ebook img

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori dan tinjauan pustaka ... PDF

23 Pages·2013·0.5 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori dan tinjauan pustaka ...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori dan tinjauan pustaka yang mendasari penelitian ini. Pembahasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah pembahasan mengenai kualitas hidup dan kanker. Dalam pembahasan mengenai kualitas hidup akan dibicarakan mengenai pendekatan dalam menjelaskan kualitas hidup termasuk definisi kualitas hidup, dimensi kualitas hidup, pengukuran kualitas hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Pembahasan mengenai kanker menjelaskan mengenai definisi kanker, faktor penyebab kanker, proses terjadi kenker,penatalaksanaan medik, komplikasi, perubahan pada penderita kanker. 1. Konsep Kualitas hidup 1.1. Pengertian Kualitas Hidup Kualitas hidup sulit didefenisikan karena mencakup banyak keadaan mulai dari kehidupan fisik dan kemampuan kognitif untuk menentukan kepuasan suatu hubungan, pendidikan yang diminati dan kecukupan pendapatan yang dibutuhkan sebagai dasar biologis (Trbojevic,1998). Kualitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dimana seseorang menikmati kemungkinan dalam hidupnya. Kenikmatan tersebut memiliki dua komponen yaitu pengalaman, kepuasan dan kepemilikan atau pencapaian beberapa karateristik dan kemungkinan – kemungkinan tersebut merupakan hasil dari kesempatan dan Universitas Sumatera Utara keterbatasan setiap orang dalam hidupnya dan merefleksikan interaksi faktor personal dan lingkungan (Chang dan Weissman, 2004). Menurut Coons dan Kaplan dalam Sarafino (1994) menyatakan bahwa setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya. Fayers & Machin dalam Kreitler & Ben (2004) kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan. Menurut WHOQOL (dalam Power, 2003) kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi individu hidup dalam konteks budaya dan system nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan perhatian seseorang. Dalam defenisi ini WHO juga mempertimbangkan adanya konteks sosial dan konteks lingkungan dalam mengukur kualitas hidup selain kesehatan fisik dan psikologis. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai kondisi kehidupannya saat ini yang mencakup aspek kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Universitas Sumatera Utara 1.2. Pengukuran Kualitas Hidup Skevington, Lotfy, dan O’Connell (2004) dalam Sekarwiri (2008) mengatakan bahwa pengukuran mengenai kualitas hidup dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengukuran kualitas hidup secara menyeluruh (kualitas hidup dipandang sebagai evaluasi individu terhadap dirinya secara menyeluruh) atau hanya mengukur domain tertentu saja (kualitas hidup diukur hanya melalui bagian tertentu saja dari diri seorang individu) (Skevington, Lotfy, dan O’Connell, 2004). Schipper, Clinch dan Olweny (dalam Post, Witte, dan Scrijvers, 1999) menyatakan bahwa kualitas hidup dapat diukur dari aspek fungsi fisik dan okupasi, keadaan psikologi, interaksi sosial dan sensasi somatic. (Post, Witte dan Scrijvers, 1999) juga membuat empat aspek untuk mengukur kualitas hidup yaitu keadaan fisik dan kemampuan fungsional, keadaan psikologis, dan kesejahteraan, interaksi sosial, dan keadaan ekonomi. Walaupun pembagian mengenai aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas hidup individu tertulis dalam persamaan yang berbeda-beda, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek tersebut saling berinteraksi untuk memberikan gambaran kualitas hidup individu. Berdasarkan konsep WHOQOL – BREF kualitas hidup dapat diukur dari aspek kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan lingkungan Power dalam Lopez dan Snyder, 2004, dalam (Noftri, 2009). Dimensi kesehatan fisik terdiri dari aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan medis, Universitas Sumatera Utara energi dan kelelahan, mobilitas, sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, dan kapasitas kerja. Aktivitas sehari-hari yaitu menggambarkan kesulitan dan kemudahan yang dirasakan individu pada saat melakukan kegiatan sehari-hari. Ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan medis yaitu menggambarkan seberapa besar kecenderungan individu dalam menggunakan obat-obatan atau bantuan medis lainnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Energi dan kelelahan yaitu menggambarkan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam menjalankan aktivitas sehari- harinya. Mobilitas yaitu menggambarkan tingkat perpindahan yang mampu dilakukan oleh individu dengan mudah dan cepat. Tidur dan istirahat yaitu menggambarkan kualitas tidur dan istirahat yang dimiliki oleh individu, dan kapasitas kerja yaitu menggambarkan kemampuan yang dimiliki oleh individu (Power dalam Lopez dan Snyder, 2004). Dimensi kesejahteraan psikologi terdiri dari body image dan apprearance, perasaan negatif, perasaan positif, self- estem dan berpikir, belajar, memori, konsentrasi. body image dan apprearance yaitu menggambarkan bagaimana individu memandang keadaan tubuh serta penampilannya. Perasaan negatif yaitu menggambarkan adanya perasaan yang tidak menyenangkan yang dimiliki oleh individu. Perasaan positif yaitu menggambarkan perasaan menyenangkan yang dimiliki oleh individu. Self- estem yaitu menggambarkan bagaimana individu menilai atau menggambarkan dirinya sendiri. Berpikir, belajar, memori dan motivasi yaitu menggambarkan keadaan kognitif individu yang memungkinkan untuk Universitas Sumatera Utara berkonsentrasi, belajar, dan menjalankan fungsi kognitif lainnya (Power dalam Lopez dan Snyder, 2004). Dimensi hubungan sosial terdiri dari relasi personal, dukungan sosial, dan aktivitas seksual. Relasi personal yaitu menggambarkan hubungan individu dengan orang lain. Dukungan sosial yaitu menggambarkan adanaya bantuan yang didapatkan oleh individu yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Aktivitas seksual yaitu menggambarkan kegiatan seksual yang dilakukan individu (Power dalam Lopez dan Snyder, 2004). Dimensi lingkungan terdiri dari sumber finansial, freedom, physical safety dan security, perawatan kesehatan dan perawatan sosial, lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan barbagai informasi baru dan keterampilan, partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi, lingkungan fisik, dan transportasi. Sumber finansial yaitu menggambarkan keadaan keuangan individu. freedom, physical safety dan security yaitu menggambarkan tingkat keamanan individu yang dapat mempengaruhi kebebasan dirinya. Perawatan kesehatan dan perawatan sosial yaitu menggambarkan ketersediaan layanan kesehatan dan perlindungan sosial yang dapat diperoleh individu. Lingkungan rumah yaitu menggambarkan keadaan tempat tinggal individu. Kesempatan untuk mendapatkan informasi baru dan keterampilan yaitu menggambarkan ada atau tidaknya kesempatan bagi individu untuk memperoleh hal-hal baru yang berguna bagi individu. Partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi yaitu menggambarkan sejauhmana individu memiliki kesempatan Universitas Sumatera Utara dan dapat bergabung untuk berkreasi dan menikmati waktu luang. Lingkungan fisik yaitu menggambarkan keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal individu seperti keadaan air, saluran udara, iklim, polusi. Transportasi yaitu menggambarkan sarana kendaraan yang dapat dijangkau oleh individu (Sekarwiri, 2008). 1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh WHOQOL (dalam Power, 2003), persepsi individu mengenai kualitas hidupnya dipengaruhi oleh konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tinggal. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan Fadda dan Jiron (1999) bahwa kualitas hidup bervariasi antara individu yang tinggal di kota/ wilayah satu dengan yang lain bergantung pada konteks budaya, sistem, dan berbagai kondisi yang berlaku pada wilayah tersebut. Menurut para peneliti, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah: 1.3.1. Gender atau Jenis Kelamin Moons, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Fadda dan Jiron (1999) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam peran serta akses dan kendali terhadap berbagai sumber sehingga kebutuhan atau hal- hal yang penting bagi laki-laki dan perempuan juga akan berbeda. Bain, dkk (2003) dalam (Noftri, 2009) menemukan adanya perbedaan antara kualitas hidup antara laki- laki dan perempuan, dimana kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik dari pada Universitas Sumatera Utara kualitas hidup perempuan. Bertentangan dengan penemuan Bain, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) menemukan bahwa kualitas hidup perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan aspek-aspek kehidupan dalam hubungannya dengan kualitas hidup pada laki-laki dan perempuan. Ryff dan Singer (1998) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa secara umum, kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait dengan aspek hubungan yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada pria lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik. 1.3.2. Usia Moons, dkk (2004) dan Dalkey (2002) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Singer (1998) dalam Papalia, dkk (2007) individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi pada usia dewasa madya. Penelitian yang dilakukan oleh Rugerri, dkk (2001) menemukan adanya kontribusi dari faktor usia tua terhadap kualitas hidup subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, & Lett (2004) menemukan adanya perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting bagi individu. 1.3.3. Pendidikan Moons, dkk (2004) dan Baxter (1998) mengatakan bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup subjektif. Penelitian Universitas Sumatera Utara yang dilakukan oleh Wahl, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) menemukan bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, dkk (2007) dalam (Noftri, 2009) menemukan adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak. 1.3.4. Pekerjaan Moons, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity tertentu). Wahl, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) menemukan bahwa status pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita. 1.3.5. Status pernikahan Moons, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah, individu bercerai ataupun janda, dan individu yang menikah atau kohabitasi. Zapf et al (1987) dalam Lee (1998) menemukan bahwa status pernikahan merupakan prediktor terbaik dari kualitas hidup secara keseluruhan. Penelitian empiris di Amerika secara umum menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun janda/duda akibat pasangan meninggal Glenn dan Weaver (1981) dalam dalam (Noftri, 2009). Universitas Sumatera Utara Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahl, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) menemukan bahwa baik pada pria maupun wanita, individu dengan status menikah atau kohabitasi memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi. 1.3.6. Penghasilan Baxter, dkk (1998) dan Dalkey (2002) dalam (Noftri, 2009) menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi berupa penghasilan dengan kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007) juga menemukan adanya kontribusi yang lumayan dari faktor penghasilan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak. 1.3.7. Hubungan dengan orang lain Baxter, dkk (1998) dalam (Noftri, 2009) menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi berupa faktor jaringan sosial dengan kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Kahneman, Diener, & Schwarz (1999) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa pada saat kebutuhan akan hubungan dekat dengan orang lain terpenuhi, baik melalui hubungan pertemanan yang saling mendukung maupun melalui pernikahan, manusia akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik baik secara fisik maupun emosional. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007) juga menemukan bahwa faktor hubungan dengan orang lain memiliki kontribusi yang cukup besar dalam menjelaskan kualitas hidup subjektif. Universitas Sumatera Utara 1.3.8. Standard referensi O’Connor (1993) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh standard referensi yang digunakan seseorang seperti harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara diri individu dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan definisi kualitas hidup yang dikemukakan oleh WHOQOL (Power, 2003) dalam (Noftri, 2009), bahwa kualitas hidup akan dipengaruhi oleh harapan, tujuan, dan standard dari masing-masing individu. Glatzer dan Mohr (1987) dalam (Noftri, 2009) menemukan bahwa di antara berbagai standard referensi yang digunakan oleh individu, komparasi sosial memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Jadi, individu membandingkan kondisinya dengan kondisi orang lain dalam menghayati kualitas hidupnya. 2. Konsep Kanker 2.1. Pengertian Kanker Kanker adalah pertumbuhan sel tidak normal (yaitu: tumbuh sangat cepat tidak terkontrol dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal dan menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh (Diananda, 2007). Kanker adalah mutasi gen – gen sel yang berakibat tumbuhnya sel – sel abnormal secara tidak beraturan. Sel –sel kanker tumbuh dengan pola yang tidak terkendali dan tidak dapat diramalkan (Anderson, 1996) Universitas Sumatera Utara

Description:
tingkat kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam menjalankan aktivitas sehari Moons, dkk (2004) dan Baxter (1998) mengatakan bahwa tingkat
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.