AANNAALLIISSIISS DDAAMMPPAAKK LLIINNGGKKUUNNGGAANN ((AANNDDAALL)) RREEKKLLAAMMAASSII PPAANNTTAAII KKAAPPUUKK NNAAGGAA IINNDDAAHH ((PPuullaauu 22AA,, 22BB ddaann 11)) DDii KKaawwaassaann PPaannttaaii UUttaarraa JJaakkaarrttaa KKeelluurraahhaann KKaappuukk MMuuaarraa ddaann KKaammaall MMuuaarraa,, KKeeccaammaattaann PPeennjjaarriinnggaann,, KKoottaa AAddmmiinniissttrraassii JJaakkaarrttaa UUttaarraa PPTT.. KKAAPPUUKK NNAAGGAA IINNDDAAHH JJll.. PPaannttaaii IInnddaahh BBaarraatt,, PPaannttaaii IInnddaahh KKaappuukk JJaakkaarrttaa UUttaarraa 22001122 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebijakan, rencana dan program penataan kembali Kawasan Pantai Utara Jakarta yang telah digagas sejak tahun 1990 terus mengalami penyempurnaan. Konsep penataan kembali Pantura Jakarta yang mencakup konsep reklamasi pulau dan konsep revitalisasi pantai lama yang dimuat di dalam Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Kawasan Pantura Jakarta telah diakomodasi ke dalam Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur. Di dalam Rencana Tata Ruang tersebut, selain mengatur tata ruang makro Provinsi DKI Jakarta dan Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang serta Kota Depok, dimuat juga zonasi perlindungan dan zonasi pemanfaatan kawasan Pantura. Mengacu ke zonasi tersebut dapat dipahami bahwa penataan kembali kawasan Pantura Jakarta diarahkan kewujud reklamasi pulau, dimana jarak antara garis pantai lama dengan pulau reklamasi ± 200 m. Arahan tata ruang di dalam peraturan presiden tersebut dijabarkan ke dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2030, yang memuat arahan rencana struktur tata ruang, sistem infrastruktur dan rencana pola ruang kawasan Pantura Jakarta yang terpisah dari daratan lama, yang pemnbangunannya melalui pendekatan reklamasi pulau. Berkaitan dengan itu, dapat dikemukakan bahwa materi pengaturan penataan kembali kawasan Pantura yang dimuat di dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 8 tahun 1995 (sebagai Kawasan Andalan) sudah tidak sesuai dengan materi arahan tata ruang kawasan reklamasi dan kawasan revitalisasi pantai lama sebagaimana dimuat di dalam Perda Provinsi DKI Jakarta nomor 1 tahun 2012 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030 yang menggolongkan kawasan Pantura sebagai Kawasan Strategis Provinsi di bidang ekonomi dan lingkungan hidup. Bersamaan dengan proses finalisasi RTRW DKI Jakarta 2030, Pemerintah Pusat, Pemerintah DKI Jakarta bersama pemerintah Kerajaan Belanda melaksanakan kajian Jakarta Coastal Defence Study yakni kajian penyelamatan ekosistem Jakarta akibat naiknya muka air laut dan turunnya permukaan tanah di kawasan Pantura, dengan demikian dapat dikatakan bahwa reklamasi Pulau- pulau di pantai Utara Jakarta yang mengakomodasi prinsip-prinsip perlindungan pantai merupakan rangkaian program penyelamatan ekosistem Jakarta. Untuk memperoleh gambaran utuh tentang dinamika konsep penataan kembali Kawasan Pantura dapat dijelaskan beberapa hal penting tentang pemanfaatan dan resiko lingkungan kawasan pantai ini. Dalam kurun waktu sejak tahun 1990 sampai dengan tahun 2010, yakni masa proses penyusunan dan pemantapan konsep penataan kembali Kawasan Pantura Jakarta tidak banyak dilakukan perbaikan sarana dan prasarana kawasan pantai, sementara itu proses pembebanan lingkungan sebagai akibat pembangunan fisik bagian-bagian Kota Jakarta yang sangat pesat ke Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 1] Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah Pendahuluan segala arah sejak periode tahun 1975 sampai dengan tahun 1995 selain memberikan manfaat bagi penduduk kota juga menimbulkan permasalahan lingkungan. Masalah utama yang dihadapi adalah minimnya prasarana drainase, prasarana transportasi, prasarana sanitasi dan perumahan bagi rakyat. Akumulasi dampak pembangunan fisik berlangsung di kawasan pantai yang fisiknya merupakan dataran rendah yang sangat datar. Bahkan 40% dari luas wilayah Jakarta Utara merupakan sub merged land, yakni dataran yang lebih rendah dari muka laut. Topografi kawasan pantai yang lebih rendah dari muka laut menimbulkan masalah lingkungan tatkala berfungsi sebagai ujung pembuangan (end of pipe) aliran air permukaan dan aliran limbah cair. Karena terbatasnya jaringan sanitasi dan drainase kota, maka aktivitas perkotaan terutama di bagian kota berkepadatan tinggi menimbulkan masalah lingkungan yang serius, sementara itu bahan-bahan pencemar yang dibawa oleh aliran 13 sungai tersebar di perairan laut dangkal mulai dari pantai Marunda di sebelah Timur hingga Kamal Muara di sebelah Barat. Upaya untuk menanggulangi dan mencegah penurunan kualitas lingkungan hidup dan penyediaan lokasi pembangunan baru di kawasan pantai dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan cara reklamasi yang parsial. Awal tahun 1990 muncul masalah lingkungan akibat konflik penggunaan tanah di kawasan pantai, antara lain gangguan terhadap instalasi PLN di Muara Karang. Upaya penyelesaian masalah dilakukan melalui rekayasa teknik dengan cara mengatur aliran sirkulasi air out let air hasil pendinginan mesin, dan menjauhkannya dari lokasi in take air pendingin. Sejak masa itu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan kajian penataan Pantai Utara Jakarta dan dilanjutkan dengan kajian-kajian sektoral oleh Dinas Tata Ruang DKI Jakarta, Dinas Perikanan DKI Jakarta dan BAPPEDA. Di dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi Kawasan Pantai Utara Jakarta ditetapkan batasan tentang Reklamasi Pantai Utara dan Kawasan Pantai Utara Jakarta, yakni: 1. Reklamasi Pantai Utara adalah kegiatan penimbunan dan pengeringan laut di bagian perairan laut Jakarta; 2. Kawasan Pantai Utara Jakarta adalah sebagian wilayah adiministrasi Kotamadya Jakarta Utara yang meliputi areal daratan Pantai Utara Jakarta yang ada dan areal reklamasi Pantai Utara Jakarta. Di dalam Keputusan Presiden tersebut secara tegas dikemukakan juga bahwa wewenang dan tanggung jawab Reklamasi Pantura berada pada Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dalam rangka mengendalikan Reklamasi Pantura, dibentuk sebuah Badan Pengendali yang bertugas untuk: 1. Mengendalikan perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan Reklamasi Pantura; 2. Mengendalikan penataan Kawasan Pantura Jakarta. Untuk menyelenggarakan Reklamasi Pantura, Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta membentuk Badan Pelaksana (BP) Pantura sebagai perpanjangan tangan Pemda DKI Jakarta, dimana dalam melaksanakan tugasnya Badan Pelaksana (BP) Pantura dapat melakukan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 2] Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah Pendahuluan kerjasama usaha dengan pihak lain dengan tidak mengurangi wewenang dan tanggung jawab Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Masa tugas BP Pantura ini telah berakhir tahun 2009, sehingga tugas-tugas penanganan yang terkait dengan Pantura Jakarta ditangani oleh instansi terkait melalui koordinasi Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta. Atas dasar kajian-kajian tematis yang dilakukan oleh berbagai instansi, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta menjabarkan Keppres Nomor 52 Tahun 1995 ke dalam format Peraturan Daerah, yakni Perda DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta. Kebijaksanaan penyelenggaraan reklamasi Kawasan Pantura Jakarta ditujukan untuk mewujudkan lahan hasil reklamasi seluas 2.700 Ha dan memanfaatkannya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2010, serta dilaksanakan secara terpadu dengan penataan kembali (revitalisasi) daratan Pantura Jakarta seluas 2.500 Ha untuk meningkatkan kualitas lingkungannya. Revitalisasi merupakan serangkaian program perkuatan dan pemberdayaan fungsi kawasan melalui penataan kembali, perbaikan, pemugaran, pembangunan, konservasi dan preservasi untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan tingkat kesejahteraan masyarakat setempat. Di dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2030, Kawasan Pantura Jakarta ditetapkan sebagai Kawasan Strategis untuk kepentingan ekonomi, lingkungan dan sosial budaya. Pada pasal 101 dimuat arahan Kawasan Strategis Pantura Jakarta sebagai berikut: 1. Kawasan Strategis Pantura mencakup pengembangan areal reklamasi dan kawasan daratan pantai dilakukan secara terpadu yang bersama-sama ditetapkan sebagai satu kawasan perencanaan. 2. Pelaksanaan reklamasi, harus memperhatikan kepentingan lingkungan, kepentingan pelabuhan, kepentingan kawasan berhutan bakau, kepentingan nelayan, dampak terhadap banjir rob dan kenaikan permukaan laut serta sungai, kepentingan dan fungsi lain yang ada di Kawasan Pantura. Pada pasal 102 dinyatakan bahwa: 1. Penyelenggaraan reklamasi Pantura, diarahkan bagi terwujudnya lahan hasil reklamasi siap bangun dan pemanfaatannya sesuai dengan tata ruang yang terpadu dengan penataan kembali kawasan daratan Pantura. 2. Penataan kembali kawasan daratan Pantura, diarahkan bagi tercapainya penataan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna, peningkatan kualitas lingkungan dan perumahan, pelestarian bangunan bersejarah, kelancaran lalu lintas, dan peningkatan fungsi sistem pengendalian banjir baik itu banjir rob dan kenaikan muka laut/sungai. 3. Penyelenggaraan reklamasi serta pengelolaan tanah hasil reklamasi dan penataan kembali kawasan daratan Pantura, dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 3] Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah Pendahuluan Bersamaan dengan pemantapan berbagai instrument perencanaan dan pembangunan Kawasan Pantura, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengikat kerjasama dengan beberapa mitra usaha. Pada bulan Juli 1997, Pemda DKI Jakarta telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama (Nomor 162 Tahun 1997 dan Nomor 094/KNI-SP/VII/97 tanggal 28 Juli 1997) Pengembangan Penyelengaraan Reklamasi Pada Areal Blok I dan IV Di Sub Kawasan Barat dengan pihak PT. Kapuk Naga Indah. Atas dasar naskah perjanjian kerjasama tersebut PT. Kapuk Naga Indah melakukan berbagai kajian perencanaan, baik kajian rencana tata ruang maupun kajian rencana sarana dan prasarana lingkungan dalam kajian general design. Krisis ekonomi yang menerpa Indonesia dan berbagai negara mengakibatkan terhentinya kegiatan pembangunan fisik terutama pembangunan di bidang properti. Dalam rangka merealisasikan Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan PT. Kapuk Naga Indah (tahun 1997) tersebut, maka sejak tahun 2005 PT. Kapuk Naga Indah telah memutakhirkan konsep-konsep persiapan pengembangan proyek reklamasi yang telah memperoleh persetujuan prinsip tahun 1997 dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Kegiatan- kegiatan yang telah diselesaikan oleh PT. Kapuk Naga Indah, antara lain: 1. Konsultasi penjabaran Rencana Rinci Tata Ruang Kecamatan (skala 1 : 5000) ke tingkat Rencana Teknik Ruang Kota (skala 1 : 1000); 2. Kajian pemodelan hidrodinamika perairan laut untuk memilih opsi teknik reklamasi dan lebar kanal vertikal, yang dilakukan oleh Witteven Bos Indonesia (Nedeco) dengan second opinion BPPT; 3. General design rencana reklamasi Tahap I; 4. Kajian kaitan hidrolika reklamasi Kapuk Naga Indah dengan pola tata air DAS yang bermuara ke wilayah proyek Kapuk Naga Indah; 5. Kajian restorasi ekosistem mangrove Angke Kapuk sebagai kegiatan paralel konstruksi Kapuk Naga Indah; 6. Kajian Keanekaragaman Jenis Perikanan Tangkap di Teluk Jakarta Bagian Barat; 7. Kajian Perubahan Sosial Masyarakat di Kecamatan Penjaringan; 8. Kajian Penjabaran Rencana Sarana dan Prasarana Lingkungan; 9. Pengukuran dan Pemetaan TM30 (derajat) lokasi proyek; 10. Kegiatan pembebasan bagan para nelayan budidaya kerang hijau telah dilakukan pada tahun 2006 dengan memberikan kompensasi biaya ganti rugi bekerjasama dengan Kantor Kelurahan Kamal Muara dan tidak dilakukan relokasi; 11. Penyelenggaraan konsultasi publik dalam rangka pelaksanaan Keputusan Gubernur Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Operasional Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL, telah dilaksanakan pada tanggal 11 April 2006; 12. Rekomendasi ANDAL, RKL dan RPL Nomor 25/Amdal/-1.774.151, tanggal tanggal 28 September 2007 dari Komisi Penilai AMDAL Daerah Provinsi DKI Jakarta; 13. Penyelenggaraan konsultasi publik (kedua) dalam rangka pelaksanaan Keputusan Gubernur Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Operasional Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL, telah dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2011, bertempat di Ruang Fatahillah Gedung Walikota Jakarta Utara Blok P Lantai 2, Jl. Yos Sudarso Kav. 27 – 29, Tanjung Priok, Jakarta Utara; Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 4] Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah Pendahuluan 14. Studi pengembangan CSR PT. Kapuk Naga Indah bersama Swisscontact tahun 2009; 15. Rangkaian konsultasi KNI dengan instansi terkait di lingkungan Pemda DKI Jakarta; 16. Presentasi Kapuk Naga Indah dihadapan Rapim Gubernur DKI Jakarta Tahun 2010; 17. Studi Pandang 4 (empat) Perguruan Tinggi (ITB, UGM, UNDIP, dan UNHAS) tentang Implikasi Reklamasi Pulau Kapuk Naga Indah. Tujuan dan kegunaan pembangunan di areal Kapuk Naga Indah pada dasarnya identik dengan tujuan dan penyelenggaraan Reklamasi Pantura sebagaimana dinyatakan di dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Pantura Jakarta, yang sudah diakomodasikan ke dalam Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030, yakni: 1. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan Kota Jakarta sebagai kota pelayanan yang strategis dan memiliki daya saing yang tinggi dalam perkembangan kota-kota dunia, 2. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan, 3. Terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan yang memperhatikan pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya, dan 4. Mengurangi tekanan pertumbuhan kota ke arah Selatan. Sedangkan pertimbangan peranserta PT. Kapuk Naga Indah dalam rangka pelaksanaan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah, antara lain: 1. Menyambut tawaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia yang berkualitas, 2. Mengembangkan sekaligus diversifikasi usaha di bidang jasa konstruksi dalam negeri, 3. Mengoptimalkan peluang pemanfaatan ruang Pantura yang relatif dekat dengan Bandara Soekarno-Hatta, 4. Membangun kota pantai (waterfront city) yang memiliki faktor penarik bagi investasi asing, 5. Membangun prasarana yang handal untuk jangka panjang (infrastruktur jalan raya, rel KA Ganda dan Light Train), 6. Menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, dan 7. Areal Kapuk Naga Indah menjadi salah satu Sistem Pusat Regional. Di dalam Perjanjian Kerjasama Nomor 162 Tahun 1997 dan Nomor 094/KNI-SP/VII/97 tanggal 28 Juli 1997, dijelaskan bahwa kerjasama Pemda DKI Jakarta dengan PT. Kapuk Naga Indah adalah mengembangkan proyek reklamasi pada areal seluas ± 674 Ha. Mengacu ke Adendum Perjanjian Kerjasama dan hasil pengukuran dan pemetaan oleh Dinas Pertanahan dan Pemetaan Provinsi DKI Jakarta (hingga kedalaman -8 m), maka luas areal kerja PT. Kapuk Naga Indah adalah ± 870 Ha terdiri dari Pulau 1 ± 275 Ha, Pulau 2A ± 310 Ha, dan Pulau 2B ± 285 Ha. Pengukuran dan pemetaan areal kerja dalam rangka pelaksanaan Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemakaian Peta Dasar Di Wilayah Provinsi DKI Jakarta (Pemetaan TM30) seluas ± 1.131 Ha. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 5] Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah Pendahuluan Sebagaimana dijelaskan bahwa tahun 2007 PT. Kapuk Naga Indah telah memperoleh rekomendasi AMDAL 1 pulau (pulau 2A). Untuk mengakomodasi penyesuaian-penyesuaian rencana reklamasi dan arahan-arahan RTRW Jakarta 2030 tentang Kawasan Strategis Pantura Jakarta, maka dilakukan penyusunan ANDAL Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (2012) sebagai tindak lanjut dari KA-ANDAL Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (2012). Walaupun PT. Kapuk Naga Indah sudah memperoleh Izin Membangun Prasarana dan Rekomendasi AMDAL, tetapi karena belum memperoleh izin/persetujuan melaksanakan reklamasi, maka PT. Kapuk Naga Indah belum melakukan kegiatan fisik reklamasi tetapi lebih berorientasi pada penyempurnaan berbagai konsep, melaksanakan kegiatan restorasi ekosistem mangrove dan CSR bagi keluarga Nelayan di Kamal Muara. Pasal 50 ayat (2) e, Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan menyatakan bahwa keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan dinyatakan kadaluwarsa apabila rencana usaha dan/atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak ditertibkannya Izin Lingkungan (ANDAL, RKL dan RPL). Selain faktor legalitas evaluasi dan peninjauan RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030, perubahan rona lingkungan sekitar rencana proyek, yakni peningkatan angka kepadatan vegetasi dan luasan tutupan mangrove hasil restorasi yang dilaksanakan oleh PT. Kapuk Naga Indah menjadi bahan pertimbangan dokumen ANDAL Reklamasi 3 Pulau Kapuk Naga Indah ini, sebagai tindak lanjut dari dokumen KA-ANDAL Reklamasi 3 Pulau Kapuk Naga Indah yang telah disusun. Selain itu, dokumen ANDAL Reklamasi Pulau Kapuk Naga Indah ini juga akan mempertimbangkan beberapa kajian yang diselenggarakan akhir-akhir ini, terutama: (a) Kajian Lingkungan Hidup Strategis Pantai Utara Jakarta yang dilakukan oleh BPLHD tahun 2009 dan Kajian Lingkungan Hidup Teluk Jakarta Tiga Provinsi yang dilaksanakan oleh Bappeda Provinsi DKI Jakarta bersama Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2010 dan (c) Penyiapan data dan analisis dalam rangka penyusunan Raperda RTR Kawasan Strategis Pantura oleh Bappeda Provinsi DKI Jakarta tahun 2010. Pada tanggal 6 Juli 2011 Kantor Lingkungan Hidup Kota Jakarta Utara telah melakukan fasilitasi PT. Kapuk Naga Indah bersama Tim Penyusun Studi AMDAL menyelenggarakan Konsultasi Publik berkaitan dengan Rencana Reklamasi 3 Pulau Kapuk Naga Indah. Kegiatan tersebut dimaksud dipimpin oleh Walikota Jakarta Utara, dihadiri oleh sekitar 60 orang peserta (menurut daftar absensi terlampir). Saran dan atau tanggapan atas diskripsi rencana kegiatan yang potensial menimbulkan dampak akan menjadi bahan pertimbangan di dalam pelaksanaan pendugaan dan evaluasi dampak serta bila relevan akan dikaji di dalam proses mitigasi dampak. Dengan demikian perlu dijelaskan bahwa dokumen KA-ANDAL tahun 2012 telah selesai disusun, maka laporan ANDAL Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah ini disusun sebagai pembaharuan laporan ANDAL tahun 2007 dan pendekatan penyusunannya tetap Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL. Kondisi di lapangan saat ini untuk kegiatan persiapan Reklamasi Pulau 2A seluas ± 310 Ha serta persiapan dilakukan pembangunan jembatan penghubung. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 6] Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah Pendahuluan 1.2. TUJUAN DAN MANFAAT Di dalam Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah DKI Jakarta dengan PT. Kapuk Naga Indah Nomor 162 Tahun 1997 dan Nomor 094/KNI-SP/VII/97, tanggal 28 Juli 1997 telah disepakati bahwa maksud kerjasama adalah melakukan reklamasi di dalam “Pengembangan Areal Reklamasi” dengan pola saling menguntungkan bagi ke dua belah pihak guna menunjang pengembangan areal reklamasi dan kegiatan di sekitarnya, serta mendukung terwujudnya Kota Pantai Utara dan Penataan Kawasan Daratan Pantai Utara Jakarta. Keuntungan yang diperoleh Pemda DKI Jakarta akan terlihat dari berbagai indikator, bukan hanya yang terkait dengan retribusi perizinan sesuai Perda Retribusi Pembangunan dan bagi hasil tanah reklamasi, pajak atas tanah hasil reklamasi, tetapi juga terwujudnya struktur ruang dan pola ruang yang direncanakan di dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030. Hal ini sudah merupakan idealisme dan komitment PT Kapuk Naga Indah sejak proses perumusan surat perjanjian kerja sama. Untuk mendukung gagasan dan idealisme rencana pembangunan tersebut, PT. Kapuk Naga Indah akan tetap melanjutkan konsultasi teknis perencanaan kepada instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, baik perencanaan teknis reklamasi maupun rencana pola ruang serta desain ruang kota (urban design) serta tanggung jawab sosial perusahaan PT. Kapuk Naga Indah kepada masyarakat. Sebagai bagian dari perencanaan makro Kawasan Pantura Jakarta, maka kegunaan kegiatan pembangunan proyek reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah mengacu pada kebijakan dan strategi penataan ruang Kawasan Strategis Pantura sebagaimana dirumuskan di dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030. Sebagai dokumen yang memuat arahan rencana tata ruang kawasan strategis Kawasan Pantura. Salah satu butir pada Pasal 6 ayat (1) huruf c Perda 1 Tahun 2012 tentang RTRW DKI Jakarta 2030 merupakan salah satu kebijakan penataan ruang Provinsi DKI Jakarta adalah “peningkatan pertumbuhan ekonomi berbasis ekonomi di sektor perdagangan, jasa, industri kreatif, industri teknologi tinggi dan pariwisata”. Untuk mendukung kebijakan tersebut pada Pasal 7 ayat (3) dirumuskan strategi untuk melaksanakan kebijakan tersebut, yakni meliputi: 1. Meningkatkan kapasitas dan intensitas pusat kegiatan primer dan sekunder untuk mewadahi aktivitas perdagangan, jasa, dan industri kreatif berskala regional, nasional dan internasional; 2. Membangun kawasan Sentra Primer Barat, Sentra Primer Timur, Kawasan Segitiga Emas Setiabudi, Kawasan Manggarai, Kawasan Jatinegara, Kawasan Bandar Baru Kemayoran, Kawasan Dukuh Atas, Kawasan Mangga Dua, Kawasan Tanah Abang, Kawasan Pantura, Kawasan Pengembangan Ekonomi Marunda, dan kawasan strategis lainnya; 3. Membangun prasarana pariwisata untuk penyelenggaraan kegiatan MICE bertaraf; 4. Mempercepat revitalisasi kawasan kota tua sebagai pusat kegiatan pariwisata sejarah dan budaya. Kebijakan dan strategi penataan Kawasan Pantura akan menjadi landasan operasional penyusunan rencana struktur dan rencana pola ruang Kawasan Strategis Pantura. Berkaitan dengan itu, maka PT. Kapuk Naga Indah akan menjadi mitra Pemerintah DKI Jakarta untuk merealisasikan penataan dan pembangunan Kawasan Pantura Sub Kawasan Barat melalui kontribusi rangkaian kegiatan, terutama: Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 7] Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah Pendahuluan 1. Mendukung Pemerintah dalam mengembangkan program penyediaan dan penyiapan tanah hasil reklamasi bagi pembangunan pemukiman, komersial, jasa dan rekreasi beserta sarana dan prasarana lingkungan yang memadai. 2. Kontribusi dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan (revitalisasi) melalui penataan kembali dan penyediaan sarana dan prasarana lingkungan, perbaikan kampung, dan pembangunan rumah susun yang dilaksanakan oleh instansi terkait. 3. Kontribusi dalam rangka pelestarian ekosistem mangrove Angke Kapuk. 4. Kontribusi dalam rangka peningkatan aksesibilitas antara Kawasan Pantura Jakarta dengan wilayah Kabupaten Tangerang. 5. Membantu upaya pengendalian banjir dan pemeliharaan sungai. 6. Meningkatkan fungsi pantai sebagai public domain. 1.3. PERATURAN Penyusunan ANDAL Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (3 Pulau ) ini didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain: 1.3.1. Undang-Undang 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; digunakan sebagai acuan pengelolaan sumberdaya alam hayati (Mangrove dan satwa). 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Kerangka Kerja PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati; digunakan sebagai acuan pengelolaan keanekaragaman hayati. 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-benda yang berkaitan dengan Tanah; digunakan sebagai acuan pengelolaan Pulau Kapuk Naga Indah. 5. Undang-undang Nomor 06 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia; digunakan sebagai acuan pengelolaan perairan. 6. Undang-undang Nomor 07 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; digunakan sebagai acuan pengelolaan sumber daya air. 7. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; digunakan sebagai acuan penataan ruang. 8. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulai- pulau kecil;digunakan untuk pengelolaan Pulau Reklamasi PT KNI. 9. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta; digunakan sebagai acuan kekhususan Provinsi DKI Jakarta. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 8] Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah Pendahuluan 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah; digunakan sebagai acuan kewenangan pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup. 11. Undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; sebagai acuan penyampaian informasi kepada publik. 12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; digunakan sebagai acuan pengelolaan gangguan alur pelayaran dan keselamatan pelayaran. 13. Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; sebagai acuan pengelolaan sampah. 14. Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan angkutan jalan; sebagai acuan pengelolaan jalan dan transportasi darat. 15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; digunakan sebagai acuan kewajiban melakukan pengelolaan lingkungan hidup. 16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; digunakan sebagai acuan pengelolaan kesehatan kerja dan kesehatan lingkungan. 17. Undang-undang nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus; sebagai acuan pengelolaan kawasan ekonomi khusus. 18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan; digunakan sebagai acuan pengelolaan dampak perikanan. 19. Undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya; sebagai acuan pengelolaan kawasan cagar budaya. 1.3.2. Peraturan Pemerintah 1. Peraturan Pemerintah Republik Indomesia Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut; digunakan sebagai acuan pengelolaan dan pengendalian pencemaran laut. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara; digunakan sebagai acuan baku mutu kualitas udara ambien nasional. 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun; digunakan sebagai acuan pengelolaan B3. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; digunakan sebagai acuan pengelolaan kualitas air. 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; digunakan sebagai acuan pembagian kewenangan pemerintah pusat dan daerah. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 9] Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Description: