BAB 3 ANALISIS KUMPULAN PUISI DISEBABKAN OLEH ANGIN KARYA RENDRA 3.1 Analisis Kumpulan Puisi Disebabkan Oleh Angin dalam Kepenyairan Rendra 3.1.1 Biografi Rendra dan Karya-karyanya Willybrodus Surendra Broto adalah nama aslinya. Dengan nama panggilan Mas Willy atau cukup Rendra. Dilahirkan di kampung Jayengan Solo pada hari Kamis 7 November 1935 jam 1705. Meskipun ia lahir dan besar di Solo, tetapi sebenarnya kedua orang tuanya dan nenek moyangnya berasal dari Yogyakarta. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa, dan Ibunya pernah menjadi penari di keraton Yogyakarta. Rendra berkeputusan untuk menetap di kota leluhurnya itu bersama grup dramanya yang bernama Bengkel Teater bermarkas di Ketanggungan Wetan, Yogyakarta. Ia memulai karirnya dengan menulis sajak sejak ia masih duduk di kelas dua SLA di Solo. Ia masih di SLA pula ketika pada tahun 1954 merebut hadiah- hadiah dari Kementrian PD & K untuk naskah dramanya yang dijuduli Orang- orang di Tikungan Jalan. Dua tahun kemudian ia mendapat hadiah lagi dari majalah KISAH untuk sebuah cerita pendek yang ditulisnya. Cerita-cerita pendeknya dikumpulkan dengan judul Ia Sudah Bertualang (1963). Kemudian pada tahun 1957 terbitlah kumpulan sajak -sajaknya yang berbentuk balada – yang sebenarnya telah ia tulis sejak di SLA – dan kumpulan tersebut diberi judul Balada Orang-Orang Tercinta. Rendra tentu saja mengucap syukur ketika buku ini juga memenangkan hadiah dari Badan Kemusyawarahan Kebudayaan Nasional di tahun itu juga. Ia patut bersyukur dan bergembira oleh karena pada waktu itu ialah satu-satunya penyair yang menulis dengan gaya epik dan balada, sementara penyair lainnya menulis dengan gaya ekspresif dan liris. Rupa-rupanya khasanah tembang-tembang Jawa dan fragmen-fragmen epos wayang kulit sangat mempengaruhi jiwa remajanya waktu itu. Masih dalam tahun yang sama, Rendra jatuh cinta secara dewasa untuk pertama kalinya dengan seorang gadis dari Jalan Sawojajar Yogyakarta yang bernama Sunarti. Dan, sejak saat itu ia lalu banyak menulis sajak-sajak liris dengan tema cinta yang selalu dihubungkan dengan rasa keagamaan yang mistis. Sajak-sajak itu ia kumpulkan dalam empat kumpulan dengan judul Kakawin Kawin, Malam Stanza, Nyanyian dari Jalanan, dan Sajak Duabelas Perak. Keempat kumpulan sajak ini kemudian terbit menjadi satu buku kumpulan sajak pada tahun 1961 yang oleh penerbitnya di beri judul Rendra: Empat Kumpulan Sajak. Tahun itu juga Rendra mulai tertarik pada seni drama dan lalu mendirikan “Studi Grup Drama Yogya” dimana ia membina kader – kadernya: Arifin C. Noer, Deddy Sutomo, Parto Tegal, Mochtar Hadi, Louis Wangge, dan lain-lain. Sementara itu, Rendra juga menghayati sedalam-dalamnya tema-tema agama dan episode-epidode introspektif di dalam hidupnya. Tema-tema ini kemudian ia garap dalam puisi-puisi yang ia kumpulkan menjadi dua kumpulan puisi yang berjudul Mazmur Mawar dan Sajak-sajak Sepatu Tua, dan baru ia terbitkan pada tahun 1972. Dalam puisinya ini seakan membuktikan bahwa pada dasarnya puisi adalah juga semacam wicara yang jernih, wajar, mengalir, yang di sana-sini terpotong oleh majas yang sungguh tak terduga-duga; namun anasir yang seperti sumbang dan mengagetkan ini tetap tunduk di bawah nalar puitik yang tak hendak lagi mencari keganjilan. Maka, bila si penyair membentangkan tamsya, menyerukan protes, menyampaikan pesan, dan melayangkan do`a, misalnya, kita pun tahu bahwa kita bisa mencapai kedalaman (keajaiban) pengalaman seperti itu karena bahasanya adalah bahasa kita juga. Uraiannya tentang bermain drama diterbitkan dengan judul Tentang Bermain Drama (1976) yang mendapat hadiah pertama dari Yayasan Buku Utama 1976 untuk karya non-fiksi. Ia pun banyak menerjemahkan drama klasik dunia, di antaranya yang sudah terbit karya-karya Sophokles yaitu oedipus Sang Raja, Oedipus di Kolonus, dan Antigone. Tahun 1993 terbit bukunya Seni Drama untuk Remaja, panduan yang lengkap dan mudah dipahami. Pada tahun 1964 Rendra pergi ke Amerika Serikat selama tiga tahun. Di sana ia berkenalan dengan ilmu-ilmu sosial yang ternyata memberikan pengaruh besar di dalam perkembangan pemikirannya. Ia mulai tertarik pada masalah- masalah sosial, dan muncullah kini variasi baru dalam puisinya, yaitu tema sosial. Puisi-puisinya ini ia kumpulkan di bawah judul Blues Untuk Bonnie dan terbit pada tahun 1971. Dalam puisi ini Rendra seperti menggunakan bahasa sehari-hari, bahasa yang dijauhi oleh para penyair, tapi dengan patahan-patahan frase yang mengejutkan, puisi-puisi itu tetap menjaga siluet cerita, sambil melantur menggamit berbagai idiom yang surrealistik namun yang sungguh menghidupkan. Di sini antara tegangan yang dangkal dan yang fantastik, yang prosais dan yang puitis, yang murahan dan yang luhur, terselenggara dengan begitu baik dan wajar, dan inilah yang membuat Rendra kian berbeda dengan para penyair utama kita. Pulang dari Amerika Serikat, yakni pada tahun 1967, ia mendirikan Bengkel Teater. Pementesan dramanya mendapatkan penghargaan berupa Anugerah Seni dari Mentri P & K Masyhuri, pada tahun 1979. Sedang pada tahun 1975 Rendra kecipratan rezeki lagi berupa hadiah dari Akademi Jakarta untuk karya-karya seninya terhitung dari tahun 1970-1975. Masalah-masalah politik pun akhirnya menarik perhatian Rendra sejak tahun 1975. Puisi-puisinya yang bertema politik ia kumpulkan dalam bendera Pamplet Penyair. Pada tahun 1971 Rendra diundang untuk membacakan puisinya di Poetry Internasional Festival di Rotterdam, Holland. Kesmpatan itu ia manfaatkan membaca puisi-puisinya dari Blues Untuk Bonnie. Di tahun 1971 juga sehubungan dengan kiprahnya di bidang teater Rendra mendapat Anugerah Seni dari Pemerintah RI. Undangan Serupa datang lagi untuknya pada tahun 1979 yang kali ini Rendra membaca puisi-puisinya dari Pamflet Penyair. Dan, pada tahun 1983 buku puinya adalah Potret Pembangunan Dalam Puisi. Mengenai kumpulan eseinya adalah Mempertimbangkan Tradisi (1983). Adapun esai-esainya dari masa awal belakangan terbit dengan judul Catatan- catatan Rendra Tahun 1960-an (1995) Dan, pada tahun 1993 terbitlah kumpulan puisinya Disebabkan Oleh Angin. Judul ini diambil dari judul sajaknya Disebabkan Oleh Angin yang ia tulis di Jakarta 24 Maret 1970 untuk dimainkan Di TVRI. Puisi ini merupakan perkembangan dari satu puisi panjang dengan judul yang sama, yang ditulisnya di New York, pada tahun 1964, saat ia mengalami goncangan batin dan rindu pada sahabat-sahabatnya di Indonesia. Puisi ini adalah untuk pementasan, tapi alih-alih, mengabdi pada kepentingan panggung, antara yang maya dan yang nyata bergerak mondar-mandir dalam jiwa, antara kenangan lampau dan aku kini, antara suara dan kekosongan. Dengan bahasa yang jauh dari kesan dramatik dan tokoh-tokoh yang ibarat kelebat wayang pada kelir, puisi ini memelihara tegangan naratif di bawah permukaan dengan piawai. Di sinilah puisi naratif Rendra bukan lagi puisi epik melainkan anti- epik Puisi- puisi Rendra adalah puisi yang meletakkan kekuatannya pada komunikasi tematik, dengan bahasa yang tidak rumit. Pada tahun ini juga (1993) ia membuat buku puisi Orang-orang Rangkasbitung dan buku puisinya Mencari Bapa pada tahun 1997. Lebih dari setengah abad kiprah perpuisan Rendra semakin menunjukan jalan lain perpuisian Indonesia. Ketika mayoritas penyair terpukau berlebihan pada lirisisme dan kerap terjatuh pada puisi semu dan gelap, Rendra menulis puisi naratif dengan bahasa yang penuh hiasan dan pendar-pendar. Ia adalah contoh pertama bagi penyair asal Jawa yang piawai berbahasa Indonesia. Ketika para penyair utama gemar menyuling bahasa demi mencapai puncak puitik, Rendra justru mendaur ulang bahasa orang ramai. Ia juga contoh utama bahwa modernisme artistik bisa memeuk mesra lingkunagan budaya asal. Puisi, bagi penyair kelahiran 1935 ini, adalah upaya untuk mengungkai kecerdasan kolektif sekaligus memelihara kewajaran dan kebaruan Bahasa Indonesia. Puisi-puisi Rendra memang hebat, terbukti sudah banyak diantaranya yang diterjemahkan dalam bahasa Jepang, Rusia, Inggris, Belanda, Perancis dan Jerman. Terbitan dalam bentuk buku, untuk Rendra, di antaranya adalah Rendra : Ballads and Blues, merupakan terjemahan sajak-sajak Rendra pada tahun 1954- 1967 yang diterjemahkan oleh Burton Raffel, Harry Aveling dan Derwent May. Penerbitya adalah Oxford University Press, 1974. Rendra : Pamfletten van een Dichter, merupakan terjemahan dari Pamplet Penyair yang dikerjakan oleh Prof A Teew, diterbitkan oleh Thomas&Erras tahun 1979. Terjemahan dalam bahasa Inggris disiapkan oleh Australia.Kumpulan puisi yang di terbitkan pertama kali oleh Lembaga Studi Pembangunan ini, merupakan kumpulan puisi yang pernah dibaca oleh pengarangnya di muka umum dalam variasi koleksi yang berbeda. Kesempatan baca tersebut adalah di Taman Ismail Marzuki, Apel Siaga Kampus ITB, Mimbar Bebas Kampus Unpad, Asrama Mahasiswa UI Daksinapati, Gedung Olah Raga Yogya, Rotterdam, Leiden, Amsterdam, Berlin, Hamburg, Frankfurt, Giesen dan Aachen. Rendra :The Struggle of the Naga Tribe, adalah terjemahan dalam naskah drama Rendra Kisah Perjuangan Suku Naga yang dikerjakan oleh Max Lane dan diterbitkan oleh University Of Queensland Press tahun 1979). Dan, di Jerman Barat, Dr. Rainer Carle menulis sebuah buku tebal : Rendras Gedichtsammlungen (1957-1972) Ein Beitrag zur Kenntnis der Zeitgenossischen Indonesischen Literatur. Buku ini menelaah karya – karya puisi Rendra dalam kaitannya dengan aktivitas serta karya-karya Rendra lainnya dari tahun 1957-1972. . 3.1.2 Visi Estetik dan Ekstra Estetik Rendra Karya sastra sebagai karya seni terdiri atas bahan dan struktur estetik. Kedua aspek tersebut berjalinan erat. Dalam karya sastra yang baik (bernilai), keduanya melebur menjadi satu hingga sukar dipisahkan secara nyata. Dengan adanya dua aspek atau komponen itu, maka dalam menilai karya sastra dikenakan dua kriteria secara bersama-sama, yaitu kriteria estetik dan ekstra estetik. Kriteria estetik dikenakan pada struktur estetik karya sastra. Kriteria ekstra estetik dikenakan pada bahan-bahan karya sastra. Kriteria estetik adalah semua usaha yang tersusun untuk mendapatkan nilai estetik (seni) karya sastra, misalnya persajakan (rima), penyusunan irama, pemilihan kata yang tepat, gaya bahasa, penyusunan alur (suyet), konflik-konflik, humor, dan sebagainya. Termasuk dalam kriteria ini adalah kebaruan dan kemampuan untuk membuat orang kagum dan terpesona. Sedangkan yang dimaksud kriteria ekstra estetik dikenakan pada bahan-bahan karya sastra. Bahan- bahan karya sastra dapat berupa kata-kata, tingkah laku manusia, gagasan, dan sikap manusia. Ciri-ciri ekstra estetik misalnya: individualisme menonjol, dalam arti, kesadaran kepada keberadaan diri pribadi terpancar, puisi mengekspresikan kehidupan batin/kejiwaan manusia lewat peneropongan batin sendiri, mengemukakan masalah kemanusiaan umum (humanisme universal) dengan jelas, seperti tentang kesengsaraan hidup, hak asasi manusia, masalah kemasyarakatan menonjol: dikemukakan kepincangan dalam masyarakat, seperti gambaran perbedaan yang mencolok antara golongan kaya dan miskin, ungkapan masalah sosial: kemiskinan, pengangguran filsafat hubungan hidup manusia dan dunia mulai muncul, belum adanya pemerataan kenikmatan hidup, banyaknya dikemukakan cerita-cerita dan kepercayaan rakyat sebagai pokok-pokok puisi balada. Semuanya itu, termasuk bahasa, berada di luar karya sastra. Sebuah karya sastra yang bernilai tinggi berdasarkan bahan-bahannya ini biasa dikatakan karya besar. Karya seni disebut besar (agung) bila dapat mengekspresikan nilai kehidupan yang besar. Nilai-nilai kehidupan besar itu di antaranya meliputi pikiran-pikiran yang tinggi atau cemerlang, perwatakan yang kompleks, cerita yang hebat, dan gambaran-gambaran kehidupan yang menimbulkan renungan (kontemplasi). Rendra sebagai seorang penyair memiliki dua kriteria ini. Sebagaimana diungkapkan Teeuw (1980:21) bahwa sarana puitis Bahasa Indonesia dimanfaatkan oleh Rendra dengan sangat tepat. Bahasa Indonesia memiliki sajak- kata; yang dimaksudkan bahwa kata-katalah yang merupakan satuan pokok dalam kalimat (jadi bukanlah suku kata atau kelompok kata atau”kaki sajak”). Dalam kumpulan puisi Disebabkan Oleh Angin mungkin terlihat seperti membosankan bahkan kurang daya pikat. Dari luar terlihat kesederhanaan bentuk dan kata-kata kolot ia pakai dalam puisinya, kalau dilihat secara sekilas, namun jika lebih jauh kita memikirkan dan berkontemplasi, akan lebih tampak keindahan serta gagasan- gagasan luhur di dalamnya. Identifikasi diri, manusia dengan alam semesta menjadi suatu perwujudan metafora, paralelisme yang memuaskan dan imajinasi yang luar biasa, teranyam dalam kesatuan yang harmonis. Kata-kata yang berdiri sendiri menyuguhkan sebuah pesan filosofis, berkaitan erat dengan penghayatan kenyataan. Dalam puisi yang berjudul penuh Disebabkan Oleh Angin menggandeng nilai etis-filosofis hidup. Metafor-metafor hidup muncul mandiri “bicara dengan sendirinya”, ia masukan ke dalam konteks puisinya, ke dalam dunia pengertian atau konsep yang memberikan pesan filosofis. “Kesadaran hidup adalah pembertontakan Hidup tidak hanya untuk hidup Kita hidup untuk menerima kehidupan” “Hidup bukan perlawanan” “Hidup ialah mempergunakan kesempatan” “Hidup adalah berlomba dengan mati” “Hidup itu seperti teka-teki” “Hidupku adalah kekuatanku” Dalam puisi yang berjudul Wanitaku! Wanitaku! Sebuah puisi lyris yang bernalurikan cinta seorang lelaki kepada wanitanya. Cinta seorang lelaki tersebut terwujud dalam kesetiaan sejati. Sukmaku menjelma menjadi seekor kucing tua yang lalu mengembara luput ke dalam perkampungan sudah sekian lama sudah berbulan-bulan sudah bertahun-tahun sudah berabad-abad. Namun, dalam duka-sepi yang dialami lelaki tersebut, kekuatan cinta menjadi sumber tenaga, keberanian penuh harapan. Cinta inilah yang meimbulkan sebuah evolusi yang positif, sebuah transformasi. Orang yang menjalani penderitaan akan menjadi lebih pandai, lebih kuat, dan sabar. melewati kepulan debu melewati angin panas melewati serdadu dan algojo melewati anjing-anjing aku memburu memburu memburu berburu Dalam puisi yang berjudul Setelah Rambutmu Tergerai terlihat pula kasih sayang dan cinta sejati yang terwujud dalam seksualitas. Cinta ini membuat seseorang melihat segala sesuatu dengan jernih, akurat dan berpikiran positif penuh pujian serta pengagungan. Kamu adalah Ratu Sheba Cleopatra Drupadi Kamu adalah Dewi Durga Penderitaan yang sama, pasangan yang saling mengasihi mereka akan saling terbuka tanpa hambatan. Kita saling menerka dan meraba. – . … Aku ada. Tetapi siapakah aku? Bait di atas menjelaskan seorang lelaki mengalami kehampaan, ini disebabkan mereka belum saling mengenal kesejatian jiwa masing-masing. Energi seks menjadi bahan bakar spiritual, penuh makna, dan mengandung daya iluminasi yang tinggi, ketika berada dalam penyatuan murni, kesamaan dan seks kita pandang realistis dan suasana hati yang ringan. Dua tubuh satu getaran. Dua jiwa satu bahasa. Astaga.
Description: