ebook img

BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada abad ke-21 ini, paradigma ... PDF

19 Pages·2014·0.31 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada abad ke-21 ini, paradigma ...

BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada abad ke-21 ini, paradigma penyelenggaraan pemerintahan di negara manapun mengacu pada tatanan pengelolaan kepemerintahan yang baik, yang lazim disebut good governance. Paradigma good governance ini mensyaratkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, efektif dan efisien, serta demokratis, menjamin kualitas hubungan antara pemerintah dengan masyarakat yang dilayani dan dilindunginya. Selain itu, proses pengelolaan pemerintahan melibatkan stakeholders dalam berbagai bidang ekonomi, sosial dan politik, serta pendayagunaan sumber daya alam, keuangan dan manusia bagi kepentingan semua pihak dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, persamaan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas. (World Conference on Governance, UNDP 1999, dalam Sedarmayanti, 2007: 2) Tatanan pengelolaan kepemerintahan yang baik (good governance), merupakan suatu konsep baru yang semakin berkembang dan populer, sehingga tak kurang dari 193 negara di dunia saat ini, baik pada negara-negara baru merdeka, berkembang dan negara-negara maju, mengakui, menerima dan menerapkannya sebagai paradigma baru yang mengarah pada perbaikan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara yang bersih, responsif, berkeadilan, partisipatif, rasa bertanggungjawab terhadap kepentingan publik, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Dari 193 negara yang menganut paradigma good governance demikian, Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) termasuk di dalamnya. Pemahaman umum Good governance mulai mengemuka di Timor Leste sekitar 8 (delapan) tahun yang lalu, setelah Parlemen Nasional menerbitkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004, tentang pemberian pembentukan Ombudsman Timor Leste. Berdasarkan undang-undang ini, pemerintah menetapkan kebijakan bagi pembentukan Lembaga Ombudsman Timor Leste, pada tanggal 29 Mei tahun 2005, dengan nama Provedoria Dos Direitos Humanos E Justiça (Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan), Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Pembentukan Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan Republik Demokratik Timor Leste, didasarkan pada beberapa tujuan mendasar, yaitu: Implementasi terhadap, Pasal 27, Konstitusi Republik Demokratik Timor Leste, tentang pemberian pembentukan Provedoria Dos Direitos Humanos E Justiça/ Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan. 1. Untuk mewujudkan demokratisasi sebagai suatu proses yang mengarahkan pemerintah agar dapat menangkap aspirasi rakyat, melibatkan partisipasi publik, mengutamakan kepentingan rakyat dari pada kepentingan penguasa, individu dan golongan. 2. Untuk mewujudkan Negara Hukum Demokratik, yaitu kekuasaan negara dapat diatur, dibatasi bahkan di kontrol dengan sebaik-baiknya. Sehingga pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang menduduki jabatan dalam lembaga-lembaga negara yang bersangkutan, dapat di cegah dan ditanggulangi sebaik-baiknya. 3. Mendorong penyelenggaraan pemerintahan negara yang baik, efektif, transparansi, akuntabilitas, berkeadilan, rasa bertanggungjawab terhadap rakyat, bebas dari praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004, Undang-Undang Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan, berlandaskan pada Pasal 27, Konstitusi Republik Demokratik Timor Leste, menyatakan bahwa: “Provedor De Direitos Humanos E De Justiça Òrgão independente com a função de apreciar e procurar satisfazer as quexas dos cidadão contra os poderes públicos a verificar a comformidade dos actos com a lei, bem como prevenir e iniciar todo o processo para a reparação das injustiças, e com competência, ainda, para apreciar casos concretos, sem poder decisório, dirigindo recomendações aos órgãos competentes” “Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan adalah lembaga independen yang berfungsi sebagai penerima dan menyelesaikan atas pengaduan-pengaduan yang disampaikan oleh warga negara mengenai badan umum yang terbukti telah melakukan perbuatan melangar undang- undang. Dimulai dari proses pencegahan guna memperbaiki ketidakadilan dengan kewenangannya untuk penyelesaian kasus-kasus konkrit tanpa kekuasaan untuk memutuskan, tetapi menyampaikan rekomendasi kepada lembaga-lembaga yang berkompetensi” Pasal 1 huruf (c), Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004, Undang-Undang Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan Timor Leste, memberi pengertian good governance adalah: “Boa governação significo o exercício transparante dos poderes de governação, com vista a criar uma Administração Pública imparcial, eficiente e responsável, com respeito pelos princípios da legalidade e do Estado de Direito democrático”. “Good governance diartikan sebagai menjalankan kewenangan pemerintahan yang transparansi, dengan visi mendirikan sebuah Administrasi Publik yang tidak memihak, efisien dan bertanggungjawab, dengan menhormati prinsip-prinsip legalisasi dan hak dari Negara Hukum Demokratik”. Juncto/kaitan, huruf (h), mengartikan mal-administrasi sebagai: “Má administração” significa actos e omissões praticados com desvio ou abuso de poder, baseados em considerações irrelevantes ou em erros de facto ou de direito ou sem base num processo justo e equitativo e que embaracem ou prejudiquem o efektivo e normal funcionamento da Administração Publica” “Mal-administrasi” diartikan sebagai suatu tindakan dan kemauan jahat yang telah dilakukan atau penyalahgunaan wewenang, didasari atas pertimbangan tertentu yang tidak sesuai atau membuat kesalahan yang tidak dapat diabaikan, atau diluar hak-haknya, tanpa dasar proses yang adil dan kewajaran yang menhambat keefektifan dan berjalan normalnya Administrasi Publik”. Juncto, Pasal 5, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004, mengatur tentang kompetensi atau tugas dan kewenangan Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan Timor Leste, yaitu: Artigo 5.o Natureza 2) Provedor de Direitos Humanos e Justiça tem kompetencia paraapreciar quiexas, realizar investigções e dirigir aos órgãos competentes as recomendações que julgar apropriadas para prevenir ou reparar uma legalidade ou injustiça. Pasal 5, ayat (2), Secara Alamiah 2. Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan memiliki kewenangan untuk menerima pengaduan-pengaduan masyarakat, melakukan investigasi dan menyampaikan rekomendasi kepada badan-badan umum yang berkompeten, dengan masukan yang tepat bagi pencegahan atau memperbaiki hal-hal yang tidak sesuai dengan hukum atau ketidakadilan. Juncto, Pasal 28, mengatur kewenangan atau tugas Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan, sebagai berikut: Artigo 28.o, O Provedor deDireitos Humanos e Justiça tem, poderes para: a) Receber Queixas; b) Investigar e enquirir sobre matérias da sua competências. c) Arquivar ou indeferir liminarmente as queixas que lhe forem apresentadas. d) Convocar qualquer pessoa para comparecer perante si ou noutru local que se revele mas adequado, quando entendeque esta posa dispor de informação relevante para uma investigação. e) Aceder a quaisquer instalações, lokais, equipamentos, documentos, bens ou informação e inspeccioá –los e interrogar qualquer pesoa de qualquer modo relacionada com a queiça. f) Visitar e inspeccionar as condições de qualquer local de detenção, tratamento ou coidados e realizar entrevistas confidenciais com os reluclosos. g) Encaminhar as queixaspara a Jurisdição competente ou para outro mecanismo de recurso. h) Pedir permissão ao Parlamento Nasional para comparecer perante um tribunal, tribunal arbitral ou comissão administrative de inquereto i) Mediar ou conciliar o queixoso e o órgão ou entidade objecto da queiça, quando estes concordem submeter-se a tal processo. j) Recomendar soluções para as que lhe forem apresentadas, nomeadamente propondo remedios e reparações. k) Assesorar emitar pareceres, proposta e recomendações que visem melhorar o respeito pelos direitos humanos e a boa governação por partes das entidades dentro da sua área de juridição. l) Comicar ao Parlamento Nacional as conclusões das suas investigações e a suas recomendações. Juncto, Pasal 28, Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan, memiliki kewenangan sebagai berikut: a) Menerima pengaduan-pengaduan. b) Melakukan investigasi dan penuntutan sesuai kewenangannya. c) Mengarsipkan atau mengiliminasikan pengaduan-pengaduan yang tidak sesuai kewenangannya. d) Melakukan pemangilan terhadap siapa saja untuk hadir didepannya atau ditempat lain yang telah ditentukan, untuk memberi informasi yang relevan dengan sebuah investigasi yang telah atau baru dilakukan. e) Dapat mengakses ke berbagai instalasi-instalasi, tempat-tempat tertentu, peralatan-peralatan, surat menyurat atau dokumen-dokumen dari suatu investigasi, aset atau informasi, menginterogasi berbagai orang yang berhubungan dengan suatu kasus. f) Mengunjungi dan memeriksa berbagai kondisi tempat tahanan, untuk melihat penanganannya dan juga melakukan wawancara secara tertutup dengan para tahanan. g) Mengajukan suatu kasus kepada yurisdiksi lembaga yang lebih berkompeten atau kepada pihak lain yang berurusan dengan mekanisme naik banding. h) Permintaan izin kepada Parlemen Nasional untuk hadir di depan sebuah pengadilan, yaitu pengadilan arbitrasi atau komisi penyeledikan administratif i) Menjadi mediator atau konsiliator antara pelapor dengan badan yang Terlapor tentang objek dari suatu pengaduan. Apabila tela adanya kesepakatan bersama yang dicapai oleh kedua bela pihak untuk diproseskannya. j) Memberi solusi bagi penyelesaian pengaduan kedepanya, khususnya untuk remedi dan reparasi. k) Memberi opini atas masukan-masukan, melalui rekomendasi yang tepat untuk menumbuhkan penhormatan atas hak asasi manusia dan pemerintahan yang baik (good governance) kepada badang-badang pemerintahan yang ada dalam yurisdiksinya. l) Menyampaikan laporan kepada Parlemen Nasional mengenai kesimpulan dari sebuah investigasi yang dilakukan dan merekomendasikannya. Ditinjau dari Pasal 27, Konstitusi Republik Demokratik Timor Leste, Pasal 1 huruf (c) dan (h), Pasal 5 dan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004, ditetapkan bahwa Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan dibentuk oleh negara dengan tujuan untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik dan bersih (good governance) di Timor Leste. Mencapai tujuan dan sasaran tersebut, Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan menuntut setiap penyelenggara negara/pemerintahan di institusi publik Timor Leste, dalam menjalankan hak, fungsi, tugas, kewenangan serta tanggungjawabnya kepada publik, diwajibkan melaksanakan asas-asas umum pemerintahan yang baik, yaitu, menjalankan transparansi, akuntabilitas dan partisipatif, dalam menciptakan sebuah administrasi publik yang imparsial dan berkeadilan di negara Hukum Demokratik Timor Leste. Agar suatu institusi publik dapat mengatur, mengelola, melaksanakan fungsi administrasi umumnya efektif dan berkualitas, memunkinkan layanannya transparan, akuntabel, profesional dan berkeadilan terhadap publik, maka Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan menjadikan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance), yang diberlakukan bagi para pejabat penyelengara negara dan administrasi publik, sebagai tolok ukur untuk menilai sejauh mana sikap, tindakan dan perilaku mereka dalam pemberian pelayanan kepada publik, apakah telah sesuai dengan kerangka good governance atau melakukan perbuatan mal-administrasi. Mal-administrasi diangap Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan sebagai suatu perbuatan pejabat negara/pemerintahan maupun instansi-instansi publik yang buruk, terutama menyimpang dari tatanan kepemerintahan yang baik dan bersih, maka Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan, tampil sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat yang berperan aktif dalam melakukan pemberantasan dan pencegahan mal-administrasi publik secara sistematis. Kewenangan Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan adalah penegakkan good governance di setiap instansi pemerintahan yang ada di Timor Leste, terutama bagi perbaikan serta peningkatan kinerja pemerintahan yang baik dan efektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dan mal-administrasi publik. Namun, bila terlihat pada kenyataan saat ini di Timor Leste, good governance beserta prinsip-prinsipnya belum dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah. Terjadinya hal demikian, dikarenakan masih adanya beberapa pejabat negara maupun birokrasi penyelenggara administrasi pemerintahan, baik yang berada di pusat maupun di daerah yang cenderung koruptif (penyalahgunaan wewenang dan mal-administrasi), sentralistik, salf-oriented, tidak transparan, tidak demokratis, tidak partisipatif dan lain-lain. Sehingga menyebabkan layanan administrasi publik pemerintahan belum berjalan efektif dan efisien sesuai kepentingan masyarakat, sehingga kebanyakan warga masyarakat menjadi korban kesalahan-kesalahan administratif. Sebagai solusi pemecahannya masyarakat mengadukannya ke Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan untuk menyelesaikannya. Terciptanya good governance, penyalahgunaan wewenang, mal- administrasi, korupsi (permintaan uang inbalan jasa), nepotisme dan diskriminasi harus diberantas dan dicegahnya. Oleh karena itu, Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan berperan aktif untuk menanggulanginya sejak tahun 2006 sampai sekarang ini (2012), melalui pemeriksaan substansi laporan, menindaklanjuti laporan yang melibatkan instansi pemerintahan yang menjadi Terlapornya warga masyarakat, dengan mekanisme dan prosedur kerja investigasi, meminta penyerahan bukti-bukti dokumen yang relevan, menginspeksi terhadap instansi, aset dan peralatan yang ada kaitannya dengan dugaan praktik-praktik penyalahgunaan wewenang dan mal-administrasi, memonitoring, kerja sama dengan lembaga lain untuk tindakan pemberantasan dan pencegahannya. Melalui tugas dan kewenangan serta lingkup kerja Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan dalam melakukan tindakan pemberantasan dan pencegahan terhadap praktik-praktik penyalahgunaan wewenang dan mal- administrasi publik demikian, adalah sebagai salah satu wujud dari peran Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan dalam mendorong good governance di Timor Leste. Peran Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan dalam mendorong good governance di Timor Leste dapat dikatakan sangat tinggi. Tingginya peran Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan tersebut, dapat terlihat dari tiga spesialisasi teknikal kerja yang dilakukan Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan untuk mendorong good governance tersebut, yaitu melalui investigasi dan monitoring serta pendidikan umum anti mal-administrasi publik, dapat mencegah bentuk-bentuk praktik mal-administrasi publik seperti:  Penundaan atas layanan berlarut-larut.  Tidak menangani kepentingan masyarakat dengan baik.  Melalaikan kewajiban sebagai pelayan publik.  Persekongkolan dan nepotisme.  Bertindak tidak layak dan penyimpangan prosedur.  Nyata-nyata berpihak serta pemalsuan dokumen.  Pelanggaran undang-undang.  Diluar kompetensi dan intervensi.  Penyalahgunaan wewenang.  penggelapan barang bukti.  Permintaan uang imbalan jasa.  Mal-praktik, monopolistik, diskriminatif, dan lain-lain. Keberhasilan peran Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan tersebut, dapat dibuktikan dalam tabel dibawah ini: Tabel: 1.1. Investigasi Kasus Mal-administrasi Tahun 2011 Total Kelompok Instansi Pemerintahan Total Total Total % Laporan (Terlapor) Kasus Rkm Tangapan Terlapor 1. Kementerian Administrasi Negara Dan 0,29 Penetapan Wilayah 8 4 3 2. Kementerian Keadilan 0,19 5 2 2 3. Kementerian Keuangan 0,19 214 4 2 2 4. Kementerian Pertanian Dan Perikanan 0,19 6 2 2 5 Kementerian Pendidikan 0,19 7 3 2 6 Kementerian Solidaritas Sosial 0,29 20 5 3 7 Komisi Kepegawaian Negara 0,29 3 3 3 8 Kejaksaan Agung 4 1 1 0,10 9 Komando Kepolisian Negara 3 3 1 0,10 60 25 19 100,00 Sumber: Data Hasil Penelitian 2012 Data pada Tabel 1.1 terlihat bahwa laporan masyarakat mengenai perbuatan penyalahgunaan wewenang dan kesalahan-kesalahan administratif dalam layanan publik yang dilakukan oleh pejabat publik di Timor Leste yang diterima Ombudsman Hak Asasi Manusia Dan Keadilan Timor Leste tahun 2011 (tahun lalu) sebanyak 214 laporan atau 17,83%. Dua ratus empat belas (214) laporan pengaduan masyarakat yang diterima Ombudsman tersebut, setelah dipelajari dan dianalisis secara preliminar, terutama terhadap catatan dokumen pengaduan/file case record oleh para investigator Departemen Investigasi Mal-administrasi Publik, Divisi Good Governance, diajukan ke Komite Jestaun Keixa (KJK)/Komite Pengaturan Pengaduan (KPP) Ombudsman diputuskan menjadi 60 kasus mal-administrasi publik.

Description:
h) Pedir permissão ao Parlamento Nasional para comparecer perante um tribunal, tribunal arbitral . Kehidupan masyarakat di 9. Area di perbatasan
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.