ebook img

bab v. agro bisnis dan agro industri PDF

72 Pages·2017·1.49 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview bab v. agro bisnis dan agro industri

Sustainabilitas Pembangunan Sektor Pertanian: Inovasi Teknologi atau Inovasi Sosial Kelembagaan BAB V. AGRO BISNIS DAN AGRO INDUSTRI Sustainabilitas Pembangunan Sektor Pertanian: Inovasi Teknologi atau Inovasi Sosial Kelembagaan Sustainabilitas Pembangunan Sektor Pertanian: Inovasi Teknologi atau Inovasi Sosial Kelembagaan AGRO BISNIS DAN AGRO INDUSTRI Salah satu permasalahan produk pertanian Indonesia adalah masih rendahnya daya saing dan rendahnya nilai tambah produk. Peningkatan nilai tambah produk pertanian dapat dilakukan dengan pengembangan proses pengolahan hasil pertanian. Bahkan nilai tambah pada proses pengolahan terkadang lebih besar dibandingkan dengan nilai produk mentahnya. Pertama dibahas bagaimana mewujudkan agribisnis komoditas pangan, bukan hanya untuk meningkatkan nilai tambah produk yang dapat diperoleh oleh petani, tetapi juga untuk mendorong pembangunan pedesaan. Kedua, disoroti upaya peningkatan kinerja teknologi pengolahan dalam mendukung pengembangan agroindustri. Ketiga dipaparkan kasus peningkatan nilai tambah produk dengan pengembangan pertanian organik. Pengembangan agribisnis pertanian terutama skala rumah tangga, kecil, dan menengah dengan sendirinya meningkatkan kinerja pembangunan pedesaan, karena sektor pertanian merupakan sektor yang mewarnai ekonomi pedesaan. Pengembangan agrobisnis dan agroindustri perdesaan merupakan suatu strategi untuk meningkatkan pendapatan dan penyediaan lapangan pekerjaan dipedesaan. Pengembangan agro bisnis dan agro industri berbasis pangan dipandang sebagai upaya yang tepat, karena komoditas pangan (padi, jagung, kedelai) merupakan fokus pembangunan pertanian, sehingga pengembangan agro bisnis dan agro industri dapat bersinergi dengan program pembangunan pertanian. Pengembangan sarana produksi pertanian berbasis sumberdaya lokal yang dihasilkan sendiri oleh kelompok tani, seperti pembuatan kompos, pupuk hayati, pestisida nabati, penggunaan mikroorganisme lokal untuk produksi pertanian, pengembangan usaha dan jasa alsitan, merupakan salah satu upaya meningkatkan nilai tambah pertanian yang diterima petani melalui diversifikasi usaha dalam sistem agribisnis. Pengembangan agro industrial berbahan baku produk pertanian merupakan perwujudan dari forward lingkage. Sinergi dan pengembangan keterkaitan antar kluster/sub sistem agribisnis dari hulu sampai hilir perlu diperkuat, terutama pada penerapan teknologi maju dan modern untuk mewujudkan usaha agribisnis yang kuat dan tangguh, serta mengarahkan usaha pada aspek pasar. Pengembangan usaha harus mampu menangkap signal dan potensi permintaan pasar (market driven) dengan memperkuat akses terhadap modal dari perbankan. Pengembangan agroindustri perdesaan diarahkan untuk (1) mengembangkan kluster industri, yakni industri pengolahan yang terintegrasi dengan sentra produksi bahan baku dan sarana penunjangnya, (2) mengembangkan industri pengolahan skala rumah tangga dan kecil yang didukung oleh industri pengolahan skala menengah dan besar, dan (3) Menuju Pertanian Modern Berkelanjutan 343 Sustainabilitas Pembangunan Sektor Pertanian: Inovasi Teknologi atau Inovasi Sosial Kelembagaan mengembangkan industri pengolahan dengan daya saing yang tinggi untuk meningkatkan ekspor maupun pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Peran teknologi pasca panen menjadi sangat penting dalam meningkatkan keterkaitan kedepan; menjadikan produk pertanian sebagai bahan baku agroindustri. Ketersediaan teknologi hasil penelitian untuk mendukung pengembangan agro industri pedesaan sudah cukup banyak, meskipun masih mengalami beberapa kendala dalam penerapannya, sterkait faktor sosial, preferensi, efisiensi, efektivitas, maupun masalah teknis. Dukungan ketersediaan alat dan mesin terkait teknologi tersebut juga masih menjadi kendala tersendiri. Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan untuk mendorong kinerja teknologi pasca panen, yaitu tingkat kesiapan teknologi yang matang, yang benar-benar siap diaplikasikan, diseminasi teknologi, dan efektivitas umpan balik untuk penyempurnaan teknologi ke depan. Kasus pengolahan sampah perkotaan menjadi kompos untuk mendukung pertanian organik merupakan contoh keterkaitan bioproses usaha pertanian, yang bukan hanya meningkatkan nilai tambah dalam sistem usaha agribisnis, tetapi juga memiliki eksternalitas positif terhadap masalah lingkungan, terutama pada wilayah pertanian pinggiran kota. Pengelolaan sampah dengan konsep pengolahan sampah secara terpadu berbasis 3R yakni reduce, reuse, recycle menuju pengelolaan tanpa limbah (zero waste management). Konsep ini merupakan implementasi dari pertanian bioindustri yang mengintegrasikan siklus hara, siklus biomasa, dan siklus energi dalam usaha pertanian, dengan memanfaatkan bioproses yang dibantu oleh aktivitas mikroorganisme. Mengolah sampah organik menjadi kompos dan mendaur ulang sampah non organik menimbulkan aktivitas eknomi baru yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pada sisi lain, usaha pertanian ditumbuhkan melalui pemanfaatkan kompos hasil olahan sampah untuk pertanian organik dengan memanfaatkan potensi lahan pekarangan. Potensi pengembangan lebih lanjut dapat diintegrasikan dengan usaha peternakan. Konsep usaha pertanian zero waste dapat diimplementasikan dengan pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak dan juga kotoran hewan sebagai bahan baku kompos melengkapi sampah organik perkotaan. 344 Menuju Pertanian Modern Berkelanjutan Sustainabilitas Pembangunan Sektor Pertanian: Inovasi Teknologi atau Inovasi Sosial Kelembagaan INOVASI MEWUJUDKAN AGRIBISNIS KOMODITAS PANGAN DI PEDESAAN Achmad M. Fagi PENDAHULUAN Pada tahun 1990-an Departemen Pertanian mulai merintis upaya mentransformasi sistem dan usaha agribisnis tradisional skala kecil ke sistem dan usaha agribisnis modern atau maju melalui didirikannya Badan Agribisnis. Sejak saat itu agribisnis masuk dalam agenda pembangunan pertanian. Upaya pengembangan agribisnis itu dikritik oleh pengamat pertanian (Sadjad, 2001), berdasarkan pengalaman jatuh-bangun pengembangan agribisnis dari Bob Sadino. Sadjad (2001) menyatakan bahwa diskusi-diskusi tentang agribisnis masih bersifat retorika, bahkan agribisnis dianggap sebagai obat mujarab yang mampu menyembuhkan segala penyakit ; belum dipahami benar bagaimana menjadikan agribisnis yang membumi dan bagaimana agribisnis dijadikan landasan berpikir bagi semua komponen pertanian ; selain itu belum ada petunjuk konkret bagaimana memajukan agribisnis petani tradisional atau agribisnis sederhana. Di pedesaan agribisnis yang sebagian besar dikelola secara tradisional sekalipun merupakan tumpuan hidup masyarakat petani khususnya. Tatkala ekonomi Indonesia mengalami resesi sejak pertengahan 1997 sampai memasuki era reformasi masyarakat agribisnis pedesaan masih mampu bertahan. Saat resesi ekonomi terjadi, sektor pertanian masih mampu tumbuh positif, sementara sektor lain tumbuh negatif. Dapatkah fakta ini dianggap sebagai keberhasilan pembinaan agribisnis selama ini ? Saat ini adalah momentum yang tepat untuk lebih mempercepat transformasi agribisnis tradisional skala kecil ke agribisnis maju, karena : • Adanya kemauan politik (political will) untuk mempersempit kesenjangan ekonomi, pendepatan dan kesejahteraan • Tersedianya dana desa dan dana dari perusahaan negara dan swasta berupa CSR (corporate social rensponsibility) • Pembangunan infrastruktur yang menjamin ketersediaan air untuk intensifikasi pertanian dan diversifikasi usahatani, dan yang menjamin mobilitas pemasaran hasil/produk pertanian. Kementerian Pertanian memfokuskan perhatian terhadap peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai. Tulisan iniini bertujuan mengulas secara rinci Menuju Pertanian Modern Berkelanjutan 345 Sustainabilitas Pembangunan Sektor Pertanian: Inovasi Teknologi atau Inovasi Sosial Kelembagaan bagaimana inovasi untuk mewujudkan agribisnis di pedesaan, berbasis komoditas pangan, terutama padi, jagung, dan kedelai. AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI PEDESAAN DI BEBERAPA NEGARA ASIA Kebijakan Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Di banyak negara Asia perhatian terhadap pengentasan/pengurangan kemiskinan di pedesaan diwujudkan dalam bentuk kebijakan komprehensif, diantaranya berupa industrialisasi pedesaan. Tetapi upaya tersebut tidak seluruhnya berhasil, karena kegiatannya tidak reintegrasi dengan pembangunan pedesaan secara keseluruhan (Srivasta, 1990 dalam PAI, 1996). Pertanian adalah aktivitas ekonomi utama di pedesaan. Sebab itu bentuk dari industrialisasi pedesaan adalah adanya keterkaitan substansial produksi komoditas pertanian dengan industri (agroindustri) :  Jika industri sarana produksi pertanian (industri pra-panen) mampu menyediakan inputs (saprotan) yang diperlukan dalam memproduksi seperti pupuk, benih/bibit/bantalan (pedeh), pestisida, dan sebagainya., maka backward linkages berfungsi,  Bila hasil pertanian, sebagai bahan baku agroindustri mampu memenuhi kebutuhan industri, forward linkages berfungsi. Keterkaitan antara pertanian dan industri sering diabaikan karena fokus perhatian lebih besar kepada industri atau kepada usaha tani menyebabkan kegagalan dari pembangunan ekonomi pedesaan; beberapa contoh kegagalan demikian ditemukan pada pembahasan berikutnya. Pokok bahasan mencakupagribisnis dan agroindustri. PAI (1996) mendefinisikan agribisnis adalah keseluruhan sistemdari semua komponen kegiatan termasuk manufaktur dan distribusi farm-supply (saprotan), kegiatan produksi (budi daya komoditas pertanian), penyimpanan, pengolahan hasil dan distribusi produk olahannya, dan segala aspek yang terkait. LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) mengilustrasikan definisi tersebut dalam peta jalan simpul – simpul agribisnis dalam sistem pertanian. PAI (1996) melaporkan hasil evaluasi dari agribisnis pedesaan dan menyimpulkan, bahwa usaha agribisnis skala kecil sampai menengah umumnya memberi dampak lebih besar terhadap pengurangan kemiskinan daripada usaha agribisnis skala besar, karena usaha kecil dan menengah lebih bersifat padat karya, sehingga lebih banyak menyerap tenaga kerja di pedesaan. 346 Menuju Pertanian Modern Berkelanjutan Sustainabilitas Pembangunan Sektor Pertanian: Inovasi Teknologi atau Inovasi Sosial Kelembagaan Pengalaman Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri di Beberapa Negara Keberhasilan atau kegagalan pengembangan agribisnis dan agroindustri di beberapa negara Asia adalah contoh untuk tidak meniru pendekatan yang membuat gagal, atau meniru pendekatan yang membuat berhasil (Tabel 1). Dari Tabel 1 tampak bahwa tingkat kemajuan ekonomi suatu negara tidak selalu terkait dengan keberhasilan pengembangan agribisnis – agroindustri di pedesaan Tabel 1. Pengembangan agribisnis dan agroindustri di beberapa negara Asia tahun 1990-an Negara Kegiatan Status Bangladesh - Sebagian bantuan dari Bangladesh - Usaha agribisnis skala kecil Small Cottage Industries, NGO berhasil - Teknologi sederhana karena - Kelebihan tenaga kerja migrasi keterbatasan modal ke kota (penduduk pedesaan - Grameen Bank menyediakan modal terlalu padat) usaha, suku bunga rendah, tanpa agunan India - Bantuan kepada industri kerajinan - Gagal dalam menangani skala kecil kemiskinan - Menyebarkan industri modern jauh - Industri skala kecil tetap dari perkotaan tertinggal - Tidak ada keterkaitan antara pertanian dan industri Indonesia - Perhatian terfokus ke pertumbuhan - Agribisnis dan agroindustri sektor pertanian pedesaan tidak berkembang - Industrialisasi pedesaan mendapat sedikit perhatian Korea Selatan - Industrialisasi pedesaan - Awalnya berhasil, kemudian stagnasi, karena • Kekurangan sumberdaya lokal • Kebijakan moneter yang membuat modal hijrah ke perkotaan Malaysia - Industri pedesaan yang - Berhasil dengan menggunakan mengintegrasikan produksi inovasi teknologi pertanian dan agroindustri - Keterkaitan pertanian dan agroindustri berlanjut Nepal, Pakistan, - Industri pedesaan - Gagal karena Sri Lanka • Tidak ada akses ke inovasi teknologi • Tidak ada akses ke permodalan • Infrastruktur tidak mendukung Taiwan - Pengembangan industri pedesaan - Berhasil melalui pengembangan yang simultan dengan industri Menuju Pertanian Modern Berkelanjutan 347 Sustainabilitas Pembangunan Sektor Pertanian: Inovasi Teknologi atau Inovasi Sosial Kelembagaan perkotaan - Keterkaitan substansial antara industri pedesaan dan industri perkotaan diperkuat Thailand - Industri pedesaan ditangani oleh - Pendapatan dari tenaga kerja Rencana Pembangunan Nasional non-pertanian menyumbang - Diinisiasi untuk menangani terhadap pendapatan masalah kepadatan yang dihadapi masyarakat pedesaan oleh pusat perkotaan ~ Bangkok - Industri skala kecil sangat tergantung pada sumberdaya lokal yang bersifat Muslimah - Supply chain Management ditata Tiongkok - Reformasi politik memberi / - Berhasil menciptakan self- membuka kebebasan sustaining rural areas pengembangan industri pedesaan - Keterkaitan antara industri dan perkotaan pedesaan dan perkotaan di - Bantuan secara aktif berupa inovasi perkuat teknologi SDM, infrastruktur dan - Beberapa diantaranya pendanaan melalui program SPARK mengekspor hasil agroindustri - Produknya sesuai dengan kebutuhan penduduk lokal TANTANGAN DAN PELUANG Tantangan a. Sinergi antara klaster agribisnis PAI (1996) mengemukakan unsur-unsur pendukung agribisnis dari rumusan agribisnis oleh Srivastava (1990). Unsur-unsur tersebut dirinci menjadi klaster- klaster agribisnis yang saling terkait seperti ditunjukkan dalam Gambar 1. Agribisnis berawal dan berakhir dalam bentuk agroindustri yaitu agroindustri pra panen dan pasca panen. Simatupang (1989) menyebut keterkaitan dengan agroindustri pra panen sebagai backward linkages, dan yang dengan agroindustri pasca panen sebagai forward linkages. Baik backward maupun forward linkages masih sangat lemah. Sebagai contoh industri olahan kedelai harus mengimpor kedelai, karena produksi kedelai domestik tidak mencukupi. Sementara, upaya intensifikasi dan ekstensifikasi kedelai terhambat oleh ketersediaan benih kedelai yang dihasilkan oleh industri benih kedelai. Pertanaman jagung hibrida domestik terbatas luasnya, karena benih jagung hibrida domestik tidak tersedia di sentra-sentra produksi jagung. 348 Menuju Pertanian Modern Berkelanjutan Sustainabilitas Pembangunan Sektor Pertanian: Inovasi Teknologi atau Inovasi Sosial Kelembagaan LEMBAGA KEUANGAN LIT BANG dan ASURANSI PERTANIAN Klaster Sarana Prasarana Klaster Alat Mesin Makanan Pertanian segar (diawetkan) Tanah dan PASAR Agroklimat DOMESTIK Klaster Benih Bibit Pedet Makanan Bakalan olahan KOMODITAS PERTANIAN Klaster Tanaman dan Ternak pupuk, Bahan baku pestisida, industri PASAR dan LUAR obat/vaksin NEGERI Limbah KOMODITAS Bahan (by products) EKSPOR Klaster Ringan Pakan Mineral Klaster pengemasan Gambar 1. Simpul-simpul agribisnis dalam sistem pertanian. Sumber Sudibyo (2000) Koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi lintas sektor atau lintas subsektor dalam sektor yang bertanggung jawab terhadap pembinaan agroindustri pra dan pasca panen juga lemah. b. Pertanian vs agroindustri Syarat utama agar upaya transformasi sistem dan usaha agribisnis ke sistem dan usaha agribisnis maju (moderen), sistem pertaniannya sendiri harus tangguh dan moderen (Baharsjah, 1996). Pada tahun 1981, Badan Litbang Pertanian menyelenggarakan diskusi di Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balittan) Sukamandi untuk merumuskan “sistem pertanian yang tangguh”. Menuju Pertanian Modern Berkelanjutan 349 Sustainabilitas Pembangunan Sektor Pertanian: Inovasi Teknologi atau Inovasi Sosial Kelembagaan Rumusan itu diperoleh dari perbandingan ciri pertanian dan agroindustri (Tabel 2). Berdasarkan perbedaan ciri pertanian dan agroindustri itu dirumuskan: (1) Dalam pengembangan agroindustri, bukan industri yang menyesuaikan diri dengan pertanian, tetapi pertanian yang menyesuaikan diri dengan industri (2) Sistem pertanian yang tangguh adalah sistem pertanian yang mampu menyediakan bahan baku agroindustri secara berkesinambungan dengan kualitas yang memenuhi standar industri Tabel 2. Perbedaan ciri utama antara sistem produksi pertanian dan agroindustri Penciri Pertanian Agroindustri • Hasil - Sangat ditentukan - Tidak dipengaruhi oleh iklim/cuaca oleh iklim/cuaca • Kualitas hasil - Tidak konsisten - Konsisten karena iklim/cuaca • Harga - Fluktuatif; rendah - Stabil; cenderung pada puncak panen naik bertahap - Tradisional • Tenaga kerja - Profesional (terlatih) Supply chain management adalah faktor pokok yang harus mendapat perhatian dari sektor/subsektor pembina sistem pertanian yang tangguh. Kondisi ini masih lemah dan perlu dibenahi. Globalisasi perdagangan menuntut daya saing yang tinggi dari segi harga dan kualitas. Harga ditentukan oleh efisiensi produksi dan kualitas ditentukan oleh teknik pra dan pasca panen. Keamanan pangan dan kerusakan sumber daya alam dalam memproduksi komoditas pertanian masuk dalam pertimbangan sertifikasi ecolabelling. c. Karakteristik petani pelaku agribisnis Di pedesaan dapat dijumpai berbagai tingkat kemajuan petani dan profil agribisnisnya. Tingkat kemajuan Kelompok Tani (Poktan) adalah cerminan dari tingkat kemajuan petani yang bergabung di dalamnya. Tingkat kemajuan petani berdasarkan klasifikasi dari Badan Penyuluhan dan Pengambangan Sumber Daya Manusia Pertanian (Suprapto, 2009), dan profil agribisnis berdasarkan tingkat kemajuan Poktan menurut Bank. Pembangunan Asia (Meyer and Nagarajan, 2000) disintesis dalam Tabel 3. Pembinaan petani dalam Poktan tidak dapat digeralisasi. Untuk mempersempit kesenjangan dalam aspek ekonomi, pendapatan dan kesejahteraan, prioritas pembinaan diberikan kepada petani / Poktan pemula, diikuti oleh Poktan Madya. 350 Menuju Pertanian Modern Berkelanjutan

Description:
peningkatan kinerja teknologi pengolahan dalam mendukung pengembangan kompos hasil olahan sampah untuk pertanian organik dengan memanfaatkan .. Inisiatif ekoregional sebagai pedoman penataan sistem dan usaha .. FMA sebagai salah satu model pemberdayaan masyarakat tani.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.