Bibliografi Karya Ulama Minangkabau Awal Abad XX Dinamika Intelektual Kaum Tua dan Kaum Muda Apria Putra Chairullah Ahmad Bibliografi Karya Ulama Minangkabau Awal Abad XX Dinamika Intelektual Kaum Tua dan Kaum Muda Komunitas Suluah (Suaka Luhung Naskah) Indonesia Heritage Centre Padang, 2011 Bibliografi Karya Ulama Minangkabau Awal Abad XX Dinamika Intelektual Kaum Tua dan Kaum Muda Penulis: Apria Putra Chairullah Ahmad Design sampul Tim Kreatif SULUAH Tata letak: Pengantar Penulis ﺪﻤﳏ ﺎﻧﺪﻴﺳ ﻰﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ ﻞﺻ ﻢﻬﻠﻟﺍ .ﻢﻴﺣﺮﻟﺍ ﻦﲪﺮﻟﺍ ﷲﺍ ﻢﺴﺑ ﲔﻌﲨﺃ ﻪﺑﺎﺤﺻﺃ ﻭ ﻪﻟﺁ ﻰﻠﻋﻭ Syukur al-Hamdulillah buku ini dapat penulis selesaikan dengan segala keterbatasannya. Adapun penulisan buku ini dimotivasi oleh keinginan untuk mengangkat kembali karya- karya klasik ulama Minangkabau, yang saat ini telah tenggelam, serta dilupakan. Banyaknya karya-karya yang lahir dari ulama- ulama Minangkabau semakin membuktikan betapa ranah ini dulunya merupakan pusat intelektual Islam sebelum datangnya era modernisasi. Dengan-nya, sebutan bahwa negeri ini merupakan “Gudang Ulama” dimasa silam terbukti benar adanya. Kemudian, bagaimana agar keadaan masa lalu itu tidak hanya sekedar jadi kenangan manis dalam memori kolektif orang banyak? Jawabnya, salah satunya dengan bercermin kepada pribadi dan karya-karya sebagai warisan tertulis dari mereka. Dan penulisan buku ini ialah langkah awal, sebagai inventarisasi karya-karya mereka yang mulanya terserak ditengah-tengah masyarakat. Meski pengumpulan dan identifikasi buku ini belumlah lengkap, sebab sangat banyak karya-karya yang belum dapat diakses, namun penulis berharap hadirnya buku ini mampu membantu para pembaca untuk mengenal karya-karya di awal abad XX, serta memberi arahan dalam memetakan pemikiran ulama-ulama tersebut, tentunya sambil mengenal kepribadian mereka masing-masing. Dalam penulisan buku ini, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada para ulama, Syekh-syekh, khalifah-khalifah dan para zurriyyat (pewaris) ulama-ulama silam yang penulis temui dilapangan. Dimana para pemangku ulama ini i telah membuka pintu selebar-lebarnya untuk penulis dalam mengakses karya-karya yang mereka warisi tersebut. Ucapan terima kasih selanjutkan penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ahmad Taufik Hidayat yang telah menyokong penulis dalam hal pengumpulan karya-karya tersebut dan telah pula berkenan memberikan pengantarkan dalam buku ini. Terima kasih kepada Dr. Danil M. Chaniago, Bapak Drs. Yulizal Yunus, M. Si (Lemlit IAIN), Dr. Zaim Rais, MA. dan Ibuk Yulfira Riza, M. Hum, atas support-nya dalam inventarisasi khazanah Ulama Minangkabau. Selanjutnya kepada tim kecil “Filologia Sastra Arab `07”, meski telah berlalu, namun pengalaman bersama dalam melanglang buana menelusuri bukit dan lembah mencari khazanah Ulama sangat berarti bagi penulis. Ucapan terima kasih selanjutnya kepada teman-teman dari Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab angkatan 2007, yang sedang berjuang menyelesaikan studi di Fakultas Adab. Selanjutnya kepada adik-adik, laskar pemburu Naskah kuno dari Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab angkatan 2009, terus berjuang, selamatkan warisan Ulama Silam. Terakhir terimakasih kepada Komunitas Suluah, tempat penulis belajar berkarya, dan The Indonesian Heritage Centre (IHC), yang telah menfasilitasi penerbitan buku ini. Penutup kalam, semua jerih payah ini dipersembahkan buat orang-orang terdekat yang penulis cintai: Ayahanda dan Ibunda, guru-guru penulis dalam lembaga formal maupun non formal, serta rekan seperjuangan Lastri Rafren dan Rizhasca Samra. Semoga bermanfaat untuk para pembaca umumnya. Palimo Indah, Padang, 23 Mei 2011 Apria Putra Chairullah Ahmad ii Kata Pengantar Oleh: Dr. Ahmad Taufik Hidayat* Dalam sekuel sejarah perkembangan Islam di ranah Minangkabau, abad XX merupakan fase penting berkenaan dengan pergolakan pemikiran dan pergerakan yang saling tumpang tindih dengan situasi politik dan pembaharuan di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Ulama sebagai sumber gagasan bagi masyarakat tentu memiliki tanggung jawab moral dalam menjelaskan aspek-aspek yang bersinggungan langsung dengan aqidah, pengamalan dan pendidikan Islam dalam situasi demikian. Dalam perspektif semacam ini jejak-jejak karya tulis ulama pada masa itu telah dicoba dipetakan lewat beberapa sumber penting. Sanusi Latif dalam disertasinya yang berjudul Gerakan Kaum Tua di Minangkabau misalnya, telah mendata ratusan karya-karya tulis ulama, baik dari kalangan kaum tua maupun kaum muda. Sebagai upaya melacak kembali gagasan dan sejarah kepenulisan para ulama pada masa itu mungkin disertasi Latif adalah yang pertama dan terpenting. Namun sayang, buku penting ini hingga saat ini belum pernah dicetak ulang dan diterbitkan, kendati kebutuhan terhadap buku ini kian dirasakan di lingkungan akademis. Alhasil, karena kebutuhan tinggi sedangkan bukunya tidak lagi beredar, banyak pihak berinisatif untuk menggandakannya dalam bentuk kopian. Ketertarikan kalangan akademis terhadap karya Ulama abad XX dilatari oleh banyak faktor. Selain untuk melengkapi bahan-bahan studi mengenai dinamika intelektual Islam pada * Dosen Sastra Arab dan Filologi Fakultas Adab, IAIN Imam Bonjol Padang. masa itu yang mungkin tidak pernah tuntas dibicarakan, barangkali juga didasari atas rasa penasaran bahwa pendataan- pendataan yang dilakukan sebelumnya masih jauh dari kategori memadai. Masih banyak karya-karya penting para Ulama yang tersebar di sejumlah lokasi dan belum terdata dengan baik. Dalam spirit semacam itu buku ini hadir. Ditulis oleh dua orang mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Adab jurusan Bahasa dan Sastra Arab: Khairullah Ahmad dan Apria Putra, buku ini ingin menjangkau karya-karya yang belum terdata dalam penelitian- penelitian sebelumnya. Lebih jauh, apa yang dilakukan oleh dua orang mahasiswa ini tidak hanya sekedar melakukan pendataan. Di dalam bibliografi ini juga dijelaskan saling keterhubungan antara satu tulisan dengan tulisan yang muncul sebelumnya, terutama dalam wacana perdebatan faham dan polemik keagamaan. Dengan keleluasaan waktu untuk melanglang berbagai tempat dan semangat untuk membangun intelektualitas, mereka melakukan pelacakan ke berbagai lokasi di wilayah Sumatera Barat, dari situs, pusat dokumentasi, informasi dari individu, laporan-laporan penelitian dan tempat-tempat lain yang diduga menyimpan koleksi-koleksi karya-karya Ulama dimaksud. Oleh karena itu, bukanlah pekerjaan mudah merangkum dan memetakan sejumlah karya tulis Ulama yang lahir pada rentang abad XX. Medan perjuangan untuk melakukan upaya itu terlalu sulit terutama dikarenakan kelangkaan sumber informasi. Pada umumnya, karya-karya Ulama pada masa itu memang telah dicetak dan bukan lagi berupa manuskrip yang ditulis dengan tangan. Tetapi dari sisi kelangkaannya, karya-karya ulama dalam bentuk cetak ini tidak kalah dibanding dengan manuskrip- manuskrip yang muncul lebih awal, yang ditulis oleh para ulama generasi sebelumnya. Oleh karenanya, sebagaimana manuskrip, upaya konservasi, pendataan dan bahkan membuat rangkumannya dalam bentuk kumpulan bibliografis seperti yang ada di hadapan pembaca sekarang, merupakan pekerjaan yang bernilai tinggi. Di lingkungan IAIN Imam Bonjol Padang, kreatifitas yang ditunjukkan oleh dua orang mahasiswa ini patut diapresiasi dan didukung secara kelembagaan, dalam upaya meningkatkan kajian di bidang-bidang sosial keagamaan, menjadikan IAIN sebagai central of excellence yang berbasis riset serta bank data bagi studi-studi keislaman di Sumatera Barat. Akhirnya secara pribadi, sebagai dosen di Fakultas Ilmu Budaya Adab, saya turut bersuka cita dengan lahirnya buku ini. Padang, 16 Mei 2011 Dr. Ahmad Taufik Hidayat, MA Daftar Isi Pengantar Penulis [i] Kata Pengantar: Dr. Ahmad Taufik Hidayat [iii] Daftar Isi [vii] Prolog [1] Bagian I Ulama, Faham Agama dan Karya Intelektual [5] Bagian II Pemetaan Karya-karya Ulama Minangkabau Awal abad XX [21] 1. Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi [22] 2. Syekh Muhammad Sa’ad Mungka [37] 3. Syekh Muhammad Dalil Bayang [44] 4. Syekh Khatib Muhammad Ali al-Fadani [49] 5. Syekh Thayyib Umar Sungayang [60] 6. Syekh Yahya al-Khalidi Magek [63] 7. Syekh Thaher Jalaluddin al-Falaki [66] 8. DR. Abdul Karim Amarullah [70] 9. Syekh Jalaluddin al-Kusai Sungai Landai [91] 10. Syekh Abdul Wahid Tabek Gadang [93] 11. Syekh Hasan Bashri Maninjau [96) 12. Syekh Muhammad Jamil Jaho [98] 13. Syekh Muhammad Jamil Jambek [105] 14. Syekh Sulaiman ar-Rasuli [110] 15. H. Abdullah Ahmad 16. Syekh Muhammad Zein Batusangkar [150] vii
Description: