ebook img

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sebagai agama rahmatan lil ... PDF

65 Pages·2013·2.06 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sebagai agama rahmatan lil ...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin, merupakan agama yang sempurna yang memberikan pedoman dasar dalam al-Qur’an yang menerangkan pelajaran bagaimana mengatasi persoalan hidup. Dalam perjalanan hidup ini, manusia memerlukan sesuatu pertolongan diluar darinya. Manusia meminta dalam hidup ini ingin: kaya, sejahtera, bahagia, jabatan, kekuasaan, sehat dan lain-lain. Karena itu, manusia meminta kepada Allah yang maha Agung, yang maha pengasih dan penyayang. Yang maha kuasa yaitu Allah SWT. Al-Qur’an memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syariah, ahlak, dan dimensi yang diperlukan manusia lainnya. Dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsipil mengenai persoalan-persoalan tersebut. Dan Allah SWT menugaskan Rasul SAW untuk memberikan keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar ini dan diperintahkan manusia untuk berfikir tentang Al- Qur’an ini. 1 1 M. Quraish shihab, wawasan al-quran. Bandung. Mizan. 2003. Hal 38             2                                    Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS. 16 :14) Allah memerintahkan pula kepada umat manusia seluruhnya agar memperhatikan dan mempelajari Al-Quran:         “Tidaklah mereka memperhatikan isi Al-Quran, bahkan ataukah hati mereka tertutup. (Qs. 47:24). Atas dasar diatas, memahami Al-Qur’an dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan khususnnya dibidang kesehatan sangat penting terutama masa sekarang ini, dimana perkembangan ilmu pengetahuan demikian pesat dan meliputi seluruh aspek kehidupan. 3 3 M. Quraish shihab, wawasan al-quran. Bandung. Mizan, 1996. Kehidupan manusia dipengaruhi oleh banyak faktor. Karena itu sudah menjadi kewajibannya untuk mengendalikan dan mengarahkan faktor-faktor tersebut sehingga makna yang diharapkan dari hidupnya dapat tercapai, dan salah satu faktor tersebut adalah kesehatan. Semua mahluk dalam berbagai bentuk kehidupan mengalami sehat dan sakit (sebagian orang mengatakan, mahluk anorganis pun mengalami keadaan demikian). Sehat dan sakit merupakan kondisi universal yang dijumpai dalam berbagai bentuk kehidupan. Menghindari atau mengobati penyakit juga merupakan hukum alam sebagaimana halnya hukum gravitasi. 4 Namun jika memikirkan kehidupan manusia, kita dihadapkan pada situasi yang jauh lebih komplek. Manusia yang terdiri dari 2 elemen besar yaitu fisik dan jiwa, keduanya membutuhkan apa yang namanya sehat jasmani dan rohani. maka manusia dapat meningkatkan pengabdiannya kepada Tuhan serta sesamanya. WHO (World Health Organization 1984) telah menyempurnakan batasan sehat dengan menambahkan satu elemen spiritual (agama) sehingga sekarang ini yang dimaksud dengan sehat adalah suatu kondisi yang tidak hanya sehat dalam arti fisik. Psikologis dan sosial. Tetapi juga sehat dalam arti spiritual agama (empat dimensi sehat: Bio-Psiko-sosio-spiritual). 4 Drs H. Abuddin Nata, M.A. Ahlak Tasawuf. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. 1996 Hal 177 Perhatian ilmuan di bidang kedokteran terhadap agama semakin besar Tindakan kedokteran tidak selamanya berhasil. Seorang ilmuan kedokteran berkata : “Dokter yang mengobati, tetapi Tuhan yang menyembuhkan”. Pendapat ilmuan tersebut sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad (dari Jabir bin Abdullah r.a.) sabdanya: “Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu tepat mengenai sasaranya. Maka dengan izin allah penyakit itu akan sembuh”. Karya pengobatan ilmiah biasanya disusun sesuai dengan ruang lingkup khasnya tanpa menyertakan secara ekplisit nilai agama atau justifikasi atas pengobatan. Meraka tentu saja tidak berfikir bahwa pengobatan secara agama bersifat netral, tetapi mereka menerimanya sebagai sesuatu yang benar. Al Ghazali seorang teolog dan sufi terkemuka, menuduh para dokter pada zamannya mempublikasikan motto. “Rawatlah dulu kesehatanmu, baru agamamu”. Sehingga mengaburkan prioritas bagi kebanyakan manusia. Manusia sekarang lebih mengutamakan penyembuhan terhadap fisik dan mengesampingkan pengobatan rohani. Padahal sudah jelas kedua elemen ini tidak bisa dipisahkan dan merupakan satu kesatuan, maka tentunya dalam praktek pengobatan, agama tidak boleh di lepaskan begitu saja keterkaitannya. Hal ini di perkuat oleh perkataan Ibn Qayyim Al Jauziyah yang mengatakan bahwa hakikat manusia itu tidak sekedar tubuh saja, tetapi juga memiliki entitas mental spiritual. Selanjutnya beliau berkata: Tentu saja ada terapi pengobatan untuk sejumlah kasus yang tidak dapat ditangani bahkan oleh para dokter terkenal. Percobaan dan analogy deduktif mereka tidak mampu membawa penyelesaian. Misalnya terapi spiritual dan kekuatan hati yang hanya datang dari keimanan kepada Allah, bersedekah. Shalat, bertobat baik kepada sesama manusia. Membantu orang yang putus asa, dan mengurangi penderitaan orang lain. Cara pengobatan semacam ini (terbukti berhasil) dipraktekan oleh berbagai masyarakat yang beragam agama dan kepercayaan, dan mereka mendapati bahwa dampak penyembuhan dari cara ini tidak (hanya) dicapai dengan serius. Percobaan, dan analisis deduktif kalangan pengobatan. Kita telah berulang-ulang mempraktekan cara-cara ini dan terbukti membawa khasiat yang tidak diperoleh dengan cara pengobatan secara material. Dan semuanya sesuai dengan hukum kebijaksanaan Allah (yang berlaku di alam): tidak sesuatu pun di luar itu namun faktor-faktor yang menyebabkan hukum iri berlaku sangatlah beragam. Jika hati menusia mendekat kepada Tuhan sang penguasa dunia, yang menciptakan penyakit dan obatnya, yang memerintah alam sesuai kehendakNya. Maka baginya akan tersedia obat-obatannya, bagi penyakitnya. Hal yang demikian tidak bisa dialami oleh orang-orang yang tidak beriman dan hatinya buta. Telah terbukti jika ruh manusia menjadi kuat. Menguatlah jiwa dan tubuhnya, ketiganya akan saling bekerja sama untuk mengusir dan mengatasi penyakit ini tak terbantah, kecuali oleh orang yang bodoh.5 Tidak bisa di pungkiri lagi bahwa aspek praktek ibadah dalam islam memiliki ruh kesehatan lahir dan batin. Shalat, puasa, zakat, dzikir, doa, dan lain- lain ternyata banyak ahli yang meneliti memiliki aspek manfaat yaitu menjadikan manusia sehat. Al dahabi, tokoh ilmuan sejaman dengan Ibn Sina berpendapat bahwa ada satu ritual dalam Islam yang akan menjadikan manusia sehat yaitu “shalat”. Shalat yang membawa perubahan sikap fisik, moral, selanjutnya beliau Menyatakan: 5 Fazlur Rahman. Etika Pengobatan Islam. Mizan. Bandung. 1999. Hlm 62 Shalat bisa menyembuhkan penyakit jantung, perut, usus ada tiga alasan mengenai hal ini. Pertama. Merupakan bentuk ibadah yang di perhatikan oleh Allah. Kedua, shalat memiliki manfaat psikologis karena bisa mengalihkan perhatian pikiran dan rasa sakit dengan jalan memperkuat tenaga pengusir rasa sakit. Dokter mencoba berbagai cara untuk memperkuat kemampuan (alamiah) ini dengan memberikan makan sesuatu atau membayangkan harapan, atau membayangkan ketakutan. Shalat secara serentak menamakan rasa takut, rasa hina, cinta kepada Allah. Dan mengingat hari akhir. Ketiga. Di samping konsentrasi fikiran, dalam shalat terdapat pula pelatihan fisik shalat terdiri dari serangkaian gerak tubuh meliputi berdiri tegak, ruku, sujud, relaksasi. Dan konsentrasi serta sebagian besar organ tubuh dalam kondisi relaks. 6 Keterangan dan ketentraman diperoleh oleh seseorang yang melaksanakan dimensi ibadah seperti shalat, dzikir, dan sebagainya memiliki nilai spiritual yang cukup tinggi. Hal ini di sebabkan oleh karena dalam ritual ibadah tersebut terdapat dimensi dzikrullah (mengingat Allah). Dimensi ini merupakan inti yang menyebabkan hati orang yang mengingat Allah menjadi tenang. Sebagaimana terdapat dalam (QS. Ar-ra’du ayat 28). Allah berfirman :              “ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. 6 Fazlur Rahman. Etika Pengobatan Islam. Mizan. Bandung. 1999. Hlm 68-70 Dalam hal ini terdapat rumusan “Bila kita ingin mendapatkan rasa tenang dan tentram, maka dekatilah Allah yang maha tenang dan maha tentram, agar dapat mempengaruhi sifat-sifat itu kepada kita”. Ada semacam hukum imbasan atau sebab akibat. (causality), yaitu jika dekat api maka akan terasa panas, dekat dengan air menjadi basah, dekat dengan wewangian akan wangi, dekat dengan Maha Tenang turut menjadi tenang. Dimensi dzikrullah memiliki dampak psikologis dalam jiwa seseorang dengan mengingat Allah, maka dalam alam kesadaran akan berkembang penghayatan akan kehadiran Tuhan yang maha Pemurah dan Pengasih yang senantiasa mengetahui segala tindakan, nyata (overt) maupun yang tersembunyi (covert), ia tidak akan merasa hidup sendirian di dunia ini, karena ada Dzat yang Maha mendengar segala keluh kesah yang mungkin tidak dapat diungkapkan kepada siapa pun. 7 Pasien yang masuk Rumah Sakit terutama yang di haruskan untuk rawat inap, disadari atau tidak, secara psikologis mengalami kecemasan. Tingkat kecemasan mereka berbeda-beda tergantung kondisi emosi dan jiwa mereka dalam menghadapi kenyataan yang menimpanya. Agama sebagai dimensi spiritual yang bisa memberikan sumbangan yang besar untuk membimbing manusia menemukan jati dirinya, siapa dia, dari mana dia dan mau kemana dia. Meyakinkan manusia untuk bersikap menerima terhadap segala apa yang menimpanya, dan mengembalikan segala sesuatunya kepada yang punya diri. Dalam istilah agama, 7Dr. M. Solihin. M.Ag. Tasawuf Tematik. Bandung. Pustaka setia. 2003 Hal 53 kondisi sikap ini disebut dengan istilah sabar, ikhlas, ikhtiar, dan selanjutnya tawakal.8 Menurut penelitian sebelumnya Prof. Dr. dr. H Dadang Hawari, psikiater. Memaparkan sepuluh butir kebutuhan dasar spiritual manusia, ia mengadaptasikan kajian ilmiah spiritual ini dari Dr. Hawar Climbell yaitu: 1. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust)yang senantiasa terus menurus di ulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah ibadah. 2. Kebutuhan akan makna hidup, tujuan hidup dalam membangun hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang, dengan Tuhannya (vertikal) dan sesama manusia (horizontal) serta alam sekitarnya 3. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan hidup keseharian 4. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan selalu secara teratur mengadakan hubungan dengan tuhan (vertikal) 5. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan berdosa 6. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self-acceptance dan self estem) 7. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa depan 8 Prof, Dr. H. Ramayulis. Psikologi Agama. Jakarta. Radar Jaya, 2004 Hal 168 8. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang semakin tinggi sebagai pribadi yang utuh (integrated personality) 9. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesame manusia 10. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang syarat dengan nilai-nilai religiustis9 Penelitian Terapi yang Menggunakan Do’a Di San Francisco, AS studi untuk mengetahui efektivitas doa dan zikir dilakukan terhadap 393 Pasien jantung. Respondensi dibagi dalam dua kelompok secara acak. Kelompok pertama memperoleh terapi doa dan zikir, lainya tidak. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang mendapatkan terapi doa hanya sedikit yang mengalami komplikasi. Sementara pada kelompok yang tidak diberi terapi doa timbul berbagai komplikasi. Dr. Oxman, TE dan kawan-kawan mengemukakan bahwa salah satu faktor prediksi yang kuat bagi keberhasilan operasi jantung adalah tingkat keimanan pasien. Dari studi yang mereka lakukan terbukti bahwa semakin kuat keimanan pasien, semakin kuat pula proteksinya terhadap kematian akibat operasi. Kesimpulan itu mereka tuangkan dalam artikel berjudul Lack of Social Participation or Religious Strength or Comfort as Risk Factors for Death after Cardiac Surgery in The Elderly, yang dimuat Psychosomatic Medicine. Penelitian lain tentang kaitannya dengan doa dan kematian akibat penyakit, juga dilakukan Comstock dan kawan-kawan sebagaimana termuat dalam Journal of 9 Prof. Dr. dr. H. Dadang Hwawri, psikiater, Al-Quran, ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa. PT. Dana Bhakti prima Yasa, Yogyakarta, 1997. Hal. 493-497. Chronic Disease. Dinyatakan bahwa mereka yang melakukan kegiatan keagamaan secara teratur disertai doa, memiliki risiko kematian akibat penyakit jantung koroner lebih rendah 50% dibanding mereka yang tidak melakukan kegiatan keagamaan. Sementara kematian akibat emfisema (paru-paru) lebih rendah 56%, kematian akibat penyakit hati (sirosis hepatis) lebih rendah 74% dan kematian akibat bunuh diri lebih rendah 53%. Bukti lain datang dari penelitian Robbins dan Metzner yang dilakukan selama 8-10 tahun terhadap 2700 responden didapati bahwa responden yang rajin menjalankan ibadah serta berdoa, angka kematiannya jauh lebih rendah dibandingkan yang tidak beribadah. Penelitian Larson dan kawan-kawan terhadap para pasien tekanan darah tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol (bukan pasien hipertensi), diperoleh kenyataan bahwa komitmen agama kelompok kontrol lebih kuat. Selanjutnya dikemukakan kegiatan keagamaan seperti doa dapat mencegah seseorang dari penyakit hipertensi. Dokter Larry Dossey, M.D, seorang dokter dari mexico, menjelaskan bahwa dalam sejumlah penelitian tentang doa menunjukkan bahwa doa dapat menyembuhkan. Jarak tidak mempengaruhi dalam kemanjuran doa, apakah doa tersebut dilakukan di dekat pembaringan pasien, di luar kamar, atau di seberang lautan. Dalam bukunya Healing Words. Penyembuhan yang berkaitan dengan doa, yang menjadi pusat perhatian buku ini merupakan suatu terapi murni Era III mengapa tak terikat tempat? Setelah banyak melakukan penelitian, saya tidak bisa menemukan seorang pakar pun yang mau mengatakan bahwa tingkat pemisahan jarak antara orang yang berdoa dengan pasien merupakan faktor dalam hal kemanjurannya. Orang-orang yang mempraktekkan penyembuhan melalui doa

Description:
sempurna yang memberikan pedoman dasar dalam al-Qur'an yang menerangkan . khasiat yang tidak diperoleh dengan cara pengobatan secara material sebagai pribadi yang utuh (integrated personality) .. Random House.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.