ebook img

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT yang ... PDF

32 Pages·2007·0.37 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT yang ...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada umat manusia sebagai petunjuk dan bimbingan hidup. Al-Qur’an diturunkan juga untuk petani maupun ahli metafisika, dan mengandung berbagai tingkat pengertian bagi semua jenis yang membacanya. Jika untuk mendapatkan petunjuk dari al-Qur’an seorang muslim perlu membaca dan memahami isinya serta mengamalkannya. Seseorang yang mempelajari al-Qur’an pasti akan menghasilkan pemahaman yang beragam berdasarkan kemampuan masing-masing dan pemahaman tersebut melahirkan perilaku yang beragam pula sebagai penafsir al-Qur’an dalam praksis kehidupan, baik pada dataran teologis, filosofis, psikologis, maupun kultural.1 Akan tetapi perlu diketahui ketika membaca ayat al-Qur’an pasti banyak sekali kita menemui Asma’ Allah yang indah. Jika untuk memahami isi ayat al-Qur’an tersebut kita perlu mengetahui Asma’ Allah tersebut. Mengetahui Asma’ Allah merupakan salah satu bentuk Allah SWT memperkenalkan diri-Nya kepada manusia, sebab manusia mustahil sanggup mengamatinya dengan mata ragawi. Sebagaimana firman Allah SWT, QS. Al-An’am/6: 103           1Tim Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin Sunan Kalijaga Yogyakarta, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan hadis, (Yogyakarta: TH-Press, 2007), Cet. 1, h. 11-12. 1 2 Artinya: “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan dan Dialah yang Maha halus lagi Maha mengetahui.” Adapun cara Allah SWT memperkenalkan diri-Nya kepada manusia dengan melalui firman-firman-Nya yang tertulis yaitu al-Qur’an, maupun yang tidak tertulis seperti: Sunnahtullah/Hukum Alam, perbuatan-Nya seperti makhluk ciptaan-Nya, maupun melalui sifat-sifat dan Asma-Nya yang indah (al-Asmaul Husna).2 Sebagai makhluk yang berakal, kita tidak dapat memahami atau mengenal sesuatu yang mengabaikan cara yang selama ini terbiasa kita tempuh, yakni mengaitkannya dengan sesuatu yang bersifat material agar dengan demikian pengenalan menjadi hidup dan terasa. Tanpa cara tersebut kita tidak dapat memahami dan mengenal-Nya. Sekian banyak usaha cerdik cendikia, filosof atau para sufi untuk mengenal atau memperkenalkan Tuhan tanpa menggunakan cara tersebut, namun pada akhirnya mereka gagal mengenal atau memperkenalkan-Nya. Namun demikian, pengenalan yang dilakukan al-Qur’an sangat unik dan mengagumkan karena Allah tidak diperkenalkan sebagai sesuatu yang bersifat materi, karena jika demikian pastilah ia berbentuk, dan bila berbentuk pasti terbatas dan membutuhkan tempat, dan ini menjadikan Dia bukan Tuhan karena Tuhan tidak membutuhkan sesuatu dan tidak pula terbatas. Semua ini 2Mulyono Gandadipura, al-Asma’ul Husna, (Jakarta: Haji Masagung, 1990), Cet 2, h. 2. 3 akan mengurangi kebesaran dan keagungan-Nya, bahkan bertentangan dengan idea tentang Tuhan yang ada dalam benak manusia.3 Dengan mengenal Allah, yakni mengenal sifat dan nama-nama-Nya seseorang akan berbudi sangat luhur, karena keindahan sifat-sifat-Nya akan melahirkan optimisme dalam hidupnya sekaligus mendorongnya berupaya meneladani sifat-sifat tersebut sesuai dengan kedudukan dan kemampuannya sebagai makhluk.4 Kemudian penyebutan Asma’ Allah dalam al-Qur`an merupakan salah satu alat bagi manusia untuk mengenal Allah dengan baik. Karena tanpa mengenal Asma’ Allah akibatnya adalah orang tersebut memiliki sikap yang keliru, sehingga kehilangan optimisme dalam kehidupannya. Menurut Ibnu Arabi “Siapa yang dapat menangkap makna-makna dan rahasia yang terkandung dalam Asma’Allah, maka akan terbuka baginya seluruh jalan dan dia akan memperoleh Taufiq dari Allah”.5 Bahkan Rasulullahpun telah memberi kabar gembira berupa jaminan yaitu surga bagi siapa yang menghafal Asma’-Nya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 3Muhammad Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi Asma al Husna dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 1998), h. xxiii. 4Ibid., h. xxxi. 5Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Asmaul Husna Nama-nama Indah Allah, diterjemahkan oleh Samson Rahman,(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000),Cet.I, h.13. 4 Nabi SAW bersabda: Artinya: “Telah bercerita kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu'aib telah bercerita kepada kami Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah radliallahu'anhu bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:"Sesungguhnya Allah memiliki Sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Siapa yang menghitungnya (menjaganya) maka dia akan masuk surga" ( H.R. Al-Bukhari ).6 Dari Hadis di atas dijelaskan bahwa Allah SWT mempunyai 99 nama. Bahwasanya barang siapa yang menghafalkan serta mengamalkan al-Asma’ al-Husna niscaya masuk surga. Sembilan puluh Sembilan nama tersebut menggambarkan betapa baiknya Allah SWT. Dan, Allah SWT sendirilah yang menciptakan nama-nama yang berjumlah sembilan puluh sembilan tersebut. Allah SWT memproklamasikan diri kepada hamba-hamba-Nya dalam firman-Nya, QS.Thaha/20: 8.          6H.R. al-Bukhari, Kitab Iman. CD Ensiklopedi Hadis Kitab 9 Imam, (t.tp.: Lidwa Pustaka i- Software, t.th). 5 Artinya:“Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang baik).” Kemudian firman Allah, QS.Al-Hasyr/59:24                      Artinya:“Dialah Allah yang menciptakan, yang mengadakan,yang membentuk rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. Bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Dua ayat di atas telah berbicara mengenai bahwa Allah mempunyai Al-Asma’ Al-Husna yang telah ditekankan Allah secara jelas. Menerangkan secara jelas bahwa Allah-lah Dzat yang patut disembah dan Allah-lah yang mempunyai nama-nama baik. Oleh sebab itu, Allah juga menganjurkan agar kita selalu berdzikir dan berdo’a dengan nama-nama-Nya yang baik lagi agung.7 Asma’ Allah merupakan permasalahan yang sangat penting dalam Aqidah Islam. Ketika kita membaca ayat-ayat al-Qur’an banyak perintah untuk mengetahui tentang Asma’ Allah, berpegang teguh dan berdo’a dengan menggunakan Asma’ Allah tersebut. 7Sardiman Endim M, Keajaiban Asma’ul Husna, (Yogyakarta: Garailmu, 2009), h. 19. 6 Sebagaimana firman Allah, QS. Al-A’raf/7: 180                  Artinya:“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama- Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” Allah SWT telah memerintahkan agar kita senantiasa berdo’a dan ber-tawasul kepada-Nya dengan nama-nama-Nya. Karena, hal ini menunjukkan keagungan dan kecintaan Allah SWT kepada do’a yang disertai dengan nama-nama-Nya. Firman Allah, QS. Al-Isra’/17: 110                          Artinya:"Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu." Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, diceritakan bahwa ada salah seorang dari kaum musyrik mendengar Rasulullah SAW sedang memanjatkan do’a dalam sujudnya, “Ya Allah, Ya Rahmaan”. Lalu, ia berkata, 7 “Sesungguhnya Muhammad mengaku bahwa dirinya hanya menyembah kepada satu Tuhan, sedangkan ia memohon kepada dua Tuhan. ”Maka, Allah menurunkan ayat ini.8 Kemudian seorang sahabat yang bernama Makhul menceritakan pula bahwa pada suatu malam Rasulullah SAW, melakukan shalat Tahajjud, lalu beliau berseru dalam do’anya, “Ya Rahmaan, Ya Rahiim.”Terdengar oleh seorang dari kalangan musyrik, sedang di Yamamah ada seorang yang bernama Rahman. Maka berkatalah si musyrik itu, “Bagaimana Muhammad. Di samping memanggil nama Allah Ya Rahiim, dipanggilnya pula nama Ya Rahmaan. Apakah si Rahman yang ada di Yamamah?” Maka datanglah penjelasan pada ayat 110 ini: Baik diseru nama-Nya Ya Allah atau diseru nama-Nya Ya Rahmaan, adalah sama saja. Sebab Allah itu mempunyai berbagai nama-nama yang indah. Dan nama-nama yang menunjukkan sifat-sifat Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung itulah yang disebut Al-Asma’ Al-Husna. Nama-nama yang indah.9 Demikian seperti disebutkan oleh Ibnu Katsir, Allah SWT menyuruh hamba-hamba-Nya untuk memanjatkan do’a kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya sesuai dengan keinginannya. Jika mereka mau, mereka boleh memanggil, “Ya Allah.”Dan, jika mereka menghendaki, boleh juga memanggil, “Ya Rahmaan,” atau “Ya Rahiim,” dan yang lainnya merupakan 8Ibid., h.19-21. 9Hamka, Tafsir Al-Azhar:Jilid 5, (Jakarta: Gema Insani, 2015) cet.1. h. 348. 8 nama-nama baik Allah SWT. Hal ini menunjukkan tetapnya nama-nama Allah SWT dan sesungguhnya setiap dari nama-Nya bisa digunakan untuk berdo’a sesuai dengan apa yang diinginkan.10 Ayat-ayat di atas mengajak manusia untuk berdo’a dengan sifat dan nama-nama yang terbaik itu, dalam arti mengajak untuk menyesuaikan kandungan permohonan dengan sifat yang dimiliki Allah SWT, sehingga seseorang memohon rezeki, ia menyeru Allah dengan sifat Ar-Razzak (Pemberi rezeki) dan seseorang jika memohonkan ampunan, maka sifat Al-Ghafur (Pengampun) yang ditonjolkannya.11 Praktek awal al-Asma’ al-Husna ini pada zaman Rasulullah SAW hanyalah sebatas berdo’a dan berdzikir. Namun pada zaman kontemporer ini telah terjadi perubahan, dimana membaca Asma’ Allah ini lebih diperindah yakni dengan dinyanyikan. Hal ini dilakukan untuk menarik orang-orang agar senantiasa menyebut Asma’-Nya. Di samping mendekatkan diri kepada-Nya juga menjadikannya sebagai rutinitas yang bermanfaat dan berpahala. Awal mulanya nyanyian al-Asma’ al-Husna ini diciptakan oleh bapak Ary Ginanjar Agustian, orang pertama yang menyenandungkannya adalah Agung Solihin, serta Ridwan Mukri dan Nasyid Kita. Selanjutnya direkam 10Ibid., h. 21-22. 11Muhammad Quraish Shihab, op.cit., h. xxxvii-xxxviii. 9 ulang oleh Hadad Alwi yang merupakan Alumni ESQ. Terakhir direkam ulang dengan dilantunkan sendiri oleh penciptanya Ary Ginanjar Agustian.12 Berdasarkan dari observasi yang penulis lakukan, kegiatan ini mendapat sambutan yang positif bagi masyarakat Indonesia terutama dari kalangan sekolah-sekolah yang berbasis Islam di Sumatera Barat dari beberapa Pondok Pesantren yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan di antaranya Pondok Pesantren Iqra’ yang terletak di Tarusan tepatnya di daerah Barung-barung Berlantai Kabupaten Pesisir Selatan yang berdiri pada tahun 90-an, kemudian Al-Asma’ Al-Husna ini mulai diadakan pada tahun 2013-2016. Tapi sayangnya pada tahun 2017 ini sudah tidak lagi diadakan. Wawancara yang penulis lakukan dengan Kepala Pondok Pesantren Iqra’, beliau mengatakan: “Awal mulanya al-Asma’ al-Husna ini sudah sama-sama kita ketahui, bahwa ini adalah program dari Wali Kota Padang. Kemudian program beliau itu mendapat sambutan yang sangat baik dari sekolah-sekolah yang berbasis Islami di Kabupaten Pesisir Selatan salah satu Pondok Pesantren Iqra’ ini, dan kegiatan ini Alhamdulillah mulai diadakan pada tahun 2013-2016 tapi sayangnya pada tahun 2017 ini sudah tidak pernah lagi dilaksanakan disini”.13 Selanjutnya, Pondok Pesantren Sabilul Jannah yang terletak di daerah Surantih, Kabupaten Pesisir Selatan yang berdiri pada tahun 2003, juga 12http://www.kompasiana.com/aryginanjar/ary-ginanjar-pencipta-nada-asmaul-husna, di akses hari selasa, pada tanggal 28 maret 2017, jam 14.25 WIB. 13Ustadz Khoir. Kepala Pondok Pesantren Iqra’, Wawancara, Sabtu, 22 April 2017, jam 07:09 WIB. 10 menyambut dengan positif kegiatan melantunkan Al-Asma’ Al-Husna ini yang mulai diadakan pada tahun 2010-sekarang ini. Wawancara yang penulis lakukan dengan Guru PAI di Pondok Pesantren Sabilul Jannah, beliau mengatakan: “Alhamdulillah kegiatan al-Asma’ al-Husna ini mulai diadakan disini pada tahun 2010-sekarang ini, dan kegiatan ini dilaksanakan ketika berbaris pagi akan masuk lokal”.14 Kemudian di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Padang Mandiangin Kabupaten Pesisir Selatan yang berdiri pada tahun 1993, juga menyambut dengan positif kegiatan melantunkan al-Asma’ al-Husna ini yang mulai diadakan pada tahun 2008-sekarang ini. “Kegiatan al-Asma’ al-Husna di Pondok Pesantren Nurul Yaqin ini memang ada dilaksanakan disini, dan itu pun ketika acara memperingati Maulid Nabi, acara memperingati Isra’ Miraj dan acara perpisahan kelulusan kelas 3 Tsanawiyah dan 6 Aliyah”.15 Kemudian pada penelitian ini penulis khususnya hanya di Pondok Pesantren Salafiyah Tarbiyah Islamiyah Koto Kandis, Kambang, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan yang selalu melantunkan al-Asma’ al-Husna dengan cara berkelompok, ketika berbaris sebelum masuk lokal. Dan kegiatan ini telah menjadi rutinitas yang berlangsung sejak tahun 2007-sekarang ini. 14Reni. Guru PAI, Wawancara, Sabtu, 22 April 2017, jam 09:24 WIB. 15Ustadz Japri. Wakil Kepala Pondok Pesantren Nurul Yaqin, Wawancara, Sabtu, 22 April 2017, jam 10:13 WIB.

Description:
Seseorang yang mempelajari al-Qur'an pasti akan al-Qur'an tersebut kita perlu mengetahui Asma' Allah tersebut. 17 Rini Febrimawati, S.Pd.I.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.