ANALISIS RANCANGAN PERBANDINGAN METODE (BINA MARGA DAN AASHTO 1993) KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON DENGAN LAPIS TAMBAHAN PADA KONDISI EXISTING (Studi Kasus Ruas Jalan Marga Punduh Kabupaten Pesawaran) Fery Hendi Jaya Jurusan Teknik Sipil Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai Jl. Imam Bonjol No. 468 Langkapura Bandar Lampung e-mail: [email protected] Abstrak Konstruksi jalan merupakan prasarana transportasi darat yang mendukung langsung pergerakan orang maupun barang dari suatu tempat ke tempat yang lain, dimana konstruksi jalan menerima beban langsung diatasnya oleh karena itu konstruksi perkerasan jalan harus dapat mendukung dan memiliki stabilitas struktur yang kokoh, baik konstruksi jalan aspal (flexsibel pavement), jalan beton (rigid pavement), maupun campuran keduanya.Pada perkembangannya saat ini konstruksi perkerasan jalan beton (rigid pavement) terutama pada kondisi existing jalan beton Ruas jalan Marga Punduh Kabupaten Pesawaran mengalami permasalahan yakni jalan bergelombang, retak, pecah-pecah, penurunan, berlubang, dll. Ruas jalan yang memiliki panjang 350 meter, lebar 8 meter ini memiliki fungsi klas jalan arteri. Maka sebagai alternatif perbaikan direncanakan/dirancang pelapis tambahan (overlay) konstruksi perkerasan beton pada kondisi existing dengan membandingkan ke-2 metode Bina Marga dan AASHTO 1993. Penelitian ini, dengan mengumpulkan dan menggunakan data-data permulaan desain konstruksi jalan beton, klasifikasi pembebanan, perhitungan ulang LHR, parameter desain dengan menggunakan metode Bina Marga dan AASHTO 1993, agar dapat mengetahui seberapa besar perbedaan lapis tambahan konstruksi yang didapat pada ruas jalan tersebut. Analisis yang diperoleh dalam penelitian ini dengan hasil pelapisan tambah langsung (bonded concrete) dengan menggunakan Metode Bina Marga 2002 diperoleh sebesar 7 cm, sedangkan metode AASHTO 1993 diperoleh sebesar 5 cm. pelapisan tambah langsung (bonded concrete) untuk kondisi perkerasan yang mengalami rusak secara struktur dengan menggunakan Metode Bina Marga 2002 diperoleh sebesar 12cm, sedangkan metode AASHTO 1993 diperoleh sebesar 8 cm. Metode Bina Marga 2002 untuk desain overlay pada pelapisan tambah langsung (bonded concrete) lebih besar jika dibandingkan dengan menggunakan Metode AASHTO 1993.Sedangkan tebal lapis tambah yang diperoleh dengan menggunakan Metode Bina Marga 2002 untuk desain overlay pada pelapisan tambah dengan pemisah (unbonded concrete) lebih kecil jika dibandingkan dengan menggunakan Metode AASHTO 1993. Kata Kunci : Konstruksi jalan beton, rancangan metode Bina Marga dan AASHTO 1993,perbandingan metode tebal lapis tambahan. memberikan rasa aman dalam mengemudi. Pendahuluan Salah satu jenis perkerasan yang dapat Jalan Raya merupakan salah satu memenuhi harapan tersebut adalah prasarana transportasi terpenting, sehingga perkerasan kaku. Ketika suatu perkerasan desain perkerasan jalan yang baik adalah kaku telah mencapai akhir dari masa suatu keharusan. Selain dapat menjamin layannya sehingga tidak mampu lagi kenyamanan pengguna jalan, perkerasan menahan beban lalu lintas yang berada yang baik juga diharapkan dapat diatasnya, maka perencana mempunyai dua 140 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016 pilihan untuk meningkatkan kemampuan perbaikan pra-lapis (preoverlay) pada perkerasan kaku beton tersebut yaitu perkerasan beton lama, sehingga dapat dengan rekonstruksi atau mengganti dilakukan pelapisan setelah perkerasan perkerasan tersebut dengan perkerasan lama dibersihkan. Pada perencanaan tebal beton yang baru, dan dengan pelapisan lapis langsung (bonded concrete) biasanya tambah (overlay) pada perkerasan beton tebal lapisan sekitar 2-5 inchi (5,1-12,7 yang sudah ada. cm), bergantung dari kapasitas beban yang Sampai saat ini penelitian pada dapat ditahan dan masa layan jalan serta perkerasan kaku beton dilakukan untuk kapasitas struktur jalan dimana perkerasan mengetahui peningkatan dari masa akan dilapis (kapasitas beton lama). layannya setelah dilakukan pelapisan Mayoritas umur perencanaan untuk tambah, melihat penambahan kapasitas pelapisan tambah berkisar antara 20 hingga struktur dari jalan yang lama, mengurangi 30 tahun dimana setelah umur tersebut pemakaian peralatan untuk pemeliharaan maka harus dibuat rekonstruksi untuk atau maintenance, dan juga menghemat perkerasan yang lama sehingga tidak hanya biaya pemeliharaan. dengan pelapisan tambah saja karena Dalam pelaksanaan pelapisan tambah bagaimanapun penurunan (degradasi) mutu ada beberapa hal yang wajib diperhatikan beton yang ada sangat dipengaruhi oleh antara lain penentuan mutu beton untuk berbagai faktor seperti suhu, kelembaban, pelapisan tambah, karena disyaratkan harus susut (shrinkage) dan lain-lain. sama atau mendekati mutu beton perkerasan kaku yang lama. Maka sebelum Teori Dasar pelaksanaan pelapisan tambah dilakukan sebaiknya pencampuran (ready mixed) 1. Pendahuluan beton untuk pelapisan tambah harus di tes Perencanaan perkerasan yang efektif kembali misalnya dengan tes kubus seperti adalah salah satu dari berbagai aspek lain dalam konstruksi bangunan beton, yang penting dari perencanaan jalan. kekuatan perkerasan beton yang lama serta Perkerasan adalah bagian dari jalan raya tanah dasar dari perkerasan tersebut. yang sangat penting bagi pengguna jalan. Penentuan waktu yang tepat untuk Keadaan perkerasan yang baik dapat pelaksanaan overlay sangat perlu mengurangi biaya pengguna, penundaan dijadwalkan, hal ini dilakukan untuk waktu perjalanan, tabrakan dan pemakaian menghindari dari cuaca ataupun suhu yang bahan bakar, perbaikan peralatan tidak mendukung sewaktu pelapisan kendaraan dan kemungkinan mengurangi tambah dilaksanakan, yang kemungkinan kecelakaan. Umur perkerasan secara umum besar akan membuat mutu beton untuk dipengaruhi oleh jumlah beban berat dan pelapisan tambah dapat berkurang jika repetisi dari beban berat yang terjadi, terkena air hujan ataupun suhu yang lembab seperti sumbu tunggal, ganda, tiga dan dan kurang baik. empat dari truk, bus, traktor, trailer dan Untuk pekerjaan lapis tambah dengan perlengkapannya. Lapis perkerasan pemisah (unbounded concrete) biasanya berfungsi untuk menerima dan tebal lapisan sekitar 4-11 inchi (10.2 – 27.9 menyebarkan beban lalu lintas tanpa cm ), bergantung jenis dan jumlah beban menimbulkan kerusakan yang berarti pada lalu lintas dan kondisi perkerasan beton konstruksi jalan itu sendiri sehingga akan lama. Pelapisan dengan pemisah dapat memberikan kenyamana kepada si didesain sebagai perkerasan beton yang pengemudi selama masa pelayanan jalan menerus (CRCP). Pada jenis ini pelapisan tersebut. Dengan demikian perencanaan direncanakan sebagai suatu perkerasan tebal masing-masing lapis perkerasan harus beton baru pada dasar yang kaku (rigid diperhitungkan dengan optimal. base). Pada tipe ini tidak memerlukan ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016 141 2. Struktur dan Jenis Perkerasan mempunyai fungsi structural, tetapi sebagai a. Perkerasan lentur atau perkerasan pengontrol retak. aspal (Flexible Pavement) b. Perkerasan kaku atau perkerasan d. Sambungan beton (Rigid Pavement) Sambungan pada perkerasan jalan c. Perkerasan komposit (Composite beton terdiri dari sambungan arah Pavement) melintang dan sambungan arah memanjang. Pada sambungan arah 3. Struktur dan Jenis Perkerasan Kaku melintang menggunakan besi polos (dowel) (Perkerasan Beton Semen) yang berfungsi sebagai pemindah beban a. Perkerasan beton semen (transfer loading device). Sedang pada bersambung tanpa tulangan sambungan arah memanjang menggunakan b. Perkerasan beton semen besi berprofil (deformed steel) yang disebut bersambung dengan tulangan tie bar dan berfungsi sebagai pengikat pelat c. Perkerasan beton semen menerus beton pada arah memanjang. dengan tulangan Menurut Direktorat Jenderal Bina d. Perkerasan beton semen pra-tegang Marga (1995), jenis-jenis sambungan pada perkerasan jalan beton, yaitu sambungan susut (contraction joint), sambungan muai 4. Susunan Konstruksi (expansion joint) dan sambungan a. Tanah Dasar konstruksi (construction joint). Pada perkerasan jalan beton, sebenarnya daya dukung tanah dasar tidak e. Tipe Kerusakan Pada Perkerasan begitu berperan terhadap kekuatan struktur Jalan Beton perkerasan. Hal ini disebabkan karena 1) Deformasi (deformation) kekakuan maupun modulus elastisitas pelat 2) Retak (cracking) beton yang cukup tinggi, sehingga 3) Kerusakan pengisi sambungan (joint penyebaran beban kelapisan tanah dasar seal defects) cukup luas. Menurut Road Note 29 dalam 4) Rompal/gompal (spalling) Direktorat Jenderal Bina Marga (1995:42), 5) Kerusakan bagian tepi slab (edge menetapkan untuk tanah dasar yang drop-off) mempunyai nilai CBR antara 2 % sampai 6) Kerusakan tekstur permukaan dengan 15 %, tebal pelat betonnya diambil (surface texture defects) sama. Disini menunjukkan daya dukung 7) Berlubang (pot hole) tanah yang kecil dan daya dukung tanah 8) Ketidakcukupan drainase permukaan yang besar tidak begitu berpengaruh pada perkerasan ketebalan pelat betonnya. 5. Jenis Dan Metode Penanganan b. Lapis Pondasi Pemeliharaan Yaitu lapis perkerasan yang diletakkan PPK 1 : Pengisian celah retak (crack filling) diantara tanah dasar (sub grade) dan pelat PPK 2 : penutup celah sambungan (joint beton. sealing) PPK 3 : Tambahan / Penambalan (patching), c. Pelat Beton PPK 4 : Lapis perata (leveling) PPK 5 : Penyuntikan (grouting) Pelat beton didalam perkerasan beton PPK 6 : Pengaluran (grooving) semen merupakan lapisan permukaan dan PPK 7 : Pelapisan ulang tipis (surfacing) termasuk bagian yang memegang peranan PPK 8 : Rekonstruksi Setempat (partial utama dalam struktur perkerasan. Tulangan recontrucsion) pada perkerasan beton semen tidak PPK 9 : Rekonstruksi 142 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016 6. Metode penanganan kerusakan Cs = Koefisien yang menyatakan kondisi pelat lama yang nilainya sebagai 1. Deformasi yaitu amblas (depression), Berikut : patahan (faulting), pumping dan rocking Cs = 1 untuk kondisi struktur perkerasan 2. Retak (Cracking) yaitu retak blik (block lama yang masih baik cracking) dan retak sudut (corner crack) Cs = 0.75 untuk kondisi perkerasan lama, yang baru mengalami retak awal pada Metode Analisis sudut-sudut sambungan Cs = 0.35 untuk kondisi perkerasan lama 1. Perencanaan Lapis Tambah dengan yang secara struktur Telah rusak. Metode Bina Marga 2002 Pelapisan tambahan dilakukan b. Pelapisan tambahan langsung ( apabila kondisi perkerasan jalan yang ada bonded ) sudah dianggap tidak memenuhi standar pelayanan yang diharapkan, baik itu Tr = 1.4√( 𝑇1.4− 𝐶𝑠.𝑇𝑜1.4 ) sebelum ataupun setelah mencapai target Dengan: umur rencana. Data-data yang diperlukan Tf= Tebal lapis tambahan pada pelapisan tambahan ini secara umum T = Tebal perlu berdasarkan beban sama dengan data-data yang diperlukan rencana dan daya dukung tanah untuk perencanaan jalan baru, namun perlu dasar dan atau lapis pondasi juga dilakukan survey terhadap kondisi bawah dari jalan lama sesuai perkeras jalan yang telah ada sebelumnya. prosedur yang telah diuraikan Seperti susunan material perkerasan, tebal To = Tebal pelat lama ( yang ada ) masing-masing lapis perkerasan dan Cs = Faktor yang menyatakan keadaan penilaian terhadap kondisilapis permukaan, struktur perkerasan lama, yang lapis pondasi atas maupun lapis pondasi besarnya antara 0,75-1. bawah, sehingga dapat diketahui kekuatan perkeras jalan yang telah ada.Dengan 3. Persyaratan Teknis pemberian lapis tambahan ini, diharapkan a. Tanah dasar tingkat pelayanan jalan dapat ditingkatkan b. Pondasi bawah kembali untuk memenuhi syarat standar Pondasi bawah material berbutir pelayanan yang direncanakan. Material berbutir tanpa pengikat harus memenuhi persyaratan sesuai 2. Pelapisan Tambah Perkerasan Beton dengan SNI-03-6388- 2000. Semen di atas Perkerasan Beton Persyaratan dan gradasi pondasi Semen bawah harus sesuai dengan kelas B. Dengan penyimpangan ijin 3% - 5% a. Pelapisan Tambah dengan Lapis ketebalan minimum lapis pondasi Pemisah ( Unbonded ) bawah untuk dasar dengan VBR Tƒ= √(𝑇2 −𝐶𝑠.𝑇𝑜2) minimum 5% adalah 15 cm. derajat Dengan : kepadatan lapis pondasi bawah Tf = Tebal Lapis Tambah minimum 100% sesuai dengan SNI T = Tebal perlu berdasarkan beban 03-1743-1989. rencana dan daya dukung tanah Pondasi bawah dengan bahan dasar dan lapis pondasi bawah pengikat ( BoundSub-base ) dari jalan lama sesuai dengan cara yang telah di uraikan. Pondasi bawah dengan bahan To = Tebal pelat lama ( yang ada ) pengikat (BP) dapat digunakan salah satu dari : ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016 143 1. Stabilisasi material berbutir dengan mencapai kuat tarik lentur 5-5,5 MPa (50- kadar bahan pengikat yang sesuai 55 kg/cm²). Kekuatan rencana harus dengan hasil perencanaan, untuk dinyatakan dengan kuat tarik lentur menjamin kekuatan campuran dan karakteristik yang di bulatkan hingga 0,25 ketahanan terhadap erosi. MPa (2,5 kg/cm²) terdekat. 2. Campuran beraspal bergradasi rapat Hubungan antara kuat tekan ( dense-graded asphalt) karakteristik dengan kuat tarik-lentur beton 3. Campuran beton kurus giling padat dapat didekati dengan rumus berikut : yang harus mempunyai kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari F cf = K.(F’c)0.50 dalam MPa atau minimum 5,5 MPa (55kg/cm²). F cf = 3.13K.(F’c)0.50 dalam kg/cm² - Pondasi bawah dengan Dimana : campuran beton kurus ( Lean– F’c = kuat tekan beton karakteristik Mix Concrete) 28 hari (kg/cm ²) - Campuran beton kurus (CBK) Fcf = kuat tarik lentur beton 28 hari harus mempunyai kuat tekan (kg/cm²) beton karakteristik pada umur K = Konstanta, 0,7 untuk agregat tidak 28 hari minimum (5 Mpa/50 dipecah dan 0,75 untuk agregat kg/cm²) tanpa menggunakan pecah. abu terbang, atau (7 Mpa/70 Kuat tarik lentur dapat juga kg/cm²) bila menggunakan ditentukan dari hasil uji kuat tarik be3lah abu terbang, dengan tebal beton yang dilakukan menurut SNI 03- minimum 10 cm. 2491-1991 sebagai berikut : c. Lapis Pemecah Ikatan Pondasi Bawah fcf= 1.37.fcs dalam MPa atau dan Plat fcf= 13.44.f cs dalam kg/cm² Dengan Pengertian : Tabel 1. Nilai koefisien gesekan (n) Fcs : Kuat tarik belah beton 28 hari No Lapis Pemecah Koefisien Ikatan Beton dapat diperkuat dengan serat 1 Lapis resap ikatan 1,0 baja (steel-febre) untuk meningkatkan kuat aspal diatas tarik lenturnya dan mengendalikan letak permukaan pondasi lenturnya pada campuran beton, untuk jalan bawah tol, putaran, dan perhentian bus. Panjang 2 Laburan prafin tipis 1,5 serat baja antara 15 mm dan 50 mm yang pemecah ikat bagian ujungnya melebar sebagai angker 3 Karet campuran ( A 2,0 atau sekrup penguat untuk meningkatkan chlorinated rubber ikatan. Secara tipikal serat dengan panjang curing compound ) antara 15 dan 50 mm dapat ditambahkan kedalam adukan beton, masing-masing d. Beton Semen sebanyak 75 dan 45 kg/cm³ . semen yang Kekuatan beton harus dinyatakan akan digunakan untuk pekerjaan beton dalam nilai kuat tarik lentur (flexural, harus dipilih dan sesuai dengan lingkungan strength) pada umur 28 hari, yang di dapat dimana perkerasan akan dilaksanakan. dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang 4. Lalu-lintas besarnya secara tipikal sekitar 3-5 MPa (30- Penentuan beban Lalu-lintas rencana 50 kg/cm²). Kuat tarik lentur beton yang di untuk perkeras beton semen, dinyatakan perkuat dengan bahan serat penguat seperti dalam jumlah sumbu kendaraan niaga serat baja, aramit atau serat karbon harus (commercial vehicle), sesuai dengan 144 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016 konfigurasi sumbu pada lajur rencana d. Faktor Keamanan Beban selama umur rencana. Lalu-lintas dan Tabel 3. Faktor Keamanan Beban konfigurasi sumbu, menggunakan data No Penggunaan Nilai terakhir atau data 2 tahun terakhir. FKB Kendaraan yang ditinjau untuk 1 Jalan bebas hambatan utama perencanaan perkeras beton semen adalah (major freeway) dan jalan berlajur 1,2 yang mempunyai berat minimum 5 ton. banyak yang aliran lalu-lintasnya Konfigurasi sumbu untuk perencanaan tidak terhambat serta volume terdiri atas 4 jenis kelompok sumbu yaitu kendaraan niaga yang tinggi, bila sumbu tunggal roda tunggal (STRT), menggunakan data Lalu-lintas sumbu tunggal roda ganda (STRG), sumbu dari hasil survey beban (weight- tandem roda ganda(STdRG) dan sumbu in-motion) dan adanya tridem roda ganda (STrGD) kemungkinan route alternative, maka nilai faktor keamanan a. Lajur Rencana dan Koefisien Distribusi beban dapat dikurangi menjadi b. Pertumbuhan Lalu-lintas 1,15. 2 Jalan bebas hambatan ( Freeway) 1,1 ( 1+i)UR dan jalan arteri dengan volume 𝑅 = −1 i kendaraan niaga menengah Dimana : 3 Jalan dengan volume kandaraan 1,0 R = Faktor Pertumbuhan Lalu lintas niaga rendah i = Laju pertumbuhan lalu-lintas per tahun dalam %. 5. Perencanaan Tebal Pelat UR = Umur rencana (tahun) Tebal rencana adalah tebal taksiran yang paling kecil yang mempunyai total Tabel 2. Faktor pertumbuhan Lalu-lintas tarik dan atau total kerusakan erosi lebih (R) kecil atau sama dengan 100%, langkah- langkah perencanaan tabel pelat diperlihatkan pada tabel dibawah ini. c. Lalu-lintas rencana JSKN = JSKNHx365xRxC Dengan pengertian : JSNK = Jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana. JSKNH = Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat jalan di buka. R = Faktor pertumbuhan kumulatif yang besarnya tergantung dari pertumbuhan lalu lintas tahunan dan umur rencana. C = Koefisien Distribusi kendaraan. ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016 145 Tabel 4. Langkah-langkah perencanaan tebal perkeras beton semen Langkah Uraian Kegiatan 1 Pilih jenis perkeras beton semen , bersambung tanpa ruji, bersambung dengan ruji, atau menerus dengan tulangan 2 Tentukan apakah menggunakan bahu beton apa bukan 3 Tentukan jenis dan tebal pondasi bawah berdasarkan nilai CBR rencana dan perkiraan jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana 4 Tentukan CBR efektif berdasarkan nilai CBR rencana dan pondasi bawah yang dipilih 5 Pilih kuat tarik lentur atau kuat tekan beton pada umur 28 hari (fcf). 6 Pilih faktor keamanan beban lalu-lintas (FKB). 7 Taksir tebal pelat beton (taksiran awal dangan tebal tertentu berdasarkan pangalaman atau menggunakan contoh yang tersedia atau dapat menggunakan grafik lampiran. 8 Tentukan tegangan ekivalen (TE) dan faktor erosi(FE) untuk STRT. 9 Tentukan faktor rasio tegangan (FRT) dengan membagi tegangan ekivalen (TE) oleh kuat tarik lentur (fcf). 10 Untuk setiap rentang beban kelompok sumbu tersebut, tentukan beban per roda dan kalikan dengan faktor keamanan beban (FKB) untuk menentukan beban rencana per roda. Jika beban rencana per roda ≥ 65 kN (6,5 ton), anggap dan gunakan nilai tersebut sebagai batas tertinggi 11 Dengan faktor rasio tegangan (FRT) dan beban rencana, tentukan jumlah repertisi ijin untuk fatik, yang dimulai dengan beban roda tertinggi dari jenis sumbu STRT tersebut. 12 Hitung persentase dari repetisi fatik yang direncanakan terhadap jumlah repetisi ijin. 13 Dengan menggunakan faktor erosi (FE), tentukan jumlah repetisi ijin untuk erosi 14 Hitung persentase dari repetisi erosi yang direncanakan terhadap jumlah repetisi ijin. 15 Ulangi langkah 11 sampai dengan 14 untuk setiap beban per roda pada sumbu tersebut sampai jumlah repetisi beban ijin yang terbaca pada masing-masing mencapai 10 juta dan 100 juta repetisi. 16 Hitung jumlah total fisik dengan menjumlahkan persentase fdatik dari setiap beban roda pada STRT tersebut , Dengan cara yang sama hitung jumlah total erosi dari setiap beban roda pada STRT tersebut. 17 Ulangi langkah 8 sampai dengan langkah 16 untuk setiap jenis kelompok sumbu lainnya. 18 Hitung jumlah total kerusakan akibat fatik dan jumlah total kerusakan akibat erosi untuk seluruh jenis kelompok sumbu. 19 Ulangi langkah 7 sampai dengan langkah 18 Hingga diperoleh ketebalan tertipis yang menghasilkan total kerusakan akibat fatik dan atau erosi ≤ 100% tebal tersebut sebagai tebal perkeras beton seman yang direncanakan. 6. Perencanaan Lapis Tambah dengan empiris, parameter yang di butuhkan pada Metode AASHTO 1993 perencanaan dengan menggunakan metode Salah satu metode perencanaan untuk ini antara lain adalah : tebal perkeras jalan yang sering digunakan a. Structural Number adalah AASHTO’93. Metode AASHTO’93 b. Lalu lintas ini pada dasarnya adalah metode c. Faktor Lingkungan perencanaan yang didasarkan pada metode d. Serviceability 146 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016 7. Perhitungan Beban Lalu lintas Menghitung parameter AREA sebagai berikut : Analisa struktur dan perencanaan dari 𝐷12 D24 perkeras memerlukan pengetahuan : AREA = 6 = (1+2 +2 + 𝐷𝑜 𝐷𝑜 1. Besarnya sumbu beban kendaraan D36 2 pada perencanaan lalu-lintas 𝐷𝑜 Masukan Parameter AREA sehingga 2. Berapa kali jumlah masing- didapat harga efektif dinamis k, masing kendaraan ini akan yang kemudian didapat juga nilai dipakai pada perencanaan jalur Ec D³ (dikarenakan tebal D sudah selama umur perkerasan. diketahui maka harga Ec dapat dihitung). Tabel 5. Jumlah repetisi dan beban sumbu kendaraan 10. Menentukan Nilai Dcff Dua metode yang di usulkan pada AASHTO desigh guide untuk menentukan tebal effektif yaitu dengan Condition Survey Method dan Remaining Life Method. a. Condition Survey Method (Metode Survei Keadaan ) Berdasarkan Kondisi yang ada tebal effektif dapat dihitung dengan : D cff = Fjc Fdur Ffat 8. Pelapisan Tambah Langsung b. Remaining Life Method (Metode (Bonded) Umur Sisa) Berdasarkan AASHTO 1993 unt6uk Berdasarkan persentase umur sisa pelapisan ini dapat di tuliskan persamaan yang ada pada perkeras, tebal sebagai berikut : effektif dapat di hitung dengan: Dov = A (Dr – D cff ) Dcff=CfD Dimana : Dov = Tebal lapisan tambah 11. Pelapisan Tambah dengan Pemisah perkeras (Unbonded) Dr = Tebal perkeras yang Berdasarkan AASHTO 1993 untuk diperlukan jika perkeras pelapisan dapat dituliskan persamaan baru dibangun pada sebagai berikut : subgrade lama. (D ) =(Dr)2-(Dff)2 OL 2 D cff = Tebal efektif perkeras Dimana : induk D = Tebal lapis tambah OL perkerasaan 9. Menentukan Nilai Dr Dr = Tebal perkerasaan yang diperlukan jika perkerasaan Dalam menentukan karakteristik baru dibangun pada subgrade perkeras yang ada seperti modulus dinamik lama reaksi subgrade (k), modulus elastis beton Deff = Tabel efektif dari perkeras (Ec) diperoleh dari langkah perkerasaan induk sebagai berikut : Dari deflektometer diperoleh defleksi permukaan Do , D12, D24 dan D36 pada 0, 12, 24 dan 36 inchi (0,305,610 dan 915mm) dari pusat beban ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016 147 12. Prosedur Untuk Menentukan Tabel Tabel 7. Faktor koefiensi Cd Perkerasan (Dr) pada Perkerasan Kualit Persen dari waktu Kaku berdasarkan AASHTO 1993 as perkerasan pada tingkat a. Pada Plat Beton Draina kelembapan 1.Tentukan tebal plat sekarang se Lebi 1- 5- lebih (existing) h 5% 25 besar25 2.Tentukan modulus retak kecil % % (modulus of ropture) berkisar 1% 600-800 psi Sangat 1.25 1.2 1.1 1.10 MR = 0.6√fc (MR dan fc dalam baik - 0- 5- MPa) 1.20 1.1 1.1 MR = 7.5√fc (MR dan fc dalam 5 0 Ib/in2) Baik 1.20 1.1 1.1 1.00 3.Type bahu = terikat atau tidak - 5- 0- 4.Tentukan modulus Elastis beton 1.15 1.1 1.0 (3 juta-8 juta psi) 0 0 Ec = 4730√fc (Ec dan fc dalam Sedang 1.15 1.1 1.0 0.90 MPa) - 0- 0- Ec =457.000√fc (Ec dan f c 1.10 1.0 0.9 dalam Ib/in2) 0 0 5.Menentukan faktor transper Buruk 1.10 1.0 0.9 0.80 beban , (3.2 – 4.0 untuk - 0- 0- perkerasan beton bertulang 1.00 0.9 0.8 bersambung dan, 2 – 2.6 untuk 0 0 perkerasan beton bertulang Sangat 1.00 0.9 0.8 0.70 menerus). Buruk - 0- 0- Tabel 6. Faktor transper beban 0.90 0.8 0.7 0 0 4. Kehilangan Tingkat Layan. 5. Tingkat Keandalan (Reability). - Tentukan tingkat keaadan R (80-99 persen) - Standard deviasi secara b. Pada Jalan Raya keseluruhan So sekitar 0.40 1. Menentukan Equivalent Single Axle Load (ESAL) pada waktu perencanaan. 2. Menentukan harga (k) efektif untuk tumpuan. 3. Tumpuan dan pembuangan (drainase). 148 ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016 Tabel 8. Standard deviasi Ada beberapa perbedaan diantara Persen Standard kedua metode ini, diantaranya : keandalan Deviasi 1. Lalu lintas rencana (Reliability) Normal, ZR Dalam menentukan beban lalu lintas 50 -0.000 rencana untuk perkerasan beton 60 -0.253 semen berdasarkan Metode Bina 70 -0.524 Marga 2002, dinyatakan dalam 75 -0.674 jumlah sumbu kendaraan niaga 80 -0.841 (commercial vehicle) sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana 85 -1.037 selama umur rencana. Lalu lintas 90 -1.282 harus dianalisis berdasarkan hasil 91 -1.340 perhitungan volume lalu lintas dan 92 -1.405 konfigurasi sumbu menggunakan 93 -1.476 data terakhir atau data 2 tahun 94 -1.555 terakhir, kendaraan yang ditinjau 95 -1.647 untuk perencanaan perkerasan beton 96 -1.751 semen adalah yang mempunyai berat 97 -1.881 total minimum 4 ton. Sedangkan pada 98 -2.054 Metode AASHTO 1993 lalu lintas 99 -2.327 rencana berdasarkan jumlah 99.9 -3.090 kumulatif ekivalen 80 kn (18 kip) 99.99 -3.750 beban As tunggal pada jalur lalu lintas rencana selama umur rencana. 2. Penentuanan rencana 13. Perbedaan Metode Bina Marga dan Pada penentuan beban rencana untuk AASHTO Metode Bina Marga 2002, beban Metode Bina Marga 2002 mengadopsi sumbu untuk memperoleh jumlah dari peraturan AUSTROADS total sumbu kendaraan niaga selama Pavement Design “A Guide to umur rencana hanya dikalikan faktor Struktural Design of Pavements keamamanan beban (Fkb), sedangkan (1992)” dimana peraturan ini pada AASHOTO 1993untuk menggunakan konsep pembatasan perhitungan lalu lintas rencana regangan vertikal pada subgrade yaitu jumlah kumulatif ekivalen 80 kn (18 prosedur perencanaan perkerasan kip) beban As tunggal pada jalur lalu beton semen didasarkan atas dua lintas rencana selama umur rencana model kerusakan yaitu : retak fatik dimasukan juga faktor keandalan (R), (lelah) tarik lentur pada pelat, dan Standard deviasi keseluruhan (So), erosi pada podasi bawah atau tanah dan kehilangan daya layan rencana dasar yang diakibatkan oleh lendutan (ΛPSI). berulang pada sambungan dan tempat 3. Stuktur bawah (substructure) retak yang direncanakan. Pada struktur bawah untuk perkerasan Metode AASHTO 1993 mengadopsi kaku berdasarkan Metode Bina dari konsep “The Corps of Engineer’s Marga 2002 hanya memperhitungkan concept” dimana menggunakan CBR tanah dasar dan modulus efektif konsep mevhanistic empirical dengan reaksi struktur bawah (k). Sedangkan memperhitungkan tegangan, regangan pada AASHOTO 1993 koefisien dan deformasi pada pelat beton secara drainase (cd), modulus resilien dari empirik berdasarkan statistik. lapisan struktur bawah untuk variasi musim dan kehilangan potensial ISSN 2089-2098 TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016 149
Description: