ebook img

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri pasien pasca bedah abdomen dalam PDF

14 Pages·2017·0.22 MB·English
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview analisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri pasien pasca bedah abdomen dalam

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS NYERI PASIEN PASCA BEDAH ABDOMEN DALAM KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD. BADUNG BALI I Putu Artha Wijaya Program Studi Keperawatan dan Ners Stikes Bina Usada Bali [email protected] ABSTRACT Post-surgical abdominal pain is a combination of several sensory experience, emotional and unpleasant mental resulting from surgical trauma. Although the pain has been well managed, approximately 86% of patients experience mild to severe pain of post surgical although analgesic has been improved. This study aims at describing the characteristics of respondents (exploratory study) and explaining the factors which influence the patient’s pain intensity of post-surgical abdominal (explanatory study). The design of this study was descriptive analytical with cross sectional approach on 71 post-surgical abdominal respondents. This study used State Anxiety Inventory (S-AI) Form Y instrument to assess the patient’s anxiety of post-surgical abdominal, attitude and belief toward pain, and the pain scale for assessing the pain intensity of post surgery using a combination of Visual Analog Scale (VAS) and Numeric Rating Scale (NRS). The results of this study showed that the factors which influence the pain intensity of o post-surgical abdominal significantly were age (p = 0,017), gender (p = 0,004), spiritual (p = 0.0005), patient’s attitude and belief toward pain (p = 0.0005), and the level of anxiety (0.0005). The factors which most affect the intensity of post-surgical abdominal pain was the level of anxiety (component coefficient B 0,573). The results of this study is useful for nursing practitioners as a reference in conducting the management of post-surgical abdominal pain to considerate some factors of age, sex, spiritual, patient’s attitude and belief toward pain, and the level of anxiety. The recommendations of this study need further studies with the larger sample numbers and other factors which could affect the pain. Keywords: pain intensity; age; gender; spiritual; attitudes and beliefs toward pain, the level of anxiety PENDAHULUAN satu dari beberapa rute syaraf. Terdapat Setiap orang dapat mengalami nyeri selama pesan nyeri berinteraksi dengan sel-sel kehidupannya. Derajat nyeri dan respon syaraf inhibitor, mencegah stimulasi nyeri, nyeri berbeda antara satu orang dengan sehingga tidak mencapai otak atau orang lain (McGuire, 2006). Nyeri menurut ditransmisikan tanpa hambatan ke korteks The International Association for the Study serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai of Pain (IASP) adalah suatu pengalaman korteks serebral, maka otak akan sensori dan emosional yang tidak menginterpretasikan kualitas nyeri dan menyenangkan, yang berhubungan dengan memproses informasi tentang pengalaman kerusakan jaringan secara aktual atau dan pengetahuan yang lalu serta potensial (Price & Wilson, 2006). kebudayaan dalam mempersepsikan nyeri (McNair, 1999 dalam Potter & Perry, Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, 2006). emosi, dan perilaku. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut Berdasarkan data awal yang dikumpulkan syaraf perifer. Serabut nyeri memasuki oleh peneliti di Rumah Sakit Umum Daerah medula spinalis dengan menjalani salah (RSUD) Badung Bali, jumlah pasien yang Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 1 1 mengalami pembedahan abdomen tahun jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, 2011 sebanyak 1008 pasien, tahun 2012 perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebanyak 948 pasien dan tahun 2013 sebelumnya, gaya koping, dukungan sebanyak 1044 pasien, dengan jumlah keluarga dan sosial (Potter & Perry, 2006) perbulan rata-rata pada tahun 2013 sekitar 87 pasien. Jenis pembedahan yang Faktor-faktor di atas tersebut dilakukan seperti: appendiktomy, mempengaruhi pengalaman nyeri yang herniotomy, dan seksio cesar. (Rekam dialami oleh pasien secara individual, Medik RSUD. Badung Bali, 2013). Untuk sehingga hal ini sangat sulit untuk data resmi yang menunjukan persentasi menentukan atau menilai nyeri yang nyeri pasca bedah abdomen di RSUD. dialami oleh pasien. Dengan demikian, Badung Bali tidak ditemukan, akan tetapi perawat sebagai garis terdepan dalam peneliti memperoleh data pada saat memberikan pelayanan kepada pasien yang melakukan studi pendahuluan pada tanggal mengalami nyeri pasca bedah abdomen, 20 Maret 2014 terhadap 6 orang pasien harus mampu untuk memahami pasien pasca pembedahan abdomen yaitu secara individual terkait dalam pengelolaan pembedahan herniotomy sebanyak 2 dan nyeri keperawatan (Board of Nursing, pembedahan appendiktomy sebanyak 4 2008). orang pasien. Dimana dari pembedahan tersebut peneliti memperoleh data intensitas Pengelolaan nyeri keperawatan pasien nyeri yang di rasakan oleh pasien pasca pasca bedah abdomen dilakukan melalui pembedahan herniotomy dengan intensitas pendekatan proses keperawatan meliputi nyeri 5 dan 6, sedangkan pada pembedahan pengakuan dan penerimaan nyeri pasien; appendiktomy dengan intensitas nyeri 5 mengidentifikasi sumber nyeri pasien; sebanyak dua orang dan intensitas nyeri mengkaji interval nyeri secara teratur, pasien yang lain menunjukan intensitas melaporkan tingkat nyeri pasien, nyeri 7 dan 8 pada daerah operasi pada hari mengembangkan rencana keperawatan yang kedua sampai hari ketiga pasca melibatkan antardisiplin untuk mengelola pembedahan. nyeri; melaksanakan strategi pengelolaan nyeri meliputi antisipasi efek samping Beberapa penelitian telah menunjukan pengobatan, dan pendidikan kesehatan bahwa meskipun nyeri telah dikelola kepada pasien dan keluarga; mengevaluasi dengan baik, kira-kira 70% pasien yang efektivitas strategi dan perencanaan; mengalami nyeri akut sedang berlanjut mendokumentasikan respon pasien dan menjadi nyeri akut hebat setelah dua hari hasil; dan advokasi pada pasien dan pasca bedah (Owen, McMillan, & keluarga terhadap pengelolaan nyeri (Board Rogowski, 1995, dalam Fink, 2006). Selain of Nursing, 2008). itu juga, survey mengindikasikan bahwa lebih dari 86% pasien mengalami nyeri Pengelolaan nyeri yang baik, tergantung sedang ke nyeri hebat pasca pembedahan dari pengkajian nyeri yang akurat. Menurut gynecology, meskipun analgesik Sloman, et al., (2004, dalam Mackintosh, ditingkatkan (Mukherji & Rudra, 2006) dan 2007), pengkajian yang akurat pada nyeri dapat menyebabkan efek samping yang pasca bedah abdomen adalah hal yang dapat menimbulkan dampak fisiologis penting untuk memastikan nyeri dikelola terhadap sistem organ dan psikologis pasien secara efektif. Tanpa pengkajian adalah hal (Black & Hawks, 2014). yang mustahil untuk mengidentifikasi sifat nyeri, karakterisktik nyeri individu atau Dari penjelasan di atas peneliti sangat mengukur keefektifan pengelolaan nyeri. tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi METODE PENELITIAN intensitas nyeri pasien pasca bedah Desain penelitian yang digunakan adalah abdomen dalam kontek asuhan keperawatan deskriptif analitik dengan pendekatan cross di RSUD. Badung Bali”. sectional (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang LANDASAN TEORI faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri nyeri pasien pasca bedah abdomen dan pasca bedah abdomen seperti faktor usia, kemudian menganalisa hubungan faktor- Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 1 2 faktor tersebut terhadap intensitas nyeri karakteristik responden dijelaskan pasien pasca bedah abdomen. dalam tabel sebagai berikut: Tabel 5.1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua Distribusi Menurut Usia Responden dan pasien pasca bedah abdomen. Pengambilan Intensitas Nyeri PasienPasca Bedah sampel dilakukan dengan metode non Abdomen di RSUD. Badung Bali probability sampling melalui porposive Mei-Juli 2014 (N = 71) sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan Min- CI Variabel Mean SD tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, Mak 95% Persenta 19 31,83 Variabel Jumlah se (%) Usia 34,60 11,72 – – Agama 75 37, 38 Hindu 64 90,1 Intensitas Non Hindu 7 9,9 Nyeri Jenis Kelamin Pasien 4,38 Laki-laki 21 29,6 Pasca 4,83 1,88 2–8 – Wanita 50 70,4 Bedah 5, 27 Spiritualitas Abdome Kurang 26 36,6 n Baik 45 63,4 Berdasarkan tabel 5.1 diatas menyajikan Budaya distribusi frekuensi responden menurut Positif 52 73,2 usia dan intensitas nyeri, analisis Negatif 19 26,8 univariat didapatkan rata-rata usia Tingkat Pendidikan responden yang mengalami nyeri pasca Rendah 13 18,3 bedah abdomen adalah 34,60 tahun dan Menengah 51 71,8 hasil analisis berikutnya menunjukan Tinggi 7 9,9 rata-rata intensitas nyeri pasien pasca Sikap dan Keyakinan bedah abdomen, dimana data yang Negatif 26 36,6 peneliti peroleh yaitu data intensitas Positif 45 63,4 nyeri setelah 30 menit pemberian Tingkat Kecemasan analgesik adalah 4,83. Cemas Ringan 52 73,2 Tabel 5.2. Cemas Sedang 4 19,7 Distribusi Responden Menurut Agama, Cemas Berat 5 7,0 Jenis Kelamin, Spiritualitas, Budaya, Letak Insisi Tingkat Pendidikan, Sikap dan Keyakinan Vertikal 29 40,8 Tentang Nyeri, Tingkat Kecemasan, dan Obelik 21 29,6 Letak Insisi di RSUD. Badung Bali Tranversal 21 29,6 Mei-Juli 2014 (N = 71) berdasarkan sifat-sifat populasi yang sudah Berdasarkan tabel 5.2 diatas menyajikan diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012) distribusi frekuensi dimana responden yang dominan yaitu beragama hindu berjumlah HASIL PENELITIAN 64 responden (90,1%),jenis kelaminwanita Data yang didapatkan dianalisa dengan berjumlah 50 responden (70,4%), analisa univariat, bivariat, dan multivariat spritualitas baik berjumlah 45 responden sebagai berikut: (63,4%), budya positif berjumlah 52 a. Analisis Univariat responden (73,2%), tingkat pendidikan Analisis univariat dilakukan untuk menengah sebanyak 51 responden (71,8%), menjelaskan karakteristik masing- sikap dan keyakinan tentang nyeri positif masing variabel, yaitu variabel usia, sebanyak 45 responden (63,4%), tingkat agama, jenis kelamin, spiritualitas, kecemasan ringan sebanyak 52 responden budaya, tingkat pendidikan, pengalaman (73,2%),danberdasarkan letak insisi vertikl nyeri sebelumnya, sikap dan keyakinan berjumlah 29 responden (40,8%). pasien tentang nyeri, tingkat kecemasan, letak insisi, dan intensitas nyeri pasien Tabel 5.3. pasca bedah abdomen. Hasil analisis Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 1 3 Distribusi Responden Menurut Tabel 5.5. Pengalaman Nyeri SebelumnyadiRSUD. Hubungan Jenis Kelamin, Spritualitas, Badung Bali Budaya, Pengalaman Nyeri Mei-Juli 2014 (N = 71) Sebelumnya, dan Sikap dan Keyakinan Berdasarkan tabel 5.3 diatas menyajikan Perse Juml hasil pengalaman kurang nyaman Variabel ntase ah mengalami nyeri sebelumnya yaitu 43 (%) responden (60,6%) dan tidak apa-apa Pengalaman Kurang Nyaman mengalami nyeri sebelumnya berjumlah Berdasarkan Penyebab: 28 responden (39,4%). Injuri/Cedera 7 9,9 Penyakit 5 7,0 b.Analisis Bivariat Operasi 27 38,0 1) Hubungan Usia Responden dengan Dan lain-lain 4 5,6 Intensitas Nyeri Pasien Pasca Bedah TidakApa-apa Mengalami 28 39,4 Abdomen Menggunakan Uji Korelasi Nyeri Tabel 5.4. Pengalaman Kurang Nyaman Hubungan Usia Responden dengan Berdasarkan Cara Intensitas Nyeri Pasien Pasca Bedah Mengatasi: Abdomen di RSUD. Badung Bali Istirahat 22 31,0 Berobat 20 28,2 Dan lain-lain 1 1,4 Tidak Apa-apa Mengalami 28 39,4 Nyeri Pasien Tentang Nyeri dengan Intensitas Intensitas Nyeri Pasien Nyeri Pasien Pasca Bedah Abdomendi Pasca Bedah Abdomen Variabel RSUD. Badung Bali r R2 pvalue Usia 0,283 0,080 0,017 Berdasarkan tabel 5.4 diatas menyajikan hubungan usia responden dengan intensitas nyeri pasien pasca bedah abdomen melaui uji korelasi menunjukan hubungan yang lemah (r = 0,283) dan berpola positif artinya, semakin tinggi usia responden semakin tinggi intensitas nyerinya. Nilai koefisien dengan determinasi 0,080 artinya, intensitas nyeri pasca bedah dipengaruhi oleh usia responden sebesar 8% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor yang lain. Hasil uji statistik didapatkan p = 0,017, berarti ada hubungan yang signifikan antara usia responden dengan intensitas nyeri pasien pasca bedah abdomen (pvalue> 0,05). 2) Hubungan Jenis Kelamin, Spritualitas, Budaya, Pengalaman Nyeri Sebelumnya, dan Sikap dan Keyakinan Pasien Tentang Nyeri dengan Intensitas Nyeri Pasien Pasca Bedah Abdomen Menggunakan Uji T-Independen. Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 1 4 Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat Intensitas Nyeri Pasien Pasca Kecemasan, dan Letak Insisi dengan Bedah Abdomen Intensitas Nyeri PasienPasca Bedah Variabel Me p N Abdomendi RSUD. Badung Bali SD SE an value Intensitas Nyeri Pasien Jenis Pasca Bedah Abdomen Kelamin Variabel 95 p Laki- 21 Mea 5,80 1,50 0,32 SD % value laki 0,004 n CI Wanita 4,42 1,88 0,26 50 Tingkat Spiritualita Pendidikan s 3,41 Kurang 3,69 1,56 0,30 0,000 26 Rendah 4,38 1,60 – Baik 5,48 1,74 0,25 5 45 5,35 Budaya 4,29 Positif 4,86 1,93 0,50 52 0,801 Menengah 4,84 1,96 – 0,409 Negatif 4,73 1,79 0,49 19 5,39 Pengalama 3,96 n Nyeri Tinggi 5,57 1,71 – Sebelumny 5,27 a Tingkat Kurang 43 Kecemasan Nyam 4,74 1,82 0,27 3,63 an 0,634 Cemas 4,05 1,52 – Tidak 28 Ringan 4,96 1,99 0,37 4,48 Apa-apa 6,23 Sikap dan Cemas 6,71 0,82 – 0,000 Keyakinan Sedang 7,19 5 Negatif 3,69 1,56 0,30 0,000 26 6,91 Cemas Positif 5,48 1,74 0,25 5 45 7,60 0,54 – Berat 8,28 Berdasarkan tabel 5.5 diatas menyajikan Letak Insisi hubungan jenis kelamin, spritualitas, 3,95 budaya, pengalaman nyeri sebelumnya, Vertikal 4,72 2,01 – dan sikap dan keyakinan pasien tentang 5,49 nyeri dengan intensitas nyeri pasien 4,43 pasca bedah abdomen melalui uji T- Obelik 5,19 1,66 – 0,576 Independen diperolehdata variabel yang 5,94 memiliki hubungan yaitu variabel jenis 3,73 kelamin dengan nilai p = 0,004, Tranversal 4,61 1,93 – spritualitas nilai p = 0,0005, dan 5,50 variabel sikap dan keyakinan tentang Berdasarkan tabel 5.6 diatas menyajikan nyeri dengan nilai p = 0,0005. hubungan tingkat pendidikan, tingkat Sedangkan veriabel yang tidak ada kecemasan, letak insisi dengan hubunganya yaitu variabel budaya intensitas nyeri pasien pasca bedah dengan nilai p = 0,801 dan variabel abdomen melalui uji ANOVA. Variabel pengalaman nyeri sebelumnya dngan yang memiliki hubungan yaitu variabel nilai p = 0,626. tingkat kecemasan dengan nilai p = 0,0005. Sedangkan variabel yang tidak 3) Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat ada hubungan yaitu variabel tingkat Kecemasan, Letak Insisi dengan pendidikan dengan p = 0,409 serta Intensitas Nyeri Pasien Pasca Bedah variabel letak insisi dengan nilai p = Abdomen Menggunakan Uji ANOVA. 0,576. Tabel 5.6. Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 1 5 c. Analisis Multivariat (r = 0,283) artinya semakin tua usia Analisis statistik yang digunakan untuk responden semakin tinggi intensitas mengetahui faktor yang paling dominan nyeri pasien pasca bedah abdomen mempengaruhi intensitas nyeri pasien pasca yang dirasakan, hasil uji statistik bedah abdomen adalah analisis multivariat didapatkan nilai p = 0,017, berarti ada dengan menggunakan regresi linier ganda. hubungan yang signifikan antara usia Analisis multivariat dilakukan dengan responden dengan intensitas nyeri tahapan sebagai berikut: pasien pasca bedah abdomen (p value 1) Seleksi Bivariat > 0,05). Terdapat 5 (lima) variabel independen yang diduga mempengaruhi intensitas Hasil penelitian yang menunjukan nyeri pasien pasca bedah abdomen, bahwa intensitas nyeri lebih tinggi yaitu variabel usia (p = 0,017), jenis pada pasien usia lebih tua daripada kelamin (p = 0,004), spritualitas (p = pasien dewasa muda, sesuai dengan 0,0005), sikap dan keyakinan pasien penelitian yang dilakukan oleh Melton tentang nyeri (p = 0,0005), dan tingkat et al., (2008) terhadap pasien yang kecemasan (p = 0,0005), berarti mengalami amputasi tungkai bawah variabel-variabel tersebut memiliki p sebanyak 472 responden, penelitian ini value lebih kecil dari 0,25 (p < 0,25) menunjukan bahwa antara tingkat sehingga semuanya dapat masuk dalam keparahan nyeri dan gangguan rasa pemodelan multivariat. sakit di pengaruhi oleh usia pada orang dewasa yang lebih tua dan 2) Pemodelan Multivariat analisis perbedaan kelompok usia di Uji statistik diperoleh nilai R Square campur dengan tingkat nyeri 0,622, berarti keempat variabel (usia, mengungkapkan dampak yang besar jenis kelamin, sikap dan keyakinan ketika rasa sakit itu sedang atau berat pasien tentang nyeri, dan tingkat tetapi tidak ketika rasa sakit itu ringan kecemasan) dapat menjelaskan variabel atau sedang. Dapat disimpulkan intensitas nyeri pasien pasca bedah bahwa data ini menunjukkan bahwa abdomen sebesar 62,2% dan sisanya hubungan rasa nyeri atau gangguan dijelaskan oleh variabel lain. Hasil uji lebih lemah pada orang lebih muda statistik didapatkan nilai p value yaitu dibandingkan orang yang lebih tua. usia (p = 0,070), jenis kelamin (p = 0,020), sikap dan keyakinan pasien Sedangkan secara teori menyatakan tentang nyeri (p = 0,001), dan tingkat lanjut usia (lansia) berespon terhadap kecemasan (p = 0,0005), berarti nyeri dapat berbeda dengan cara persamaan garis regresi secara berespon orang yang berusia lebih keseluruhan telah signifikan. muda (Smeltzer & Bare, 2012). Beberapa faktor yang memengaruhi 3) Interpretasi Model respon orang tua antara lain orang tua Berdasarkan nilai koefisien determinasi berpendapat bahwa nyeri yang terjadi (R Square) diperoleh 0,622, berarti merupakan sesuatu yang harus mereka 62,2% intensitas nyeri pasien pasca terima (Herr & Mobily, 1991, dalam bedah abdomen dipengaruhi oleh usia, Potter & Perry, 2006), kebanyakan jenis kelamin, sikap dan keyakinan orang tua takut terhadap efek samping pasien tentang nyeri, dan tingkat obat dan menjadi ketergantungan, kecemasan. Faktor yang dominan sehingga mereka tidak melaporkan mempengaruhi intensitas nyeri pasien nyeri atau menanyakan obat untuk pasca bedah abdomen yaitu faktor menghilangkan nyeri (Brown, 2004, tingkat kecemasan (0,573). dalam Lemone & Burke, 2008). PEMBAHASAN b. Hubungan Jenis Kelamin dengan a. Hubungan Usia dengan Intensitas Intensitas Nyeri Pasien Pasca Bedah Nyeri Pasien Pasca Bedah Abdomen Abdomen Hasil penelitian menunjukan bahwa Hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan usia dengan intensitas nyeri intensitas nyeri pasien pasca bedah pasca bedah abdomen berpola positif abdomen pada laki-laki lebih tinggi Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 1 6 daripada wanita. Analisis lebih lanjut memgonsumsi obat penghilang rasa didapatkan nilai p = 0,004, berarti ada nyeri, menujukan bahwa 39% hubungan yang signifikan antara jenis responden memilih mengkonsumsi kelamin responden dengan intensitas obat penghilang rasa nyeri dan 61% nyeri pasien pasca bedah abdomen (p responden mempersepsikan Tuhan value< 0,05). atau Kekuatan Spiritualitas membantu mereka mengatasi rasa Hasil penelitian yang menunjukan sakit dan sebagai sumber bahwa laki-laki mengalami intensitas kebahagiaan, koneksi, dan makna nyeri lebih tinggi daripada wanita, hidup. sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuan-Yi, et al., (2012) Selain itu didalam teori juga mengenai korelasi karakteristik menyatakan mendoakan adalah pasien, dan hubungan pasca bedah bagian dari terapi spiritualitas yang dengan kebutuhan morpin dan merupakan tindakan untuk penilaian nyeri saat istirahat dan mengurangi rasa sakit. Keyakinan bergerak. Penelitian dilakukan dengan kepada Yang Maha Kuasa bisa jumlah total responden sebesar 2.298 ampuh mengobati seperti halnya yang menerima morpin. Hasil obat-obatan (Pusdiknakes, 2005). penelitian menunjukan bahwa wanita Aktifitas berdoa/ mendoakan kurang mengkonsumsi morpin melalui merupakan sumber yang efektif PCA daripada laki-laki pada hari untuk mengatasi stres dan kecemasan pertama sampai hari ketiga pasca yang ditandai dengan fungsi bedah (P < 0,05). kardiovaskuler yang stabil, relaksasi otot serta suasana hati yang lebih Sedangkan secara teori menyatakan damai dan tenang (Turner & Clancy, laki-laki memiliki sensitifitas yang 1986 dalam Potter & Perry, 2006). lebih rendah (kurang mengekspresikan nyeri yang dirasakan secara d. Hubungan Budaya dengan Intensitas berlebihan) dibandingkan wanita atau Nyeri Pasien Pasca Bedah Abdomen kurang merasakan nyeri (Black & Hasil penelitian menunjukan bahwa Hawks, 2014; Smeltzer & Bare, intensitas nyeri pasien pasca bedah 2012). abdomen pada positif lebih tinggi daripada budaya negatif. Analisis c. Hubungan Spritualitas dengan lebih lanjut didapatkan nilai p = Intensitas Nyeri Pasien Pasca Bedah 0,801, berarti tidak ada hubungan Abdomen yang signifikan antara budaya dengan Hasil penelitian menunjukan bahwa intensitas nyeri pasien pasca bedah intensitas nyeri pasien pasca bedah abdomen (pvalue> 0,05). abdomen pada spritualitas baik lebih tinggi daripada spritualitas kurang. Hasil penelitian ini tidak sesuai Analisis lebih lanjut didapatkan nilai dengan teori yang menyatakan bahwa p = 0,0005, berarti ada hubungan setiap orang dengan budaya yang yang signifikan antara spritualitas berbeda akan mengatasi nyeri dengan dengan intensitas nyeri pasien pasca cara yang berbeda-beda. Orang yang bedah abdomen (pvalue< 0,05). mengalami intensitas nyeri yang sama mungkin tidak melaporkan atau Hasil penelitian yang menunjukan berespon terhadap nyeri dengan cara bahwa adanya hubungan spritualitas yang sama. Ada perbedaan makna dengan itensitas nyeri pasien pasca dan sikap yang dikaitkan dengan bedah abdomen sesuai dengan nyeri pada berbagai budaya. Budaya penelitian yang dilakukan oleh mempengaruhi seseorang bagaimana Glover Graf, et al., (2007) dimana cara toleransi terhadap nyeri, dalam penelitian ini sebanyak 95 mengintepretasikan nyeri, dan orang yang menerima pengobatan bereaksi secara verbal atau non- untuk nyeri kronis yang disurvei verbal terhadap nyeri (LeMone & menggunakan spiritualitas dan Burke, 2008). Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 1 7 Hasil penelitian ini sesuai dengan e. Hubungan Tingkat Pendidikan penelitian yang dilakukan oleh Perry, dengan Intensitas Nyeri Pasien Pasca et al. (2005) menemukan bahwa 29% Bedah Abdomen wanita dengan pembedahan abdomen Hasil penelitian menunjukan bahwa histerektomy dilaporkan mempunyai intensitas nyeri pasien pasca bedah nyeri yang lebih hebat daripada abdomen pada tingkat pendidikan pengalaman nyeri pembedahan tinggi lebih tinggi daripada tingkat abdomen sebelumnya. Sisanya 71% pendidikan rendah dan menengah. wanita yang dilakukan histerektomy Analisis lebih lanjut didapatkan nilai mangalami nyeri ringan atau sama p = 0,409, berarti tidak ada hubungan seperti pengalaman nyeri yang signifikan antara tingkat sebelumnya. pendidikan dengan intensitas nyeri pasien pasca bedah abdomen (pvalue Hal ini sesuai dengan teori yang > 0,05). menyatakan responden yang pernah mengalami nyeri sebelumnya Hasil penelitian yang menunjukan memiliki intensitas nyeri yang lebih bahwa tingkat pendidikan tidak ada rendah dibandingkan yang tidak hubungan berpengaruh terhadap pernah mengalami nyeri sebelumnya, intensitas nyeri, sesuai dengan karena nyeri sebelumnya berhasil penelitian yang dilakukan oleh dihilangkan, maka akan lebih mudah Faucett, et al., (2009) yang bertujuan bagi individu tersebut untuk untuk melihat intensitas nyeri pasca melakukan tindakan-tindakan yang bedah pada 543 sampel. Hasil diperlukan untuk menghilangkan penelitian menunjukan bahwa tidak nyeri (Potter & Perry, 2006). ada korelasi signifikan antara VAS intensitas tingkat nyeri dan tingkat g. Hubungan Sikap dan Keyakinan pendidikan. Tentang Nyeri dengan Intensitas Nyeri Pasien Pasca Bedah Abdomen Sedangkan didalam teori menyatakan Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa tingkat pendidikan merupakan intensitas nyeri pasien pasca bedah salah satu faktor yang menentukan abdomen pada sikap dan keyakinan terhadap terjadinya perubahan positif memiliki intensitas nyeri lebih perilaku, dimana semakin tinggi tinggi daripada sikap dan keyakinan tingkat pendidikan seseorang, maka negatif. Analisis lebih lanjut seseorang telah mengalami proses didapatkan nilai p = 0,0005, berarti belajar yang lebih sering, dengan kata ada hubungan yang signifikan antara lain tingkat pendidikan sikap dan keyakinan tentang nyeri mencerminkan intensitas terjadinya dengan intensitas nyeri pasien pasca proses belajar (Notoatmodjo, 2012). bedah abdomen (pvalue< 0,05). f. Hubungan Pengalaman Nyeri Hasil penelitian yang menunjukan Sebelumnya dengan Intensitas Nyeri bahwa adanya hubungan sikap dan Pasien Pasca Bedah Abdomen keyakinan tentang nyeri dengan Hasil penelitian menunjukan bahwa intensitas nyeri pasca bedah intensitas nyeri pasien pasca bedah abdomen, sesuai dengan penelitian abdomen pada pengalaman nyeri yang dilakukan oleh Nimmaanrat sebelumnya tidak pernah mengalami (2007) yang bertujuan untuk meneliti nyeri sebelumnya lebih tinggi pengaruh sikap, keyakinan, dan daripada responden yang pernah harapan pasien terhadap nyeri pasca mengalami nyeri sebelumnya. bedah ginekology dan pengelolaan Analisis lebih lanjut didapatkan nilai nyeri. Penelitian menggunakan studi p = 0,626, berarti tidak ada hubungan prospektif yang dilakukan pada 112 yang signifikan antara budaya dengan pasien yang menjalani pembedahan intensitas nyeri pasien pasca bedah ginekology mayor. Pengukuran abdomen (pvalue> 0,05). terhadap sikap dan keyakinan terhadap nyeri yang dialami Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 1 8 dilakukan pasca bedah. Hasil kecemasan yang dialami oleh pasien penelitian menunjukan bahwa 89% dapat mempengaruhi respon pasien mengalami nyeri sedang sampai terhadap nyeri. Pendapat yang sama sangat hebat. juga dikemukakan oleh Unruh dan Henrikson (2005) bahwa status Adanya hubungan antara sikap dan emosional mempengaruhi persepsi keyakinan tentang nyeri dengan nyeri. Sensasi nyeri dapat di blok oleh intensitas nyeri pasien pasca bedah konsentrasi yang kuat atau dapat abdomen sesuai dengan teori yang meningkat oleh cemas atau ketakutan. menyatakan bahwa sikap dan keyakinan terhadap nyeri dapat i. Hubungan Letak Insisi dengan mempunyai pengaruh yang kuat Intensitas Nyeri Pasien Pasca Bedah tentang bagaimana nyeri dirasakan Abdomen dan cara pengelolaan nyeri. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pengenalan terhadap nyeri intensitas nyeri pasien pasca bedah memungkinkan individu untuk abdomen pada letak insisi oblik lebih membuat keputusan kapan nyeri tinggi daripada letak insisi vertikal memberikan tanda potensial dan traansversal. Analisis lebih lanjut berbahaya, atau kerusakan jaringan, didapatkan nilai p = 0,576, berarti dan sumber apa atau derajat nyeri tidak ada hubungan yang signifikan dapat dianggap aman (Unruh & antara budaya dengan intensitas nyeri Henrikson, 2005). pasien pasca bedah abdomen (pvalue > 0,05). h. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Intensitas Nyeri Pasien Pasca Hasil penelitian yang menunjukan Bedah Abdomen bahwa letak insisi pasca bedah Hasil penelitian menunjukan bahwa abdomen lebih tinggi letak insisi intensitas nyeri pasien pasca bedah oblik lebih tinggi daripada letak insisi abdomen pada tingkat kecemasan vertikal dan traansversal, sesuai berat lebih tinggi daripada tingkat dengan penelitian yang dilakukan kecemasan ringan dan sedang. oleh Brown dan Goodfellow (2008) Analisis lebih lanjut didapatkan nilai tentang letak insisi tranversal dan p = 0,0005, berarti ada hubungan insisi midline pada pasien yang yang signifikan antara tingkat menjalani tindakan Hemikolektomy kecemasan dengan intensitas nyeri sebanyak 213 pasien yang terdiri dari pasien pasca bedah abdomen (pvalue 100 dilakukan insisi transversal dan < 0,05) dan merupakan faktor yang 113 dilakukan insisi midline, paling berpengaruh terhadap menunjukkan bahwa pasien pasca intensitas nyeri pasien pasca bedah bedah abdomen merasakan nyeri abdomen. lebih ringan pada letak insisi transversal (termasuk insisi oblik) Hasil penelitian ini sesuai dengan dibandingkan insisimidlinedan insisi penelitian Hobson, et al., (2006) pada vertikal. penelitiannya menemukan bahwa cemas secara signifikan berkorelasi Penyebab perbedaan hasil penelitian dengan nyeri pasca seksio sesarea dengan teori adalah sudah yang dilakukan pada 85 wanita yang berkembangnya tehnik sayatan dan telah 3 hari pasca seksio sesarea alat-alat pembedahan yang lebih dengan menggunakan alat ukur State canggih dan moderen. Sehingga Trait Anxiety Inventory(STAI). dalam proses pembedahan jaringan saraf yang terpotong dari tindakan Adanya hubungan atau pengaruh pembedahan dapat diminimalkan tingkat kecemasan terhadap intensitas sehingga raya sakit atau nyeri yang di nyeri pasca bedah abdomen pada hasil dimbulkan sangatlah kecil bahkan penelitian ini, sesuai dengan teori sampai tidak terasa nyeri untuk yang dikemukakan oleh Mattassarin- beberapa jenis tindakan operasi. Jacobs (2006) bahwa tingkat Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 1 9 SIMPULANDAN SARAN mempengaruhi intensitas nyeri pasien Simpulan pasca bedah abdomen. a. Gambaran karakteristik dari 71 responden menunjukan angka usia b. Bagi Institusi Pendidikan yang mengalami nyeri pasca bedah Khususnya Universitas Muhammadiyah abdomen adalah rata-rata berusia Jakarta Program Studi Magister 34,60 tahun. Agama responden yang Keperawatan, harus lebih aktif dalam mengalami nyeri pasca bedah meningkatkan kualitas asuhan abdomen didominasi beragama Hindu keperawatan pada pasien pasca bedah 90,1%, jenis kelamin wanita 70,4%, abdomen dengan selalu mengikuti spritualitas baik 63,4%, budya positif perkembanganEvidence Basedkhususnya 73,2%, tingkat pendidikan menengah yang berkaitan dengan intensitas nyeri 71,8%, memiliki tengkat kecemasan pasien. ringan 73,2%, sikap dan keyakinan positif 63,4%, dan didominasi letak c. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan insisi vertikal 40,8%. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan untuk penelitian lebih b. Faktor-faktor yang berhubungan lanjut adalah: secara signifikan dengan intensitas 1) Penelitian serupa dengan nyeri pasien pasca bedah abdomen menambah jumlah sampel yang adalah usia (p = 0,017), jenis kelamin lebih besar dan menambahkan (p = 0,004), spritualitas (p = 0,0005), faktor-faktor lain yang dapat sikap dan keyakinan pasien tentang mempengaruhi nyeri seperti nyeri (p = 0,0005), dan tingkat pengetahuan pasien tentang nyeri, kecemasan (0,0005). Sedangkan dukungan keluarga, dan perhatian faktor-faktor yang tidak berhubungan pasien terhadap nyeri. dengan intensitas nyeri pasien pasca 2) Dapat dikembangkan penelitian bedah abdomen adalah budaya (p = lebih lanjut tentang korelasi 0,801), tingkat pendidikan (p = intensitas nyeri pasien pasca bedah 0,409), pengalaman nyeri abdomen dalam pengelolaan nyeri sebelumnya (p = 0,634), dan letak secara farmakologi atau non- insisi (p = 0,576). farmakologi. c. Tingkat kecemasan merupakan faktor yang paling mempengaruhi intensitas DAFTAR PUSTAKA nyeri pasen pasca bedah abdomen Bandyopadhyay, M., Markovic, M., & dengan nilai Coefficients Beta 0,573. Manderson, L. (2007). Women's Semakin berat tingkat kecemasan perspectives of pain following day pasien, semakin tinggi intensitas surgery in Australia. Australian Journal nyeri yang dirasakan. of Advanced Nursing, 24(4), 19 Saran a.Bagi Pelayanan Keperawatan Banks, A. (2007). Innovation in postoperative Nyeri yang dialami oleh pasien pasca pain management: Continuous infusion bedah abdomen bukan hanya akibat of local anesthetics. AORN Journal, insisi, tetapi juga oleh pengalaman 85(5), 904-918 sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat trauma bedah. Black, J.M., & Hawks, J.H. (2014). Medical- Oleh sebab itu, dalam pemberian surgical nursing clinical management pelayanan keperawatan untuk for positive outcomes. (7th ed). St. mengurangi nyeri hendaknya Louis, Missouri: Elsevier Saunders memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri seperti faktor usia, Board of Nursing. (2008). Pain management jenis kelamin, spritualitas, sikap dan nursing role/core competency a guide keyakinan tentang nyeri serta faktor for nurses. Maret 14, 2014. tingkat kecemasan, dimana dalam http://www.mbon.org/practice/pain_ma penelitian ini tingkat kecemasan nagement.pdf merupakan faktor yang paling dominan Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 1 10

Description:
Post-surgical abdominal pain is a combination of several sensory experience, emotional and Medical- surgical nursing clinical management for positive outcomes. (7th ed). St impotensi ditinjau tingkat pendidikan,. Maret. 16,.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.