ebook img

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman 2.1.1. Kebutuhan rasa aman PDF

16 Pages·2017·0.22 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman 2.1.1. Kebutuhan rasa aman

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman 2.1.1. Kebutuhan rasa aman dan nyaman pada pasien gawat darurat Rasa aman didefinisikan oleh Maslow dalam Potter & Perry (2006) sebagai sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian dan keteraturan dari keadaan lingkungannya yang mereka tempati. Abraham Maslow dalam Potter&Perry, 2006 juga mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok yang harus terpenuhi yang digambarkan ke dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid dan prioritas pemenuhan kebutuhan ini dimulai dari tingkatan yang paling bawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow yang dijabarkan sebagai berikut: 1. Kebutuhan biologis 2. Kebutuhan rasa aman. Kebutuhan rasa aman ini meliputi kebutuhan untuk dilindungi, jauh dari sumber bahaya, baik berupa ancaman fisik maupun psikologi. 3. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki Kebutuhan akan rasa cinta, dicintai dan menyayangi dapat di miliki setiap orang karena setiap orang membutuhkan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain dan kebutuhan untuk dapat merasa memiliki. 4. Kebutuhan akan penghargaan 9 Kebutuhan akan penghargaan yang dimiliki seseorang dapat berupa pemberian apresiasi dan reward atas prestasi yang berhasil dilakukan, kecakapan dalam melaksanakan kompetensi serta berupa dukungan dan pengakuan lain atas prestasinya. 5. Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan secara estitika atau dalam menampilkan diri, kebutuhan kognitif, kompetensi dan menyadari akan potensi dirinya. Kebutuhan ini muncul dan akan menjadi tuntutan seseorang apabila kebutuhan dasar yang lain seperti psikologis, rasa aman dan kebutuhan penghargaaan telah terpenuhi. Kebutuhan akan aktualisasi ini akan menjadi prioritas jika ketiga kebutuhan yang lain sudah mampu dipenuhi oleh individu. Kebutuhan rasa aman pasien menjadi prioritas pelayanan di rumah sakit Sanglah. Hal ini sesuai dengan predikat RSUP Sanglah sebagai rumah sakit yang telah terakreditasi Joint Commission Acreditation (RSUPS, 2012). The Joint CommisionInternational, 2016 mengembangkan akreditasi rumah sakit dimana indikator utamanya adalah International Patient Safety Goals (IPSG) atau Sasaran Keselamatan Pasien (SKP). Keselamatan pasien (Patient Safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis pasien, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (DepKes, 2008). 10 Potter & Perry (2006) mengungkapkan kenyamanan / rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu: 1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh. 2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial. 3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan). 4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna dan unsur alamiah lainnya. Perubahan kenyamanan adalah dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespon terhadap rangsangan yang berbahaya (Linda Jual,2000). Nyeri merupakan perasaan dan pengalaman emosional yang timbul dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensional atau gambaran adanya kerusakan (NANDA,2005). Kebutuhan rasa nyaman yang paling sering yang menyebabkan pasien datang ke unit gawat darurat adalah rasa nyeri. RSUP Sanglah menempatkan kebutuhan penanganan rasa nyeri sebagai kebutuhan penting yang harus ditangani segera. Pengkajian nyeri termuat dalam pengkajian keperawatan sebagai pengkajian dalam penanganan pasien gawat darurat dalam 11 secondary survey setelah dilakukan penanganan primary survey (airway, breathing, circulation, disability). Kebutuhan penanganan nyeri juga telah dibuatkan standar operasional prosedur tersendiri sebagai pedoman dalam penanganan nyeri yang berlaku dirumah sakit (RSUPS, 2012). 2.1.2. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Hirarki Abraham Maslow dalam Potter & Perry, 2006 menyebutkan bahwa kebutuhan rasa aman meliputi kebutuhan untuk di lindungi, jauh dari sumber bahaya, baik berupa ancaman fisik maupun psikologi. Hal ini sesuai dengan tujuan pembentukan Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit/KKP-RS. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit/KKP-RS (2008) mendefinisikan bahwa keselamatan (safety) adalah bebas dari bahaya atau risiko (hazard). Keselamatan pasien (patient safety) adalah pasien bebas dari harm/cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/sosial/psikologis, cacat, kematian dan lain-lain), terkait dengan pelayanan kesehatan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/ Menkes/ Per/ VIII/2011, keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. 12 2.1.3. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman Potter & Perry, 2006 menyebutkan bahwa keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis . Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya/kecelakaan. Pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pada pasien, perawat, atau petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Faktor yang mempengaruhi keamanan dan keselamatan meliputi: 1. Emosi Kondisi psikis dengan kecemasan, depresi, dan marah akan mudah mempengaruhi keamanan dan kenyamanan 2. Status Mobilisasi Status fisik dengan keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko cedera 3. Gangguan Persepsi Sensori Adanya gangguan persepsi sensori akan mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahaya seperti gangguan penciuman dan penglihatan 4. Keadaan Imunitas Daya tahan tubuh kurang memudahkan terserang penyakit 5. Tingkat Kesadaran 13 Tingkat kesadaran yang menurun, pasien koma menyebabkan responterhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur. 6. Informasi atau Komunikasi Gangguan komunikasi dapat menimbulkan informasi tidak diterima dengan baik. 7. Gangguan Tingkat Pengetahuan Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya. 8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok 9. Status nutrisi Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu. 10. Usia Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak- anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri 11. Jenis Kelamin Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya. 12. Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. 14 2.2. Kecerdasan Emosional perawat Kecerdasan emosi merupakan kemampuan emosi yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan impuls, memotivasi diri, mampu mengatur suasana hati, kemampuan berempati dan membina hubungan dengan orang lain (Goleman, 2009) dalam (Foster et al, 2017). Salovey dan Mayer, 1997 dalam Foster et.al, 2017 mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut Emotional Question (EQ) sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuanseseorang untuk dapat memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. Emosional berasal dari emosi, yang merupakan bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Makna dari emosi ini memberi indikasi bahwa individu memiliki kecenderungan untuk bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Daniel Goleman (2002) mengemukakan bahwa kondisi emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis serta memiliki kecenderungan untuk bertindak. Emosi didasarkan pada suatu dorongan untuk bertindak, yang dilakukan sebagai bentuk rangsangan dari ekternal individu, sebagai contoh emosi gembira yang berdampak pada perubahan suasana hati (mood) seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, dan emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari 15 University of New Hampshire, untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut Emotional Question (EQ) sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan seseorang untuk dapat memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan (Shapiro, 1999). Golomen merujuk tentang kecerdasan emosional kepada upaya untuk mengenali, memahami dan mewujudkan emosi dalam porsi yang tepat. Hal lain yang juga sangat penting dalam kecerdasan emosional ini adalah upaya untuk mengelola emosi agar terkendali dan dapat di manfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan terutama yang terkait dengan hubungan antar manusia (Rostiana, 2010). 2.2.1. Komponen Kecerdasan Emosional Goleman mengutip Salovey (2004) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu : 1. Mengenali Emosi Diri Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. 16 Menurut Mayer (Goleman, 2002) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi. 2. Mengelola Emosi Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2002). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan. 3. Memotivasi Diri Sendiri Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri. 17 4. Mengenali Emosi Orang Lain Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2002) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuaikan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka (Goleman, 2002). Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi (Goleman, 2002). Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain. 5. Membina Hubungan Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk

Description:
Kebutuhan rasa aman dan nyaman pada pasien gawat darurat Potter & Perry (2006) mengungkapkan kenyamanan / rasa nyaman adalah.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.