BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Pinang Tumbuhan pinang (Areca catechu L.) adalah salah satu jenis palma atau palem yang tumbuh dan tersebar luas di wilayah India, Malaysia, Taiwan, Indonesia, dan negara Asia lainnya, baik secara individu maupun populasi serta memiliki banyak kegunaan antara lain untuk dikonsumsi, bahan industri kosmetik, kesehatan, dan bahan pewarna pada industri tekstil (Jaiswal et al.2011). Diantara semua bahan serat alam, pinang merupakan suatu bahan yang menjanjikan karena tidak mahal, secara bebas tersedia, dan berpotensi sebagai tanaman tahunan yang sangat tinggi (Rajan et al. 2005). Gambar 2.1 Foto Pohon Pinang Gambar 2.2 Foto Kulit Pinang Pinang (Areca catechu) merupakan tanaman yang sekeluarga dengan kelapa. Salah satu jenis tumbuhan monokotil ini tergolong palem-paleman. Secara rinci, sistematika pinang diuraikan berikut ini. Divisi : Plantae Kelas : Monokotil Ordo : Arecales Famili : Arecaceae atau Palmae (palem-paleman) Genus : Areca Species: Areca catechu 6 Universitas Sumatera Utara Pinang hampir tersebar merata di hampir seluruh provinsi di Indonesia dengan luas areal sangat bervariasi. Direktorat Jenderal Perkebunan mencatat ada sekitar 15 propinsi yang paling potensial memproduksi pinang. Salah satu di antaranya adalah Sumatera Barat (Sumbar). Data statistic Dinas Perkebunan Dati I Sumbar di sebutkan tahun 1996 luas kebun pinang mencapai 1.443 ha dengan produksi sekitar 493 ton dan tahun 1997 seluas 1.462 ha dengan produksi mencapai 587 ton. Dari beberapa propinsi yang potensial untuk perluasan areal dan produksi pinang terdapat di daerah sentral produksi antara lain : Di Aceh (Aceh Utara, Aceh Timur, Pidie); Sumatera Utara ( Langkat, Deli Serdang, Labuhan Batu); Sumatera Barat ( Padang Pariaman, Agam, Lima Puluh Kota, Sawahlunto Sijunjung); Jambi (Sarolangun Bangko); Bengkulu ( Bengkulu Selatan); Riau ( Indragiri Hilir); Jawa Barat ( Tasikmalaya, Sumedang); Jawa Tengah (Banyumas, Purbalingga); Jawa Timur (Jember, Situbondo, Bondowoso); NTB ( Bima, Lombok Barat, Dompu); Kalimantan Barat (Kapuas Hulu, Sintang, Sanggau); dan Kalimantan Selatan (Tabalong) (Toguan, 2000). 2.2 Struktur dan Komposisi Kulit Pinang Kulit pinang menyumbang sekitar 60-80% dari total berat buah pinang. Kulit pinang mengandung selulosa dengan variasi porsi hemiselulosa (35,0-64,8%), lignin (13,0-26,0%), pectin dan protopektin (Rajan et al. 2005). 3.2.1 Selulosa Selulosa adalah salah satu biopolimer yaitu polimer karbohidrat yang tersusun atas D-glukopiranosa berikatan β(1→4) dengan jumlah berlimpah di alam serta bersifat dapat diperbaharui, mudah terurai, tidak beracun. Senyawa ini berbentuk seperti serabut, liat, tidak larut dalam air dan ditemukan didalam dinding sel pelindung tumbuhan, terutama pada tangkai, batang, dahan dan semua bagian berkayu dari jaringan tumbuhan. Strukturnya terdiri dari tiga gugus hidroksi peranhidroglukosa menjadikan selulosa memiliki derajat fungsionalitas yang tinggi. Sebagai materi yang diperbaharui, selulosa dan turunannya dapat dipelajari dengan baik (Coffey et al. 1995). 7 Universitas Sumatera Utara Menurut Hans (1994) selulosa merupakan komponen dasar dari bahan- bahan asal tumbuh-tumbuhan, dan produksi selulosa melampaui semua zat-zat alamiah lain. Zat-zat yang menetap di dalam tanah dan sisa tumbuh-tumbuhan yang dikembalikan ke dalam tanah, 40-70% terdiri dari selulosa. Selulosa dapat diisolasi dari tanaman.Untuk mengoptimalkan pengambilan serat selulosa dari beberapa tahapan metode pengisolasian dapat diaplikasikan, seperti metode mekanis sederhana, campuran metode kimiawi dan mekanik, serta pendekatan metode enzim. H OH C H O H H OH CH2OH H OH 2 H O O H H O O H OH H H OH H O H OH H O H H O O H H O O H OH CH2OH H OH CH2OH CHOH 2 Unit Selobiosa Gambar 2.3 Struktur molekul selulosa (Widjaja, 2009) Selulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan pembentuk dinding sel. Serat kapas boleh dikatakan seluruhnya adalah selulosa. Dalam tubuh kita selulosa tidak dapat dicernakan karena tidak mempunyai enzim yang dapat menguraikan selulosa. Dengan asam encer tidak dapat terhidrolisis, tetapi oleh asam dengan konsentrasi tinggi dapat terhidrolisis menjadi selobiosa dan D-glukosa. Selobiosa adalah suatu disakarida yang terdiri atas dua molekul glukosa yang berikatan glikosidik antara atom karbon 1 dengan atom karbon 4 ( poedjiadi, A. 2009). Proses isolasi selulosa dari sabut buah pinang menggunakan metode kimiawi meliputi tahap prehidrolisis, delignifikasi, pemutihan dan pengeringan. Tahap delignifikasi dilakukan dengan larutan NaOH, karena larutan ini dapat 8 Universitas Sumatera Utara menyerang dan merusak struktur lignin, bagian kristalin dan amorf, memisahkan lignin serta menyebabkan penggembungan struktur selulosa (Enari, 1983). Gambar 2.4 Hidrolisis Selulosa Dengan Enzim Selulase diperlukan (Asror, K.2017) 2.2.2 Hemiselulosa Hemiselulosa adalah struktur karbohidrat kompleks yang terdiri dari polimer yang berbeda seperti pentosa (seperti xilosa dan arabinosa), heksosa (seperti manosa, glukosa, dan galaktosa), dan asam gula. Komponen dominan hemiselulosa dari kayu keras dan tanaman pertanian, seperti rumput dan jerami adalah xilan, sementara untuk kayu lunak adalah glukomanan (Fengel dan Wegner, 1984). Hemiselulosa adalah polimer dengan rantai yang relative lebih pendek dan bercabang, terdiri dari monomer-monomer seperti xilosa, arabinosa, glukosa, manosa, dan galaktosa dengan struktur amorf (Bailey,1986). Hemiselulosa berfungsi sebagai pendukung dinding sel dan sebagai perekat. 9 Universitas Sumatera Utara H -OxylosidaseH Gambar 2.5 Struktur molekul hemiselulosa (Asror, K.2017) Hemiselulosa berfungsi mendukung dalam dinding-dinding sel dan sebagai perekat. Dengan derajat polimerisasi hanya 200, maka hemiselulosa akan terdegradasi lebih dahulu daripada selulosa (Widjaja, 2009). 2.2.3 Lignin Lignin merupakan komponen makromolekul kayu ketiga yang berikatan secara kovalen dengan selulosa dan hemiselulosa. Struktur molekul lignin sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida, karena terdiri atas sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenil propane. Lignin ada dalam dinding sel maupun di daerah antar sel (lamella tengah) dan menyebabkan kayu menjadi keras dan kaku sehingga mampu menahan tekanan mekanis yang besar. Selama perkembangan sel, lignin dimasukkan sebagai komponen terakhir dalam dinding sel, menembus di antara fibril-fibril sehingga memperkuat dinding sel. Lignin tidak hanya diperoleh dari bahan kayu ataupun limbahnya. Bahan non kayu seperti limbah padat hasil pertanian merupakan bahan berlignoselulosa yang berpotensi menjadi salah satu sumber lignin (Heradewi, 2007) Lignin merupakan polimer alami yang paling melimpah di alam setelah selulosa dan hemiselulosa. Tidak seperti selulosa dan hemiselulosa, meskipun tersusun atas karbon, hydrogen dan oksigen, lignin bukanlah karbohidrat. Lignin adalah heteropolimer yang kompleks dengan berat molekul tinggi. Lignin tersusun 10 Universitas Sumatera Utara dari tiga jenis unit fenilpropana yang berbeda yaitu p-kumaril, koniferil, dan sinapil alkohol. Gambar 2.6 Struktur Molekul Lignin (Asror, K.2017) Dibandingkan dengan selulosa atau hemiselulosa, pemecahan lignin terjadi sangat lambat oleh jamur dan bakteri (Schlegel dan Hans,1994). Lignin dapat dioksidasi oleh larutan alkali dan bahan oksidator lain serta tahan terhadap proses hidrolisis oleh asamasam mineral tetapi mudah larut dalam larutan sulfit dalam keadaan biasa. Selulosa adalah penguat batang tanaman, lignoselulosa berfungsi melindungi selulosa dari kerusakan kimiawi dan biologis, sedangkan hemiselulosa adalah pengikat keduanya (Lee, 1992). Lignoselulosa adalah polimer yang amorf dengan berat molekul yang besar dan struktur yang kompleks. Lignoselulosa lebih tahan terhadap serangan jamur, bakteri dan proses hidrolisis oleh asam (Widjaja, 2009). 11 Universitas Sumatera Utara 2.3 Delignifikasi Pada limbah lignoselulosa terdapat lignin yang berperan sebagai pelindung selulosa terhadap serangan enzim pemecah selulosa. Komposisi kimia dan struktur yang demikian membuat bahan yang mengandung selulosa bersifat kuat dan keras, sedangkan adanya ikatan hidrogen menyebabkan selulosa tidak larut dalam air. Lignoselulosa perlu diberi perlakuan delignifikasi untuk mengurangi atau menghilangkan hambatan-hambatan tersebut. Perlakuan pendahuluan pada lignoselulosa dapat dilakukan secara fisikawi, kimiawi, dan biologis. Perlakuan pendahuluan secara kimiawi yang dapat dilakukan adalah perlakuan dengan asam, alkali, dan reagen pelarut selulosa. Perlakuan delignifikasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa perlakuan kimiawi menggunakan NaOH dengan pengaturan konsentrasi dan lama perendaman substrat. NaOH dipilih karena larutan ini cukup efektif dalam meningkatkan hasil hidrolisis, dan relatif lebih murah dibandingkan dengan reagen kimia lainnya (Gunam, 2011) Perlakuan awal ini dimaksudkan untuk memecah struktur kristalin selulosa dan memisahkan lignin sehingga selulosa dapat terpisah, serta meningkatkan porositas bahan. Rusaknya struktur kristal selulosa akan mempermudah terurainya selulosa menjadi glukosa. Selain itu, hemiselulosa turut terurai menjadi senyawa gula sederhana: glukosa, galaktosa, manosa, heksosa, pentosa, xilosa dan arabinosa. Selanjutnya senyawa-senyawa gula sederhana tersebut yang akan difermentasi oleh mikroorganisme (Narayanaswamy et al. 2011). Selulosa mengendap pada kondisi alkali sehingga dengan penambahan NaOH, selulosa akan mengendap. Lignin dalam larutan NaOH akan membentuk senyawa fenolat yang larut dalam air. Senyawa fenolat terbentuk maka ikatan antara selulosa dengan lignin akan lepas sehingga diperoleh selulosa dalam keadaan bebas lignin (Sarjono R dkk. 2012 ). 12 Universitas Sumatera Utara Lignin karbohidrat kompleks Lignin selulosa Gambar 2.7 Skema kompleks karbohidrat lignin bereaksi dengan NaOH (He YF, et al. 2008) Gambar 2.8 Skema lignin bereaksi dengan NaOH (He YF, et al. 2008) Larutan NaOH dapat meningkatkan penggembungan dan menurunkan derajat kristalinitas selulosa pada tingkat tertentu, karena NaOH dapat memutuskan ikatan hidrogen terutama ikatan inter-molekul selulosa. Putusnya ikatan hidrogen terutama ikatan inter-molekul selulosa menyebabkan air yang diserap lebih banyak sehingga NRA meningkat. Nilai retensi air yang tinggi menunjukkan bahwa penyerapan air lebih banyak, hal ini berarti akan dapat meningkatkan penyerapan enzim selulase ke dalam substrat selulosa. Disamping itu, enzim selulase sendiri sangat membutuhkan air dalam menghidrolisis selulosa menjadi gula-gula sederhana. Kondisi ini akan dapat membantu meningkatkan hasil sakfiarkiasi selulosa tersebut (Waluyo, 2011). 2.4 Enzim Enzim merupakan protein sel hidup yang berperan sebagai biokatalisator dalam proses biokimia, baik yang terjadi di dalam sel maupun di-luar sel. Enzim merupakan katalisator sejati yang dapat meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik dengan nyata, suatu reaksi kimia akan berlangsung sangat lambat tanpa 13 Universitas Sumatera Utara adanya enzim. Enzim tidak mampu mengubah titik keseimbangan dari reaksi yang dikatalisisnya dan enzim juga tidak akan habis dipakai atau diubah secara permanen oleh reaksi-reaksi tersebut (Lehninger, 1982). Enzim merupakan suatu protein yang memiliki aktivitas biokimia sebagai katalis suatu reaksi. Aktivitas enzim diperngaruhi oleh pH karena sifat ionik pada gugus karboksil dan gugus aminonya (Purkan, 2015). Menurut Poedjiadi (1994) enzim merupakan protein dengan struktur tiga dimensi yang kompleks yang aktif di bawah kondisi khusus dan hanya dengan substrat spesifik. Enzim adalah molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Sedangkan menurut Waluyo (2007) enzim merupakan substansi yang ada dalam sel dalam jumlah yang amat kecil dan mampu menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang berkaitan dengan proses-proses seluler dan kehidupan. Enzim merupakan produk protein sel hidup yang berperan sebagai biokatalisator dalam proses biokimia, baik yang terjadi di dalam sel maupun di luar sel. Enzim berfungsi sebagai biokatalisator dan menurunkan energy aktivasi (Hans, 1994). Enzim merupakan katalisator sejati yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik dengan nyata, tanpa enzim, suatu reaksi kimia akan berlangsung amat lambat. Enzim tidak dapat mengubah titik kesetimbangan reaksi yang dikatalisisnya; enzim juga tidak akan habis dipakai atau diubah secara permanen oleh reaksi-reaksi tersebut (Lehninger, 1982). 2.4.1 Enzim Selulase Enzim selulase merupakan kumpulan dari beberapa enzim yang bekerja bersama untuk hidrolisis selulosa. Mikroorganisme tertentu menghasilkan partikel yang dinamakan selulosom. Menurut Waluyo (2007) enzim selulase adalah enzim yang menguraikan selulosa (suatu polisakarida) menjadi selobiosa (suatu disakarida). Enzim selulase berperan dalam hidrolisis selulosa dengan memecah ikatan β-1,4-D-glikosida untuk menghasilkan oligosakarida maupun glukosa. Endoglukanase menghidrolisis ikatan internal β-1,4-D-glikosida secara random pada situs amorf dari rantai polisakarida selulosa untuk menghasilkan oligosakarida 14 Universitas Sumatera Utara dan menambah ujung rantai yang baru, eksoglukanase menghidrolisis selulosa dengan memotong rantai selulosa pada ujung untuk menghasilkan selobiosa atau glukosa sebagai produk utama, dan glikosidase menghidrolisis selobiosa menjadi glukosa untuk mengeliminasi penghambatan selobiosa. Fungsi terpenting dari enzim adalah kemampuannya menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia. Kemampuan enzim dalam mendegradasi substrat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, pH serta temperatur (Lehninger, 1982). 2.5 Jamur Aspergilus Niger Aspergillus Niger termasuk ke dalam kelas Ascomycetes, jamur ini mempunyai miselium yang bersekat-sekat, pembiakan secara vegetative dilakukan dengan konidia, sedangkan pembiakan secara generative dilakukan dengan spora-spora yang dibentuk di dalam askus. Jamur Aspergillus ini kedapatan dimana-mana sebagai saprofit. Koloni yang sudah menghasilkan spora warnanya menjadi coklat kekuning-kuningan, kehijau-hijauan atau kehitam-hitaman; miselium yang semula berwarna putih sudah tidak tampak lagi ( Dwidjoseputro 1998). Menurut ( Hans 1994) pada Asprgillus hifa ini berujung dengan sebuah gelembung, keluar dari gelembung ini tumbuhlah sterigma. Pada sterigma ini muncul konidium-konidium yang tersusun berurutan mirip untaian mutiara. Konidium-konidium ini berwarna (hitam, coklat, kuning tua, hijau dan seterusnya) yang memberi warna tertentu pada koloni cendawan. Aspergillus niger merupakan salah satu jenis kapang yang mampu menghasilkan enzim selulase dengan baik. Pemilihan kapang tersebut pada penelitian ini juga dikarenakan sifatnya yang relatif mudah tumbuh pada berbagai jenis media. Kinerja Aspergillus niger semakin maksimal apabila ditumbuhkan dalam waktu dan kondisi yang optimal pula. Karena semakin baik kualitas sel maka jumlah enzim yang akan dihasilkan dalam metabolisme sel semakin banyak. Selama pertumbuhan, sel-sel Aspergillus niger yang digunakan harus dalam keadaan baru sehingga perlu dilakukan beberapa tahap untuk meremajakannya. Pertama dimulai dengan meremajakan isolat Aspergillus niger dalam media padat. Pertumbuhan Aspergillus niger ini diamati dengan munculnya spora berwarna hitam yang mulai terlihat pada hari ketiga. 15 Universitas Sumatera Utara
Description: