ebook img

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Adab dan Tugas Guru dalam Perspektif Al-Ghazali PDF

49 Pages·2017·0.45 MB·Indonesian
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview BAB IV HASIL PENELITIAN A. Adab dan Tugas Guru dalam Perspektif Al-Ghazali

89 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Adab dan Tugas Guru dalam Perspektif Al-Ghazali ”Setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah”. Kedua kalimat itu dapat memunculkan pertanyaan jika cara pandang dalammengartikannya berbeda. Namun apabila kita telusuri, makna yangterkandung di dalamnya cukuplah berarti untuk dijadikan inspirasi danmotivasi pada setiap diri utamanya yang begelut di dunia pendidikan. Pengetahuan tidak harus diperoleh melalui seseorang yang selalu memberikan ceramah, pengetahuan dan tidak hanya diperoleh pada tempat tertentu, sekolah atau madrasah, tapi dapat diperoleh dimana dan dengan siapa kita berada. Setiap orang pastilah memiliki kelebihan dan kekurangan. Kemampuan dan hasil pemikirannya dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kecendrungan pribadi, latar belakang pendidikan, bahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan kondisi sosial masyarakatnya. Memahami hal tersebut adalah suatu keharusan guna memahami hasil pemikiran seseorang, dan pada gilirannya dapat mengantarkan kita kepada penilaian terhadap pendapat yang dikemukakan itu, serta batas-batas kewajarannya untuk dianut atau ditolak. 89 90 Adapun pandangan tentang guru, Al-Ghazali menyatakan: Guru itu berpengaruh dalam hati dan jiwa manusia. Yangtermulia di atas bumi, ialah jenis manusia. Yang termulia dari bagian tubuhmanusia ialah hatinya. Guru itu bekerja menyempurnakan, membersihkan,mensucikan dan membawakan hati itu mendekati Allah Azza wa Jalla.Mengajarkan ilmu itu dari satu segi adalah ibadah kepada Allah Ta‟ala dandari segi yang lain adalah menjadi khalifah Allah Ta‟ala. Dan itu adalah yangtermulia menjadi khalifah Allah. Bahwa Allah telah membuka pada hati orangberilmu, akan pengetahuan yang menjadi sifatNya yang teristimewa, maka diaadalah seperti penjaga gudang terhadap barang gudangannya yang termulia.Kemudian diizinkan berbelanja dengan barang itu untuk siapa saja yangmembutuhkannya.1 Pada bagian lain Al-Ghazali juga menjelaskan: Barangsiapa berilmu, beramal dan mengajar, maka dialah yang disebut orang besar dalam alam malakut tinggi. Dia laksana matahari yang menyinarkan cahayanya kepada lainnya dan menyinarkan pula kepada dirinya sendiri. Dia laksana kesturi yang membawa keharuman kepada lainnya dan dia sendiripun harum.2 Berdasarkan kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, guru merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam proses pendidikan, karena seorang guru merupaka suritauladan bagi semua peserta didiknya, dari mulai dari keperibadian samapi dengan kegiata hidup nya dalam sehari-hari, guru juga tidak hanya menjdi suritauladan bagi murinnya, akan tetapi menjadi suritauladan bagi seluruh manusia yang ada dibumi ini. dan guru juga bekerja menyempurnakan akhlak muridnya agar menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya, karena itu adalah halnya sangat penting di samping menjadikan muridnya orang yang berpengetahuan. Apabiala 1 Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Terj. Ismail Yakub, Cet VI (Semarang: C.V Faizan, 1979) , h. 77 2Ibid, h. 121 91 seorang murid memiliki ilmu yang banyak tetapi akhlaknya kurang cukup baik maka ini menjadikan dia orang yang kurang sempurna dimata seorang gurunya dan dimata allah swt. Guru juga berusaha untuk mencoba membersihkan hati peserta didiknya dengan cara seoarang murid tersebut mengamalkan ilmu yang telah dipelajari dari gurunya. Dan sepantas nyalah seorang guru bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi peserta didik, bagi semua manusia yang berada dimuka bumi ini, disamping berguna bagi dirinya sendiri. Adapun keutamaan mengajar, salah satunya sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Ali-Imran, ayat 187:   Artinya :”Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang Telah diberi Kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi Kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu. ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima. (Q.S. Ali-Imran: 3: 187) Kemudian Al-Ghazali mengatakan: Apabila ilmu itu lebih utama dalam segala hal, maka menpelajarinya adalah mencari yang lebih utama itu. Maka mengajarkannya adalah memberi faedah bagi keutamaannya.3 3Ibid, h. 75 92 Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa, seorang guru tidak boleh menyembunyikan ilmunya, dan hendaklah seorang guru tersebut menyampaikan ilmu yang telah ia peroleh, karena dengan mengajarkan dan mengamalkan ilmunya tersebut, maka seorang guru telah memberikan faedah terhadap ilmu yang telah disampaikannya tersebut. Apabila seorang guru memberikan atau mengajarkan ilmu yang dia miliki dengan ikhlas hanya semata-mata mencari ridho allah swt, maka selain dia akan mendapatkan ilmu yang tidak diuga-duga nya, ia juga akan mendapatkan pertolongan dan kemulian dari allah swt, baik di dunia dan akherat. Seorang guru ini adalah orang yang akan membawa umat manusia dari kebodohan menjadi orang yang berpengetahuan dengan ilmu yang dia ajarkan kepada murid nya. Menjadi seorang guru adalah sangat mulia karena akan dikenang selalu oleh muridnya, walaupun hanya satu ilmu yang pernah dia ajarkan terhadap muridnya, kemudian ilmu itu diamalkan oleh muridnya dan bermanfaat bagi muridnya. Apabila seseorang telah mengajar, berarti ia telah melaksanakan pekerjaan yang besar dan akan mengahdapi bahaya yang tidak kecil, maka sepantasnyalah seorang guru menjaga adab dan menjalankan tugas- tugasnya. Sehingga akan tercapai pendidikan yang akan diajarkan kepda murinya. 93 Adapun adab dan tugas seorang guru adalah: 1. Mempunyai rasa kasih sayang kepada murid-murid dan memperlakukan mereka sebagai anak sendiri.4 Nabi saw bersabda: رِ رِ رَ رَ رِ رِ رِ رَ مْ رُ مْ رِ مْ رُ رَ رَ رَ رَ نَّ رِ “Sesunggahnya aku bagimu adalah seumpama seorang ayah bagi anaknya”. Dengan maksud, melepaskan murid-muridnya dari api neraka akhirat. Dan itu adalah lebih penting dari usaha kedua ibu bapak melapaskan anakanya dari api neraka dunia. Oleh karena itu, hak guru lebih besar dari hak kedua orang tua. Karena orang tua adalah sebab keberadaan sekarang dan kehidupan yang fana. Sedangkan guru adalah sebab kehidupan yang abadi. Kalau tidak ada guru, maka apa yang diperoleh oleh si anak hanya dari orang tuanya, dan itu dapat membawa kebinasaan terus menerus. Karena hanya gurulah yang memberikan hidup akhirat yang abadi, yakni guru yang mengajarkan tentang ilmu dunia dan ilmu akhirat yang tujuan akhirnya adalah akhirat, bukan dunia. Jadi sudah sepantasnyalah seorang guru mempunyai rasa belas kasihan terhadap anak didiknya, karena dalam proses pendidikan guru adalah orang tua bagi anak didik. Apabila guru memiliki rasa belas kasihan terhadap muridnya maka seorang murid akan menghormati 4Ibid, h. 212-213 94 gurunnya dan besemangat didalam menuntut ilmu yang akan diberikan oeh gurunya . 2. Mengikuti jejak Rasul.5 Dalam hal ini dijelaskan bahwa seorang guru tidak boleh memungut upah dari muridnya, sama seperti yang dilakukan oleh Allah dan Rasulnya yang tidak meminta belas jasa dari apa yang telah diajarkannya. Dari uraian singkat di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa seorang guru tidak boleh memungut upah dari muridnya, akan tetapi seharusnya guru mengajar hanya semata-mata karena Allah Ta‟ala.ingin mencari ridho allah swt. Tidak memungut upah disini dapat juga dimaksudkan bahwa seorang guru harus ikhlas dalam memberikan ilmunya. Sekaitan dengan ikhlas, Al-Ghazali berpendapat: Barang siapa dikuasai oleh cinta kepada Allah swt dan cinta kepada akhirat, maka gerakan-gerakan yang menjadi kebiasaan itu mengusahakan sifat cita-citanya dan itu menjadi ikhlas. Maka orang dikuasai atas dirinya oleh dunia, ketinggian, kepemimpinan dan secara keseluruhan selain Allah, maka semua gerakannya yang menjadi kebinasaan itu mengusahakan sifat-sifat tersebut. Maka tidak selamat baginya semua ibadahnya baik puasa, shalat dan lainnya kecuali jarang sekali .6 5Ibid, h. 214-215 6 Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Jilid IX, Terj. Moh. Zuhri(Semarang: CV Asy Syfa, 2009). h. 70 95 Jadi jelaslah bahwa segala sesuatu yang didasari karena Allah SWT adalah merupakan sifat ikhlas, begitu juga dengan mengajar, apabila seseorang mengajar hanya dengan niat semata-mata karena Allah, maka ia termasuk orang yang ikhlas dalam menyampaikan ilmunya, akan tetapi jika seseorang mengajar dengan mengharapkan imbalan atau upah dari muridnya, berarti seorang guru tersebut meliliki sifat pambrih. Kemudian dijumpai juga penjelasan Al-Ghazali bahwasanya Orang yang mencari harta dengan ilmu, samalah dengan orang yang menyapu bawah sepatunya dengan mukanya supaya bersih, dijadikannya yang dilayani menjadi pelayan, pelayan menjadi yang dilayani. Akan tetapi apabila kita lihat pada zaman sekarang ini, tidaklah mungki seorang guru tidak mendapatkan upah, kareana mereka juga memerlukan biaya untuk anak istri mereka, disamping biaya tranfortasi mereka, disilah peran kita dari seorang murid atau lembaga dapat membeikan bantuan kepada seoarang guru yaitu berupa gaji. Dengan gaji yang kita berikan nanti nya dapat membantu kehidupan seorang guru tersebut. 3. Selalu meninggalkan nasehat kepada murid-muridnya.7 Seperti melarangnya dari usaha untuk beralih kepada suatu tingkatan sebelum berhak menerimanya, dan mempelajari ilmu yang tersembunyi sebelum menguasai ilmu yang jelas. Kemudian 7Ibid 96 menjelaskan kepada murid bahwa tujuan menuntut ilmu itu adalah untuk mendekatkan dirikepada Allah, bukan untuk memperoleh jabatan atau menjadikan mereka sombong dengan ilmu yang telah mereka miliki. Dapat diambil kesimpulan bahwasannya seorang guru harus selalu memberikan nasehat kepada muridnya, karena bagi seorang murid sangatlah penting nasehat yang diberikan oleh gurunya, apabila seorang guru tidak memberikan nasehat kepada muridnya maka di khawatirkan nanti nya murid tersebut akan dapat tidak terarah di didalam menuntut ilmu. walaupun nasehat sedikit yang diberikan oleh guru , sangatlah penting bagi muridnya guna untuk mencapai tujuan di dalam menuntut ilmu. Dengan nasehat yang diberikan oleh gurunya dapat membantu muridnya didalam mencapai cita-cita serta tujuan yang diinginkan murid ataupun oleh gurunya. 4. Mengajar dengan halus.8 Maksudnya adalah dalam proses pembelajaran, seorang guru tidak boleh menghardik muridnya yang bersalah, akan tetapi hendaklah seorang guru menegur muridnya dengan cara sindiran atau dengan cara yang halus, karena apabila seorang guru menegur murid secara terang-terangan, akan membuat murid merasa malu kepada 8Ibid, h. 217 97 teman-temannya dan akan mengakibatkan murid jengkel dan melawan kepada gurunya. Selain itu, maksud lain dari mengajar dengan halus di atas dapat juga diartikan bahwa seorang guru tidak boleh pemarah. Sehubungan dengan sifat marah, Ibnu Umar ra. Berkata: “Rasulullah SAW Bersabda” Rasulullah shollallaahu „alaihi wasallam juga bersabda: ارَ رَ رِ مْ رَ مْ رَ رِ رِ رَ رَ مْ ورِ ا رُ ىرُ رَل رَ نَّل رَ ارَ نَّ رَ رُ نَّل رُا رَ رَ رُا رَ رِ مْ رُ مْ رَى رَل رَ رٌ ارِ رَ رَ رُاارَ ظً مْ رَ رَ رَ رَ مْ رَ رَ ارَ رَ رِ رِ مْ رِ رُ مْ مْ رِ رُ نَّل رُاىرَ يِّ رَ رُ نَّ رَ رِ Artinya: “Barangsiapa yang menahan amarah padahal ia mampu untuk melampiaskannya, Allah akan panggil ia di hadapan para makhluk pada hari kiamat, hingga Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari (terbaik) yang ia inginkan (H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)”. Sahabat Nabi Ibnu Umar radhiyallaahu „anhu berkata: Tidak ada luapan yang lebih besar pahalanya di sisi Allah selain daripada luapan kemarahan yang ditahan oleh seseorang hamba demi menggapai wajah Allah (riwayat al-Bukhari dalam Adabul Mufrad) Artinya: “barang siapa menahan kemarahannya, maka Allah akan menutupi auratnya (kejelekannya)”9 Jadi jelaslah bahwa seorang guru tidak boleh memiliki sifat pemarah, karean dengan marah akan menjdikan seorang murid dapat 9 Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Jilid V, Terj. Moh. Zuhri(Semarang: CV Asy Syfa, 2009). h. 501 98 taku kepada seorang guru, apapun alsan yang akan membuat seorang guru marah hendaknya seorang guru berusaha untuk menahan kemarahan nya itu.guru harus bisa bersabar dalam menghadapi siswa / murid-muridnya. Sehingga dengan sabar dapat menjdi lebih baik di mata murid dan akan menjadikan lebih baik lagi dihadapan Allah swt, kerana berusaha keras untuk menahan kemarahan tersebut di hadapan murid. Hal ini juga dijelaskan oleh Rasulullah SAW bahwa orang yang menahan amarahnya, maka Allah akan menutupi auratnya atau kejelekannya. Dengan kata lain, menurut hemat penulis apabila seorang guru mampu mengendalikan amarahnya, maka kejelekannya tidak akan diketahui oleh orang lain atau siswanya, sementara apabila seorang guru memiliki sifat pemarah,ini akan menjadikan kita tidak baik di hadapan murid serta orang yang berada disekitar lingkungan tempat kita mengajar ., maka disana akan tergambar bahwa guru tersebut memiliki sifat yang tidak baik, dan hal demikian adalah kejelekan dari seorang guru. Sehingga ini akan menjatuhkan wibawa kita sebagai guru, bagaimana kita akan dicontoh murid kita sedangkan kita belum dapat mengendalikan amarah kita sebagai seorang guru. 5. Bertanggung jawab pada salah satu mata pelajaran.10 Dalam hal ini, hendaklah seorang guru bertanggung jawab pada suatu mata pelajaran, dan membuka jalan seluas-luasnya kepada murid untuk mempelajari pelajaran yang lain. Janganlah sekali-kali 10Ibid, h. 218

Description:
Guru itu berpengaruh dalam hati dan jiwa manusia. 13 Al-Ghazali, Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu, Terj: Aunur Rafiq.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.