ebook img

ANALISIS DEBIT ALIRAN DAS MIKRO DAN POTENSI PEMANFAATANNYA (Analisis of Stream ... PDF

12 Pages·2015·1.09 MB·Indonesian
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview ANALISIS DEBIT ALIRAN DAS MIKRO DAN POTENSI PEMANFAATANNYA (Analisis of Stream ...

Available online at Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea www.jurnal.balithutmakassar.org eISSN: 2407-7860 Analisis Debit Aliran DAS Mikro dan Potensi PemapnIfSaSaNta:n 2n3ya0 2-299X HVunogl.g4u. lI Ys.sSu.He. 1N u(g2r0o1h5o ) 23-34 Accreditation Number: 561/Akred/P2MI-LIPI/09/2013 ANALISIS DEBIT ALIRAN DAS MIKRO DAN POTENSI PEMANFAATANNYA (Analisis of Stream Discharge of Micro Watershed and Its Utilization Potential) Hunggul Y.S.H. Nugroho Balai Penelitian Kehutanan Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia Kode Pos 90243 Telp. (0411) 554049, Fax. (0411) 554058 Email: [email protected] Diterima 7 Agustus 2014; revisi terakhir 20 Januari 2015; disetujui 20 April 2015 ABSTRAK Melalui pemahaman karakteristik hidrologi dalam Daerah Aliran Sungai (DAS), sumberdaya air dapat dikelola untuk tujuan yang luas yakni tujuan ekonomi, sosial maupun pemanfaatan sumberdaya air berkelanjutan. Pada kenyataannya pengelolaan DAS yang ada selama ini lebih terkait pada pengendalian erosi, sedimentasi, banjir dan kekeringan sedangkan potensi pemanfaatan hasil air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di hulu DAS jarang menjadi dasar perencanaan. Terkait dengan hal tersebut, penelitian DAS Mikro ini dilaksanakan di 3 (tiga) DAS Mikro pewakil dari DAS-DAS Prioritas di Sulawesi yaitu DAS Mamasa, DAS Saddang, dan DAS Jeneberang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pola debit aliran DAS Mikro dalam hubungannya dengan curah hujan dan penggunaan lahan serta potensi pemanfaatannya bagi masyarakat setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari curah hujan dan hasil air, ketiga DAS Mikro merupakan daerah yang potensial untuk menjadi sumber air untuk memenuhi kebutuhan air irigasi maupun air rumah tangga. Semakin tinggi proporsi luas penutupan hutan dan semakin baik kualitas penutupannya, semakin baik hasil air dan semakin tinggi pula potensi pemanfaatannya. Kata kunci: DAS Mikro, hasil air, potensi pemanfaatan ABSTRACT Trough understanding of hydrology characteristic of watershed, water resource can be managed for wider goals such as economic, social, and sustainainable utilization. In fact, current watershed managements have more been focused on erosion, sedimentation, drought, and flood control and less attention paid on fulfilling the need of upper watershed inhabitat on water yield. The research of Micro Watershed was conducted in three Micro Watersheds as representation of priority watersheds in South Sulawesi namely Mamasa, Saddang, and Jeneberang. The aim was to find out stream discharge pattern of those three Micro Watershed related to precipitation, landuse and its utilization potential for local community. The results showed that the more extensive forest cover, the better water yield and the higher its utilization potential . Concerning to precipitation and water yield, the three micro watersheds have the potentially to be source of water for irigation and household consumption. Keywords: Micro Watershed, water yield, utilization potential I. PENDAHULUAN Namun yang menjadi persoalan adalah bagaimana meyakinkan masyarakat, A. Latar Belakang pengusaha, dan aparat birokrasi daerah Dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang sampai pusat memahami mengenai pentingnya Kehutanan dan UU No. 26 Tahun 2007 tentang mempertahankan hutan? Nilai kompetitif apa Penataan Ruang dinyatakan untuk menjaga yang dimiliki hutan sehingga keberadaan keseimbangan tata air maka luas kawasan hutan dan fungsinya patut dipertahankan? hutan dalam setiap Daerah Aliran Sungai (DAS) Salah satu manfaat hutan yang tidak bisa dan atau pulau, ditetapkan minimal 30% terbantahkan dan bisa diunggulkan ketika dengan sebaran yang proporsional (Republik hutan dan kehutanan sulit bersaing dengan Indonesia, 1999; Republik Indonesia, 2007). 23 Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 4 No.1, April 2015: 23 - 34 sektor lain adalah manfaat hutan sebagai II. METODE PENELITIAN pengatur tata air (water regulator). Namun A. Tempat dan Waktu Peneltian seiring bertambahnya penduduk dan percepatan pembangunan, nilai ekonomi dan Penelitian dilaksanakan di 3 (tiga) DAS sosial air menurun akibat semakin kritisnya Mikro pewakil dari DAS-DAS prioritas di suplai air, pemanfaatan yang tidak efisien, Sulawesi, yaitu : 1) DAS Mikro Datara pewakil pengelolaan yang buruk, dan tingginya biaya dari DAS Jeneberang yang secara administratif eksternalitas akibat kerusakan sumberdaya berada di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, lahan dan degradasi lingkungan (Bruijnzeel , 2) DAS Mikro Mararin pewakil dari DAS 2004; Seibert et al., 2010). Tidak bisa Saddang dan secara administratif terletak di dipungkiri bahwa masalah krisis air Kecamatan Mangkendek, Kabupaten Tana mencerminkan belum efektifnya pengelolaan Toraja, dan 3) DAS Mikro Batanguru pewakil DAS selama ini. dari DAS Mamasa dan secara administratif terletak di Kecamatan Sumarorong, Kabupaten Pengelolaan DAS yang dilaksanakan Mamasa. Penelitian dilaksanakan selama 2 selama ini utamanya lebih terkait dengan (dua) tahun dari 2010 sampai dengan 2012. upaya pengendalian erosi, sedimentasi, banjir dan kekeringan sedangkan potensi B. Bahan dan Alat pemanfaatan hasil air dari suatu DAS tertentu Bahan terdiri dari peta penggunaan lahan, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kertas pias, tinta AWLR dan ARR. Sedangkan jarang menjadi dasar dalam perencanaan. Hasil alat yang dipakai terdiri dari: GPS (Global air (water yield) adalah curah hujan Positioning System), kompas, meteran, AWLR (precipitation) dikurangi dengan (Automatic Water Level Recorder), ARR evapotranspirasi (evpotranspiration) dan (Automatic Rainfall Recorder), pelskal, dan merupakan gabungan dari aliran permukaan Current meter. (surface runoff), aliran bawah permukaan (sub surface runoff) dan aliran dasar (ground-water C. Rancangan Penelitian outflow) (Langbein, dan Iseri, 1995). 1. Analisis penggunaan dan penutupan lahan Apabila berpegang pada pemahaman Analisis dilakukan pada peta penggunaan bahwa DAS adalah suatu sistem hidrologi, lahan masing-masing DAS Mikro skala maka melalui pemahaman siklus hidrologi 1:25.000 yang dilengkapi dengan informasi sumberdaya air dapat dimanfaatkan dengan kondisi penggunaan dan penutupan lahan arah kebijakan yang lebih luas, yakni terkini dan sesungguhnya dari hasil cross check pencapaian tujuan ekonomi, sosial dan lapangan. Peta penggunaan lahan dibuat oleh lingkungan, serta pemanfaatan sumber daya BPK Makassar dari hasil interpretasi citra air yang berkelanjutan. landsat tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk 2. Analisis curah hujan mengetahui karakteristik debit aliran DAS Mikro serta potensi pemanfaatannya bagi Analisis curah hujan dilakukan masyarakat. Penelitian dilaksanakan di 3 berdasarkan data curah hujan terukur yang (tiga) DAS Mikro pewakil dari DAS-DAS diperoleh dari pengamatan lapangan dengan Prioritas di Sulawesi yaitu DAS Mamasa, DAS menggunakan alat pencatat curah hujan Saddang, dan DAS Jeneberang. Dalam otomatis (Automatic Rainfall Recorder). Dari penelitian ini yang dimaksud sebagai DAS data curah hujan harian yang terukur Mikro adalah DAS yang berada di bagian hulu diperoleh sebaran hujan temporal dalam satu DAS prioritas, berada pada ordo 1 (satu) dan tahun. secara administratif setara dengan wilayah 3. Analisis debit aliran desa. DAS Mikro mempunyai karakter utama sebagai pengatur tata air sehingga pengelolaan Debit aliran adalah jumlah air yang DAS mikro adalah upaya untuk mengalir pada suatu titik keluaran (outlet) mengoptimalkan pengelolaan dan tertentu dalam satuan volume per waktu. pemanfaatan sumberdaya air untuk Debit aliran dihasilkan dari data tinggi muka kepentingan masyarakat di DAS mikro itu air (TMA) dan data kecepatan arus sungai pada sendiri maupun untuk masyarakat di daerah suatu penampang di titik keluaran pada suatu hilirnya. daerah tangkapan air. Pada penelitian ini, TMA dan kecepatan arus diukur di Stasiun 24 Analisis Debit Aliran DAS Mikro dan Potensi Pemanfaatannya Hunggul Y.S.H. Nugroho Pengamat Arus Sungai (SPAS) yang merupakan kebutuhan air per kapita per tahun sebesar bangunan di badan sungai dengan penampang 1.000-2.000 m3 seseorang, sedangkan di permanen di suatu titik keluaran. TMA diukur Indonesia standar kecukupan air per kapita dengan menggunakan satu set alat ukur TMA ditentukan sebesar 1.600 m3/tahun (Menteri otomatis (Automatic Water Level Recorder). Negara Lingkungan Hidup, 2009). Dari data TMA ini akan dihasilkan data luas penampang basah secara periodik. Untuk mengukur kecepatan arus sungai, alat yang a. Kebutuhan air untuk air rumah tangga digunakan adalah alat ukur kecepatan arus Akses terhadap sumber air di tetapkan (current meter). Data kecepatan arus terukur oleh PBB sebagai jarak terdekat terhadap dan tinggi muka air secara berseri digunakan sumber air yang ditetapkan minimal 1 (satu) untuk membuat rumus kurva lengkung debit km sebagai batas akses terhadap sumber air. (discharge rating curve) sebagai formula Dalam tulisan ini dengan mempertimbangkan menghitung debit aliran. Dalam tulisan ini kondisi lokasi dan kebiasaan masyarakat, yang dimaksud aliran permukaan total (total untuk menghitung potensi air rumah tangga runoff) adalah jumlah air yang mengalir pada digunakan nilai 5% dari jumlah air dengan setiap pengukuran di badan sungai yang kualitas A dan B dan jarak sumber air di bawah merupakan penggabungan antara aliran dasar 3 (tiga) km dibagi dengan kebutuhan minimal (baseflow), aliran permukaan (overland air per kapita untuk pedesaan (60 flow/surface runoff), aliran bawah permukaan liter/kapita/hari). Angka 5% ini didasarkan (subsurface runoff), dan curah hujan langsung pada asumsi kuantitas dan kualitas minimal yang jatuh ke badan sungai. Aliran permukaan yang bisa dipertahankan secara mandiri oleh (runoff ) adalah jumlah air yang mengalir di masyarakat tanpa bantuan dari pihak luar. badan sungai dikurangi dengan aliran dasar Angka 60 liter didasarkan pada standar (baseflow). Aliran permukaan dihitung dengan kebutuhan air penduduk per kapita per hari cara memisahkan aliran bawah permukaan untuk daerah pedesaan di Indonesia dan aliran dasar dari debit aliran total dengan (Rachmawati, 2012). Dalam perhitungan ini, metode straight line method . air rumah tangga tidak diambil dari aliran Salah satu nilai parameter yang permukaan melainkan dari jumlah aliran dasar digunakan untuk menilai baik buruknya DAS (baseflow). Mikro adalah nilai KRS (Koefisien Rejim Potensi air untuk rumah tangga (RT) Sungai) dan koefisien limpasan. KRS dihitung dengan menggunakan asumsi merupakan perbandingan antara debit kebutuhan air RT masyarakat pedesaan maksimum dan debit minimum dalam satu sebesar 60 liter/kapita/hari atau setara 21,6 tahun atau satu periode tertentu. Kondisi DAS m3/kapita/tahun. Jumlah air potensi yang bisa dianggap baik apabila nilai KRS <50, dimanfaatkan untuk air rumah tangga sebesar sedangkan kondisi DAS dianggap buruk 5% dari debit aliran dasar (baseflow). apabila mempunyai nilai KRS > 120. Nilai KRS berada di antara 50 dan 120 menunjukkan b. Kebutuhan air untuk irigasi kondisi DAS yang sedang. Sedangkan koefisien Kementerian Negara lingkungan hidup limpasan (c) adalah angka yang menunjukkan menyebutkan bahwa kebutuhan air untuk perbandingan antara ketebalan limpasan menghasilkan setiap 1 (satu) kg beras adalah dengan ketebalan hujan. Nilai c < 0,25 sebanyak 2.700 – 4.000 liter (Menteri Negara menunjukkan kondisi DAS yang baik dari Lingkungan Hidup, 2009). Sementara itu parameter hasil air, nilai c>0,50 menunjukkan untuk menghitung kebutuhan air irigasi per kondisi DAS yang buruk, dan antara 0,25-0,50 hektare per musim tanam digunakan angka 1 kondisi sedang (Direktur Jenderal Rehabilitasi (satu) liter/detik/hektare (Purba, 2011). Lahan dan Perhutanan Sosial; 2009). Berdasarkan angka tersebut, dengan umur 4. Analisis potensi pemanfaatan hasil air padi 100 hari, untuk setiap hektare padi sawah diperlukan air sebanyak 8,6 ribu m3 per musim Potensi pemanfaatan hasil air dilakukan tanam. dengan cara menghitung potensi ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan dasar Perhitungan potensi air untuk kebutuhan masyarakat untuk air rumah tangga dan irigasi sawah irigasi dibedakan menjadi irigasi secara mandiri. WHO (World Health langsung dan irigasi simpanan. Irigasi Organization) mengeluarkan standar langsung dihasilkan dari aliran dasar 25 Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 4 No.1, April 2015: 23 - 34 sedangkan irigasi simpanan dihasilkan dari dihasilkan dari pengamatan kecepatan aliran aliran permukaan total yang disimpan baik dan tinggi muka air pada luas penampang melalui waduk, check dam, maupun embung. basah di lokasi tertentu secara berseri. Untuk Pada perhitungan ini digunakan batas 40% kategori kondisi DAS dari aspek hasil air (nilai dari debit aliran potensial sebagai batas KRS dan nilai c) digunakan standar monitoring minimal jumlah air yang kualitasnya mampu DAS dari Direktorat Jenderal Rehabilitasi dipertahankan secara mandiri oleh masyarakat Lahan dan Perhutanan Sosial, Kementerian untuk kebutuhan pengairan sawah. Kehutanan yang tertuang dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Nomor P.04/V- D. Analisis Data SET/2009. Untuk analisis debit aliran digunakan formula yang disebut sebagai kurva lengkung III. HASIL DAN PEMBAHASAN debit (discharge rating curve), yaitu kurva yang A. Penggunaan Lahan menunjukkan hubungan antara tinggi muka air dan debit pada lokasi penampang sungai Peta penggunaan lahan masing-masing tertentu. Perumal, et al. (2007) menyatakan DAS Mikro disajikan pada Gambar 1 sedangkan bahwa penggunaan kurva lengkung debit luas dan proporsi penggunaan lahan masing- merupakan pendekatan perhitungan debit masing tercantum dalam Tabel 1. aliran yang diakui akurat namun mampu menghemat waktu dan biaya. Formula ini Tabel 1. Penggunaan Lahan lokasi penelitian tahun 2011 Table 1. Landuse of the research location in 2011 Datara Batanguru Mararin Penggunaan/Penutupan Persen Persen Persen Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) lahan (Land Use-Land cover) tase tase tase Area (Ha) Area (Ha) Area (Ha) (%) (%) (%) Hutan (Forest) 240.0 23.8 518.6 45.0 877.0 74.7 Hutan rakyat (Private forest) - - - - 22.5 1.9 Kebun campuran (Mixed plantation) - - 185.4 16.1 78.1 6.6 Semak (Shrub) 65.1 6.4 435.0 37.8 100.2 8.5 Sawah (Rice field) 685.2 67.8 9.0 0.8 49.9 4.2 Tanah kosong (Bare land) - - - - 31.6 2.7 Pemukiman (Settlement) 20.1 2.0 3.1 0.3 15.5 1.3 Total 1010.5 100.0 1151.1 100.0 1174.6 100.0 Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa serta aren (45%) diikuti semak (38%). Di DAS penggunaan lahan dominan di DAS Mikro Mararin penggunaan lahan dominan adalah Datara adalah sawah yaitu seluas 685 ha hutan (74%) dan sisanya adalah kebun, semak (68%). Dari jumlah tersebut, seluas 400 dan sawah. Hutan di DAS Mikro Mararin hektare di antaranya berada di kawasan hutan didominasi oleh vegetasi alami dataran tinggi yang didominasi tegakan pinus dengan seperti cemara gunung (Casuarina kemiringan >45%. Sementara itu di DAS junghuhniana) dan cempaka/uru (Elmerillia Baranguru penggunaan lahan dominan adalah sp) serta tanaman pinus hasil reboisasi tahun hutan sekunder dengan jenis dominan pulai 80’an yang dikelola oleh PT Inhutani I. (Alstonia sp) dan jabon (Anthopcephalus sp) 26 Analisis Debit Aliran DAS Mikro dan Potensi Pemanfaatannya Hunggul Y.S.H. Nugroho Gambar 1. Peta penggunaan lahan DAS Mikro Datara, Batanguru dan Mararin Figure 1. Landuse maps of Micro Watershed Datara, Batanguru and Mararin B. Topografi, ketinggian dan jenis tanah Topografi dan jenis tanah ke tiga DAS Mikro dicantumkan pada Tabel 2. Tabel 2. Topografi, ketinggian dan jenis tanah lokasi penelitian tahun 2011 Table 2. Topography, altitude and soil order of the research location in 2011 Ketinggian DAS Mikro Topografi (mdpl) OrdoTanah (Sub Watershed) (Topography) (Altitude) (Soil order) (masl) DAS Mikro Datara Berbukit sampai bergunung 650 – 900 mdpl Inceptisol dengan kemiringan lahan dominan >60% DAS Mikro Mararin Berbukit sampai bergunung 800 – 1.000 mdpl Ultisol dengan kemiringan lahan dominan >45% DAS Mikro Batanguru Bergelombang sampai berbukit 1.000 – 1.100 mdpl Inceptisol dengan kemiringan lahan dominan >30% Sumber: Interpretasi peta topografi dan peta tanah 2010 Source: Interpretation of Soil map and topography map 2010 27 Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 4 No.1, April 2015: 23 - 34 C. Karakteristik curah hujan dan debit aliran 3.50 3.00 1. Datara 2.50 )te y = 5.397x1.3432 Curah hujan di DAS Mikro Datara yang d/2.00 3 m thearrjia dhiu tjaahnu nse 2b0a1n1y aakd a1l5ah2 3h4a0r1i .8d amn mr adtean-rgaatna ( tibeD11..0500 R² = 0.9371 hujan harian sebesar 15.20 mm. Terdapat satu puncak hujan yaitu pada bulan 0.50 Januari/Desember. Berdasarkan sistem 0.00 klasifikasi Oldeman (Oldeman dan Syarifuddin, 0 0.2 0.4 0.6 0.8 TMA (m) 1977), iklim di DAS Mikro Datara termasuk dalam tipe iklim B3 dengan 8 (delapan) bulan Gambar 2. Kurva hubungan TMA dengan debit basah berturut-turut yaitu dari bulan DAS Mikro Datara September sampai dengan April. Bulan kering Figure 2. Correlation curve of water level and terjadi rata-rata selama 4- 5 bulan dari yaitu discharge of Datara Micro Watershed bulan Juni sampai dengan Oktober. Walaupun nilai KRS sebesar 49 Dari seri data hubungan antara tinggi menunjukkan DAS Mikro Datara sebagai DAS muka air dan debit aliran permukaan (runoff) yang baik, namun dari nilai koefisien limpasan pada penampang SPAS diperoleh kurva yang nilainya sebesar 0,80, DAS mikro Datara lengkung debit (discarges rating curve) DAS digolongkan ke dalam DAS buruk. Artinya 80 Mikro Datara y = 5.397x1.3432 (Gambar 2). persen air hujan yang turun tidak diresapkan Dengan menggunakan persamaan ke dalam tanah melainkan mengalir menjadi tersebut dilakukan penghitungan debit aliran. aliran permukaan. Hali ini bisa dimungkinkan Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada karena nilai KRS diperoleh dari nilai debit yang tahun 2011 terjadi aliran permukaan total terjadi sesaat, sedangkan nilai c dihasilkan dari sebesar 29,4 juta m3 , aliran permukaan akumulasi kejadian hujan dan aliran (setelah pemisahan aliran dasar) sebesar 24,9 permukaan dalam satu tahun. juta m3, dan aliran dasar sebesar 4,5 juta m3. Sebaran bulanan curah hujan dan hasil air di DAS Mikro Datara digambarkan pada Gambar 3. Sumber data: Hasil analisis data primer Data source: Result of primary data analysis Gambar 3. Sebaran Curah Hujan, Debit aliran permukaan total dan aliran permukaan bulanan DAS Mikro Datara 2010-2011 Figure 3. Distribution of monthly precipitation, total runoff and runoff of Datara Micro Watershed 2010 to 2011 28 Analisis Debit Aliran DAS Mikro dan Potensi Pemanfaatannya Hunggul Y.S.H. Nugroho 2. Batanguru menunjukkan 82% dari besarnya curah hujan yang turun diresapkan ke dalam tanah. Dalam Curah hujan tahun 2011 adalah 3198 mm bentuk grafik, pola sebaran curah hujan dan dengan jumlah hari hujan 73 hari dan rata-rata aliran permukaan bulanan di DAS Mikro hujan harian 36,96 mm. Terdapat dua puncak Batanguru disampaikan dalam Gambar 5. hujan yaitu pada bulan Maret dan Desember. Berdasarkan sistem klasifikasi Oldeman, iklim di DAS Mikro Batanguru termasuk dalam tipe iklim D2 dengan hanya 3 (tiga) bulan basah berturut-turut yaitu dari bulan November sampai dengan Januari dan 3 (tiga) bulan kering yaitu dari bulan Juni sampai dengan Agustus. Dari data series hubungan antara tinggi muka air dan debit runoff yang dihitung berdasarkan kecepatan aliran pada penampang SPAS diperoleh kurva lengkung debit untuk DAS Mikro Batanguru yang sesuai dengan persamaan y = 3.0792x1.1 (Gambar 4). Gambar 4. Kurva hubungan TMA dengan debit Hasil perhitungan menunjukkan bahwa DAS Mikro Batanguru pada tahun 2011 terjadi aliran permukaan Figure 4. Correlation curve of water level and total sebesar 17,4 juta m3, aliran permukaan discharge of Datara Micro Watershed sebesar 4,56 juta m3 dan aliran dasar sebesar 12,9 m3. Berdasarkan nilai KRS sebesar 2,6 maupun koefisien limpasan sebesar 0,18, Das Mikro Batanguru tergolong dalam kondisi DAS yang baik. Nilai koefisien limpasan Sumber data: Hasil analisis data primer Data source: Result of primary data analysis Gambar 5. Sebaran Curah Hujan, Debit aliran permukaan total dan aliran permukaan bulanan DAS Mikro Batanguru 2010-2011 Figure 5. Distribution of monthly precipitation, total runoff and runoff of Batanguru Micro Watershed 2010 to 2011 3. Mararin puncak hujan yaitu pada bulan April dan November. Berdasarkan sistem klasifikasi Curah hujan tahun 2011 adalah 3.058 mm Oldeman, iklim di DAS Mikro Mararin dengan jumlah hari hujan 203 hari dan rata- termasuk dalam tipe iklim C1 dengan 5 (lima) rata hujan harian 14,51 mm. Terdapat dua bulan basah berturut-turut yaitu dari bulan 29 Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 4 No.1, April 2015: 23 - 34 Maret sampai dengan Juli dan 1 (satu) bulan kering yaitu pada bulan Februari. 2.50 Persamaan kurva lengkung debit runoff 2.00 (discarges rating curves) untuk DAS Mikro y = 2.8009x2.1919 mararin adalah y = 2.8009x2.1919 (Gambar 6). )ted1 .50 / 3 m 2011H taesrijla dpi earlhiritaunn gpaenr mbuakhawana toptaadl as etbaehsuanr ( tibe1.00 R² = 0.9703 D 6,6 juta m3 dan aliran permukaan sebesar 4,7 0.50 juta m3 dan aliran dasar sebesar 1,9 juta m3. Nilai KRS Das Makro Mararin sebesar 10,14 0.00 yang tergolong dalam kondisi DAS yang baik. 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Nilai koefisien limpasannya adalah sebesar TMA (m) 0,23 yang juga menunjukkan DAS Mikro Batanguru sebagai DAS yang masih baik. Nilai Gambar 6. Kurva hubungan TMA dengan debit ini menunjukkan bahwa dari total curah hujan DAS Mikro Mararin yang jatuh, hanya 23% nya yang mengalir Figure 6. Correlation curve of water level and menjadi aliran permukaan. discharge of Mararin Micro Watershed Dalam bentuk grafik, pola sebaran curah hujan dan aliran permukaan di DAS Mikro Mararin disampaikan dalam Gambar 7. Sumber data: Hasil analisis data primer Data source: Result of primary data analysis Gambar 7. Sebaran Curah Hujan, Debit aliran permukaan total dan aliran permukaan bulanan DAS Mikro Mararin 2011 Figure 7. Distribution of Monthly Precipitation, Total Runoff and Runoff of Mararin Micro Watershed 2011 D. Potensi pemanfaatan hasil Uji coba tahun 2011 dicantumkan dalam air DAS Mikro 2011 Tabel 3. Proporsi penggunaan lahan, besarnya debit runoff dan koefisien runoff di 3 (tiga) DAS 30 Analisis Debit Aliran DAS Mikro dan Potensi Pemanfaatannya Hunggul Y.S.H. Nugroho Tabel 3. Proporsi penggunaan lahan dan potensi pemanfaatan hasil air pada tiga DAS Mikro 2011 Table 3. Landuse proportion and utilization potential of wateryield of three Micro Watersheds 2011 Nama Runoff (RO) Total/ dan luas DAS Runoff (RO)/ Mikro Base flow (BF)/ Potensi Pemanfaatan Proporsi Penggunaan Lahan No (Micro KRS (Coefficient of (Utilization potential) Landuse proportion Watershed River Regime)/ Name and Koef. Runoff extent) (Runoff coefficient) 1 Datara RO Total : 29,4 jt m3 Irigasi langsung: 1.010 ha RO : 24,9 juta m3 21 ha/MT BF : 4,5 jt m3 Irigasi simpanan : KRS : 49 137 ha/MT Kff.RO : 0.80 (buruk ) Air RT : 10,3 ribu jiwa 2 Batanguru RO Total : 17,4 jt m3 Irigasi langsung : 1.151 ha RO : 4,56 juta m3 60 ha/MT BF : 12,9 Irigasi simpanan : KRS : 2,6 81 ha/MT Kff RO : 0,18 (baik) Air RT : 29,8 ribu jiwa 3 Mararin RO Total : 6,6 jt m3 Irigasi langsung : 1.174 ha RO : 4,68 juta m3 9 ha/MT BF : 1,9 jt m3 Irigasi simpanan : KRS : 10,14 30 ha/MT Kff RO : 0,23 Air RT : 4,5 ribu jiwa Dari tiga DAS Mikro di atas dapat dilihat Datara mengalir menjadi aliran permukaan bahwa perbedaan persentase penutupan dan selanjutnya masuk ke sungai. Pada dua hutan terhadap luas area keseluruhan DAS Mikro lainnya, dengan proporsi luas hutan memberikan hasil air yang berbeda. Dengan masing-masing di atas 40%, 80% dari curah luas hutan yang hanya 24 persen, 80% dari hujan yang jatuh ke daerah tangkapan dapat total curah hujan yang jatuh di DAS Mikro diresapkan ke dalam tanah dan menjadi air 31 Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 4 No.1, April 2015: 23 - 34 simpanan. Perbedaan antara DAS Mikro Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Batanguru dengan Mararin yaitu DAS Mikro dari peneliti sebelumnya yang menyatakan Batanguru yang persentase hutannya lebih bahwa perubahan tata guna lahan dan kecil dari Mararin justru memiliki koefisien penutupan lahan berdampak pada naiknya limpasan yang lebih kecil, karena dipengaruhi puncak banjir (Q maks) dan menurunkan oleh karakteristik hutannya. Hutan di DAS aliran minimal (Q min) (Rodriguez et al. 2010). Mikro Mararin adalah hutan produksi yang Zou et al (2010) menyatakan bahwa dampak didominasi tegakan pinus umur 30 tahunan manipulasi vegetasi terhadap aliran terkait hasil reboisasi tahun 80’an yang pada saat dengan curah hujan dan type vegetasi. penelitian sedang dilakukan penebangan Peningkatan hasil air tahunan antara 25 untuk kebutuhan kayu lapis (plywood). sampai 100 mm dapat dicapai melalui Sementara itu hutan di DAS Mikro Batanguru manipulasi vegetasi dari mulai dataran tinggi adalah hutan alam campuran. (daerah sub-alpine dan hutan conifer campuran) sampai daerah semak belukar Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dataran rendah. Selanjutnya Zou et al. (2010) perbedaan penutupan hutan pada DAS dengan pada tulisan yang sama menyatakan bahwa luasan yang relatif kecil diduga memberikan pengelolaan hutan dalam DAS dapat digunakan pengaruh terhadap respon hidrologi DAS, dalam upaya mitigasi dampak perubahan iklim khususnya air larian dan aliran dasar. global dan sekaligus memenuhi kebutuhan Keberadaan hutan mengurangi potensi air masyarakat. Total hasil air tahunan larian yang menyebabkan banjir karena meningkat sejalan dengan hilangnya biomas kemampuannya untuk meresapkan air hujan hutan yang besarnya akan dipengaruhi oleh ke dalam tanah. Walaupun pada daerah lokasi, tingginya curah hujan, dan tingkat tangkapan air yang luas masih sulit untuk kerusakan permukaan hutan. Bruijnzeel dipastikan, dalam tataran penelitian pada (2004) menambahkan bahwa walaupun daerah tangkapan air yang kecil sudah banyak praktek reboisasi dan konservasi tanah hasil yang menjelaskannya (Ellison et al., 2006; mampu untuk menurunkan puncak banjir, Ce’lleri et al., 2009; Rodriguez et al., 2010). sebaliknya sangat sedikit informasi yang Namun demikian, berdasarkan hasil review mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap dari berbagai penelitian, Ce’lleri dan Feyen peningkatan aliran dasar. Penutupan lahan (2009) menyatakan bahwa proses up-scaling umumnya diketahui mampu mencegah erosi, secara langsung hasil penelitian dari DAS skala dan pada kondisi penutupan pohon yang bagus, kecil (microscale) ke skala yang lebih luas dapat mengurangi longor ringan. (meso dan macroscale) tidak diperbolehkan. Dari sisi pemanfaatan, potensi air yang Berdasarkan penelitiannya tentang bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan hubungan antara umur tegakan dan hasil air kebutuhan baik irigasi maupun air rumah pada DAS berhutan yang didominasi tegakan tangga dapat ditingkatkan dengan Eucalyptus regnans, Vertessya et al. (2001) meningkatkan debit aliran dasar. Debit ini bisa menyatakan bahwa DAS dengan penutupan ditingkatkan apabila proporsi curah hujan tegakan yang berumur tua menghasilkan hasil yang mengalir menjadi aliran permukaan air tahunan hampir dua kali dari DAS dengan (koefisien aliran permukaan) bisa dikurangi penutupan tegakan baru berumur 25 tahun. dengan meningkatkan sebanyak mungkin Meskipun terdapat variasi sesuai dengan peresapan (infiltrasi) air hujan ke dalam tanah. kondisi iklim, tanah, dan vegetasi, dari review Hal ini bisa dilakukan dengan memperbaiki hasil-hasil penelitian di daerah tropis tutupan lahan dengan vegetasi pada kawasan menunjukkan bahwa deforestasi secara umum hutan dan lahan kosong serta penerapan meningkatkan hasil air (direct runoff) dan teknik konservasi tanah dan air baik dengan sebaliknya kegiatan penanaman berpengaruh cara sipil teknis maupun secara vegetatif pada terhadap penurunan hasil air yang berpotensi lahan budidaya. menimbulkan banjir (Sun et al., 2006; Pudjiharta, 2008; Hong et al., 2010). Secara umum ketiga DAS Mikro berdasarkan data hasil air tahun 2011 mampu Dari Gambar 3, 5, dan 7 dapat dilihat secara mandiri memenuhi kebutuhan DAS bahwa DAS Mikro dengan luas penutupan Mikro itu sendiri baik untuk irigasi maupun hutan yang lebih kecil menghasilkan puncak pemenuhan kebutuhan air rumah tangga dan aliran yang lebih besar dibandingkan pada DAS bahkan untuk kebutuhan lahan Mikro dengan penutupan hutan yang lebih luas. pertanian/sawah dan masyarakat yang ada di 32

Description:
pada penampang SPAS diperoleh kurva lengkung debit (discarges rating curve) DAS. Mikro Datara y = 5.397x1.3432 (Gambar 2). Dengan menggunakan persamaan tersebut dilakukan penghitungan debit aliran. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2011 terjadi aliran permukaan total.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.