ebook img

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian arkeologi secara umum akan melewati ... PDF

21 Pages·2009·1.48 MB·English
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian arkeologi secara umum akan melewati ...

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Penelitian arkeologi secara umum akan melewati tahap observasi, deskripsi dan ekplanasi. Tahapan tersebut berlaku untuk penelitian baik di lingkungan daratan maupun bawah air. Penelitian arkeologi secara umum di lapangandigambarkanolehFaganberupa:1 Finds SiteLaboratory Specialist Information Labs/Expert Exchange Flotation PlantScientist SmallMaterial Washing ZooArchaeologist Site Central Sorting EnveronmentalLab Excavation Database Recording ArtefactLaboratory LargeMaterial Conservation Etc. Informationupdatestosite Bagan1.1. flowchartpenelitiandilapanganolehFagan Hasil ekskavasi kemudian dipilah menjadi objek yang besar dan objek kecil untuk penanganan awal temuan. Kemudian dilanjutkan kepada tahap perlakuan benda artefak dengan cara pencucian, pemilahan khusus,perekamanan data dan konservasi. Hasil penanganan awal benda arkeologis kemudian masuk ke meja analisis yang dilakukan oleh para ahli dengan masing-masing konsentrasi ilmu yang dikuasai hingga menjadikannya suatu kumpulan data yang disimpan dalam database. Lalubagaimanadenganpenelitianarkeologi bawahair? Penelitianarkeologi bawahair mulai banyakdilakukanpasca-perangdunia kedua sebagai imbas dari berkembangnya teknik penyelaman, sehingga situs yang diketahui berada di bawah air terutama perairan dangkal menjadi mudah untuk dijangkau. Perkembangan teknologi saat ini mempermudah seorang arkeolog 1BrianM.Fagan.Archaeology:ABriefIntroduction,NinthEdition.NewJersey.2006.Hal147 1 UniversitasIndonesia Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009 2 untuk dapat mencapai situs berupa bangkai kapal di laut yang dalam sekalipun.2 Istilah arkeologi bawah air tersebut pertama kali dicetuskan oleh George Bass pada pertengahan abad ke-20, namun sebenarnya pencarian dan penelitian terhadap tinggalan di dasar air telah ada sejak lama sebelum abad 20. Penelitian Kapal Caligua dari Kerajaan Romawi di Italia misalnya, telah dilakukan pada tahun1535olehFransiscoDemarchi denganteknikpenyelamansederhana.3 Penemuan peralatan scuba oleh Jaques-Yves Cousteau dan Emile Gagnan pada masa Perang Dunia II menjadi awal berkembangnya penelitian arkeologi bawah air. Tahun pertama sesudah penemuan tersebut, penelitian arkeologi bawah air modern banyak dilakukan di perairan Laut Tengah yang kaya akan tinggalan budaya klasik Yunani dan Romawi. Pada tahun 1979 satu tenaga peneliti Indonesia yakni Nurhadi, berkesempatan mengikuti latihan penelitian arkeologi bawah air yang dikaitkan dengan arkeologi maritim di Thailand. Walaupun penelitian arkeologi bawah air pertama kali dibicarakan pada tahun 1936, namun baru pada tahun 1956 UNESCO mengeluarkan keputusan penting tentang arkeologi bawahair,sekaligus melaksanakanberbagai ekspedisi.4 Pusat Penelitian Arkeologi Nasional mulai menguji coba kegiatan arkeologi bawah air pada tahun 1981, bekerjasama dengan pasukan katak dari Armada Republik Indonesia Wilayah Timur. Selain mempelajari dan menangani segala tinggalan bawah air, arkeologi bawah air juga meneliti segala sesuatu yang terkait dengan kelautan dan pelayaran, namun datanya tetap di daratan. Dengan demikian, situs di daerah pantai atau sungai dan kapal yang tertimbun tanah di daratan menjadi cakupan arkeologi bawah air. Sejumlah negara maju memanfaatkan ilmu arkeologi bawah air untuk meneliti sumur kuno, pelabuhan, kota yang tenggelam dan kapal-kapal karam. Para ahli membagi situs arkeologi bawah air menjadi 4 kategori diantaranya: (1) Situs sampah dapur bawah air (2) Situs pemukiman atau pelabuhan yang terendam air (3) Tempat suci atau tempat yangdikeramatkan(4)Reruntuhankapal.5 2 Donny L. Hamilton. “Overview of Conservation in Archaeology : Basic Conservation Procedurs”.TexasA&MUniversity.2000.hal7. 3DjuliantoSusantio.ArkeologiMaritimdanBawahAirdiIndonesia.SinarHarapan2003. 4Ibid. 5Opcit. UniversitasIndonesia Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009 3 Situs reruntuhankapal menjadi objekpenelitianarkeologi bawahairpaling banyak dilakukan. Diperkirakan terdapat 3 juta reruntuhan kapal dengan berbagai macam muatan yang belum ditemukan tersebar di seluruh dunia.6 Daftar dari The Dictionary of Disaster at Sea memberitahukan bahwa setidaknya terdapat 12.542 kapal layar dan kapal perang yang hilang di lautan dalam rentang waktu antara tahun 1824 hingga tahun 1962 saja.7 Begitu pula di perairan Indonesia, menurut catatan-catatan kuno lebih dari 400 kapal pernah tenggelam yang memuat berbagai benda.8 Beberapa hasil penelitian internasional mengenai reruntuhan kapal dan muatannya yang sudah dipublikasikan dan sudah sangat dikenal diantaranya yaitu:9 (a) Temuan reruntuhan Kapal Titanic yang tenggelam pada tahun 1912 di Newfoundland, Kanada pada tahun 1985. Kapal tersebut memuat sekitar1800artefakberbagai jenis. (b) Reruntuhan Kapal Tek Sing di Laut Cina Selatan yang ditemukan pada tahun1999 yangmemuat lebihdari 300.000keramik. (c) Kapal Elizabeth and Mary di Baie-Trinité, Kanada yang ditemukan pada tahun 1994. Kapal tersebut memuat salah satu koleksi benda arkeologis palingbaikpeninggalan abadke-17. (d) Kapal Pandora di Queensland, Australia, diteliti pada tahun 1983 yang memuat furnitureakhirabadke-19dari Eropa. (e) Kapal Nuesta Senora De Atocha di Marquesas Key, Florida, Amerika Serikat. Kapal yang tenggelam pada tahun 1622 dan ditemukan pada tahun 1970 tersebut memuat emas, perak, keramik, koin, senjata dan material-material kecil. (f) Kapal BronzeAgedi Bodrum,Turki, yangdi temukanpadatahun 1982. Kapal tersebut memuat 20 ton artefak yang terdiri dari keramik, perhiasan dari emas dan perak, peralatan yang terbuat dari perunggu dansenjata. 6 The UNESCO Convention On The Protection Of The Underwater Cultural Heritage. France. 2001.Hal4. 7Ibid.hal4. 8DjuliantoSusantio.ArkeologiMaritimdanBawahAirdiIndonesia.SinarHarapan2003. 9Opcit.hal8. UniversitasIndonesia Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009 4 Peninggalan arkeologi bawah air berupa reruntuhan kapal lainnya yaitu Kapal San Esteban, salah satu dari tiga Kapal Spanish Plate Fleet yangtenggelam pada tahun 1554 di pulau Padre, Texas. Temuannya berupa 2 jangkar, senjata bombardetta dengan alat pengangkutnya yang terbuat dari kayu, breech block dan berbagai macam benda-benda keramik kecil, ditemukan pula meriam yang memiliki panjang 4 meter dengan berat 2 ton.10 Kapal Santo Antonio de Tanna di pelabuhan Mombasa di Kenya yang tenggelam pada tahun 1697 memuat gerabah dankeramik.11 Kapal karam yang memuat tempayan (pottery) terdapat pula di Kradad dan Sattatip, Teluk Siam, yang tenggelam pada abad ke-16 dan ditemukan pada tahun 1979. Di tempat lain di dekat Pulau Marindaque, Filiphina, ditemukan kapal karam Cina pada tahun 1982 yang sebagian besar memuat alat-alat makan yang terbuat dari tanah liat atau keramik.12 Kapal Belanda De Witte Leeuw yang karam di dekat Pulau St. Helena di Timur Afrika tahun 1613 juga memuat keramik.13 Di Indonesia juga beberapa kali dilakukan penelitian bawah air mengenai reruntuhan kapal bermuatan diantaranya yaitu: Penemuan kapal tenggelam di Pelabuhan Tua Tuban di sebelah Pantai Utara Jawa Timur yang memuat ribuan keramik dalam kondisi rusak, telah menjadi karang.14 Reruntuhan Kapal Geldermalsen, Kapal Belanda yang tenggelam tahun 1751 dengan muatan teh, sutra dan keramik ditemukan pada tahun 1986. Temuannya berupa 126 emas batangan dan 160.000 keramik (porcelain) merupakan kapal bermuatan yang paling banyak yang pernah ditemukan di Indonesia pada tahun tersebut dan jenis mangkuk ditemukan paling banyak.15 Penelitian yang belum lama ini dilakukan berkaitan dengan kapal karam di Indonesia yaitu penemuan kapal karam di 10 Donny L. Hamilton. “Overview of Conservation in Archaeology : Basic Conservation Procedurs”.TexasA&MUniversity.2000.hal7. 11 Institute Of Nautical Archaeology. “Conservation Research Laboratory Reports”. Conservation OfCeramicsFirepotsMombasa,Kenya,Project.TexasA&MUniversity.2000. 12 S. Adhyatman dan Abu Ridho. Tempayan di Indonesia. Himpunan keramik Indonesia. 1997. Hal13. 13Ibid.hal13. 14Ibid. 15 Hari Untoro Dradjat. “Penelitian Dan Penyelamatan Sumberdaya Budaya Bawah Laut”. Dalam EksplorasiSumberdayaBudayaMaritim.Jakarta.2005hal31. UniversitasIndonesia Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009 5 Indramayu yang memuat ratusan ribu mangkuk keramik baik pecahan maupun utuh.16 Beberapa reruntuhan kapal karam yang diteliti tersebut hampir semuanya memuat benda keramik, terutama mangkuk. Benda keramik dapat dikatakan merupakan alat dan juga komoditi perdagangan yang sangat penting pada masanya karena kegunaannya yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari- hari di hampir semua lapisan masyarakat di masa sejarah bahkan di masa prasejarah sekalipun.17 Berbagai bentuk dan benda berupa keramik yang hampir selalu temukan di situs-situs arkeologi diantaranya yaitu:18 (1) Peralatan rumah tangga. (2) Benda upacara keagamaan dan adat. (3) permainan anak-anak. (4) Peralatanbahanbangunanseperti genteng,batubata, danhiasan ataprumah. Hal tersebut membuat keramik –sebagai artefak arkeologi- menjadi sumber informasi yang dapat menerangkan berbagai kehidupan yang terjadi di masa lalu. Keramik menjadi sumber informasi yang sangat penting dan berharga sebagai objek penelitian arkeologi karena peran dan fungsinya di berbagai zaman yang dilaluinya. Keramik juga merupakan salah satu peralatan yang dapat bertahan dengan sangat lama.19 Tidak heran jika sekarang keramik-keramik arkeologis tersebut diisukan memiliki nilai jual yang sangat tinggi di pasaran kolektorkeramikkarena kekunaannya dannilai sejarahnya.20 Keramik porselin dalam proses pembuatannya dibakar dengan suhu sangat tinggi yang dapat menjadikannya sangat tahan air dan tidak akan menyerap air garam dari lingkungan air laut. Beberapa jenis keramik stoneware dengan pembakaran yang kurang sempurna dapat terendapkan oleh garam antara glasir dengan bagian badan keramik. Jika garam tersebut tidak dihilangkan dan mengendap dalam waktu lama, glasir yang melekat dapat terlepas, luruh begitu saja.21 Keramik earthenware yang didapatkan dari situs bawah laut hampir pasti akan dipenuhi dengan endapan garam yang menyatu dengan badannya karena earthenwaretidaktahan air(menyerapair). 16 Horst Liebner. “Laporan Akhir Riset Temuan Kapal Karam di Perairan Laut Jawa”. Jakarta. 2008. 17PameranKeramikIndonesia.HimpunanKeramikIndonesia.Jakarta.1978.Hal2 18Ibid.hal3. 19“CeramicsRestorationandConservation,AQuestionofValues”.CeramicRestoration.2008 20Horst Liebner.LaporanAkhirRisetTemuanKapalKaramdiPerairanLautJawa.2008. 21Opcit.Hal4 UniversitasIndonesia Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009 6 Permukaan badan benda keramik juga dapat terendapkan kandungan garam yang tidak terlarut seperti kalsium karbonat dan kalsium sulfat. Larutan garam seperti klorida, pospat dan nitrat22 sangat berbahaya sekali bagi keramik earthenware.23 Garam terlarut (air laut) bersifat higroskopis24 dan memiliki kelembapan yang relatif naik-turun, sedangkan untuk garamnya sendiri secara berkaladapat terlarut dan mengkristal.25 Kegiatan pengangkatan keramik dari situs arkeologi bawah air, terutama kapal karam, hampir selalu mangkuk -secara kuantitas- memiliki jumlah paling banyak dari pada keramik lain. Beberapa pengangkatan artefak dari kapal karam, seperti di Cirebon, Belitung, bahkan pada pengangkatan di Karawang, mangkuk menjadi artefak paling banyak yang diangkat ke daratan. Mangkuk secara kualitas juga dapat merepresentasikan kehidupan keseharian masyarakat masa lalu, karena fungsi praktis yang melekat padanya. Jumlahnya yang banyak dapat pula menunjukkanadanya kegiatanperdaganganmasalalu. 1.2.Masalah Penelitian Sejarah dan budaya materi yang dapat dikuak dari tinggalan keramik salah satu diantaranya adalah masa pembuatan keramik tersebut. Pembuatan keramik, baik karena fungsi, bentuk maupun karena keindahannya (estetika) selalu sejalan dengan seni yang sedang berkembang di masa tersebut sehingga dapat mencerminkan suatu waktu yang sedang berjalan.26 Keramik juga merupakan salah satu artefak yang dapat selamat dari akhir suatu peradaban dan dari keramik tersebut dapat ditentukan pertanggalan (relatif/mutlak),interpretasi teknologi yang terkandung, rute perdagangan, kepercayaan dan mencerminkan kegiatan rutin 22 Nitrat (NO -) dan nitrit (NO -) adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari 3 2 siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Dalam: Thompson B. Nitrates And Nitrites Dietary Exposure and Risk Assessment. New Zealand.2004. 23DonnyL.Hamilton.“PotteryConservation”.TexasA&MUniversity.2000. 24 Higroskopi adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari lingkungannya baik melalui absorbsi atau adsorpsi. Suatu zat disebut higroskopis jika zat itu mempunyai kemampuan menyerap molekul air yang baik. Dalam: http://id.wikipedia.org/wiki/Higroskopi diunduh tanggal 19maret2008 25Opcit. 26Opcit. UniversitasIndonesia Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009 7 sehari-hari.27 Sehingga benda keramik tersebut dapat memberikan informasi waktu dan dapat memberikan kesimpulan mengenai perdagangan, ekonomi dan masyarakat.28 Benda arkeologis yang ditemukan di daratan perlu memperhatikan beberapa faktor dalam penanganannya yaitu faktor manusia, faktor lingkungan sekitar benda dan faktor lingkungan alami.29 Manusia dapat menimbulkan kerusakan karena salah penanganan, mulai ditelantarkan, penyimpanan yang tidak sesuai, kecelakaan serta kebakaran. Faktor lingkungan benda dapat dibagi menjadi kelembaban udara, suhu dan penyinaran. Lainnya ada 5 faktor yang yang terdapat di lingkungan alami, yaitu kondisi iklim dan lingkungannya, sinar matahari, serangga, mikroorganisme, dan polusi.30 Lalu bagaimana dengan temuan arkeologis yang ditemukan di bawah air? Tentunya berbeda penanganannya karena memiliki lingkungan yang berbeda pula, sehingga faktor yang mempengaruhi benda temuan arkeologis untuk rusak di lingkungan bawah air-pun menjadi berbeda. Penanganan khusus menjadi pertimbangan yangharus dilakukan dengantujuanmenyelamatkanhasil kebudayaan manusiamasalalu. Benda keramik yangberasal dari situs arkeologi bawah air(laut),jikatelah diangkat dari bawah laut dan dibiarkan akan mengalami perusakan oleh garam yang mengendap. Sebuah objek jikalau telah lama terendam dalam air garam (laut) dan atau yang didapatkan dari dasar laut maka akan menghadapi resiko kerusakan (rapuh, retak bahkan pecah) karena tekanan yang muncul dari dalam ketika dibawa ke lingkungan yang memberikan kontak langsung dengan udara.31 Ketika hal tersebut terjadi pada saat yang sama kelompok besar garam yang telah mengkristal (menyerupai jarum-jarum yang sangat kecil) akan menutupi permukaan keramik dan menyembunyikan semua detail yang ada di benda keramik. Belum lagi kehidupan laut yang telah lama melekat pada keramik- keramik tersebut seperti kerang dan berbagai jenis tumbuhan. Sehingga 27Opcit. 28 Jim Grant dkk. The Archaeology Course Book; An Introduction To Study Skills, Topic & Methods.London.2002hal52-53. 29 Joetono. “Pengamanan dan Konservasi Arkeologi”. Pertemuan Ilmiah Arkeologi VII. Jakarta. Hlm.69. 30Ibid. 31 “A Heritage In Danger”. The UNESCO Convention On The Protection Of The Underwater CulturalHeritage.France.2001.Hal5 UniversitasIndonesia Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009 8 menyulitkan proses analisis lebih lanjut untuk dapat mengungkapkan aktifitas kebudayaan yangtelahterjadi dalam rangkapenelitianarkeologi. Penanganan untuk artefak arkeologi menjadi salah satu pertimbangan yang paling penting ketika akan merencanakan atau melaksanakan penelitian dengan data yang berasal dari materi peninggalan situs bawah air khususnya menyangkut jumlahnya yang sangat banyak.32 Tindakan tersebut merupakan salah satu upaya konservasi artefak arkeologi, tanpa tindakan tersebut, ribuan bahkan ratusan ribu dari artefak tersebut akan rusak dan data sejarah yang terkandung didalamnya dapat hilang. Kehilangan tersebut bukan hanya akan menyulitkan proses konservasi tetapi juga kerugian besar bagi para arkeolog yang akan menguak sejarah dan budaya materi tersebut.33 Tiga tujuan arkeologi yang akan dicapai tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena hilangnya informasi-informasi tersebut. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitianini yaitu: Bagaimana desalinasi benda keramik jenis porcelainous stoneware sebagai penangananawal dalamkonservasi arkeologi? Penanganan awal tinggalan situs bawah air yang dimaksudkan adalah tindakan atau perlakuan pertama yang dilakukan dalam rangka penyelamatan dan konservasi, setelah temuan terangkat dari air (laut) hingga siap untuk analisis lebih lanjut untuk mengetahui bentuk dan dekorasi mangkuk keramik. Penanganan awal yang akan dilakukan dalam penelitian ini berupa pemisahan unsur-unsur garam dari temuan(desalinasi). 1.3.Tujuan dan ManfaatPenelitian Penelitian ini memiliki 2 tujuan yang ingin dicapai, (1) Tujuan umum, yaitukonservasi artefak arkeologi bawah air (laut)terutamabenda-bendakeramik. (2) Tujuan khusus, yaitu dapat memperjelas tahap desalinasi benda keramik sebagai penanganan awal (dalam upaya konservasi) yang didapat dari situs bawah 32 Donny L. Hamilton. “Overview of Conservation in Archaeology : Basic Conservation Procedurs”.TexasA&MUniversity.2000.Hal2 33Ibid UniversitasIndonesia Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009 9 air sehingga benda keramik dapat dianalisis lebih lanjut. Penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai tindakan atau perlakuan pertama dan proses desalinasi keramik tinggalan situs bawah air (laut) yang dilakukan untuk mensterilkan kadar garam yang mengendap setelah temuan diangkat dari laut dan menemukan lingkungan yang berbeda. Penanganan keramik yang telah ditulis dan disarankan oleh para ahli masih bersifat umum, belum memberikan arahan yang jelas dan spesifik dari masalah yang dihadapi, terutama menghadapi sekian ribu bahkan ratusan ribu tinggalan keramik dengan glasir yang sudah rusak dan masih memiliki konsentrasi garam yang tinggi. Selain itu identifikasi mangkuk keramik akan berusaha untuk menjelaskan kegiatan sosial budaya yang terjadi ketika mangkuktersebut mulai dibuat. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan penanganan awal keramik tinggalan situs bawah air (laut). Diharapkan pula dapat lebih membantu dalam proses penanganan artefak Benda Cagar Budaya bawah air (laut), terutama mangkuk keramik yang jumlahnya dapat mencapai ribuan bahkan ratusan ribu keping. Proses desalinasi yang dilakukan selama ini tidak mendapat perhatian khusus, biasanya hanya asal rendam saja tanpa mengetahui berapa lama keramik harus direndam, berapa banyak kandungan garam yang sudah dikeluarkan dan masih perlukah direndam kembali karena kadar garamnya yang masih tinggi. Sehingga masih dipertanyakan apakah memang sudah selesai tahap desalinasi yang telah dilakukan ataukah belum? Padahal penanganan awal (desalinasi) yang efektif (waktu dan biaya), terukur dan terperinci menjadi salah satu faktor kemampuan benda-benda tinggalan situs bawah air (laut) dapat dianalisis secara maksimal sehingga dapat melakukan interpretasi yangmaksimal pula. 1.4.Gambaran Data Data arkeologi yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa sampling dari temuan kapal tenggelam di Karawang, Jawa Barat. Data tersebut berupa keramik Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) yang didapat dari perusahaan pengangkatan muatan kapal tenggelam yaitu PT. Paradigma Putra Sejahtera bersama dengan PT. Nautic Recovery Asia yangsedangmelakukan pengangkatan. UniversitasIndonesia Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009 10 Posisi temuan kapal berada di kedalaman 54-57 meter di bawah permukaan laut, terletakpada050 30’ LintangSelatan(LS)/ 1070 44’BujurTimur(BT),sekitar70 km laut dari Pantai Utara Jawa di wilayah Karawang (Gambar 1.1). Pengangkutan tersebut dilakukan pada periode Bulan September 2008 hingga Bulan Desember 2008, sedangkan penelitian ini dilakukan pada akhir Bulan Oktober 2008 hingga pertengahanJanuari 2009. Temuan yang didapat dari tempat tersebut secara keseluruhan kuranglebih berjumlah 15.000 buah yang sebagian besar berjenis keramik (mangkuk), namun artefak yang dapat diidentifikasi dan dapat dianalisis lebih lanjut (pembersihan , pengukuran dan konservasi) hanya mencapai 6438 buah. Artefak tersebut terdiri dari 2 jenis, yaitu jenis keramik dan jenis non keramik. Jenis keramik dapat dibedakan menjadi mangkuk (terbuka) (foto 1.1) berjumlah 4218 buah, kategori keramik tertutup (Closed)34 berjumlah 904 buah, kendi berjumlah 105 buah, vas berjumlah 133 buah, cover berjumlah 537 buah, tutup (lid) berjumlah 161 buah, buli-buli berjumlah 325 buah dan keramik lain selain jenis keramik tersebut berjumlah 55 buah. Sedangkan jenis non keramik dapat berupa seperti koin, 34Memilikiciriyaitudiameterbibirlebihkecildibandingkandengandiameterbadannya UniversitasIndonesia Desalinasi keramik..., Andi Handriana, FIB UI, 2009

Description:
deskripsi dan ekplanasi. Archaeology: A Brief Introduction, Ninth Edition. “Overview of Conservation in Archaeology : Basic Conservation.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.