BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori Bab ini akan membahas dasar teori tentang variabel-variabel yang membentuk niat pembelian ulang konsumen sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. 2.2. Pengertian Isu Penelitian Niat pembelian ulang dipdanang penting untuk diteliti. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan prediksian mengenai perilaku pembelian ulang konsumen di Imeprial Kitchen cabang The Park Solo Baru. Melalui cara tersebut diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman dalam mengungkap variabel- variabel yang membentuknya. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi praktisi untuk merumuskan strategi pemasaran guna meningkatkan perilaku loyalitas konsumen. 2.3. Posisi Penelitian Sub bab ini bertujuan untuk menjelaskan posisi studi ini dibdaningkan dengan studi-studi terdahulu terkait dengan variable- variabel yang menjadi objek amatan dan alat statistic yang digunakan dalam penelitian. Kajian studi terdahulu yang menjadi dasar pembentukan model penelitian disajikan pada tabel II.1 Tabel II.1 mengindikasi perbedaan variable yang membentuk model. Dalam konteks ini variabel dependen 1 2 dikonsepkan dalam Behavioral Intention, yaitu Namkung dan Jang (2007); Ryu dan Jang (2007) Selain itu, variabel independen juga dikonsepkan dalam variabel yang sama, yaitu: Physical Environtment pada penelitian Ryu dan Han (2007); Han dan Jang (2009); Han dan Ryu (2011). Pada studi ini variabel independen yang digunakan adalah Physical Environtment dengan 6 dimensi yang digunakannya meliputi : keindahan fasilitas, suasana, pencahayaan, tata ruang, perlengkapan makan dan pelayanan staf. Hal ini dikarenakan mampu mewakili karakteristik obyek dan setting di Indonesia. Selanjutnya kajian literatur juga mengindikasi keragaman terhadap variabel pemediasi dalam model, yaitu: (1) Pleasure dan Arousal pada penelitian Ryu dan Han (2007) (2) Price Perception dan Customer Satisfaction pada penelitian Han dan Jang (2009) (3) Discomfirmation dan Customer Satisfaction pada penelitian Han dan Ryu (2011) (4) Food Quality dan Satisfaction pada penelitian Namkung dan Jang (2007). Sedangkan pada studi ini variabel mediasi yang digunakan adalah Kepuasan Konsumen. Hal ini dikarenakan mampu mewakili karakteristik obyek dan setting di Indonesia. Seluruh penelitian dalam studi terdahulu menggunakan SEM (Structural Equation Model) untuk pengujian analisis, begitu juga dengan studi ini menggunakan SEM sebagai alat analisisnya. 3 Tabel II.1 Kajian Studi Terdahulu Peneliti Variabel Variabel Variebel Variabel Alat Analisis (Tahun) Independen Mediasi Moderasi Dependen Physical Environment Dimensions : a. Facility b.Aesthetics, a. Ple Ryu dan Han, c. Lighting, asure Bahavioral SEM 2007 b. Intention Aro d. Ambience, usal e. Layout, f. Table Setting, g. Employee Namkung dan Food Quality Satisfaction Behavioral SEM Jang, 2007 Intention Physical Environment Dimensions : a.Decordan a. Price Han dan Jang, Artifacts, Perception Customer SEM 2009 b.Spatial b. Customer Loyalty Layout, Satisfaction c. Ambient Conditions Physical Environment Dimensions : a. Facility b.Aesthetics, a. Discomfirmati a.First Time Han dan Ryu, c.Lighting, on Customer Customer SEM 2011 b. b. Loyalty Customer Repeat d. Ambience, Satisfaction Customers e. Layout, f. Table Setting, g. Service Staff Penelitian ini Dimensi Kepuasan Niat SEM 2015 Lingkungan Konsumen Pembelian Fisik : Ulang a. Keindahan fasilitas, b. Suasana, c. Pencahayaan , d. Tataruang, e. Perlengkapan makan, 4 f. Pelayanan staf Sumber : Hasil olahan penulis, 2016 2.4. Pembahasan Teori dan Hipotesis Dalam sub bab ini akan dijelaskan tentang definisi teoritis serta hubungan dimensi terhadap variabel. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman atau persepsi yang sama dari variabel yang akan diamati serta menjadikan penelitian ini mempunyai ldanasan teoritis yang kuat. 2.4.1. Lingkungan Fisik (Physical Environtment) Konsep lingkungan fisik atau yang lebih dikenal sebagai “Atmospherics” atau “Servicescape” pertama kali diperkenalkan lebih dari tiga dekade yang lalu oleh Kotler (1973). Kotler (1973) konsumen kemungkinan akan memberikan respon yang lebih pada produk atau layanan yang nyata ketika membuat keputusan pembelian. Respon yang diberikan termasuk pada tempat dan lebih spesifiknya pada atmospher dari tempat dimana konsumen melakukan keputusan pembelian. Atmospher merupakan desain dari lingkungan yang mempengaruhi pembelian individu. Sejak (Kotler, 1973) memperkenalkan lingkungan toko dapat memberikan 5 stimuli pada pembelian individu dan psikologi lingkungan diperoleh dari pemahaman lingkungan fisik sebagai elemen untuk mengetahui respon individu terhadap restoran (Baker, 1987; Bitner, 1990; Turley dan Milliman, 2000). Lingkungan fisik berperan penting dalam menciptakan image dan mempengaruhi perilaku konsumen khususnya yang bersangkutan dengan industri restoran (Hui, Robson dalam Ryu dan Han, 2011). Tingkat kepentingan lingkungan fisik dapat berubah-ubah tergantung pada karakteristik konsumsi konsumen pada suatu restoran. Yang pertama, pengaruh lingkungan fisik pada respon afektif konsumen restoran kelas atas mungkin akan lebih terlihat jika layanan yang diberikan memuaskan karena layanan merupakan hal primer untuk konsumen yang bertujuan hedonic daripada tujuan utilitarian. Pada konsumsi hedonik mengutamakan kepuasan sebagai tujuan utama pada pengalaman layanan (Babin dalam Ryu dan Han, 2011). Karena pada konsumen restoran kelas atas akan lebih sensitif pada kualitas keindahan yang ditampilkan restoran (Wakefield dan Blodgett, 1994). Yang kedua, pentingnya lingkungan fisik mungkin memiliki dampak yang tidak terlalu besar pada restoran cepat saji (Wakefiled dan Blodgett dalam Han dan Ryu, 2009). Namun konsumen kelas atas biasanya meluangkan waktunya lebih lama untuk menikmati suasana restoran makadari itu pentingnya lingkungan fisik harus diperhatikan. Konsep konkret 6 dari kerangka model untuk lingkungan fisik didasarkan pada tujuan lingkungan psikologi dan pemasaran restoran kelas atas (Bitner; Turley dan Miliman dalam Ryu dan Han, 2011). Ryu dan Jang (2008) dimensi-dimensi yang digunakan disebut dengan “DINESCAPE.’ DINESCAPE sebutan lain dari “SERVICESCAPE” yang mendiskripsikan karakteristik dari lingkungan fisik. Namun, DINESCAPE berbeda dengan SERVICESCAPE dimana DINESCAPE lebih difokuskan pada lingkungan restoran dan terbatas hanya pada area makan bagian dalam. Secara konseptual, DINESCAPE didefinisikan sebagai sesuatu yang membentuk lingkungan fisik dan individu melingkupi area makan restoran. DINESCAPE tidak menyertakan lingkungan luar seperti parkir dan desain eksternal bangunan dan yang bukan area lingkungan makan seperti tempat istirahat dan ruang tunggu dan mencoba memberikan seluruh informasi yang berguna yang dikhususkan pada tempat makan. Ryu dan Jang (2008) mengkategorikan DINESCAPE dalam enam dimensi, menurut (Cobe dalam Ryu dan Han, 2011) estetika fasilitas atau keindahan fasilitas di restoran dapat menjadi hal yang dapat menarik dan menahan individu untuk loyal pada restoran. Menurut (Baker dalam Ryu dan Han, 2011) suasana merupakan elemen tidak berwujud dari latarbelakang karakteristik berupa musik, bau dan temperatur yang memberikan efek tidak terlihat dan 7 secara tidak sadar mempengaruhi loyalitas individu. Tingkat pencahayaan memiliki efek terhadap konsumen dalam menilai kualitas dari ruangan restoran dan dapat merubah aspek fisik, emosi dan psikologi konsumen menurut (Kurtich dan Eakin dalam Ryu dan Han, 2011). Lokasi penempatan meja restoran memiliki dampak yang besar pada pengalaman konsumen pada saat makan di restoran menurut (Lin dalam Ryu dan Han, 2011). Tata cara penataan dekorasi meja dengan peletakan perlengkapan makan ternyata juga memberikan efek positif kepada konsumen menurut (Ryu dan Han, 2011). Ryu dan Jang, 2008a pelayanan staf atau layanan karyawan juga meurpakan bagian dari pengaturan layanan restoran yang mempengaruhi loyalitas individu a. Keindahan Fasilitas Keindahan fasilitas adalah keindahan fasilitas didalam restoran yang meliputi dekorasi ruangan, desain interior , warna dari cat tembok yang digunakan, penggunaan lantai dasar restoran dan furnitur-furnitur unik yang mempengaruhi individu pada saat makan. Sejalan dengan pengertian tersebut menurut (Wakefield dan Blodgett, 1994) mendefinisikan keindahan fasilitas adalah desain arsitektur, desain interior dan dekorasi yang memberi kontribusi terhadap ketertarikan individu pada lingkungan makan. Dengan nilai estetika yang tinggi maka ketertarikan individu juga akan tinggi terhadap lingkungan makan. 8 Studi sebelumnya mengindikasikan bahwa keadaan yang memunculkan desain arsitektur dapat memberikan kepada ketertarikan individu yang dipengaruhi skema warna yang terdapat pada lingkungan makan menurut (Bellizzi dan Hite; Crowley; Gorn, Chattopadhyay, Yi, dan Dahl; Mikellides dalam Ryu dan Jang, 2007). Perbedaan warna memiliki pengaruh yang berbeda pada mod, emosi dan perasaan individu. Keindahan fasilitas dapat menarik dan menahan konsumen berada didalam restoran (Cobe dalam Ryu dan Han, 2011). Bukan hanya dapat mempengaruhi konsumen di restoran saja melainkan dapat meningkatkan pendapatan restoran. Banyak restoran yang membuat pengakuan dan menggunakan keindahan fasilitas untuk membuat tema restoran yang khusus (Barbas dalam Ryu dan Han, 2011). Selain itu, keindahan fasilitas berperan penting dalam strategi pemasaran untuk mempengaruhi respon konsumen seperti sikap, emosi, persepsi harga, persepsi nilai, kepuasan, dan perilaku (Berry dan Wall, 2007; Han dan Ryu, 2009; Kim dan Moon, 2009; Liu dan Jang, 2009; Pullman dan Gross, 2004; Pullman dan Robson, 2007; Ryu dan Jang, 2007). Misalnya, disamping area makan konsumen sering meluangkan waktu untuk mengamati interior dari area makan. Dari evaluasi tersebut biasnaya mempengaruhi sikap terhadap restoran. Selain interior area makan, konsumen mungkin terpengaruh juga oleh skema warna dari area 9 makan, seperti hiasan tembok dan bunga yang menyertainya. Aspek lain yang termasuk dalam desain interior termasuk furnitur, lukisan, tumbuhan/bunga dan dekorasi tembok yang mungkin akan mempengaruhi kualitas penerimaan dari lingkungan makan, penimbulan emosi pada konsumen akan mempengaruhi perilaku konsumen. Kajian literatur sebelumnya menyatakan bahwa dimensi keindahan fasilitas mempunyai hubungan positif terhadap kesukaan. Kesukaan individu berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen menurut (Ryu dan Jang, 2007). Keindahan fasilitas menjadi penyebab dari kepuasan konsumen dan niat perilaku di konteks restoran kelas atas menurut (Ryu dan Jang, 2008b). b. Suasana Suasana adalah bagian dari lingkungan fisik yang nyata dirasakan individu tetapi tidak berwujud seperti alunan suara musik didalam restoran, suhu temperatur restoran dan bau-bauan yang memberikan efek wewangian kepada individu agar merasa tenang dan nyaman ketika mereka makan. Pengertian tersebut didukung dari studi (Baker dalam Ryu dan Han 2011) mengungkapkan suasana bisa dikatakan juga sebagai karakteristik background yang tidak terlihat yang mempengaruhi perasaan nonvisual dan mungkin 10 mempunyai efek tidak sadar bagi para konsumen. Kondisi background biasanya seperti musik, bau-bauan, dan suhu. Studi sebelumnya menemukan bahwa suasana musik dapat meningkatkan persepsi dari suatu tempat bisnis menurut (Mattila dan Wirtz; North dan Hargreaves dalam Ryu dan Han, 2011), juga dapat mendatangkan emosi (Ryu dan Jang, 2007); dapat mempengaruhi kepuasan konsumen dan relaksasi konsumen (Magnini dan Parker; Oakes dalam Ryu dan Han, 2011), juga dapat meningkatkan waktu untuk berbelanja dan menunggu (Yalch dan Spangenberg dalam Ryu dan Han, 2011), mempengaruhi kecepatan makan (Milliman dalam Ryu dan Han, 2011), mempengaruhi niat pembelian (Baker; North dan Hargreaves dalam Ryu dan Han, 2011), memperbaiki persepsi konsumen (Magnini dan Parker dalam Ryu dan Han, 2011), mempengaruhi interaksi penjual dan pembeli (Magnini dan Parker dalam Ryu dan Han, 2011), mempertinggi produktifitas konsumen (Magnini dan Parker; Mattila dan Wirtz; North dan Hargreaves dalam Ryu dan Han, 2011). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa musik dapat meningkatkan penjualan (Areni dan Kim; Mattila dan Wirtz; Milliman; North dan Hargreaves; Yalch dan Spangenberg dalam Ryu dan Han, 2011); dapat mempengaruhi niat pembayaran (Baker; North dan Hargreaves dalam Ryu dan Han, 2011); dapat
Description: