai berbuah ketika beru- gan perluasan penanaman kopi, buruh mur 4 tahun, awalnya jumlah buah kopi diperkebunan ini juga ikut bertambah, yang dihasilkan masih sedikit. Setelah itu, hingga tahun tahun 1885 buruh diperke- buah kopi yang dipanen terus meningkat bunan ini menjadi 175 orang yang keban- dari panen tahun ke 2 hingga tahun ke 14 yakan berasal dari Selayar. Selain itu di (Pangabean 2011: 88). Koetoeloe atau Batu Kassi di Distrik Pemetikan biji kopi dilaukan secara Utara juga terdapat perkebunan kopi yang manual dengan cara memetik buah kopi disewa. Perkebunan ini berdiri tahun 1883 satu persatu, lalu buah tersebut dimasuk- mempunyai luas 52 bau, di perkebunan kan kedalam keranjang panen yang sudah ini dikembangkan kopi Liberia yang pada disiapkan sebelumnya. Pemetikan biji awal berdirinya perkebunan ini berkem- kopi yang masih hijau juga sering dilaku- bang dengan baik (Koloniaal Verslag 1884: kan oleh petani kopi. Hal ini sangat tidak 201). Akan tetapi pada tahun 1885 kopi di baik dilakukan karena dapat menurunkan perkebunan ini hampir seluruhnya mati mutu kopi. Biji kopi yang masih hijau juga karena kekeringan yang di akibatkan oleh mempunyai bobot yang lebih ringan di- musim kemarau yang berkepanjangan. bandingkan dengan biji yang sudah Dalam koloniaal verslag 1887 dilaporakan merah. Oleh karena itu pemetikan biji hi- bahwa kedua perkebunan sewa ini men- jau dapat menurungkan keuntungan galami gagal panen dan perkebunan terse- hingga 20% (Pangabean 2011: 91). Pe- but dijual tahun 1887 di pelelangan. metikan buah yang dilakukan oleh pemilik kebun kopi biasanya dibantu oleh PRODUKSI KOPI penduduk dari kampung lain, sehingga Tanaman kopi merupakan tanaman musi- pada saat musim panen banyak penduduk man yang dapat dipanen satu kali seta- dari kampung lain berdatangan untuk hun. Musim panen mulai dari kebun- memberikan bantuan, tetapi bantuan ini kebun kopi di Aceh, terus ke Lampung, tidak dilakukan dengan sukarela, tetapi Jawa Barat, Jawa Tengah, bersamaan di dilakukan dengan sistem bagi hasil, buruh Jawa Timur dan Sulawesi dan terus ke petik ini biasanya di bayar hingga 1/ dari 3 Timur. Berlangsung mulai dari bulan hasil panennya (Koloniaal Verslag, 1879: April sampai Oktober setiap tahun. Buah 206). Setelah memetik biji kopi, biji kopi Kopi Arabika pada umumnya akan ma- kemudian dipisahkan dari kulitnya ke- tang 8 bulan setelah pertumbuhan buah. mudian dijemur untuk dikeringkan, sete- Buah kopi tidak matang secara serentak lah biji kopi kering, kopi tersebut selanjut- dalam dompol buah, baik dalam perkebu- nya di giling menggunakan mesin penggil- 280 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 ing padi untuk membersihkan biji kopi Wilayah Pemerintahan Langsung dapat dari kulit yang masih tersisa. Setelah itu dilihat dalam grafik 3.1. biji kopi di jual kepedagang. Apabila kita perhatikan grafik 3.1. Produksi kopi tidaklah tetap, dan maka kita akan melihat bahwa produksi tidak juga mengalami peningkatan dari kopi di wilayah Pemerintahan Langsung tahun ketahun, sehingga produksi kopi di mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. wilayah pemerintahan langsung men- Fluktuasi ini disebabkan oleh keadaan galami fluktuasi, hal ini di sebabkan oleh cuaca yang berubah-ubah tiap tahunnya. sifat tanaman kopi yang tumbuh dengan Cuaca yang baik dapat memicu penigka- liar dan perkembangan buahnya sangat tan produksi sedangkan cuaca yang buruk dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Untuk dapat menurungkan jumlah produksi. memperoleh hasil yang optimal tanaman Seperti yang terjadi Pada tahun 1860 jum- kopi memerlukan perawatan secara inten- lah kopi yang di produksi di wilayah pe- sif. merintahan langsung diperkirakan menca- Produksi kopi sangat bergantung pai 40.000 pikul (Koloniaal Verslag, 1860) pada kondisi cuaca pada masa tanaman dan pada tahun 1861 produksi kopi men- kopi berbunga hingga masa pertumbuhan galami penurunan hingga 7.000 pikul dan pematangan buah, kondisi cuaca yang menjadi 33.000 pikul, jumlah ini juga ter- kering dan basah dapat merusak buah masuk kopi yang diproduksi di wilayah kopi dan menurungkan nilai produksi. Bone 2.000 pikul, Gowa 10.000 pikul, Si- Selain itu, tanaman kopi juga tidak men- denreng dan Sulawesi Tengah 10.000 pi- dapatkan perawatan secara intensif se- kul dan Mandar 500 pikul, sehingga kopi hingga produksi kopi tidak optimal. yang diproduksi di wilayah pemerintahan Kurang perawatan ini disebabkan karena langsung hanya mencapai 15.000 pikul penduduk tidak memahami cara budidaya (Koloniaal Verslag, 1861). jumlah ini jauh tanaman kopi yang baik meskipun pemer- lebih sedikit bila dibandingkan dengan intah Hindia Belanda telah melakukan 1860 yang produksinya diperkirakan men- sosialisasi tentang cara perawatan dan capai 40.000 pikul. budi daya kopi. Fluktuasi produksi di Cuaca buruk terjadi ditahun 1862 Grafik 3.1 Produksi kopi di Wilayah Pemerintahan Langsung tahun 1860-1875 Sumber: data statistik ini diperoleh dari hasil analisis Koloniaal Verslag 1860-1876 291 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 dan 1863 yang menyebabkan penurunan tidak berdapak buruk bagi produksi kopi. produksi, akan tetapi dalam Koloniaal Ver- Produksi kopi pada 1870 mencapai 51.200 slag tidak disebutkan adanya angka pro- pikul, jumlah ini lebih tinggi bila diband- duksi. Cuaca buruk tersebut sangat mem- ingkan dengan 1867, 1868, dan 1869, pengaruhi produksi kopi karena dapat yang hanya mencapai 50.000 dan 50.000 menggugurkan bunga kopi pada saat tana- pikul serta 43.650 pikul. Kopi yang dipro- man kopi berbunga dan menyebabkan duksi tahun 1870 masing-masing berasal buah kopi mejadi hitam sehingga produksi dari Distrik Utara 1.800, Distrik Selatan kopi menurun. Meskipun demikian dita- 23.700 dan Distrik Timur 25.700 pikul. hun 1862 pemerintah mengupayakan agar Produksi kopi kembali mengalami dilakukan perawatan kopi secara intensif penurunan scara drastis ditahun 1871 melalui sosialisasi kepada penduduk. yang hanya mencapai 19.017 pikul. Penu- Kualitas produk pada tahun 1862 cukup runan ini disebabkan oleh banyaknya ke- baik karena tanaman kopi cukup dirawat bun kopi yang rusak di Distrik Utara, Dis- (Koloniaal verslag, 1862). trik Selatan dan Distrik Timur yang diaki- Cuaca yang baik untuk tanaman batkan oleh curah hujan yang tinggi yang kopi baru terjadi ditahun 1864, produksi disertai dengan angin kencang. Ban- kopi ditahun ini mengalami peningkatan, yaknya kebun kopi yang rusak berdampak akan tetapi produksi ditahun 1864 tidak pada menurunya jumlah produksi kopi. didapat di tentukan secara pasti. Semen- Di Distrik Utara kopi yang diproduksi tara itu pada tahun 1865 produksi kopi hanya mencapai 108 pikul, di 8.051 pikul mencapai 50.000 pikul yang didukung dan di Distrik Timur 10.858 pikul. Pro- oleh cuaca yang sangat baik untuk tana- duksi ini jauh lebih sedikit jika dibanding- man kopi dan pada tahun 1866 mencapai kan dengan tahun 1870. Sementara itu 60.000 pikul. Cuaca buruk yang terjadi produksi kopi ditahun 1872 mengalami ditahun 1866 menyebabkan produksi kopi peningkatan secara signifikan hingga men- kembali mengalami penurunan hingga capai nilai 49,400 pikul yang didukung 50.000 pikul ditahun 1867 dan ditahun oleh kondisi cuaca yang sangat mengun- 1868 juga produksinya hanya mencapai tungkan untuk produksi kopi. Kopi yang 50.000 pikul. diproduksi ini berasal dari Distrik Utara Kondisi cuaca tahun 1869 sangat 440 pikul, Distrik Selatan 22.700 pikul, baik untuk tanaman kopi. Akan tetapi, dan 26.160 pikul dari Distrik Timur. Se- produksi kopi ditahun 1869 mengalami mentara itu produksi kopi ditahun 1873 penurunan hingga 6.350 pikul, sehingga mengalami peningkatan hingga mencapai kopi yang di produksi hanya mencapai 53.776 pikul. Masing-masing kopi 43.650 pikul, hal ini disebabkan oleh diperoleh dari Distrik Utara 465 pikul, di kurangnya perawatan kopi yang dilaku- Distrik Selatan 24.764 pikul, dan 28.547 kan oleh penduduk yang berdampak pada pikul dari Distrik Timur. menurunya produksi kopi. Kurangnya Selain faktor cuaca, fluktuasi pro- tenaga dan biaya perawatan menjadi ala- duksi juga dipengaruhi oleh perawatan san penduduk untuk tidak melakukan per- tanaman kopi. Tanaman Kopi yang awatan kopi secara intensif. Sementara dirawat dengan baik juga akan meningkat- itu, kopi di Selayar tidak bekembang den- kan niliai produksi, selain itu kopi yang gan baik meskipun di Selayar terdapat dihasilkan juga akan mempunyai kualitas pegunungan dan lahan yang cocok untuk yang bai pula. Akan tetapi, petani kopi di tanaman kopi. wilayah pemerintahan langsung tidak me- Cuaca buruk juga terjadi ditahun lakukan perawatan tanaman kopi secara 1870, akan tetapi cuaca buruk tersebut intensif. Petani kopi merawat kebun 1202
Description: