ebook img

Berserah Diri Kepada Allah PDF

35 Pages·2009·0.34 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Berserah Diri Kepada Allah

Berserah Diri Kepada Allah (cid:14) (cid:3)(cid:4) (cid:5)(cid:6)(cid:7) (cid:8)(cid:9)(cid:10)(cid:11)(cid:12)(cid:13)(cid:4) (cid:2) Buku Masyarakat Muslim Dalam Perspektif Al Quran dan Sunnah [ Indonesia – Indonesian – ] (cid:15)(cid:9)(cid:16)(cid:17)(cid:18)(cid:16)(cid:19) Muhammad Ali al-Hasyimi Terjemah Mudzaffar Sahidu : Editor : Muhammad Iqbal Ghazali 2009 - 1430 (cid:14) (cid:3)(cid:4) (cid:5)(cid:6)(cid:7) (cid:8)(cid:9)(cid:10)(cid:11)(cid:12)(cid:13)(cid:4) (cid:2) (cid:4)(cid:4)(cid:4)(cid:4)ﺎﺎﺎﺎﺘﺘﺘﺘﻛﻛﻛﻛ ﻦﻦﻦﻦﻣﻣﻣﻣ ﺔﺔﺔﺔﻨﻨﻨﻨﺴﺴﺴﺴﻟﻟﻟﻟ(cid:14)(cid:14)(cid:14)(cid:14)(cid:15)(cid:15)(cid:15)(cid:15) (cid:4)(cid:4)(cid:4)(cid:4)ﺎﺎﺎﺎﺘﺘﺘﺘﻜﻜﻜﻜﻟﻟﻟﻟ(cid:14)(cid:14)(cid:14)(cid:14) ﻓﻲﻓﻲﻓﻲﻓﻲ (cid:18)(cid:18)(cid:18)(cid:18)ﻼﻼﻼﻼﺳﺳﺳﺳﻹﻹﻹﻹ(cid:14)(cid:14)(cid:14)(cid:14) ﻪﻪﻪﻪﻴﻴﻴﻴﻨﻨﻨﻨﺒﺒﺒﺒﻳﻳﻳﻳ ﺎﺎﺎﺎﻤﻤﻤﻤﻛﻛﻛﻛ ﻢﻢﻢﻢﻠﻠﻠﻠﺴﺴﺴﺴﻟﻤﻟﻤﻟﻤﻟﻤ(cid:14)(cid:14)(cid:14)(cid:14) ﻊﻊﻊﻊﻤﻤﻤﻤﺘﺘﺘﺘﺠﺠﺠﺠﻟﻤﻟﻤﻟﻤﻟﻤ(cid:14)(cid:14)(cid:14)(cid:14) (cid:26) (cid:21)(cid:9)(cid:11)(cid:9)(cid:16)(cid:17)(cid:18)(cid:16)(cid:22)(cid:4) (cid:21)(cid:23)(cid:10)(cid:13)(cid:24)(cid:25) (cid:20) (cid:1) (cid:1) (cid:2)(cid:3)(cid:4)(cid:5)(cid:6)(cid:7) (cid:8)(cid:9) (cid:10)(cid:3)(cid:11) (cid:20)(cid:21)(cid:22)(cid:11) (cid:10)(cid:23)(cid:24)(cid:4) (cid:14)(cid:18)(cid:19)(cid:17) :(cid:12)(cid:13)(cid:14)(cid:15) (cid:27)(cid:7)(cid:28)(cid:29) (cid:30)(cid:5)(cid:31) (cid:7) (cid:10)(cid:3)(cid:11) :(cid:12)(cid:25)(cid:26)(cid:7)(cid:14)(cid:17) 2009 – 1430 2 Berserah Diri Kepada Allah Arti menyerahkan kekuasaan kepada Allah Ibadah kepada Allah merupakan tujuan utama diciptakannya jin dan manusia: (cid:1)Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(cid:2) (QS. adz Dzariyaat: 56). Ibadah ini tidak bisa dilaksanakan dengan benar kecuali apabila kekuasaan (terhadap manusia ini) diserahkan kepada Allah (cid:3): (cid:1)Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. dia Telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."(cid:2) (QS. Yusuf: 40) Tidak ada hukum kecuali hukum Allah, tidak ada perintah kecuali perintah Allah, dan Allah telah memerintahkan agar tidak menyembah kecuali kepadaNya. Terlihat bahwa, pada saat redaksi ayat di atas membatasi tentang kebijakan menentukan hukum hanya kepada Allah kemudian menegaskan hal tersebut dengan dengan perintahNya, Allah tidak mengatakan: "Dia telah memerintahkan agar kalian tidak berhukum kecuali kepadaNya", akan tetapi Dia berfirman: (cid:1)Dia Telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia(cid:2) ini adalah dalil bahwa menerapkan hukum Allah adalah ibadah, dan ibadah adalah menerapkan hukum Allah. Jadi ibadah kepada Allah tidak benar apabila hukum dan perundang-undangan diserahkan kepada selain Allah. Dan hakikat ini termasuk masalah yang telah maklumi secara aksiomatis di dalam urusan agama ini. Islam telah mencabut hak untuk membuat sebuah aturan dari tangan manusia; karena Allahlah yang berhak membuat syari'at, dan ini termasuk salah satu keistimewaan masyarakat muslim. Hal ini, karena masyarakat yang syari'atnya dari Allah, di mana semua manusia adalah hamba Allah, tidak mungkin di dalam syari'atNya ada kekurangan, atau kezaliman satu 3 kelompok atas yang lain, atau satu golongan atas golongan yang lain, karena Allah tidak mungkin memihak kepda salah satu golongan. Namun apabila hak membuat undang-undang ada di tangan manusia, maka tidak ada seorangpun yang bisa menjamin kalau para pembuat undang- undang tersebut terbebas dari pengaruh tendensi, kepentingan, ambisi dan hawa nafsu, baik para pembuat undang-undang itu adalah kapitalits, komunis, sosialis, sekuler atau yang lainnya, dan apakah mereka dari kelas atas maupun kelas menengah. Faktor inilah yang akan menciptakan terwujudnya keadilan dalam bentuknya yang paling tinggi, yang akan tercermin di dalam masyarakat muslim, yaitu sebuah masyarkat di mana Allahlah yang membuat undang- undang untuk para hambaNya, bukan manusia membuat undang-undang untuk golongan manusia lainnya. Inilah wujud penyerahan kekuasaan kepada Allah, yaitu kekuasaan dalam membuat perundang-undangan yang memerintah dan melarang, yang menghalalkan dan mengharamkan. Yang mempunyai hak prerogatif dalam memerintah dan mewajibkan kepada seluruh makhluk. Ia adalah kewajiban yang bersifat pasti dan mutlak yang tidak boleh dilanggar oleh seorang muslim, yang baik pemahamannya terhadap Islam dan hatinya penuh dengan iman. Keraguan yang dibuat oleh orang-orang kafir dan bodoh Orang-orang sekuler, ateis, dan orang-orang Islam yang bodoh berusaha menciptakan keraguan terhadap hakikat ini, mereka menganggap bahwa dia bersumber dari pendapat dan ijtihad para pemikir Islam moderen. Anggapan mereka ini telah dibantah oleh Dr. Yusuf al Qardhawi dalam bukunya: Malamihul Mujatama'il Muslimi lazdi Nunsyiduhu1 beliau berkata: "Sebagian orang menyangka bahwasanya pemikiran ini merupakan hasil pemikiran al Maududi di Pakistan, atau sayyid Quthb di Mesir, sebenarnya pemikiran ini bersumber dari ilmu (ushul fiqh) Islam. Para ulama ushul fiqh telah menyebutkan masalah ini dalam pembahasan tentang ( (cid:1)(cid:2)(cid:3)(cid:4)اatau Hukum) di dalam pengantar ilmu ushul fiqh, dan pada pembahasan 1 Terjemah judul buku di atas adalah: Karekteristik masyarakat muslim yang kita idamkan. Pen. 4 tentang ( (cid:1)آ(cid:8)(cid:3)(cid:4)ا atau al hakim) siapa Dia?. Mereka semua sepakat bahwa yang dimaksud dengan kata al hakim (pembuat undang-udang) adalah Allah, yakni satu-satunya Zat yang memiliki hak secara mutlak untuk membuat aturan bagi para hambaNya, bahkan golongan muktazilahpun tidak berbeda pendapat dalam hal ini, sebagaimana dijelaskan oleh komentator buku (musallam ats tsubuut), buku ini termasuk di antara buku-buku ushul fiqh yang terkenal. Bukti bahwa prinsip ini ditetapkan dengan al-Qur'an dan hadits sangat jelas. Sebagian telah kami sebutkan di dalam penjelasan tentang wajibnya menerapkan hukum yang diturunkan oleh Allah. Dan menerapkan hukum yang datang dari Allah bukan berarti menghilangkan peran manusia, karena manusialah yang memahami nash-nash yang ditujukan kepadanya, mengambil kesimpulan darinya, dan mengisi kekosongan yang terdapat pada masalah yang tidak ada nash padanya, yang juga disebut dengan (Manthiqotul Afwu atau wilayah yang dimaafkan) ia adalah sebuah wilayah pembahasan yang luas, yang sengaja dibiarkan oleh Allah karena kasih sayangNya kepada kita dan bukan karena lupa. Di sisi inilah akal manusia bebas bergerak, dan berijtihad dalam batas-batas (yang telah ditetapkan oleh ) nash-nash dan prinsip-prinsip syara'" (2). Wujud penyerahan kekuasaan kepada Allah Masyarakat muslim yang benar adalah masyarakat yang meyakini bahwa kekuasaan hanya milik Allah, dimana komunitasnya tunduk kepada ajaran tauhid, aqidah Islam, yaitu aqidah yang tinggi dan tidak ada yang melebihi ketinggiannya. Dan Masyarakat muslim ini menghormati serta mensucikan aqidah tersebut, juga hukum-hukumnya tertanam di dalam akal, hati dan ruh. Di atas pondasi inilah generasi muslim dididik. Sementara nilai- nilai, hukum-hukum dan norama-normanya tercermin jelas di dalam berbagai lembaga kemasyarakatan, seperti mesjid, sekolah-sekolah, media cetak, siaran radio dan telivisi serta berbagai media massa lainnya. Dia diterapkan di dalam tata peradilan, di mana hukum-hukumnya berlaku dalam segala segi kehidupan baik pendidikan, pemikiran, sosial, politik dan (2) malamih al mujtama' al muslim alladzi nunsyiduhu: 25, 26. 5 ekonomi, sehingga setiap penduduk dalam masyarakat muslim merasa bahwasanya ia diatur dengan syari'at Islam dan bernaung di bawahnya. Kewajiban menerapkan hukum Allah Ayat-ayat al-Qur'an datang silih berganti menegaskan tentang kewajiban menerapkan hukum yang diturunkan oleh Allah, di antaranya, firman Allah (cid:4): (cid:1)Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang Telah Allah wahyukan kepadamu, (cid:2) (QS. an Nisaa': 105) (cid:1)Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang Telah diturunkan Allah kepadamu. (cid:2) (QS. al Maidah: 49) (cid:1)Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (cid:2) (QS. al Maidah: 50) Kewajiban menerapkan hukum yang diturunkan oleh Allah telah berlaku sejak dahulu kala, yang telah diserukan oleh semua rasul kepada kaum mereka. Ketika al-Qur'an berbicara tentang ahli kitab, dia menetapkan hukum kafir secara umum bagi setiap orang yang tidak menerapkan hukum yang diturunkan oleh Allah: (cid:1)… Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (cid:2) (QS. al Maidah: 44) (cid:1)Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (cid:2) (QS. al Maidah: 45) (cid:1)Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (cid:2) (QS. al Maidah: 47) Dan penggunaan kata (al kafiruun) (adz dzalimuun) (al fasiquun) menunjukkan bahwa makna antara kata-kata di atas saling berdekatan, karena Allah (cid:4) berfirman: (cid:1)Dan orang-orang kafir Itulah orang-orang yang zalim. (cid:2) (QS. al Baqarah: 254) 6 Di ayat lain Allah berfirman: (cid:1)Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik. (cid:2) (QS. an Nuur: 55) Dihukumi kafir karena mengingkari ketuhanan Allah pada saat syari'atnya ditolak. Dan dihukumi zalim karena membawa manusia kepada selain syari'at Allah serta menyebarkan kerusakan dalam kehidupan mereka. Juga disebut fasik karena keluar dari manhaj Allah dan mengikuti jalan yang lain. Semua ini adalah sifat yang bisa membawa seseorang kepada kakafiran. Taat kepada rasul termasuk taat kepada Allah Di dalam masyarakat muslim, menerapkan hukum dengan apa yang disyari'atkan oleh Allah melalui wahyu kepada rasulNya merupakan kewajiban yang pasti, maka dengan demikian ketaatan kepada rasulullah termasuk ketaatan kepada Allah (cid:3): (cid:1)Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia Telah mentaati Allah.(cid:2) (QS. an Nisaa': 80) Dan perintah Rasul bersifat wajib bagi orang-orang yang beriman, karena hal itu perintah Allah: (cid:1)Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata.(cid:2) (QS. al Ahzab: 36) Bahkan Allah (cid:4) menjadikan menerima keputusan Rasulullah (cid:5) adalah syarat keimanan bagi orang-orang yang mengadukan persoalan mereka kepada beliau (cid:5), dan sikap tidak merasa keberatan dan tidak ragu-ragu dalam menerima keputusan beliau: (cid:1)Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa di dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya(cid:2) (QS. an Nisaa': 65) Kebutuhan manusia pada syari'at rabbani Hal ini karena syari'at Islamlah yang mengatur perjalanan hidup di dalam masyarakat muslim dan dialah yang menciptakan keadilan di antara manusia, menjamin bagi mereka keamanan, keselamatan dan ketentraman: 7 (cid:1)Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan(cid:2) (QS. al Hadid: 25) (cid:1)Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang Telah Allah wahyukan kepadamu, (cid:2) (QS. an Nisaa': 105) Kebutuhan manusia kepada manhaj rabbani yang bersih dari kesesatan, kebodohan, hawa nafsu dan syahwat manusia sangatlah tinggi, namun semua itu tidak bisa dicapai kecuali dengan menegakkan syari'at ini, syari'at yang dipelihara oleh Allah dari pengaruh revisi dan perubahan, sebagaimana diakui oleh para peneliti yang obiektif, yang berasal dari berbagai macam bangsa, madzhab dan agama. Tidak ada paksaan dalam beragama Walaupun syari'at Islam mempunyai kedudukan yang tinggi, yang telah dianugrahkan oleh Allah bagi syari'at yang toleran ini, dan memiliki nilai suci yang meliputinya, akan tetapi Allah tidak memaksa seseorangpun dari makhlukNya untuk memeluknya tanpa (dilandasi) sikap yakin, ridha dan menerima. Allah (cid:4) berfirman: (cid:1)Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.(cid:2) (QS. al Baqarah: 256) Penguasa di dalam masyarakat muslim Seorang penguasa di dalam masyarakat muslim, bagaimanapun kedudukan dan posisinya secara konstitusional bukanlah pembuat undang- undang, akan tetapi ia hanya pelaksana bagi syari'at Islam yang terkandung dalam al-Qur'an dan hadits Nabi, kekuasaannya pada sebagai eksekutif bukan legislatif; karena di dalam Islam, kekuasaan membuat perundang— undangan hanya dimiliki oleh Allah (cid:4). 8 Segala bentuk Penambahan, penggantian, perubahan, membuat kalimat yang mutlak dan terbatas di dalam nash-nash syari'at telah terhenti setelah sayri'at ini disempurnakan, berdasarkan firman Allah (cid:4): (cid:1)Pada hari ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu … (cid:2) (QS. al Maidah: 3) di akhir hidup nabi (cid:5), menjelang berpulangnya beliau kepada Allah (cid:4), serta terputusnya wahyu. Para khalifah, prisiden dan semua pejabat negara di dalam Islam tidak lain hanyalah pelaksana dan penerap perintah Allah dan rasulNya yang tertuang di dalam nash-nash syari'at yang khusus maupun yang umum dari al-Qur'an dan hadits. Bahkan, ijtihad yang baru pada beberapa persoalan dan perkara yang baru muncul, yaitu perkara yang tidak ada nashnya di dalam syari'at, tidak dikatakan membuat syari'at di dalam pandangan Islam, akan tetapi dia merupakan penerapan bagi nash-nash syari'at yang umum, dan kaidah-kaidah qiyas, istihsan dan istishlah yang bersumber dari nash- nash syari'at. Ia merupakan implementasi bagi kaidah syari'at dan tujuan syari'at sesuai dengan tuntutan zaman, yang mana sarana dan metode bisa berubah antara satu waktu dengan yang lain. Ijtihad harus dilakukan pada persoalan-persoalan yang tidak ada nashnya, baik di dalam kehidupan induvidu maupun masyarakat, dan pada masalah yang nashnya merupakan pedoman yang umum dan kaidah yang bersifat universal, yang bisa di manfaatkan untuk berijtihad, serta meliputi masalah yang kecil dan rinci. Dan ijtihad ini harus dilakukan dalam bingkai petunjuk al-Qur'an dan hadits serta tujuan syari'at yang mulia, dan dilakukan oleh orang-orang khusus, yaitu para ulama yang memenuhi syarat untuk berijtihad, dan tidak boleh dikuasai (secara negatif) oleh orang-orang yang memegang kekuasaan. Apabila terjadi perbedaan pendapat, maka diputuskan dengan musyawarah setelah persoalannya dikembalikan kepada Allah dan rasulNya: (cid:1)Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),(cid:2) (QS. an Nisaa': 59) Syari'at Islam adalah hukum-hukum yang bersifat objektif, dimana setiap muslim bisa merujuk kepadanya, ia tidak dimonopoli oleh kelompok tertentu. Di dalam Islam tidak ada istilah rijal diin (tokoh agama) seperti yang terdapat di dalam agama Kristen, ia adalah syari'at yang jelas dan mudah, 9 tidak ada teka-teki dan misteri, ia disampaikan oleh al-Qur'an yang mulia dan hadits yang suci, tidak ada tempat bagi seseorang untuk memonopoli pemahaman dan penafsirannya, baik pemerintah maupun para ulama, setiap insan muslim yang memiliki kunci ilmu agama bisa memahami hukum Allah yang tertuang di dalam syari'atnya. Hubungan yang mengikat masyarakat muslim Apabila Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, setelah membekali mereka dengan kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan buruk, sebagaimana membekali mereka dengan kebebasan untuk memilih, bekehendak dan berilmu pengetahuan, maka Allah telah menjadikan orang-orang mukmin sebagai khlaifah bagi agama Allah untuk melaksanakan syari'atNya, agama Allah yang terakhir adalah Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad (cid:5), dan umat Islam adalah umat yang dijadikan oleh Allah sebagai khalifah untuk menegakkan Islam di muka bumi. Dan negara Islam ditegakkan untuk mewujudkan kekhalifahan ini agar mendapat ridha Allah dan menjadi kebahagiaan bagi manusia. Oleh karena itulah, maka hubungan yang mengikat masyarakat muslim adalah hubungan akidah dan agama, bukan hubungan tanah dan debu, dimana di dalam negara tersebut telah melebur semua ras, tanah air, bahasa, warna kulit dan semua ikatan yang tidak ada hubungannya dengan hakikat manusia. Hubungan yang mengikat masyarakat muslim adalah hubungan yang bersifat komitmen kepada akidah keimanan dan syari'at yang telah bumikan, bukan hubungan nasab, kabilah, dan ras. Oleh karena itulah, negara Islam adalah negara aqidah dan syari'at, yaitu sebuah negara yang terbuka bagi setiap orang yang beriman kepada kebenaran aqidah dan syari'at ini, bukan negara yang dibentuk karena ikatan kebangsaan, tanah air, dan bukan pula negera yang dibentuk karena ada ikatan jenis dan kesukuan. Dia adalah negera yang merupakan wujud pilihan manusia terhadap sistem robbani. Perbedaan antara system pemerintahan di dalam masyarakat dan system pemerintahan lainnya 10

Description:
Tidak ada hukum kecuali hukum Allah, tidak ada perintah kecuali bahwa kekuasaan hanya milik Allah, dimana komunitasnya tunduk kepada.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.