ebook img

analisis kisah nabi musa PDF

116 Pages·2011·0.98 MB·Indonesian
by  Piant 4
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview analisis kisah nabi musa

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. ﺔﻴﺼﺨﺸﻟا /al-syakhṣiyyatu/ ’Tokoh’ 3.1.1 ﺔﻴﻣﺎﻧ ﺔﻴﺼﺨﺷ /syakhṣiyyatun nāmiyatun/ ‘Tokoh Berkembang’ ﺔﻴﻣﺎﻧ ﺔﻴﺼﺨﺷ /syakhṣiyyatun nāmiyatun/ ‘tokoh berkembang’. Tokoh ini adalah tokoh yang belum diketahui ciri-cirinya pada awal kisah akan tetapi sedikit demi sedikit akan diketahui, sesuai dengan peristiwa yang ditampilkan, sehingga semakin lama semakin jelas dan berkembang. (Jaudah, 1991:45) Tokoh Nabi Musa as dalam Al-Qur’an tergolong ﺔﻴﻣﺎﻧ ﺔﻴﺼﺨﺷ /syakhṣiyyatun nāmiyatun/ ‘Tokoh Berkembang’, karena kisah Nabi Musa as dalam Al-Qur’an diceritakan secara detail dalam berbagai peristiwa yang terjadi pada dirinya sejak ia dilahirkan, diangkat menjadi nabi dan rasul hingga akhirnya ia berhadapan dengan Fir‘aun dan kaumnya bani Israil yang ingkar kepada Allah swt dan kepadanya, sehingga tokoh Nabi Musa as sedikit demi sedikit mulai terlihat dan semakin jelas perkembangannya sesuai dengan peristiwa yang dialaminya. 3.1.1.1 Keadaan Bani Israil sebelum Kelahiran Nabi Musa as Sebelum lahirnya Nabi Musa as, Bani Israil hidup dalam perbudakan dan penindasan Fir‘aun sebagai penguasa Mesir. Ia membunuh setiap anak laki-laki yang lahir dari kaum Bani Israil karena takut akan munculnya seseorang yang akan mengambil alih tahta kerajaannya dan menggantikannya sebagai penguasa Mesir sebagaimana hal ini diprediksikan oleh para dukun-dukun kepercayaan Fir’aun yang juga diyakini oleh Bani Israil. Bani Israil adalah anak cucu Nabi Ya’qub dan Ibrahim as. Namun apa yang dikhawatirkan oleh Fir‘aun tetap terjadi karena Allah swt telah menjanjikan hal tersebut sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur’an meskipun Fir’aun telah membunuh semua anak laki-laki dari kalangan Bani Israil. Sesungguhnya Allah swt tidak pernah menyalahi janji-janji-Nya. Universitas Sumatera Utara Firman Allah swt dalam surat Al-Qashash ayat 3-6 menjelaskan tentang hal tersebut:                                                          /Natlū ‘alaika min naba’i mūsā wa fir‘auna bi al-ḥaqqi li qaumin yu’minūna(3)`inna fir‘auna ‘alā fī al-`arḍi wa ja’ala `ahlahā syiya‘an yastaḍ‘ifu ṭāifatan minhum yużabbiḥu `abnā`hum wa yastaḥyī nisā`ahum`innahu kāna min al-mufsidīna(4) wa nurīdu an namunna ‘ala al-lażīna ustuḍifū fī al-`arḍi wa naj’alahum `a`immatan wa naj’alahum al- wariśīna(5) wa numakkina lahum fī al-`ardi wa nuriya fir‘auna wa hāmāna wa junudahumā minhum mā kānū yaḥżarūna(6)/ ‘Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman (3) Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.(4) Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi) (5). Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu.’(6) Universitas Sumatera Utara 3.1.1.2 Nabi Musa as Dihanyutkan oleh Ibunya atas Perintah Allah swt Ibu Nabi Musa as bernama Ayarikha dan sebagian ‘ulama ada yang menyebutkan Ayadzikha. (Al-Marghubi, 2009:381) Ibu Nabi Musa as begitu takut dan sedih apabila kelahiran putranya diketahui oleh Fir‘aun, maka pastilah ia akan membunuhnya. Namun Allah swt telah menetapkan bahwa kelak putranya akan diangkat menjadi Rasul untuk memberi petunjuk dan peringatan kepada Fir‘aun dan pengikut-pengikutnya. Oleh karena itu, Allah swt mengilhamkan kepada ibu Nabi Musa as untuk menghanyutkan putranya ke sungai Nil dengan meletakkannya dalam sebuah peti dan tidak perlu takut dan khawatir karena Allah swt akan kembali mempertemukan ia dengan putranya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Qashash ayat 7:                          /Wa `auḥaynā ilā `ummi mūsā an arḍi’iīhi fa `iżā khifti ‘alaihi fa `alqīhi fī al-yammi wa lā takhāfī wa lā taḥzanī `innā rāddūhu` ilaiki wa jā’ilūhu min al-mursalīna/ ‘Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil), dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari para rasul.’ Kemudian dijelaskan juga dalam surat Thaha ayat 38-39:                                Universitas Sumatera Utara /Iż `auḥaynā `ilā `ummika mā yūḥā (38) `an iqżifīhi fī al-tābūti fa iqżifīhi fī al-yammi fa al-yulqihi al-yammu bi al-sāḥili ya`khużhu ’aduwwun lī wa ’aduwwun lahū wa `alqaitu ’alaika maḥabbatan minni wa litușna’a alā ’aynī (39)/ ‘Yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan,(38) Yaitu: "Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir'aun) musuh-Ku dan musuhnya. dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.(39) 3.1.1.3 Nabi Musa as Diasuh oleh Fir‘aun Al-Marghubi (2009:387) menyebutkan bahwa Fir‘aun mempunyai isteri yang bernama Asiah binti Muzahim bin Asad bin Ar-Rayyan Al-Walid yang merupakan raja Fir‘aun pada masa Nabi Yusuf as. Para pelayan dari isteri Fir‘aun inilah yang menemukan Nabi Musa as (Musa kecil) yang dihanyutkan oleh ibunya dalam peti yang terkunci, lalu diserahkannya kepada Asiah. Ia lalu membuka peti tersebut dan ketika ia melihat wajah Nabi Musa as (Musa kecil) yang bersih dan bersinar dengan cahaya kenabian dan keagungan, ia pun jatuh hati dan ingin mengasuhnya. Namun Fir‘aun menolaknya dan segera akan membunuhnya karena ia takut kalau anak inilah yang akan mengambil alih kekuasaannya, hingga akhirnya Asiah memohon kepada suaminya, Fir‘aun, agar diperkenankan untuk memelihara Nabi Musa as (Musa kecil) sebagai anak mereka karena mereka saat itu belum memiliki keturunan. Sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 8-9:                                    /Fal-taqaṭahu `ālu fir’auna li yakūna lahum ’aduwwan wa ḥazanan `inna fir’auna wa hāmāna wa junūdahumā kānū khāṭi`īna (8) wa qālat imra`atu fir‘auna qurratu ‘aynin lī wa laka la taqtulūhu ‘asā `an yanfa’anā `au nattakhiẓahū waladan wa hum lā yasy’urūna (9)/ ‘Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang- orang yang bersalah (8) Dan berkatalah isteri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. janganlah kamu membunuhnya, Mudah- mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari.’(9) Universitas Sumatera Utara 3.1.1.4 Nabi Musa as Bertemu Kembali dengan Ibunya atas Kehendak Allah swt Pertemuan antara Nabi Musa as dengan ibunya berawal dari tidak adanya seorangpun yang bisa menyusui Musa kecil, karena ia tidak mau makan dan minum dari apa yang mereka berikan, hingga akhirnya ia dibawa ke pasar untuk mencari orang yang bisa menyusukannya. Ketika itu, kakak Nabi Musa as (Musa kecil) melihat hal tersebut, ia segera menunjukkan orang yang bisa menyusukannya, yaitu ibunya sendiri, namun mereka tidak mengetahuinya. Maha suci Allah swt, sesungguhnya Allah swt tidak pernah menyalahi janji-janji-Nya. Kisah di atas sesuai dengan Firman Allah swt dalam lanjutan surat Al- Qashash ayat 10-13:                                                                   /Wa așbaḥa fu`ādu `ummi mūsā fārigan `in kādat latubdī bihī lau lā `an rabaṭnā ’alā qalbihā li takūna min al-mu`minīna (10) wa qālat li `ukhtihī qușșīhi fa bașurat bihī ‘an junubin wa hum lā yasy’urūna(11) /wa ḥarramnā ‘alaihi al-marāḍi’a min qablu fa qālat hal `adullukum ‘alā `ahli baitin yakfulūnahū lakum wa hum lahū nāșiḥūna (12) /fa radadnāhu `ilā `ummihi kai taqarra ‘ainuhā wa la taḥzana wa li ta’lama `anna wa’da Allāhi ḥaqqun wa lākinna akśara hum lā ya’lamūna (13)/ ‘Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hati- nya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).(10) Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya.(11) Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada Universitas Sumatera Utara perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; Maka berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya? (12) Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.’(13) Al-Marghubi (2009:389) menjelaskan bahwa ibu Nabi Musa as bersama suami dan anak-anaknya tinggal di kerajaan Fir‘aun, mereka diberikan fasilitas dan pelayanan yang baik, hingga akhirnya Nabi Musa as (Musa kecil) pun kembali berkumpul dengan keluarganya dan hidup bahagia. 3.1.1.5 Nabi Musa as Beranjak Dewasa Setelah Bani Israil mengetahui bahwa salah satu keturunan mereka yakni Nabi Musa as beserta keluarganya tinggal di kerajaan Fir‘aun, mereka menjadi mulia dan memiliki derajat yang tinggi, sehingga ketika Bani Israil menghadapi kesulitan dari orang Qibthy/Koptik (penduduk asli Mesir), mereka meminta pertolongan kepada Nabi Musa as. Salah satu bentuk pertolongan yang diberikan Nabi Musa as adalah ketika Nabi Musa as berjalan-jalan di kota Memphis dan ia melihat adanya perkelahian antara dua orang yang berasal dari bani Israil dan orang Qibthy. Kemudian seseorang yang berasal dari bani Israil itu meminta pertolongan kepada Nabi Musa as dan ia pun menolongnya. Tanpa disadari oleh Nabi Musa as, pertolongannya itu menyebabkan kematian bagi orang Qibhty hingga Nabi Musa as merasa bersalah dan memohon ampunan kepada Allah swt karena ia sama sekali tidak bermaksud untuk membunuhnya. Sebagaimana dikisahkan dalam surat Al-Qashash ayat 14-19:                              Universitas Sumatera Utara                           /Wa lammā balaga `asyuddahū wa astawā `ātaināhu ḥukman wa ’ilman wa kaẓālika najzi al-muḥsinīna(14) wa dakhala al-madīnata ’alā ḥīni gaflatin min ahlihā fa wajada fīhā rajulaini yaqtatilāni hāẓā min syī’atihī wa hāẓā min ’aduwwihi fa astagāśahu al-laẓī min syī’atihī ’alā al-laẓī min ’aduwwihi fa wakazahū mūsā fa qaḍā ’alaihi. Qāla hāẓā min ’amali al- syaiṭāni innahū ’aduwwun muḍillun mubīnun (15)/ ‘Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(14) Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).(15)’                                                                              Universitas Sumatera Utara /Qāla rabbi `innī ẓalamtu nafsī fagfir lī fa gafara lahū `innahū huwa al- gafūru al-rahīmu (16) qāla rabbi bimā `an’amta ‘alayya fa lan `akūna ẓahīran li al-mujrimīna (17) fa așbaḥa fī al-madīnati khā`ifan yataraqqabu fa `iżā al-lażi istanșarahū bi al-`amsi yastașrikhuhū qāla lahū mūsā innaka lagawiyyun mubīnun (18) fa lammā `an `arada `an yabṭisya bi al-lażī huwa ‘aduwwun lahumā qāla yā mūsā `aturīdu `an taqtulanī kamā qatalta nafsan bi al-amsi `in turīdu illā `an takūna jabbāran fī al-`arḍi wa mā turīdu `an takūna min al-mușliḥīna (19)/ ‘Musa mendoa: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’(16)‘Musa berkata: "Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerah kan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang- orang yang berdosa".(17) Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya) (18) Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata: "Hai Musa, Apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.’(19) Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as merasa bersalah dan takut atas apa yang telah dilakukannya sehigga ia meminta ampunan pada Allah swt dan mohon diberi petunjuk. Allah swt mengabulkan permohonan Nabi Musa as dan memberikan ilham padanya agar menyelamatkan diri ke negeri Madyan. 3.1.1.6 Nabi Musa as Menyelamatkan Diri ke Negeri Madyan Al-Marghubi (2009:393) menceritakan bahwa Nabi Musa as merasa begitu takut dan khawatir kalau berita ini sampai kepada Fir‘aun, maka ia akan mendapatkan hukuman yang sangat berat bahkan akan dibunuh. Apalagi Nabi Musa as melakukan hal tersebut untuk membela bani Israil yang sangat dibenci oleh Fir‘aun. Maka Allah swt mengilhamkan kepadanya agar keluar dari Mesir untuk menyelamatkan diri menuju negeri Madyan. Maka Nabi Musa as pun berjalan sambil berdo’a kepada Allah swt agar ditunjukkan jalan yang benar, hingga akhirnya ia sampai ke negeri Madyan dan menjalankan kehidupannya yang baru di sana selama beberapa tahun. Universitas Sumatera Utara Hal tersebut dijelaskan Allah swt dalam surat Al-Qashash ayat 20-22:                                            /Wa jā`a rajulun min `aqșā al-madīnati yas’ā qāla yā mūsā `inna al- mala`a ya`tamirūna bika li yaqtulūka fa ukhruj `innī laka min al-nāșiḥīna (20) fa kharaja minhā khā`ifan yataraqqabu qāla rabbi najjinī min al- qaumi al-ẓālimīna (21) wa lammā tawajjaha tilqā`a madyana qāla ‘asā rabbī `an yahdiyanī sawā`a al-sabili (22)/ ‘Dan datanglah seorang laki- laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini). Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu. (20) Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, Dia berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu"(21)‘Dan tatkala ia menghadap ke jurusan negeri Madyan ia berdoa (lagi): "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar".(22) 3.1.1.7 Nabi Musa as Bertemu dengan Nabi Syu‘aib as Ketika Nabi Musa as tiba di negeri Madyan, ia mendapati dua orang wanita yang ingin memberi minum ternaknya. Ternyata kedua wanita tersebut adalah putri Nabi Syu‘aib as. Karena Nabi Musa as melihat mereka kesulitan dalam memberikan minum ternaknya, Nabi Musa as pun menolongnya hingga akhirnya ketika mereka pulang dan menceritakan perihal pertolongan yang mereka dapati dari seorang pemuda yang tidak mereka kenal namun begitu baik dan sopan. Nabi Syu‘aib as pun menyuruh putrinya memanggil pemuda itu ke rumah mereka dan bertemulah Nabi Musa as dan Nabi Syu‘aib as. Universitas Sumatera Utara Firman Allah swt dalam surat Al-Qashash ayat 23-25 menjelaskan hal tersebut:                                                                             /Wa lammā warada mā`a madyana wajada ‘alaihi `ummatan min al-nāsi yasqūna wa wajada min dūnihim imra`ataini tażūdāni qāla mā khaṭbukumā qālatā lā nasqī ḥattā yușdira al-ri’ā`u wa `abūnā syaikhun kabīrun (23) fa saqā lahumā śumma tawallā `ila al-ẓilli fa qāla rabbi `innī limā `anzalta `ilayya min khairin faqīrun (24) fa jā`athu `iḥdāhumā tamsyī ‘ala istiḥyā`in qālat `inna `abī yad’ūka liyajziyaka `ajra mā saqaita lanā fa lammā jā`ahu wa qașșa ‘alaihi al-qașașa qāla lā takhaf najauta min al- qaumi al-ẓālimīna (25)/ ‘Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?" kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak Kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. (23) Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian Dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku Sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku. (24) Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami". Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita Universitas Sumatera Utara

Description:
membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan .. Nabi Musa as beserta keluarganya tinggal di kerajaan Fir'aun, mereka
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.