ebook img

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Kafein 2.1.1 Struktur Kimia Kafein Kafein merupakan alkaloid PDF

19 Pages·2016·0.12 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Kafein 2.1.1 Struktur Kimia Kafein Kafein merupakan alkaloid

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Kafein 2.1.1 Struktur Kimia Kafein Kafein merupakan alkaloid putih dengan rumus senyawa kimia C H N O , dan rumus bangun 1,3,7-trimethylxanthine. Kafein mempunyai 8 10 4 2 kemiripan struktur kimia dengan 3 senyawa alkaloid yaitu xanthin, theophylline, dan theobromine (Daswin, 2013). C H N O 8 10 4 2 Gambar 2.1. Struktur kimia kafein 2.1.2 Sumber Kafein Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami didalam makanan contohnya biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola (cola nitide) guarana, dan mate. Teh adalah sumber kafein yang lain, dan mengandung setengah dari kafein yang dikandung kopi. Beberapa tipe teh yaitu teh hitam mengandung lebih banyak kafein dibandingkan jenis teh yang lain. Teh mengandung sedikit jumlah teobromine dan sedikit lebih tinggi theophyline dari kopi (Daswin, 2013). Kafein juga merupakan bahan yang dipakai untuk ramuan minuman non alkohol seperti cola, yang semula dibuat dari kacang kola. Soft drinks khususnya terdiri dari 10-50 miligram kafein. Coklat terbuat dari kokoa mengandung sedikit kafein seperti terlihat pada tabel 2.1. Efek stimulan yang lemah dari coklat dapat merupakan kombinasi dari theobromine dan theophyline sebagai kafein (Casal et al, 2000 dalam Purba, 2011). Tabel 2.1 Kadar Kafein dalam Berbagai Produk Coffee, cup = 125 ml Caffeine (mg) Filtered, percolated 60-100 Drip 44 Instant 35-50 Pads, dark regular 90-95 Pads, milk 75-80 Cappucino 60 Espresso, cup = 50 ml 50-60 Decaffeinated coffe cup = 125 ml 2-4 Tea, cup = 125 ml 20-45 Soft drinks per 100 ml Cola’s general 3-11 Cola’s light 0-15 Ice tea 3-12 Energy drinks per 100 ml 30 Chocolate containing drinks per 100 ml 2-4 Chocolate/50 gr Milk 2-25 Dark 8-60 Extra dark 30-210 Chocolate candy, bars, ice cream 2-10 Alcoholic drinks or shooters per 100 ml 50-120 Prescription and non predescription medication 25-200 Sumber : Snel & Lorist, 2011 2.1.3 Manfaat dan Kegunaan Kafein Kafein memiliki manfaat dan kegunaan yang cukup banyak dalam dunia medis. Kafein sering digunakan dalam terapi kombinasi pengobatan migrain. Menurut American Headache Society, kombinasi pemberian oral antara kafein bersama-sama dengan obat penghilang rasa sakit seperti aspirin dan acetaminophen, efektif untuk mengobati migrain. Hal ini dikarenakan kafein dalam dosis kecil dapat membantu penyerapan obat-obatan penghilang rasa sakit terutama pada paracetamol. Kafein telah disetujui FDA untuk digunakan dengan obat penghilang rasa sakit untuk mengobati sakit kepala migrain. Kafein juga dapat digunakan pada penderita tension type headache dan nyeri kepala paska operasi. Pemberian kafein dalam dilakukan per oral maupun intravena (Shapiro & Cowan, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Smith & Roger (2000), kafein dapat meningkatkan kewaspadaan mental seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa minum minuman berkafein sepanjang hari dapat meningkatkan kewaspadaan pikiran. Sehingga kafein sering dikombinasikan dalam minuman berenergi untuk meningkatkan kinerja mental lebih baik (Smith & Roger, 2000). Menurut American College of Sport Medicine, kafein dapat meningkatkan kekuatan fisik dan daya tahan, dan mungkin menunda kelelahan. Penggunaan kafein juga dapat mengurangi perasaan lelah dan meningkatkan kinerja selama kegiatan seperti bersepeda, berjalan, bermain sepak bola, dan golf. Namun kafein tampaknya tidak meningkatkan kinerja selama jangka pendek, intensitas tinggi latihan seperti berlari dan mengangkat (American College of Sport Medicine, 2008). Manfaat lain dari kafein adalah dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga kafein berguna pada penderita hipotensi. Namun untuk kafein terhadap tekanan darah secara jangka panjang belum ada penelitian lebih lanjut (AHA, 2000). Kafein juga dapat menurunkan resiko dari timbulnya batu empedu, hal ini dilakukan oleh Leitzmann et al (1999) dengan menggunakan studi prospektif pada 46.000 responden (Leitzman, 1999). 2.1.4 Dosis Harian Kafein Kafein memiliki fungsi dan manfaat bagi tubuh dalam dosis tertentu. Penggunaan kafein dalam jumlah besar dan jangka panjang akan menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Konsumsi kafein yang aman untuk orang dewasa yang sehat berkisar antara 400-450 mg/hari, tapi kebanyakan orang dewasa mengkonsumsi antara 106-170 mg/hari; secara luas dianggap sebagai kisaran aman (Lesher, 2014). Menurut Greeden et al. (1978), mengkonsumsi 500 mg kafein per hari dapat menyebabkan gangguan berbagai manifestasi perilaku, dan psikofisiologis. Dalam penggunaan pada sakit kepala atau meningkatkan kewaspadaan mental dapat digunakan sebanyak 250 mg per hari, dengan dosis untuk kelelahan paska aktivitas yaitu 150-600 mg. Kafein juga sering digunakan untuk meningkatkan kinerja atletik, dengan dosis 2-10 mg/kg atau lebih dapat digunakan. Namun, dosis lebih dari 800 mg per hari dapat menghasilkan efek diuresis lebih besar dari 15 mcg/mL diizinkan oleh National Collegiate Athletic Association. Kafein juga dapat menurunkan sakit kepala paska operasi dengan penggunaan anestesi epidural dengan dosis 300 mg. Untuk mencegah penyakit batu empedu, asupan 400 mg atau lebih kafein per hari. Kafein dapat diperoleh dengan meminum satu cangkir kopi diseduh memberikan 95-200 mg kafein. Sebuah porsi 8-ons teh hitam memberikan 40-120 mg kafein. Sebuah porsi 8-ons teh hijau menyediakan 15-60 mg kafein. Minuman ringan seperti cola menyediakan 20-80 mg kafein per 12 ons porsi. Olahraga atau minuman energi biasanya memberikan 48-300 mg kafein per porsi. Sumber lain dari kafein dapat diperoleh dari penggunaan suplemen kafein secara langsung, dengan sediaan 100- 200 mg, dengan pemakaian 100 hingga 200 mg setiap 3 sampai 4 jam selama dibutuhkan, dengan tidak mengkonsumsi suplemen 6 jam sebelum tidur (WebMD, 2014). Menurut James et al. (1968), pengguna kopi/teh berat adalah seseorang yang mengkomsumsi setidaknya 8 gelas teh atau kopi per hari atau setara dengan mengkonsumsi rata-rata 720-2250 mg per hari. 2.1.5 Farmakodinamik Kafein Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos , terutama otot polos bronkus, merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan diuresis (Purba, 2011) : a. Jantung Kadar rendah kafein dalam plasma akan menurunkan denyut jantung, sebaliknya kadar kafein dan teofilin yang lebih tinggi menyebabkan tachycardia, bahkan pada individu yang sensitif mungkin menyebabkan aritmia yang berdampak kepada kontraksi ventrikel yang prematur. b. Pembuluh darah Kafein menyebabkan dilatasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah koroner dan pulmonal, karena efek langsung pada otot pembuluh darah c. Sirkulasi Otak Resistensi pembuluh darah otak naik disertai pengurangan aliran darah dan O di otak, ini diduga merupakan refleksi adanya blokade 2 adenosine oleh Xantin. d. Susunan Saraf Pusat Kafein merupakan perangsang SSP yang kuat. Orang yang mengkonsumsi kafein tidak terlalu merasa kantuk, tidak terlalu lelah, dan daya pikirnya lebih cepat serta lebih jernih. Tetapi, kemampuannya berkurang dalam pekerjaan yang memerlukan koordinasi otot halus (kerapian), ketepatan waktu atau ketepatan berhitung. Efek diatas timbul pada pemberian kafein 82-250 mg (1-3 cangkir kopi). e. Diuresis Kafein dapat menyebabkan diuresis dengan cara meninggikan produksi urin atau menghambat reabsorbsi elektrolit di tubulus proksimal. Akan tetapi efek yang ditimbulkan sangat lemah. 2.1.6 Farmakokinetik Kafein Kafein diabsorbsi dengan cepat dan mendekati sempurna melalui saluran gastrointestinal dalam waktu 30-60 menit. Kafein didistribusikan secara merata ke seluruh jaringan tubuh, Konsentrasi maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 1 jam dengan rentang 0,5-1,5 jam. Waktu paruh eliminasi sangat bervariasi rata-rata 5 jam dengan rentang 2-12 jam (Donovan & Devane, 2001 dalam Dalimunthe, 2011). Telah dilaporkan bahwa waktu paruh kafein pada wanita lebih singkat dibandingkan dengan laki-laki (Nawrot et al, 2003 dalam Daswin, 2013). Eliminasi kafein dari tubuh terjadi melalui metabolisme. Metabolisme kafein sangat kompleks, paling sedikit ada 25 metabolit yang dihasilkan. Kafein diekskresikan melalui urin dalam bentuk tidak berubah yaitu hanya 1-4% setelah pemberian oral. Jalur utama eliminasi kafein melalui reaksi demetilasi yang dikatalisis oleh enzim sitokrom P450 (CYP1A2) menghasilkan paraxantin (1,7- dimetilxantin) sebanyak 80%, teobromin 10%, dan teofilin 4% (Dalimunthe, 2011). 2.2 Tidur 2.2.1 Definisi Tidur Tidur adalah suatu proses aktif yang terdiri dari periode-periode tidur gelombang-lambat dan paradoksikal yang berselang-seling (Sherwood, 2001). Tidur merupakan periode istirahat untuk tubuh dan pikiran. Selama masa ini berlangsung, kemauan dan kesadaran ditangguhkan sebagian atau keseluruhannya dan fungsi-fungsi tubuh sebagian dihentikan. Tidur juga dideskripsikan sebagai status tingkah laku yang ditandai dengan posisi tak bergerak yang khas dan sensivitas reversibel yang menurun, tapi siaga terhadap rangsangan dari luar (Dorland, 2008). 2.2.2 Fisiologi Tidur Saat malam hari, seseorang melalui dua stadium tidur yang saling bergantian, yaitu paradoksisal atau tidur Rapid Eye Movement (REM) dan tidur gelombang lambat atau tidur Non Rapid Eye Movement (NREM). Keseluruhan tidur yang terjadi ialah tidur gelombang lambat yang dialami pada jam pertama tidur setelah bangun selama berjam-jam sedangkan tidur paradoksikal terjadi pada 25% dari waktu tidur yang berulang secara periodik setiap 90 menit. Tipe tidur ini umumnya disertai dengan mimpi (Guyton, 2006). Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa (Ganong, 2003). Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu : 1. Tidur stadium satu Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K. 2. Tidur stadium dua Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K. 3. Tidur stadium tiga Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang sleep spindle. 4. Tidur stadium empat Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle. Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi ereksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam. Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga presentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk ke periode awal tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan distribusi fase tidur sebagai berikut : - NREM (75%) yaitu stadium 1 : 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%; stadium 4 : 13% - REM 25% 2.2.3 Kualitas Tidur Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur (Buysse et al, 1998 dalam Putri, 2013). Kualitas tidur yang baik akan ditandai dengan tidur yang tenang, merasa segar pada pagi hari dan merasa semangat untuk melakukan aktivitas (Agustin, 2012). Busyee et al, (1989) melakukan penelitian tentang pengukuran kualitas dan pola tidur dengan menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI membedakan antara tidur yang baik dan tidur yang buruk dengan pemeriksaan 7 komponen: latensi tidur, durasi tidur, kualitas tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan gangguan fungsi tubuh di siang hari (Agustin, 2012). 2.2.4 Gangguan Tidur Menurut International Classification of Sleep Disorders, gangguan tidur terbagi atas: 1 Dissomnia Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran menjadi jatuh tidur, mengalami gangguan selama tidur bangun terlalu dini atau kombinasi di antaranya: A. Gangguan Tidur Spesifik 1) Narkolepsi Ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat dihindari pada siang hari, biasanya hanya berlangsung 10-20 menit atau selalu kurang dari 1 jam, setelah itu pasien akan segar kembali dan terulang kembali 2-3 jam berikutnya. Gambaran tidurnya menunjukkan penurunan fase REM 30- 70%. Pada serangan tidur dimulai dengan fase REM. Berbagai bentuk narkolepsi diantaranya narkolepsi kataplesia adalah kehilangan tonus otot yang sementara baik sebagian atau seluruh otot tubuh seperti jaw drop dan head drop. Bentuk lain yaitu hypnagogic halusinasi auditorik/visual berupa halusinasi pada saat jatuh tidur sehingga pasien dalam keadaan jaga, kemudian ke kerangka pikiran normal dan terakhir sleep paralisis adalah otot volunter mengalami paralisis pada saat masuk tidur sehingga pasien sadar ia tidak mampu menggerakkan ototnya. 2) Gangguan gerakan anggota gerak badan secara periodik (periodic limb movement disorders) / mioklonus nortuknal Ditandai adanya gerakan anggota gerak badan secara streotipik, berulang selama tidur. Paling sering terjadi pada anggota gerak kaki baik satu atau kedua kaki. Bentuknya berupa esktensi ibu jari kaki dan fleksi sebagian pada sendi lutut dan tumit. Gerak itu berlangsung antara 0,5 - 5 detik, berulang dalam waktu 20 - 60 detik atau mungkin berlangsung terus menerus dalam beberapa menit atau jam. Bentuk tonik lebih sering dari pada mioklonus. Sering timbul pada fase NREM atau saat onset tidur sehingga menyebabkan gangguan tidur kronik yang terputus. Lesi pada pusat kontrol pacemaker batang otak. Insidensi 5% dari orang normal antara usia 30-50 tahun dan 29% pada usia lebih dari 50 tahun. Berat ringan gangguan ini sangat tergantung dari jumlah gerakan yang terjadi selama tidur, bila 5-25 gerakan/jam dapat dikategorikan ringan, apabila 25-50 gerakan/jam dikategorikan sedang, dan lebih dari 50 kali/jam dikategorikan berat. Didapatkan pada penyakit seperti mielopati kronik, neuropati, gangguan ginjal kronik, PPOK, rhematoid arteritis, sleep apnea, ketergantungan obat dan anemia. 3) Sindroma kaki gelisah (Restless legs syndrome) / Ekboms syndrome Ditandai oleh rasa sensasi pada kaki/kaku, yang terjadi sebelum onset tidur. Gangguan ini sangat berhubungan dengan mioklonus nokturnal. Pergerakan kaki secara periodik disertai dengan rasa nyeri akibat kejang musculus tibialis kiri dan kanan sehingga penderita selalu mendorong-dorong kakinya. Ditemukan pada penyakit gangguan ginjal stadium akut, parkinson, wanita hamil. Lokasi kelainan ini diduga diantara lesi batang otak hipotalamus. 4) Gangguan bernafas saat tidur (sleep apnea)

Description:
Kafein merupakan alkaloid putih dengan rumus senyawa kimia. C8H10N4O2, dan rumus . tachycardia, bahkan pada individu yang sensitif mungkin.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.