ebook img

BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian Kualitatif Penelitian yang akan dilakukan ini adalah ... PDF

38 Pages·2012·0.12 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian Kualitatif Penelitian yang akan dilakukan ini adalah ...

BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian Kualitatif Penelitian yang akan dilakukan ini adalah penelitian kualitatif dengan studi atau kajian pada fokus tententu, sehingga peneliti berharap memperoleh data yang relatif lengkap dan mendalam, juga bisa dilakukan interpretasi terhadap berbagai fenomena yang ditemui di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode diskursus dengan pertimbangan bahwa fokus penelitian ini adalah ingin mengungkap wacana pemikiran keagamaan atau pemikiran ideologis. Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miler (1986: 9) pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamat mulai mencatat atau menghitung dari satu, dua, tiga, dan seterusnya. Berdasarkan pertimbangan dangkal demikian, kemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian kuantitatif mencakup setiap penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata, dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau kuantitas. Di pihak lain kualitas menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak 139 mengadakan perhitungan. Pemahaman yang demikian tidak selamanya benar, karena dalam perkembangannya ada juga penelitian kualitatif yang memerlukan bantuan angka-angka seperti untuk mendeskripsikan suatu fenomena maupun gejala yang diteliti. Dalam perkembangan lebih lanjut ada sejumlah nama yang digunakan para ahli tentang metodologi penelitian kualitatif1 seperti: interpretif grounded research, ethnometodologi, paradigma naturalistik, interaksi simbolik, semiotik, heuristik, hermeneutik, atau holistik, yang kesemuanya itu tercakup dalam klasifikasi metodologi penelitian post-positivisme phenomenologik interpretatif. Berdasarkan beragam istilah maupun makna kualitatif, dalam dunia penelitian istilah penelitian kualitatif setidak-tidaknya memiliki dua makna, yakni makna dari aspek filosofi penelitian dan makna dari aspek desain penelitian. Model penelitian naturalistik (the naturalistic method of inquiry, menurut istilah Guba) menurut Noeng Muhajir2 disebut sebagai model yang telah menemukan karakteristik kualitatif yang sempurna, artinya bahwa kerangka pemikiran, filsafat yang melandasinya, ataupun operasionalisasi metodologinya bukan rektif atau sekedar merespons dan bukan sekedar menggugat yang kuantitatif, melainkan membangun sendiri kerangka pemikirannya, filsafatnya, dan operasionalisasi metodologinya. Para ahli metodologi penelitian kualitatif pada umumnya mengikuti konsep model naturalistik yang dikemukakan oleh Guba. Moleong menggunakan istilah paradigma alamiah untuk menunjuk pada 1Noeng Muhajir.,Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi IV (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), 17. 2 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, 147. 140 paradigma kualitatif naturalistik sebagai kebalikan dari paradigma ilmiah untuk menunjuk pada paradigma kuantitatif .3 Lebih lanjut, Guba mengetengahkan 14 (empat belas) karakteristik penelitian naturalistik, yaitu: 1. Konteks natural (alami), yaitu suatu konteks keutuhan (entity) yang tak akan dipahami dengan membuat isolasi atau eliminasi sehingga terlepas dari konteksnya. 2. Manusia sebagai instrumen. Hal ini dilakukan karena hanya manusia yang mampu menyesuaikan diri dengan berbagai ragam realitas dan menangkap makna, sedangkan instrumen lain seperti tes dan angket tidak akan mampu melakukannya. 3. Pemanfaatan pengetahuan tak terkatakan. Sifat naturalistik memungkinkan mengungkap al-hal yang tak terkatakan yang dapat memperkaya hal-hal yang diekspresikan oleh responden. 4. Metode kualitatif. Sifat naturalistik lebih memilih metode kualitatif dari pada kuantitaif karena lebih mampu mengungkap realitas ganda, lebih sensitif, dan adaptif terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. 5. Pengambilan sampel secara purposive. 6. Analisis data secara induktif, karena dengan cara tersebut konteksnya akan lebih mudah dideskripsikan. Yang dimaksud dengan analisis data induktif menurut paradigma kualitatif adalah analisis data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit dan dilanjutkan dengan kategorisasi. 7. Grounded theory. Sifat naturalistik lebih mengarahkan penyusunan teori diangkat dari empiri, bukan dibangun secara apriori. Generalisasi apriorik nampak bagus sebagai ilmu nomothetik, tetapi lemah untuk dapat sesuai dengan konteks idiographik. 8. Desain bersifat sementara. Penelitian kualitatif naturalistik menyusun desain secara terus menerus disesuaikan dengan realita di lapangan, tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat. Hal ini terjadi karena realita di lapangan tidak dapat diramalkan sepenuhnya. 9. Hasil dirundingkan dan disepakati bersama antara peneliti dan responden. Hal ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir atas data yang diperoleh karena responden lebih memahami konteksnya daripada peneliti. 10. Lebih menyukai modus laporan studi kasus, karena dengan demikian deskripsi realitas ganda yang tampil dari interaksi peeliti dengan responden dapat terhindar dari bias. Laporan semacam itu dapat menjadi landasan transferabilitas pada kasus lain. 3 Lexi Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 15. 141 11. Penafsiran bersifat idiographik (dalam arti keberlakuan khusus), bukan ke nomothetik (dalam arti mencari hukum keberlakuan umum), karena penafsiran yang berbeda nampaknya lebih memberi makna untuk realitas yang berbeda konteksnya. 12. Aplikasi tentatif, karena realitas itu ganda dan berbeda. 13. Ikatan konteks terfokus. Dengan pengambilan fokus, ikatan keseluruhan tidak dihilangkan, tetap terjaga keberadaannya dalam konteks, tidak dilepaskan dari nilai lokalnya. 14. Kriteria keterpercayaan. Dalam penelitian kuantitatif keterpercayaan ditandai dengan adanya faliditas dan reliabilitas, sedangkan dalam penelitian kualitatif naturalistik oleh Guba diganti dengan kredibilitas, transferabilitas, dipendabilitas, dan konfirmabilitas.4 B. Desain Penelitian. Berdasarkan desain penelitian yang disusun, penelitian kualitatif dapat dibedakan menjadi dua macam yakni: a) Desain penelitian kualitatif non standar. Desain penelitian kualitatif non standar sebetulnya menggunakan standar seperti kuantitatif, tetapi bersifat fleksibel (tidak kaku). Dengan kata lain model ini merupakan modifikasi dari model penelitian paradigma positivistik kuantitatif dengan menyederhanakan sistematika ataupun menyatukan beberapa bagian dalam bab yang sama, misalnya memasukkan metode penelitian dalam bab 1. desain penelitian kualitatif non standar ini digunakan untuk penelitian kualitatif dalam paradigma positivistik dan pnelitian kualitatif dalam paradigma bahasa, b) Desain penelitian kualitatif tentatif. Model ini sama seali berbeda dari model di atas. Desain penelitian terstandar dan non standar disusun sebelum peneliti terjun ke lapangan dan dijadikan sebagai acuan dalam mengadakan penelitian, sedangkan desain penelitian tentatif disusun sebelum ke lapangan juga tetapi setelah peneliti memasuki lapangan penelitian. Desain penelitian dapat berubah- 4Guba, Egon G.& Lincoln, Yvonna S. Competing Paradigms in Qualitative Research. dalam Handbook of Qualitative Research, Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln, ed (London: Sage Publications, 1994), 39-44. 142 ubah untuk menyesuaikan dengan kondisi realitas lapangan yang dihadapi. Acuan pelaksanaan penelitian tidak sepenuhnya tergantung pada desain yang telah disusun sebelumnya, tetapi lebih memperhatikan kondisi realitas yang dihadapi.5 Salah satu pendekatan dalam penelitian kuwalitatif adalah studi kasus. Pendekatan ini merupakan sebuah upaya penelitian tentang suatu unit sosial selama kurun waktu tertentu dengan penyelidikan yang mendalam dan pemeriksaan yang menyeluruh, sehingga studi kasus ini dapat mengantarkan peneliti memasuki unit-unit sosial terkecil seperti perhimpunan, kelompok, keluarga, dan berbagai bentuk unit sosial lainnya. Tegasnya, studi kasus dalam khazanah metodologi dikenal sebagai suatu studi yang komprehensif, intens, rinci, dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer, kekinian. Robet Yin memberikan pengertian yang ringkas tentang studi kasus: yaitu suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara enomena dan konteks tak tampak dengan tegas; dan dimana: multi suber bukti dimanfaatkan. Sementara itu Robet Yin mengintrodusir studi kasus itu lebih banyak berkutat pada atau berupaya menjawab pertanyan- pertanyaan How (bagaimana), dan Why (mengapa), serta pada tingkat tertentu juga menjawab pertanyaan What (apa/apakah), dalam kegiatan penelitian. Lebih lanjut Robet Yin mengemukakan keunggulan-keunggulan pendekatan studi kasus ini antaa lain sebagai berikut: 5 Ibid., 143 1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas. 2. Studi kasus dapat memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubungan-hubungan yang (mungkin) tidak diharapkan/diduga sebelumnya. 3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial. 4. Bersifat luwes berkenaan dengan metode pengumpulan data yang digunakan, serta menjangkau dimensi yang sesungguhnya dari topik yang diselidiki. 5. Dapat dilaksanakan secara praktis di dalam banyak lingkungan sosial, serta dapat menawarkan kesempatan menguji teori. 6. Bisa relativ lebih murah, bergantung pada jangkauan penyelidikan dan tipe teknik pegumpulan data yang digunakan.6 Sementara itu Yin, lebih lanjut mengkategorikan studi kasus ke dalam tiga tipologi, yaitu: studi kasus eksplanatoris, eksploratoris, dan deskriptif. Penegasan ini sekaligus menolak anggapan (kesalah pahaman umum) bahwa studi kasus hanya cocok diterapkan dalam penelitian yang bersifat eksploratoris. Dari pemaparan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kuwalitatif dengan mengedepankan pendekatan studi kasus yang bertipe deskriptif. Adapun design rasionalitasnya adalah: 1) bahwa kasus tunggal (obyek studi kasus mungkin berupa kasus tunggal, dan mungkin multi kasus), pada dasarnya adalah analog dengan eksperimen tunggal (dalam penelitian kantitatif). dalam konteks ini sebuah rasional muncul ketika kasus itu tampak sebagai kasus yang penting dan relevan untuk menguji suatu teori yang diletakkan sebelumnya sebagai perspektif. 2) sebuah kasus merefleksikan sesuatu 6Robert, Yin Robert, Dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 1994),10. 144 yang ekstrim atau penuh keunikan sehingga menarik dan bermakna untuk ditelusuri. 3) sebuah kasus yang dapat dikatakan sebagai kasus penyingkapan. kasus semacam ini dapat ditemui seorang peneliti manakala ia berkesempatan memasuki suatu ranah sosial atau fenomena yang kurang diizinkan untuk diteliti secara ilmiah. Dalam penelitian studi kasus seperti tersebut di atas, dibutuhkan adanya entri dan kehadiran peneliti. Dalam entri ini, peneliti menguraikan atau menceritakan bagaimana situasi yang sebenarnya pada waktu peneliti memasuki lokasi penelitian. Dari uaraian latar belakang (pada bab satu), keadaan di lapangan penelitian telah mempunyai daya tarik untuk meneliti sehingga pada waktu itu juga peneliti mendiskusikan dengan berbagai fihak yang kompeten bahwa penelitian ini posible, dan untuk hal ini bagi peneliti tidak ada hambatan. Perlu diketahui bahwa peneliti sebenarnya berasal dari daerah lokasi tempat penelitian ini yakni desa Paciran, sehingga harus menghadapi adanya hambatan dan juga kemudahan bagi peneliti sebagai peneliti yang netral. Yang sedikit menjadi hambatan adalah dengan eksistensi peneliti tersebut pengkondisian terhadap masyarkat warga Muhammadiyah Paciran sebagai subyek penelitian terasa agak mengalami kesulitan. Sedangkan hal-hal yang memudahkan peneliti adalah, penelititidak perlu mengadaptasikan diri atau dengan kata lain peneliti sudah memahami karakteristik sebagian besar warga Muhammadiyah Paciran sebagai lokasi peneitian. Adapun tentang kehadiran peneliti, bahwa yang menjadi pokok masalah adalah apakah dengan kehadiran peneliti, mengubah perilaku atau pemikiran 145 orang-orang yang diteliti? untuk mengadaptasikan hal tersebut maka peneliti mengusahakan terciptanya suatu kondisi, yakni a) berinteraksi dengan subyek penelitian secara alamiah,tidak menonjol, dan dengan cara yang tidak memaksa, b) agar jangan sampai terjadi oleh kehadiran seorang peneliti, tindakan dan cara para subek penelitian terpaksa, yaitu dengan mewawancarainya secara iformal, tanpa disadari oleh subyek bahwa dia sedang diwawancarai dan dilakukan antara dua orang dengan derajat yang sama. dengan demikian perilaku subyek penelitian tidak berubah dari perilaku aslinya, dengan kata lain berjalan secara alami, sehingga peneliti bisa mendapatkan informasi yang mempunyai validitas tinggi. Metodologi penelitian kualitatif (naturalistik) adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Dengan metode itu, peneliti dapat belajar mengeksplorasi dan memahami pengalaman manusia dan atau kelompoknya, seperti kepercayaan, penderitaan, rasa sakit, keindahan, pengharapan, dan yang telah terbentuk dan dialami manusia sebagai hidup sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian kuwalitatif atau disebut metodologi kualitatif (Bogdan dan Tylor, 1975:5 )7 merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. 7Robert Bogdan, C. & Biklen, Sari Knopp. Qualitative Research for Education An Introduction to Theory and Method (Boston : Allyn and Bacon Inc., 1982), 5. 146 Popper juga menjelaskan seperti dikutip Noeng Muhadjir (1996 :14)8 bahwa pendekatan kualitatif sifatnya holistik (utuh) untuk memahami realitas sosial, memberikan tekatan terbuka tentang kehidupan sosial. Kehidupan sosial dipandang sebagai kreativitas bersama individu. Individu selanjutnya dunia sosial dianggap tidaklah tetap atau statis, tetapi berubah dan dinamis. C. Pemilihan Lokasi dan Informan Penelitian. Pemilihan desa Paciran (kecamatan Paciran), selain karena terkait dengan realitas sosial yang ditemukan yaitu perubahan sosial-budaya warga Muhammadiyah, juga dipilih atas dasar hasil survei yang mendukung realitas substansial tersebut yaitu memperlihatkan adanya kenyataan-kenyataan perubahan sebagai berikut; Pertama, Desa Paciran (kecamatan Paciran), Kabupaten Lamongan berada di pesisir pantai utara Jawa merupakan pusat penyiaran agama Islam oleh para wali pada sekitar abad XV-XVI. Dampak dari dakwah para wali di sekitar desa tersebut kemudian membentuk komunitas Islam yang kuat. Sejak pertengahan abad kedua puluh orang-orang Islam di desa-desa ini menjadi warga yang kuat dari organisasi sosial keislaman khususnya Muhammadiyah. Kondisi keberagamaan dan kehidupan sehari-hari sekarang mengalami banyak perubahan. 8Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), 14. Pendekatan kualitatif lebih mementingkan segi “proses” dari pada “hasil”. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Bogdan dan Biklen (1982:28) memberikan contoh seorang peneliti yang menelaah sikap guru terhadap jenis siswa tertentu. Peneliti mengamatinya dalam hubungan sehari-hari, kemudian menjelaskan tentang sikap yang diteliti. Dengan kata lain, peranan proses dalam penelitian kualitatif besar sekali. 147 Konkretnya dengan banyaknya masarakat warga Muhammadiyah yang menempuh pendidikan tingi di luar Paciran, maka wawasan pemikiran keagamaannya semakin luas, apalagi merea telah mampu memadukan pendidikan keagamaan yang kental selama di Paciran dengan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya selama di Perguruan Tinggi di luar Paciran. Selain itu, dengan masuknya industrialisasi di kawasan Paciran sedikit banyak mempengaruhi pola pikir mereka baik pada tataran teoritis keilmuan maupun praktis keduniawian. Kedua, secara geografis desa tersebut termasuk desa terbuka dilalui jalan raya yang menghubungkan transportasi kota-kota di sekitarnya seperti Tuban di sebelah barat, Lamongan sebelah selatan dan Gresik dan Surabaya di sebelah timur. Kelancaran transportasi mengakibatkan mobilitas masyarakatnya semakin lancar dan luas. Gesekan-gesekan masyarakatnya dengan komunitas luar semakin intens. Pada gilirannya mereka membawa masuk budaya-budaya baru ( modern) yang berlawanan dengan budaya sebelumnya. Ketiga, munculnya generasi-generasi baru Islam yang memiliki latar belakang pendidikan lebih tinggi. Di samping itu lembaga-lembaga pendidikan tinggi muncul di lingkungan pondok-pondok pesantren di desa ini.9 Adanya lembaga-lembaga pendidikan tinggi ini mempengaruhi cara berfikir dan wawasan 9Di desa Paciran, terdapat dua kompleks lembaga pendidikan, yakni Pondok Karang asem Muhammadiyah Paciran (di Paciran bagian selatan). Di sini terdapat pondok pesantren, TK, MTS, MA, SMK, Panti asuhan Muhammadiyah, dan Perguruan Tinggi STKIP. Sedangka kompleks pendidikan yang kedua di bagian utara, yakni Pondok Modern Muhammadiyah Paciran, TK, MTs, MA, SMK, Sekolah Tinggi Tarbiyah Muhammadiyah, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi. Ke dua kompleks lembaga pendidikan Muhammdiyah di Paciran ini sama-sama besar pengaruhna bukan hanya di kawasan Kecamatan Paciran saja, tetapi di kawasan Jawa Timur, bahkan sebagian santrinya berasal dari Luar pulau, seperti madura, Kalimantan, Sumatera, dan Bali.

Description:
MA, SMK, Panti asuhan Muhammadiyah, dan Perguruan Tinggi STKIP. Sedangka kompleks pendidikan yang . M. Wetherell, S. Taylor and. SJ. Yates, Discourse Theory and Practice (London: SAGE Publications), 2001, hal. 14-27.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.