ebook img

batu silindris dan budidaya tebu di banten, batavia, dan sekitarnya pada abad ke 17—18 cylindric PDF

12 Pages·2016·0.4 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview batu silindris dan budidaya tebu di banten, batavia, dan sekitarnya pada abad ke 17—18 cylindric

BATU SILINDRIS DAN BUDIDAYA TEBU DI BANTEN, BATAVIA, DAN SEKITARNYA PADA ABAD KE 17—18 CYLINDRIC STONE AND SUGAR PLANTATION AROUND BANTEN AND BATAVIA FROM THE 17-18th CENTURY Libra Hari Inagurasi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jalan Raya Condet Pejaten No. 4, Jakarta Selatan; email: [email protected] Diterima 4 Desember 2014 Direvisi 27 Maret 2015 Disetujui 10 April 2015 Abstrak. Banten dan Batavia adalah contoh dua kota pada abad ke-17 -18 yang memproduksi gula dari bahan baku tebu. Pembuatan gula di Banten dan Batavia dilakukan oleh orang-orang Cina.Tujuan dari tulisan ini adalah memberikan gambaran tentang peralatan yang digunakan untuk menggiling tebu beserta lokasi-lokasinya di Kota Banten, Batavia, dan sekitarnya abad ke-17-18. Adapun tahap-tahap dalam penulisan ini adalah deskripsi terhadap data arkeologi dan penelusuran literatur. Hasil dari penelitian ialah diketahuinya alat yakni batu untuk menggiling tebu dinamakan molen di Museum Situs Banten Lama, Museum Sejarah Jakarta, dan di Kalapadua, Tangerang. Tempat-tempat penggilingan tebu di Banten berada di pemukiman orang Cina seperti Pabean dan Pamarican, adapun di Batavia berada di Ommelanden, misalnya di tepi Sungai Ciliwung. Dalam pembahasan, batu-batu penggilingan tebu yang telah ditemukan tersebut diperbandingkan dengan batu sejenis yang terdapat di Museum Gula di Klaten, Jawa Tengah, guna direkonstruksi cara penggunaannya. Adapun kesimpulan dari tulisan ini Banten dan Batavia abad ke-17-18 menjadi pusat produksi gula di belahan barat Pulau Jawa menggunakan alat dibuat dari bahan batu berbentuk silindris (molen). Kata kunci: tebu, Banten, Batavia, batu silindris Abstract. Banten and Batavia are two cities which produced sugar from sugar cane feedstock during the 17-18th century. The manufactures of sugar in Banten and Batavia were conducted by Chinese. This paper aims to describe the equipments for grinding sugar cane and locations of manufactures not only in Banten and Batavia, but also its surroundings. The method used is description of the archaeological data and literature study. The result shows that there is a stone tool for grinding sugar cane called molen which are being collection at Banten Lama Site Museum, Jakarta History Museum, and in Kalapadua, Tangerang. The sugar mill in Banten were located in Chinatown, such as Pabean and Pamarican, while in Batavia were located in Ommelanden, on the Ciliwung riverbanks. In the discussion, the grinding stones have been compared to similar objects from Sugar Museum in Klaten, Central Java, for reconstruction how the use of tool. It can be concluded that during 17-18th century, Banten and Batavia have become the center of sugar production in western Java, and had been using the cylindrical stone for grinding tool. Keywords: sugar cane, Banten, Batavia, cylindrical stone PENDAHULUAN makanan. Selain sebagai bahan pemanis, gula tebu juga berperan penting bagi tubuh manusia Tanaman tebu (Saccharum officinarum), karena memberi energi (Rini 1999: 71). merupakan tanaman penting bagi manusia karena Sehubungan dengan pentingnya tanaman tebu, menjadi salah satu bahan baku untuk pembuatan maka manusia menciptakan benda atau alat untuk gula. Gula yang dihasilkan dari tebu digunakan menghasilkan gula tebu. Usaha budidaya tebu sebagai bahan pemanis pada minuman dan sebagai bahan baku pemanis makanan dan Batu Silindris dan Budidaya Tebu di Banten, Batavia, dan Sekitarnya-Libra Hari Inagurasi (27-38) 27 minuman telah dilakukan manusia sejak masa menggunakan bahan baku tebu yang dilakukan lampau dari zaman ke zaman. Kilang, merupakan oleh orang-orang Cina. Mata pencaharian orang- sebuah jenis minuman dari tebu yang telah orang Cina di Kota Banten dan Batavia adalah dikenal pada masa pemerintahan Raja Balitung pedagang dan pembuat gula (Reid 2011: 41-42). abad ke-9 Masehi dan Majapahit abad ke-14 Berbagai aspek tentang Kota Banten dan Masehi. Kitab-kitab yang menyebutkan kilang Kota Batavia telah banyak ditulis, misalnya tentang ialah Kitab Ramayana pupuh XXV: 9, perniagaan, kemajemukan masyarakatnya, dan Sumanasantaka pupuh XXXVIII: 1, dan tata kota. Hasil-hasil penelitian tersebut Negarakertagama pupuh LXXX: 3 (Nastiti 1989: memberikan gambaran bahwa keduanya 83-95). Selain disebutkan pada kitab, gambaran berkembang sebagai pusat pemerintahan, tebu pada masa Hindu-Buddha juga dipahatkan perdagangan, dan pemukiman berbagai etnis. pada Candi Borobudur. Relief Candi Borobudur Kota Banten dan Batavia merupakan tempat pada cerita Karmawibhangga, panil seri o nomer persinggahan dan bermukimnya para pedagang 105 dan nomer 117. Panil seri o nomer 105 dari berbagai penjuru, baik pribumi, Eropa, Arab, menggambarkan sebuah pertapaan, empat orang dan Cina. Banten juga merupakan daerah resi sedang bertapa, di sekitarnya terdapat penghasil rempah lada (Tim Penelitian 2004: 2). tanaman tebu. Panil seri o nomer 117 Namun demikian, hal-hal yang berurusan dengan menggambarkan seorang wanita sedang duduk peralatan pembuatan gula tebu di Banten, Batavia, di sebuah tempat dan seorang tukang rumput dan sekitarnya kurang mendapat perhatian, duduk di bawah pohon sukun, di dekatnya sehingga sedikit dibahas. Berpijak dari latar terdapat serumpun pohon tebu (Eriawati 1990: 184- belakang tersebut maka selanjutnya 188). permasalahan yang diajukan adalah peralatan apa Memasuki masa perkembangan Islam dan yang digunakan dalam pembuatan gula tebu dan kehadiran orang-orang Belanda di kepulauan di mana lokasi-lokasi budidaya tebu di Batavia Indonesia pada abad ke 16-17 Masehi, budidaya dan Banten? Peralatan dalam budidaya tebu tanaman tebu semakin dikenal luas, terutama di penting diungkap karena Banten dan Batavia pusat-pusat pemukiman sepanjang wilayah tercatat sebagai daerah-daerah penghasil gula pesisir utara Pulau Jawa. Sebagai contoh adalah tebu yang merupakan komoditas perdagangan di Jepara, Pekalongan, Batavia, dan Banten (Niel (Haan 1935: 323-324; Lombard 2005: 65). Adapun 2005: 133-153). Kota Banten dan Batavia tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan merupakan dua buah kota penting di pesisir utara pengetahuan tentang teknologi penggilingan tebu Jawa belahan barat yang tumbuh sejak abad ke- di Banten, Batavia, dan sekitarnya abad ke 17-18 16 dan ke-17 Masehi. Kota Banten merupakan Masehi. pusat Kesultanan Banten, berada di sekitar Benteng Surosowan yang saat ini dikenal dengan METODE nama Banten Lama. Adapun Batavia merupakan sebuah kota, pusat perdagangan VOC Metode yang digunakan dalam tulisan ini (Vereenigde Oost Indische Compagnie), yang adalah deskriptif, historis, dan komparatif. Data dibangun oleh pedagang-pedagang Belanda arkeologi yang digunakan dalam tulisan ini pada awal abad ke-17 Masehi, berciri kolonial diperoleh melalui survei di beberapa situs di Eropa Belanda. Letak Kota Banten dan Batavia Banten: penelitian di Museum Gula, Klaten, Jawa memiliki persamaan, berada di tepi pantai, tepi Tengah, peninjauan pada Museum Sejarah muara sungai, menghadap ke laut Jawa. Lokasi Jakarta, dan studi pustaka. Data arkeologi yang Kota Banten berada tepi muara Sungai Cibanten, telah terkumpul tersebut dideskripsi, adapun lokasi kota Batavia berada di tepi muara diperbandingkan, kemudian disintesakan dengan Sungai Ciliwung. Tercatat bahwa di Kota Banten sumber tertulis. dan Batavia telah dikenal pembuatan gula 28 Naditira Widya Vol. 9 No. 1 April 2015-Balai Arkeologi Banjarmasin HASIL DAN PEMBAHASAN Museum Situs Banten Lama yang berada di kawasan situs Banten Lama. Data kedua adalah Batu-Batu Silindris di Museum Situs Banten batu yang terdapat di Kampung Melayu, Desa Lama, Museum Sejarah Jakarta, dan Sekitarnya Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Data ketiga batu koleksi Museum Data dalam tulisan ini terdiri dari batu-batu Sejarah Jakarta atau Museum Fatahilah berada silindris berjumlah tujuh buah yang ditemukan di di kawasan situs Kota Tua Batavia, Jakarta. tiga lokasi. Data pertama berupa batu koleksi Pemilihan tiga buah data berdasarkan jenis benda yang ditemukan berupa batu-batu memiliki ciri khas yang unik, dan lokasi-lokasi ditemukannya benda tersebut yang merupakan situs-situs penting berasal dari masa perkembangan kota-kota pengaruh Islam dan kolonial Eropa. sumber: dok. Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional sumber: dok. Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional sumber: dok. Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional sumber: dok. Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional Gambar 3 (atas) dan 4 (bawah). Batu-batu silindris di Kampung Melayu, Desa Pangkalan, Gambar 1 (atas) dan 2 (bawah). Batu-batu Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. silindris di halaman Museum Situs Banten Lama. Batu Silindris dan Budidaya Tebu di Banten, Batavia, dan Sekitarnya-Libra Hari Inagurasi (27-38) 29 Data pertama adalah tiga buah batu Kabupaten Tangerang, posisinya di antara Banten ditempatkan di halaman depan Museum Situs dan Jakarta. Nama Teluk menunjukkan Banten Lama, berbentuk silindris, memiliki gerigi keletakannya yang berada di sekitar pantai, yakni yang dipahatkan pada salah satu bagian ujung pantai utara kawasan Tangerang. atau tepian mengelilingi lingkaran batu. Batu Data ketiga berupa dua buah batu silindris silindris dibuat dari bahan batu granit dengan ditempatkan secara terpisah, tertata rapi, di permukaan yang halus. Satu di antara ketiga buah halaman belakang Museum Sejarah Jakarta atau batu berukuran tinggi 65 centimeter, garis tengah Museum Fatahilah. Batu-batu silindris pada 71 centimeter. Gerigi berjumlah 13 buah, Museum Sejarah Jakarta memiliki ciri-ciri silindris, dipahatkan mengelilingi lingkaran batu pada salah bergerigi dan melingkar pada salah satu ujung satu ujung atau sisi tepi batu. Di atas deretan batu, memiliki lubang pada bagian permukaan pahatan gerigi terdapat sebuah lubang dengan dan bagian samping batu. Bentuk dan bahan batu garis tengah 6 centimeter yang tembus ke dua memiliki kemiripan dengan batu yang terdapat di sisi batu. Sebuah lubang berbentuk segi delapan Museum Situs Banten Lama dan di Teluk Naga, dengan kedalaman 18 centimeter terdapat di Tangerang (lihat gambar 5). Museum Sejarah bagian tengah salah satu permukaan batu (lihat Jakarta merupakan sebuah museum besar yang gambar 1 dan 2). Nampaknya lubang tersebut berada di kawasan situs Kota Tua (Batavia) menjadi tanda batu bagian permukaan atau atas. Jakarta. Museum tersebut menyimpan benda- Selain tiga batu silindris bergerigi tersebut benda yang merupakan bukti-bukti materi dari terdapat pula batu-batu lainnya, berbentuk bulat aktivitas yang berlangsung di Kota Tua Batavia namun lebih rendah dan lebar. Batu-batu sampel sejak abad ke-17 hingga abad ke-20 Masehi, di pertama tersebut tertata rapi, merupakan benda antaranya adalah batu silindris. materi yang sudah berpindah dari tempat asalnya, sudah tidak insitu. Informasi yang rinci mengenai Batu Silindris dalam Konteks Budidaya Tebu asal-usul batu-batu tersebut memang sangat di Banten dan Batavia Abad ke 17—18 MASEHI terbatas. Informasi yang diperoleh adalah bahwa batu tersebut berasal dari Pacinan dan Pamarican, Budidaya tebu yang dimaksudkan dalam di situs Banten Lama (Tim Penelitian 2007: 31). tulisan ini adalah hal-hal yang berkenaan dengan Pacinan dan Pamarican merupakan sebuah upaya manusia memberdayakan tanaman tebu toponim di situs Banten Lama. Pacinan untuk diolah menjadi barang jadi yakni gula yang menunjukkan nama tempat pemukiman orang- memiliki nilai lebih. Tanaman tebu dibudidayakan orang Cina, sedangkan Pamarican menunjukkan karena diambil zat gula, sukrosa yang terkandung nama tempat untuk penyimpanan lada (Tim di dalamnya untuk diolah menjadi gula. Tanaman Penelitian 2004: 18). tebu merupakan suatu jenis rumput besar atau Data kedua berupa batu-batu yang ditemukan rumput raksasa yang tumbuh tegak berumpun di Tangerang, tepatnya di Kampung Melayu, Desa lebat, batang berbuku-buku berwarna hijau, Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten kuning, atau keunguan, permukaan berlilin, tinggi Tangerang, berjumlah tiga buah. Data kedua tanaman mencapai 6 meter. Batangnya tampak memiliki ciri-ciri batu berbentuk bulat silindris, seperti bambu tetapi padat dan kulit luarnya keras bergerigi, dan berlubang pada ujung dan melingkupi bagian tengah yang berserat. Garis permukaannya. Adapun posisi batu roboh tidak tengah batang mencapai 10 centimeter, beraturan, tidak tertata (lihat gambar 3 dan 4). berbentuk silindris, padat tidak memiliki rongga, Dilihat dari posisi batu yang tidak beraturan, dan mengandung cairan yang manis. Batang tebu diduga keberadaan batu-batu data kedua mengandung cairan manis yang ketika dikunyah tersebut adalah insitu, berada di tempat asalnya dan dihisap terasa khas dan sedap. Daunnya (Tim Penelitian 2007: 31). Keletakan wilayah menggaris berbentuk seperti pita, panjangnya Kecamatan Teluk Naga, berada di bagian utara mencapai 1,25 meter dan lebarnya 5 centimeter. 30 Naditira Widya Vol. 9 No. 1 April 2015-Balai Arkeologi Banjarmasin Bunganya berwarna putih tersusun (Sulistiarini dan jumlah pabrik. Berkurangnya jumlah pabrik yakni Djajadireja 2004: 146-147). pada tahun 1738 jumlah pabrik adalah 80 buah, Dalam kehidupan masyarakat Kota Banten tahun 1750 terdapat 66 buah pabrik, tahun 1765 dan Batavia gula tebu memiliki nilai ekonomi, gula jumlah pabrik 80 buah, tahun 1769 buah pabrik, tebu telah menjadi komoditas penting dalam dan pada tahun 1786 jumlah pabrik berkurang perdagangan global di Asia abad ke 17-18 menjadi tinggal 44 buah (Haan 1935: 324). Masehi. Pola perdagangan di Asia pada abad Penurunan produksi gula tebu menyebabkan ke 17-18 Masehi adalah pertukaran komoditas pemberontakan Cina di Batavia pada tahun 1740. perdagangan yang dihasilkan daerah-daerah Asia Adriaan Valckenier merupakan seorang saudagar Tenggara misalnya Vietnam, Kamboja, dan (pedagang) yang menjabat sebagai gubernur Indonesia, dengan komoditas perdagangan yang jenderal pada tahun 1737-1741 dan berkedudukan dihasilkan Cina dan Jepang. Asia Tenggara di Batavia. Masa kepemimpinannya produksi merupakan kawasan penghasil komoditas bahan gula tebu di Batavia mengalami kemunduran. mentah seperti rempah-rempah, kayu-kayu yang Akibat menurunnya produksi gula orang-orang harum baunya, damar, kulit penyu, mutiara, kulit Cina, para pekerja gula tebu yang kehilangan rusa, dan gula. Adapun Cina, India, dan Jepang pekerjaan menganggur. Gubernur Jenderal adalah penghasil barang pabrikan seperti tekstil Adriaan Valckenier membuat kebijakan orang- (sutra), keramik, tembaga, dan perak. Komoditas orang Cina pekerja gula tebu di Batavia yang Vietnam, Kamboja, dan Indonesia dipertukarkan menganggur akan dikirim ke Ceylon (Srilanka) dengan komoditas Cina, India, dan Jepang. Gula untuk bekerja di perkebunan. Kebijakan tersebut termasuk salah satu komoditas dari Asia Tenggara ditolak oleh orang-orang Cina karena khawatir pada abad ke 17--18 Masehi. Salah satu daerah ketika dikirim ke Ceylon mereka akan penghasil gula adalah Batavia. Gula berasal dari ditenggelamkan di laut. Orang-orang Cina Batavia diekspor ke Cina dan Jepang (Reid 2011: memberontak pada tahun tanggal 8-10 Oktober 25, 30-31, 41-42). 1740, membuat kegaduhan di Kota Batavia. Oleh Orang-orang Belanda menemukan sebuah karena pemberontakan orang-orang Cina sulit Pecinan di Kota Batavia pada tahun 1611 yang diatasi, maka oleh gubernur jenderal diperintahkan kehidupan masyarakatnya sudah mapan dan agar mereka dibunuh (Lohanda 2007: 108-111; makmur, di sana mereka membangun sebuah loji Museum Sejarah Jakarta 2007: 12). yang pertama. Masyarakat Cina tersebut di bawah Daerah penghasil gula tebu selain Batavia kekuasaan nakhkoda Wattingh. Mereka adalah Banten. Kota Banten sekitar tahun 1600 mengkhususkan diri dalam pekerjaan berdagang memiliki sebuah pasar berada di luar tembok kota beras dan membuat gula tebu. VOC menyadari sebelah timur dekat laut. Para pedagang di pasar bahwa usaha pembuatan gula oleh orang-orang tersebut terdiri dari pedagang asing dan Cina tersebut memberi keuntungan. Sehubungan domestik. Pedagang asing di pasar Kota Banten dengan itu VOC membuat ketetapan bahwa gula di antaranya orang Portugis, Arab, Turki, Cina, di Batavia wajib dijual kepada VOC, dilarang Keling, Pegu, Melayu, Bengala, Gujarat, Malabar, menjual kepada pihak lain, harga gula ditetapkan Abesinia. Adapun pedagang domestik berasal oleh VOC (Lombard 2005: 248-249). Masa puncak dari daerah di kepulauan Indonesia. Pasar itu kejayaan produksi gula di Batavia adalah tahun diatur oleh syahbandar, yang menyelenggarakan 1710. Ketika itu terdapat 130 buah pembuatan gula pengadilan secara teratur untuk menyelesaikan yang dimiliki oleh orang-orang Cina, sebagian persengketaan perdagangan. Jenis-jenis besar dari jumlah pabrik tersebut di antaranya komoditas yang diperdagangkan di tersebut di berada di sekitar Sungai Ciliwung. Setelah tahun antaranya yaitu lada, cengkeh, pala, gula, madu, tersebut masa kejayaan produksi gula di Batavia beras, sayuran, buah-buahan, ikan, daging, dan tersebut kemudian berangsur-angsur mengalami tekstil. Gula yang dijual di pasar Kota Banten kemunduran, yakni ditandai dengan menurunnya merupakan gula yang diusahakan oleh orang- Batu Silindris dan Budidaya Tebu di Banten, Batavia, dan Sekitarnya-Libra Hari Inagurasi (27-38) 31 orang Cina di Pacinan, Kota Banten (Reid 2011: tembok kota, di sekitar muara Sungai Cibanten, 108-109). di bagian barat dan timur kota. Salah satu wujud Gula tebu termasuk komoditas perdagangan peninggalan pemukiman Cina di Pabean dan dari hasil budidaya pertanian di Banten. Sultan Pamarican adalah kompeks kubur orang-orang Banten memberikan dukungan terhadap Cina yang disebut bong Cina. Namun pemukiman budidaya tebu yakni dengan memerintahkan komunitas Cina di Banten abad ke-17 Masehi kepada petani di Banten untuk menanam tebu. tidak hanya tinggal di kota pesisir Banten, tetapi Hal tersebut dilakukan ketika harga lada di Banten juga di pedalaman yaitu di Kalapadua. Wilayah mengalami penurunan, namun ketika harga lada Kalapadua lokasinya saat ini berada di dekat Kota naik, mereka berpindah menanam lada. Serang, arah ke Banten Girang. Peninggalan Pengolahan gula tebu banyak diusahakan oleh yang menunjukkan Kalapadua sebagai orang Cina yang bertempat tinggal di Banten. Gula pemukiman orang Cina adalah kompleks kubur tebu dibutuhkan oleh orang-orang Inggris yang Cina atau bong Cina (Tim Penelitian 2004: 28; tinggal di Banten, selain itu gula tebu juga Sarjiyanto 2008: 59). Selain sebagai pemukiman diekspor ke Cina sehingga banyak petani Banten orang-orang Cina, Kalapadua disebut-sebut yang memanfaatkan peluang tersebut (Untoro sebagai lokasi penanaman tebu tua di Banten 2007: 144-146; Karthirithamby 1984: 47; Roelofsz (Fadillah 2006: 49-50). Apabila sampel pertama 1962: 242). Selain sebagai komoditas yakni batu bulat silinder koleksi Museum Situs perdagangan, gula tebu dalam kehidupan Banten Lama berasal dari Pacinan dan masyarakat Banten juga merupakan barang Pamarican, mungkin yang dimaksud Pacinan istimewa, karena menjadi hadiah yang diberikan adalah pemukiman orang-orang Cina di Pabean oleh sultan sebagai tanda perhatian kepada dan Pamarican yang berada di sebelah barat rakyatnya. Seperti disebutkan di dalam Kitab tembok kota, dan di tempat itulah dilakukan Sajarah Banten atau Babad Banten pupuh XLV, pembuatan gula yang diusahakan oleh orang- apabila sultan mendengar seseorang sakit, maka orang Cina. sultan akan mengirimnya gula geseng dan gula Kota Batavia yang dibangun oleh VOC ngemu beserta uang untuk mereka yang sakit itu. (Verenigde Indische Compagnie) pada tahun 1619, Di pihak lain orang yang sakit mengerti bahwa terletak di sebelah timur muara Sungai Ciliwung. gula dan uang itu merupakan hadiah yang Lokasinya berseberangan dengan Jayakarta yang diberikan oleh sultan kepadanya (Djajadiningrat terletak di sebelah barat muara sungai Ciliwung. 1983: 58). Meskipun kurang jelas apa yang Denah kota memanjang, dikelilingi kanal-kanal dimaksud dengan gula geseng dan gula ngemu dan tembok kota. Ketika pendiriannya, Kota dalam kitab tersebut, namun istilah tersebut Batavia direncanakan sebagai pusat merupakan sebuah informasi penting untuk perdagangan, administrasi, militer, membuat dan mengetahui lebih lanjut tentang gula dalam memperbaiki kapal-kapal dan menyimpan kehidupan masyarakat di Banten. barang-barang komoditi (Novita dan Mahmud Dalam konteks budidaya tebu, orang-orang 1999: 78--79). Kota Batavia merupakan tempat Cina memiliki peran penting, mereka adalah tinggal orang-orang dari bermacam-macam etnis, pelaku yang mengusahakan budidaya tebu antara lain pribumi, Eropa, dan Cina. menjadi gula. Denah Kota Banten berbentuk Pemukiman orang-orang Cina di Batavia empat persegi panjang tidak simetris, dikelilingi berada di sebelah timur sekitar muara Ciliwung pagar tembok. Tempat tinggal orang-orang Cina di luar tembok Kota Batavia. Kedatangan orang- di Kota Banten, yakni di Kampung Pabean, orang Cina di Batavia melalui kegiatan pelayaran Kampung Pamarican, dan di Kampung perdagangan antara Amoy dan Kanton (Cina Karangantu, tempat-tempat tersebut merupakan bagian Selatan) dengan Batavia. Pelayaran dari pelabuhan penting Kerajaan Banten dan pusat Cina menuju ke Batavia mengangkut komoditi teh, perdagangan. Posisinya berada di luar pagar porselin, dan sutera, adapun pelayaran dari 32 Naditira Widya Vol. 9 No. 1 April 2015-Balai Arkeologi Banjarmasin sumber: dok. Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional sumber: dok. Penulis Gambar 6. Sepasang batu berbentuk silindris koleksi Museum Gula Jawa Tengah. Gambar 5. Sebuah batu silindris di halaman belakang Museum Sejarah Jakarta. gula yang semula berada di sekitar muara Sungai Batavia menuju Cina mengangkut rempah-rempah Ciliwung kemudian berpindah semakin jauh dari lada, cengkih, pala, dan kayu manis. Selain kota ke arah selatan ke daerah pedalaman. Hal mengangkut komoditi perdagangan, pelayaran tersebut disebabkan karena hutan di sepanjang dari Cina menuju ke Batavia mengangkut pula sungai Ciliwung yang menyediakan kayu bakar manusia yang datang mencari pekerjaan. semakin berkurang. Pemilihan ke arah selatan Sehubungan dengan hal tersebut orang-orang dikarenakan daerah di sebelah barat dan timur Cina merupakan tenaga kerja dalam Sungai Ciliwung tanahnya bergambut tidak cocok pembangunan Kota Batavia awal abad ke-17 untuk bercocok tanam dan pemukiman. Masehi. Pekerjaan orang-orang Cina mulai dari Kendatipun tempat pembuatan gula tebu tukang bangunan, pemasok bahan bangunan, berpindah namun lokasi yang baru semakin tukang kayu, ahli melapis barang-barang dengan menjauh dari Kota Batavia tetap dinamakan emas, pembuatan garam, mengelola dengan Ommelanden, istilah tersebut diartikan persawahan, pengolahan gula dari tebu, sebagai tempat-tempat terpencil jauh dari kota penyulingan arak dan pembuatan barang Batavia, di luar tembok benteng Kota Batavia. tembikar (Lohanda 2007: 38-40). Termasuk dalam wilayah Ommelanden ialah Pemukiman orang Cina di luar tembok Kota Tangerang, Marunda, Bekasi (Haan 1935: 324; Batavia disebut dengan Ommelanden. Secara Raben 2007: 101-102). Alhasil tempat-tempat sempit Ommelanden diartikan tempat para pembuatan gula di Batavia pada abad ke-18 pembuat gula Cina dan lahan perkebunan Eropa. Masehi menyebar hingga daerah-daerah Budidaya tebu yang diusahakan oleh orang-orang tersebut. Cina di Batavia sangat tergantung kepada Budidaya tebu dalam konteks budaya materi tersedianya kayu sebagai bahan bakar untuk adalah berbicara mengenai peralatan yang memanasi air tebu dan sungai untuk pembuangan digunakan dalam pembuatan gula tebu. Telah limbah pembuatan gula tebu. Sehubungan disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa dengan hal tersebut maka pada awalnya yakni pembuatan gula tebu di Banten dan Batavia pada abad ke-16 pembuatan gula tebu di Batavia diusahakan oleh orang-orang Cina. Tentunya dilakukan di daerah di tepi Sungai Ciliwung di pembuatan gula tersebut memerlukan peralatan. luar tembok kota (Haan 1935: 323). Namun Jenis alat apa yang digunakan dalam pembuatan kemudian pabrik atau tempat-tempat pembuatan gula tebu merupakan hal penting yang hendak Batu Silindris dan Budidaya Tebu di Banten, Batavia, dan Sekitarnya-Libra Hari Inagurasi (27-38) 33 diketahui dalam tulisan ini. Di dalam sumber- data arkeologi yang dapat dijadikan sebagai sumber tertulis disebut tentang adanya petunjuk salah satu jenis peralatan dalam suikermolen (Haan 1935: 323-324). Suikermolen pembuatan gula tebu di Batavia dan Banten abad adalah istilah dalam bahasa Belanda, suiker ke 17-18 Masehi. Banten, Batavia, dan Tangerang, memiliki arti gula adapun molen artinya adalah tempat-tempat ditemukannya batu-batu silindris, penggilingan, kilangan, dan kincir. Istilah merupakan satu kesatuan geografis, yakni suikermolen selanjutnya digunakan untuk kawasan pantai utara Jawa bagian barat. menyebut pabrik pembuatan gula. Namun Identifikasi terhadap data arkeologi, pengertian pabrik abad ke-18 yang dimaksud memperlihatkan bahwa ke tujuh batu silindris yang bukanlah pabrik dalam pengertian menggunakan ditemukan pada tiga lokasi memiliki persamaan mesin-mesin modern seperti saat ini, melainkan bentuk dan ciri-ciri yang khas yakni silindris pabrik pembuatan tebu yang menggunakan menyerupai tabung, bergerigi melingkar di peralatan tradisional sederhana. Diduga sekeliling batu pada salah satu ujungnya, memiliki suikermolen yang tercatat di dalam sumber tertulis lubang pada bagian permukaan atas, dan lubang adalah batu untuk menggiling tebu, adapun bentuk pada bagian samping. Ciri-ciri sebuah benda dan wujudnya belum diketahui. yang dapat bergerak atau berputar adalah Batu-batu silindris yang terdapat di Museum berbentuk silindris. Dilihat dari bentuk dan ciri- Situs Banten Lama, Museum Sejarah Jakarta, dan ciri yang terdapat pada data arkeologi tulisan ini, Teluk Naga, Tangerang, yang telah diuraikan pada maka asumsi bahwa fungsi atau kegunaan batu bagian sebelumnya dalam tulisan ini, merupakan silindris tersebut sebagai alat penggiling tebu sumber: dok. Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional; Inagurasi 2007 Keterangan gambar: 1. Sepasang batu berbentuk silindris dan bergerigi, seperti tabung (molen), posisi tegak lurus vertikal. 2. Tebu yang akan digiling ditempatkan di antara kedua batu. 3. Balok-balok kayu yang ditanam untuk penguat molen, terdiri dari empat buah balok kayu diletakkan di sebelah kanan, kiri, atas, dan bawah molen. 4. Besi dipasang pada lubang di tengah permukaan molen (poros). 5. Kayu pendorong dihubungkan dengan besi poros, fungsinya untuk menggerakkan atau memutar molen. 6. Hewan pekerja untuk menggerakkan atau memutar molen. Gambar 7. Batu silindris dan petunjuk cara kerjanya sebagai batu penggilingan tebu, koleksi Museum Gula Jawa Tengah. 34 Naditira Widya Vol. 9 No. 1 April 2015-Balai Arkeologi Banjarmasin adalah benar. Dapat dikatakan bahwa alat untuk Lubang pada bagian permukaan atas batu menggiling tebu adalah sepasang benda dibuat digunakan untuk menempatkan besi atau kayu. dari batu yang dapat berputar, syarat tersebut Fungsi besi atau kayu tersebut sebagai poros setidak-tidaknya telah terpenuhi. yang ditarik oleh hewan kerbau atau sapi, ketika Batu silindris yang berasal dari tiga lokasi besi atau kayu poros ditarik maka kedua batu (Museum Situs Banten Lama, Museum Sejarah silindris tersebut bergerak dan berputar. Adapun Jakarta, dan Teluk Naga Tangerang) adalah benda batang tebu yang akan digiling diletakkan di antara yang dimaksud dengan suikermolen alat untuk dua buah batu silindris, ketika dua buah batu membuat gula tebu di Batavia seperti disebutkan digerakkan oleh kerbau atau sapi batu akan oleh F. De Haan di dalam buku Oud Batavia (1935: berputar dan batang tebu akan tergilas dan 323-324). mengeluarkan air tebu atau nira. Sebuah bak Namun demikian, upaya untuk mengungkap penampung dibuat atau ditempatkan di bawah fungsi batu bulat silindris sebagai peralatan untuk batu silindris untuk menampung air tebu, menggiling tebu, tidak cukup hanya dengan kemudian air tebu yang dikumpulkan di rebus, mengamati bentuk dari data arkeologi yang dicetak dan menjadi gula (Tim Penelitian 2003: diperoleh. Upaya lain yang dilakukan untuk 64; Inagurasi 2010: 21-27). Gambar 7 memberikan mengungkap lebih jauh fungsi atau kegunaan batu gambaran cara menggiling tebu yang dimaksud silindris tersebut adalah dengan melakukan dengan menggunakan batu bulat silindris tersebut. perbandingan dengan batu serupa koleksi Batu-batu silindris (molen) di Museum Situs Museum Gula Jawa Tengah. Lokasi museum Banten Lama, Museum Sejarah Jakarta, dan di gula, berada di kompleks Pabrik Gula Gondang Tangerang, selain dibandingkan dengan Museum Baru, Klaten, Jawa Tengah. Museum tersebut Gula Jawa Tengah, dapat pula dibandingkan merupakan sebuah museum yang memiliki dengan benda di tempat lain yang memiliki koleksi benda-benda yang berkenaan dengan kemiripan yakni di Desa Andaleh, Kecamatan peralatan pengolahan tebu, baik yang tradisonal Matur, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. maupun modern. Alat-alat penggilingan tebu Penduduk di desa tersebut juga mengenal tradisional koleksi Museum Gula Jawa Tengah, pembuatan gula tebu menggunakan satu unit antara lain adalah berupa sepasang batu peralatan dinamakan kilangan dibuat dari bahan berbentuk bulat silindris yang didampingkan kayu. Antara batu silindris (molen) dengan kilangan ditempatkan di halaman depan museum. Kedua memiliki persamaan cara kerja, yakni memiliki batu berasal dari Pati, Jawa Tengah (gambar 6) sepasang kayu bentuk silindris didampingkan, (Tim Penelitian 2003: 34). Batu penggiling tebu dapat berputar, digerakkan oleh hewan kerbau di museum gula tersebut selanjutnya disebut atau sapi. Kilangan terdiri dari bagian-bagian: sebagai data pembanding. Batu silindris pada tonggak apitan, apitan, kilangan/ulir, undo/tundo, Museum Gula Jawa Tengah memiliki persamaan dan kicuik. Apitan atas diberi lubang sejajar bentuk dengan data pertama, kedua, dan ketiga dengan ulir untuk memasang besi yang akan yakni bulat, silindris, bergerigi salah satu ujung dihubungkan dengan undo menggerakkan atau batu dan melingkar mengelilingi batu, dan mendorong ulir. Kilangan/ulir, adalah dua buah memiliki lubang pada bagian permukaan atas dan kayu bulat panjang diameter 30 centimeter seperti samping. roda bergerigi, keduanya memiliki poros di Cara kerja batu silindris pada Museum Gula pasang pada apitan, digunakan untuk menggiling Jawa Tengah, secara ringkas dapat dijelaskan tebu diperoleh air atau niranya. Undo/tundo sebagai berikut. Jumlah batu bulat silindris panjang 2 meter dipasang pada besi di atas sepasang yakni dua buah, keduanya apitan berfungsi untuk mendorong ulir supaya didampingkan saling berdekatan. Posisi gerigi berputar. Ujung undo diberi pasangan dari kayu pada kedua buah batu dipertemukan diletakkan melengkung dipasangkan pada leher hewan pada posisi yang sama yakni ujung bagian atas. pemutar kilangan. Kicuik dibuat dari kayu atau Batu Silindris dan Budidaya Tebu di Banten, Batavia, dan Sekitarnya-Libra Hari Inagurasi (27-38) 35 bambu, berfungsi untuk menguatkan undo, kawasan pesisir utara Jawa bagian barat. Dilihat ujungnya diberi palang kayu sehingga dari bentuknya, data yang disajikan dalam tulisan membentuk segitiga. Kilangan tersebut ini yakni batu yang memiliki bentuk bulat silindris, merupakan satu unit peralatan yang digunakan dan bergerigi, merupakan jenis batu yang oleh para pembuat gula tebu di Desa Andaleh memungkinkan untuk menggiling misalnya (Makmur 1998: 7-29). menggiling tebu. Batu tersebut merupakan wujud teknologi yang telah dikenal oleh orang-orang PENUTUP Cina pengusaha gula tebu. Namun demikian, fungsi batu tersebut bukan Melalui deskripsi data, penelusuran latar hanya untuk menggiling tebu, kemungkinan juga belakang kesejarahan, dan perbandingan maka bisa digunakan untuk menggiling biji-bijian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut bahwa misalnya lada atau kedelai. Lokasi-lokasi budidaya tebu adalah tindakan manusia untuk pembuatan gula tebu di Kota Banten dan Batavia mengupayakan tebu menjadi gula, barang yang yang dapat ditelusuri adalah tempat-tempat yang bernilai lebih. Budidaya tebu merupakan menjadi pemukiman orang-orang Cina seperti di fenomena yang berlangsung di Kota Banten dan Pabean, Pamarican, dan Ommelanden. Dalam Batavia pada abad ke 17-18 Masehi. Dilihat dari tata kota Banten dan Batavia tempat-tempat aspek ekonomi, gula tebu merupakan komoditas tersebut berada di luar tembok kota. perdagangan di Asia. Peninggalan budidaya tebu Selanjutnya, hasil penelitian ini perlu yang tercatat dalam sumber-sumber tertulis, ditindaklanjuti dengan analisis laboratorium. adalah berupa batu-batu penggilingan tebu Analisis tersebut diperlukan untuk dua hal, yaitu berbentuk silindris yang dinamakan dengan untuk membuktikan apakah terdapat sisa-sisa molen. Kota Banten, Batavia, dan sekitarnya dapat serat tanaman tebu yang menempel pada batu dipandang sebagai satu kesatuan wilayah yang dan untuk mengetahui pertanggalan batu. menjadi sentra-sentra produksi gula tebu, di 36 Naditira Widya Vol. 9 No. 1 April 2015-Balai Arkeologi Banjarmasin

Description:
(Haan 1935: 323-324; Lombard 2005: 65). Kabupaten Tangerang, posisinya di antara Banten . Tangerang, Marunda, Bekasi (Haan 1935: 324;.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.