ebook img

Analisis CSIS tahun XXI no. 3 Mei-Jun 1992 PDF

97 Pages·1992·5.6 MB·English
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Analisis CSIS tahun XXI no. 3 Mei-Jun 1992

TAHUN XXI, NO. 3 MEI-JUNI 1992 asalah Intrakawasan dan Prospek Ekonomi Indonesia • Masalah Keamanan Internasional • Teknologi dan Keunggulan Komparatif dalam Model Centre-Periphery • Perkembangan dan Prospek Moneter • Regionalisme Eropa Barat: Kasus Masyarakat Eropa • Persoalan dan Prospek Ekonomi Indonesia 1992 • Doktrin Baru Rusia Mengenai Pasifik • Dua Korea dan Proses Perdamaian di Timbangan Buku: Sejarah Politik Asia Timur Militer di Indonesia Centre for Strategic and International Studies Diterbitkan oleh CENTRE FOR STRATEGIC AND INTERNATIONAL STUDIES (CSIS) sebagaijurnal berkala untuk menyajikan tulisan-tulisan tentang berbagai masa- lah nasional dan internasional. ANALISIS adalah suatu forum terutama untuk para stafpeneliti CSIS sendiri. Tetapi sumbangan tulisan dari luar CSIS akan dipertimbang- kan untuk dimuat sesuai dengan kebutuhan. Isi tulisan-tulisan yang dimuat dalam ANALISIS sepenuhnya menjadi tanggungjawab pribadi penulis masing-masing. Mulai tahun 1989 CSIS menggunakan logo baru: Nalar Ajar Terusan Budi. Logo berbentuk sebuah piringan cekung berukiran bola dunia yang melatarbelakangi gambaran orang tanpa busana duduk memangku buku terbuka beralaskan kain lampin. Tangan kiri menunjuk ke buku dan tangan kanan menunjuk ke atas meng- gambarkan orang yang sedang menguraikan pengetahuan yang ditimba dari buku. Ketelanjangan gambar orang di tengah piringan melambangkan keterbukaan budi ~ tiadanyasikap apriori - padawarga CSIS, sepertipadaparaanalis umumnya, dalam kegiatan studinya. Gambar ini menunjukkan kegiatan belajar dan mengajar atau menguraikan pikiran, sebagaimana para analis CSIS melakukan studi dan menguraikan pikiran mereka kepada siapa saja yang membutuhkannya. Sedang- kan bola dunia melambangkan alam jagad raya yang menjadi cakrawala dan lingkup CSIS berada dan berkarya. Kalimat Nalar Ajar Terusan Budi yang tertera pada lingkaran piringan adalah suryasengkala: cara merangkai kata dalam tradisi Jawa un- tuk menandai suatu tahun penting menurut peredaran matahari dan sekaligus menge- mukakan makna yang terkandung dalam peristiwa yang tahunnya ditandai itu. Nalar menurut tradisi Jawa itu berwatak 1, Ajar berwatak 7, Terusan berwatak 9, dan Budi berwatak 1. Sebagaimana lazimnya sengkala dibaca dalam urutanterbalik: 1971, tahun CSIS berdiri. NalarAjarTerusanBudijugamenggambarkanalampikiran, danhakikat kegiatan CSIS. CSIS sebagai lembaga profesi keilmuan, yang didukung oleh kreativitas individu, pada hakikatnya mempunyai kegiatan intelektual yang bukan hanya meng- analisa kebenaran tetapi juga terpanggil untuk menunaikan kewajiba'n sosialnya. MaknaNalarAjarTerusanBudi adalah bahwabagi CSIS, bernalar, belajarsertameng- uraikan pikiran adalah kelanjutan wajar dari budi yang arif. Logo ini dituangkan da- lam wujud piringan perunggu oleh G. Sidharta. Rufinus Lahur Daoed Joesoef, A.M.W. Pranarka, J. Soedjati Djiwandono, M. Hadi Soesastro, Harry Tjan Silalahi, Jusuf Wanandi, Clara Joewono, Djisman S. Simandjuntak, Onny S. Prijono, Bantarto Bandoro Bambang Waigito, Sunarto nDaru Mursito SK Menpen RI No. 509/SK/DITJEN PPG/STT/1978, tanggal 28 Agustus 1978 0126-222X . TAHUN XXI, NO. 3, MEI-JUNI 1992 Daftar Isi Pengantar Redaksi 222 • Masalah Keamanan Internasional dalam Model Centre-Periphery Bantarto Bandoro 224 • Regionalisme Eropa Barat: Kasus Masyarakat Eropa C.P.F. Luhulima 242 • Doktrin Baru Rusia Mengenai Pasifik Gennady Chufrin 256 Dua Korea dan Proses Perdamaian di Asia Timur Rizal Sukma 264 • Teknologi dan Keunggulan Komparatif Hadi Soesastro 274 • Perkembangan dan Prospek Moneter Man' Pangestu 292 Persoalan dan Prospek Ekonomi Indonesia 1992 DJisman S. Simandjuntak 302 Timbangan Buku: Sejarah Politik Militer di Indonesia Abdurrachinan Surjomihardjo 311 Pengantar Redaksi DALAM uraiannya, Bantarto Bandoro mengidentifikasi beberapa perubahan kunci dalam hubungan antara negara-negara besar yang tergolong kelompok Utara, dan konsekuensi perubahan tadi terhadap negara-negara yang tergolong kelompok Sela- tan. Bagian berikutnya dibahas dampak dari konsekuensi demikian terhadap agenda kea- manan negara-negara Selatan pada bidang keamanan, pohtik, militer, ekonomi, masyarakat dan lingkungan. Bantarto menggunakan model centre-periphery sebagai pendekatan untuk membahas masalah tersebut. Regionahsme Eropa Barat menurut C.P.F. Luhulima. merupakan ciri alamiah umat ma- nusia, untuk memungkinkannya mengatasi permasalahan-permasalahan yang sama. Misal- nya, kehilangan daya saing yang terus-menerus terhadap AS dan Jepang, kemudian negara industri baru di Asia Timur dan Tenggara menjadi pendorong yang kuat. Disadari pula bahwa fragmentarisasi pasar-pasarnya menyulitkan produksi secara optimal, menghalangi kemajuan teknologi dan menghambat pengembangan sektor jasa secara terus-menerus. Ma- ka, pembentukan pasar tunggal dengan liberahsasi pergerakan manusia, barang, jasa dan modal, kiranya membebaskan sumber daya bagi penggunaan produksi. Apabila sumber daya dimanfaatkan demikian, maka tingkat menyeluruh konsumsi dan investasi dalam eko- nomi dapat dinaikkan dan dioptimalkan. Menurut Profesor Gennady Chufrin, Wakil Direktur dari Lembaga Studi Oriental Mos- kwa, bahwa dirasa perlu agar Rusia mencanangkan suatu kebijaksanaan baru mengenai Pasifik. Rusia makin berpaling ke Timur, tanpa meninggalkan Barat mengingat dari segi geografis maupun demografis unsur Barat dan Timur menyatu dalam diri Rusia. Apalagi dalam kemelut politik dan ekonomi yang dialami Rusia sekarang ini, Gennady Chufrin mengemukakan bahwa hubungan bilateral yang selektif sesuai dengan situasi dan realita konkret yang dihadapi perlu ditingkatkan. Di lain pihak hubungan yang multilateral dan tidak diskriminatifjuga tidak ditinggalkan demi mempertahankan perdamaian dan keaman- an di seluruh kawasan Asia-Pasifik. Lebih lagi untuk ikut menjaga agar kawasan ini di bidang perdagangan jangan terpecah menjadi aneka blok yang saling bersaing. Perubahan-perubahan dalam politik global, sedikit banyak ikut mempengaruhi hubung- an anlarnegara di Asia Timur Laut. Rizal Sukma menguraikan bahwa berubahnya pende- PENGANTAR REDAKSI 223 katan negara-negara besar -- RRC, AS, Jepang, dan Uni Soviet -- telah mendorong percepat- an proses perdamaian di antara Korea Selatan dan Korea Utara. Namun, proses perdamaian dua Korea ini masih dibayang-bayangi oleh ancaman nuklir Korea Utara, meskipun Pyong- yang lambat laun mulai memperlihatkan sikap yang lebih fleksibel. Dinamika ekonomi kawasan Pasifik yang ditandai oleh perubahan keunggulan kompa- ratif segera terlihat dari perubahan struktur perdagangan negara-negara di kawasan itu serta perdagangan intrakawasan sendiri. Menurut Hadi Soesastro, perkembangan yang sangat mencolok adalah meningkatnya ekspor barang manufaktur, yang tampaknya juga telah menjadi motor pertumbuhan yang utama bagi banyak negara berkembang di kawasan Pasi- fik. Perkembangan ini telah turut melahirkan sejumlah Negara Industri Baru, berikut kema- juan negara-negara yang sedang berkembang lainnya yang sebentar lagi menyusul menjadi NIB. Tantangan bagi Indonesia ialah bahwa daya saingnya di kawasan Pasifik maupun secara global tidak dapat hanya didasarkan pada kegiatan manufaktur yang padat kafya ser- ta mengandalkan pada upah buruh yang murah. Dalam menyoroti "Perkembangan dan Prospek Moneter", Mari Pangestu mengamati bahwa deregulasi dan iklim investasi mendorong peningkatan kredit dan uang beredar sela- ma tahun 1989-1990. Akibatnya; kegiatan perekonomian nasional menjadi overheated. Kondisi mana perlu dikendalikan untuk menghindari ketidak seimbangan: karena membe- sarnya defisit neraca transaksi berjalan dan meningginya inflasi akan mempengaruhi stabilitas ekonomi dan keseluruhan kebijaksanaan deregulasi. Pengendalian itu berupa kebi- jaksanaan uang ketat, bahkan sampai menempuh Gebrakan Sumarlin II, dengan segala aki- batnya. Pada gilirannya, pengedalian uang ketat ini perlu dikendorkan kembali sesuai kebu- tuhan tingkat perkembangan kita selanjutnya. Mengenai "Persoalan dan Prospek Ekonomi Indonesia 1992", Djisman S. Simandjun- tak berpendapat, bahwa dibandingkan dengan keadaan tahun 1991 maka lingkungan eko- nomi dunia 1992 diperkirakan akan lebih baik. Sejauh mana Indonesia dapat memanfaat- kan perbaikan yang lebih kondusif untuk ekspansi ekspor nonmigas itu tergantung antara lain dari ramuan kebijaksanaan dalam negeri, seperti kebijaksanaan makro yang perlu dipe- lihara agar tidak menggalakkan konsumsi. Selanjutnya dikemukakan bahwa ekspansi eks- por nonmigas akan tetap terhambat oleh ekonomi biaya tinggi pada produksi dan distribusi dalam negeri, betapapun kuatnya kebangkitan ekonomi dunia. Mata uang Yen yang mewa- kili bagian terbesar utang luar negeri cenderung menguat, sehingga menimbulkan kenaikan tak terduga dalam pokok dan bunganya. Tentang pemerataan perlu dijernihkan dimensi- dimensinya dan perlu diidentifikasi instrumennya dengan biaya distorsi terkecil. Selama tingkat konsentrasi penanaman modal di sementara lokasi tidak turun, akan sulit mening- katkan efektivitas pemerataan. Juni 1992 REDAKSI . Masalah Keamanan Internasional dalam Model Centre-Periphery Bantarto Bandoro SECARA formal era Perang Dingin Salah satu dampak dari berakhirnya era berakhir ketika Presiden Amerika Se- Perang Dingin menyangkut dimensi keaman- rikat dan Presiden Soviet di Washing- an dari sistem internasional. Dalam maka- ton mengadakan pertemuan tingkat tinggi lahnya yang diajukan pada The Thirtythird mereka pada bulan Juni 1990.^ Konfrontasi IISS Annual Conference, Brzezinski menga- antara dua ideologi utama dunia yang mun- takan bahwa berakhirnya konfrontasi ideo- cul sejak Perang Dunia II dianggap telah logi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet berakhir. Akibat dari berakhirnya era demi- telah mengubah secara drastis tiga konse- kian pertama-tama adalah perubahan siste- kuensi keamanan utama Perang Dingin, mik dalam hubungan internasional. Negara- yaitu: (1) polarisasi telah menciptakan suatu negara besar terutama Amerika Serikat dan kondisi pengaruh yang berlebihan oleh satu Uni Soviet beserta sekutu-sekutu mereka di kekuatan, meskipun kondisi demikian mun- berbagai bagian di dunia didorong untuk cul dalam kerangka difusi kekuatan ekono- mempola kembali kebijaksanaan luar negeri mi dan pluralisme politik; (2) konflik re- dan posisi mereka dalam hubungan interna- gional sekarang ini dapat menjauhi persaing- sional. Upaya-upaya demikian kemudian an antara negara superpower. Meskipun melahirkan beberapa pemikiran mengenai konflik regional secara global dewasa ini di- sistem internasional pasca-Perang Dingin. anggap tidak begitu kritikal, tetapi masih ada kemungkinan bagi konflik itu untuk ber- 'Geoffrey Kemp, "Regional Security, Arms Con- kembang menjadi konflik yang lebih serius; trol, and the End of the Cold War," Washington dan perhatian publik tampaknya akan (3) Quarterly 13, no. 4 (Autumn 1990): 37. bergeser ke aspek lain dari keamanan inter- ^Lihat antara lain Joseph S. Nye, "The US Man- nasional, yaitu kemiskinan, lingkungan, aging Global Responsibilities," The World & I, 1991. Lihat juga Joseph S. Nye, "After Bipolarity: What World Order," Korean JournalofInternationalStudies Contradiction and New World Order," International XXII, no. 4, 1991. Luo Rhensi, "Strategic Structure, Strategic Studies, 1991 MASALAH KEAMANAN INTERNASIONAL 225 pembangunan yang terbelakang dan keti- akan digunakan sebagai pendekatan untuk dakstabilan domestik. membahas masalah ini. Konsekuensi di atas menggambarkan se- cara nyata dari apa yang diyakini sebagai Pendekatan Centre-Periphery dan perubahan utama dalam karakter keamanan Lensa Keamanan internasional. Untuk memperoleh gambaran mengenai arti perubahan itu dan memahami implikasi kebijaksanaan jangka panjang Masalah-masalah hubungan interna- dari perubahan itu, terutama bagi negara sional begitu kompleks dan oleh sebab itu Dunia Ketiga, tulisan ini pertama-tama akan beberapa sarjana hubungan internasional menggambarkan beberapa keistimewaan mencoba memahami masalah hubungan in- dari pola baru hubungan keamanan global ternasional yang kompleks itu melalui ber- yang muncul setelah transformasi dalam hu- bagai tingkatan analisis (level of analysis). bungan internasional dan krisis Teluk bebe- Dalam tingkatan ini perilaku unit-unit yang rapa waktu yang lalu. Secara lebih khusus, termasuk dalam tingkatan itu dicoba dipa- tuHsan ini mencoba mengidentifikasi ke- hami secara mendalam. Dalam arti bahwa mungkinan pengaruh dari apa yang semula tingkatan analisis menunjuk pada perilaku dikenal dengan hubungan Timur-Barat^ ter- dan pengaruh aktor (negara atau individu) hadap agenda keamanan negara Dunia Keti- terhadap aktor lainnya. ga. David Singer mengajukan dua tingkatan Selanjutnya, tulisan ini akan mengidenti- analisis yang cukup luas, yaitu: tingkat ana- fikasi empat perubahan kunci dalam hu- lisis sistem internasional dan tingkat analisis bungan antara negara-negara besar, yang negara.^ Menurut Singer, tingkat analisis tergolong ke dalam kelompok Utara, dan yang pertama (sistem internasional) merupa- konsekuensi perubahan itu terhadap negara- kan tingkat anahsis yang cukup komprehen- negara yang tergolong dalam kelompok Se- sif, karena memungkinkan pengamat me- latan. Bagian berikutnya akan membahas mahami hubungan internasional secara kese- dampak dari konsekuensi demikian terha- luruhan. Sedangkan tingkat analisis yang ke- dap agenda keamanan negara-negara Sela- dua memungkinkan pengamat mengguna- tan dilihat dari beberapa sektor, yaitu: ke- kan pendekatan pembuatan keputusan guna amanan, pohtik, militer, ekonomi, masyara- memahami perilaku politik luar negeri suatu kat dan lingkungan. Model centre-periphery negara.^ ^Zbigniew Brzezinski, "The Consequences of the End of the Cold War for International Security," The ^David Singer, "The Level-of-Analysis Problem in International Institute ofStrategic Studies Thirty Third International Relations," dalam Klaus Knorr dan Sid- Annual Conference, Zurich, 12-15 September 1991. ney Verba (ed.). The International System: Theoretical ''Dengan berakhirnya Perang Dingin, penggunaan Essays (Princeton, N.J.: Princeton University Press, istilah Timur-Barat dalam analisis hubungan interna- 1961). Mengenai kritik terhadap analisis Singer, baca sional dianggap mulai berkurang. Mengenai hal ini baca Kenneth Waltz, Theory ofInternationalPolitics (Read- Stefan Lehne, The Vienna Meeting of the Conference ing, Mass: Addison-Wesley, 1979). on Security and Cooperation in Europe, 1986-1989. A ^Mengenai hal ini baca Richard Snyder, H.W. Bruck Turning Point in East-West Relations (Boulder Colo- dan Burton Sapin, eds., Foreign Policy Decision Mak- rado: Westview Press, 1991). ing (New York: The Free Press,.1963). 226 ANALISIS CSIS, 1992-3 Atas dasar analisis Singer di atas, penulis men mana saja yang tergolong dalam core mengidentifikasi tiga arena dalam politik in- ataupun periphery, karena semua aktor di- ternasional, yaitu: globe, region dan nation- anggap sebagai partisipan dalam sistem do- state. Arena yang disebut pertama sering minan itu. Tetapi bila dilihat dari perspektif pula disebut sebagai sistem dominan dan dampak Perang Dingin yang muncul setelah yang dikaji dalam arena ini adalah interaksi Perang Dunia II maupun kemampuan nega- negara-negara besar dan pengaruhnya terha- ra-negara besar untuk membentuk dan mem- dap sistem internasional. Yang menjadi fo- pengaruhi agenda politik internasional, ma- kus kajian dalam arena kedua (region), atau ka sesungguhnya secara mudah dapat dii- seringkali disebut sistem subordinat,^ adalah dentifikasi aktor mana saja yang tergolong interaksi total negara-negara atau kelompok dalam core atau periphery. negara dalam suatu kawasan tertentu. Se- Dalam sistem global, negara-negara dangkan fokus kajian arena yang disebut besar (terutama Amerika Serikat dan Uni terakhir (nation-state, atau sistem internal) Soviet) dianggap memiliki kemampuan tidak adalah interaksi antara organisasi-organisasi hanya dalam membentuk dan mempenga- atau institusi pohtik yang menibentuk nega- ruhi agenda politik internasional, tetapi juga ra itu. kemampuan menentukan arah kebijaksana- Masing-masing arena di atas sesungguh- an politik luar negeri negara-negara yang nya memiliki sistem subsider, yaitu sistem lebih kecil (Dunia Ketiga). Dilihat dari o centre atau core dan sistemperiphery. Ada perspektif ini, mereka (negara-negara besar) yang berpendapat bahwa oleh karena arena dapat digolongkan sebagai anggota centre yang pertama (sistem dominan) bersifat glo- atau core dalam sistem dominan. Sebalik- bal, maka sulit untuk mengidentifikasi ele- nya, yang tergolong dalamperiphery dalam sistem dominan itu adalah negara-negara Louis Cantory dan Stephen Spiegel, International kecil yang secara finansial dan politik lemah, Politics ofRegion: A Comparative Approach (Engle- dan hubungan internasional mereka berlang- wood Cliffs, N.J.: Prentice Hall, 1970). sung dalam kerangka pola-pola hubungan yang ditentukan oleh negara-negara besar, ^Dalam literatur Studi Politik Komparatif, centre atau core diartikan sebagai sektor yang memiliki ke- Pendekatan demikian akan dijadikan dasar kuasaan yang lebih besar dan dapat memaksakan ke- untuk memahami perubahan-perubahan kuasaan itu terhadapperiphery. Komponen utama dari dalam interaksi antar negara-negara besar centre adalah elit, institusi, keyakinan dan nilai; dan (centre) dan dampak perubahan itu terhadap komponen-komponen iniiah yang merupakan ingre- kondisi keamanan negara-negara Dunia Ke- dient dari kekuasaan centre. Sebaliknya,periphery me- rupakan sektor yang lemah dan dalam berbagai aspek tiga (periphery). (misalnya, keamanan, militer, ekonomi) dan dianggap Salah satu persoalan yang berhubungan tidak kohesif, karena adanya keyakinan, nilai dan ke- biasaan yang berbeda. Lebih lanjut baca Howard J. dengan berakhirnya konfrontasi ideologi Wiarda, ed.. Direction in Comparative Politics (Boul- dan politik antara Amerika Serikat dan Uni der, Colorado: Westview Press, 1985). Edward Shils, Soviet adalah kecenderungan untuk tidak Centre and Periphery (Chicago: Chicago University menggunakan lagi istilah-istilah tertentu un- Press, 1975). Model centre-periphery ini dapat juga di- tuk membahas dampak berakhirnya era Pe- pakai untuk menganalisis masalah-masalah hubungan internasional. Mengenai hal ini baca Cantori dan Spie- rang Dingin itu. Istilah Third World, misal- gel, InternationalPolitics ofRegion. nya, dianggap telah kehilangan substansi- MASALAH KEAMANAN INTERNASIONAL 227 nya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa pok negara-negara yang secara ekonomi dan Dunia Ketiga telah mengalami disintegrasi politik lemah dan beroperasi dalam kerang- lama sebelum liberalisasi Eropa Timur. ka hubungan yang ditentukan oleh negara- Ada yang secara tegas mengatakan bahwa negara yang tergolong dalam centre. Pende- sekarang ini tidak ada lagi Dunia Ketiga, katan centre-periphery ini mencakup elemen- akibat terpecahnya Dunia Kedua (negara- elemen kunci dari suatu hirarki yang seka- negara komunis).^^ rang ini membentuk hubungan internasio- nal. Dalam arti bahwa berakhirnya Perang Dalam era berakhirnya Perang Dingin Dingin tidak hanya menghapuskan faktor ini, faktor geografi kelihatannya tidak lagi geografi sebagai salah satu determinan hu- dapat dipakai sebagai alat untuk mengiden- bungan internasional, tetapi juga memperte- tifikasi pengelompokan negara-negara. Mi- gas tingkatan kekuatan (stratum ofpower) sainya, apa yang diartikan dengan "Barat" dan posisi dari aktor-aktor politik inter- jika di dalamnya termasuk Jepang, Austra- nasional. Interaksi antara aktor yang memi- lia, atau "Utara" jika di dalamnya termasuk liki tingkatan kekuatan yang relatif sama Albania, Romania dan Uni Soviet; atau "Se- cenderung menentukan arah dan pola-pola latan" jika di dalamnya termasuk Korea. hubungan dalam era pasca-Perang Dingin Meskipun "Selatan" merupakan istilah ini. yang lebih memadai daripada Dunia Ketiga, seperangkat istilah yang dapat digunakan Masyarakat internasional, terutama ne- untuk membahas perkembangan hubungan gara-negara yang terlibat langsung ataupun internasional dalam dasawarsa 1990-an sebe- merasakan pahitnya dampak dari Perang narnya berasal dari pendekatan centre-peri- Dingin, menyambut baik berakhirnya kon- phery, yang sering ditemukan dalam litera- frontasi ideologi Amerika Serikat-Uni Soviet tur yang terbit dalam tahun 1960-an dan itu.^^ Berakhirnya Perang Dingin telah men- 1970-an terutama yang membahas maSalah ciptakan keterbukaan dalam keseluruhan ketergantungan.^^ pola hubungan internasional. Meskipun ke- jadian-kejadian yang mengawali pudarnya Yang dimaksud dengan centre dalam tu- Perang Dingin terpusat di Eropa, kejadian- lisan ini adalah inti ekonomi-ekonomi kapi- kejadian itu mencerminkan suatu perubahan talis yang secara global tidak hanya dominan mendasar dalam pola hubungan antar-nega- tetapi juga menentukan arah perke?hbangan ra besar, sehingga cukup beralasan kalau ba- ekonomi dan politik dunia. Sedangkan yang nyak pengamat dewasa ini hangat mendisku- dimaksud dengan periphery adalah kelom- sikan persoalan berakhirnya suatu era dalam sistem internasional.^^ 'Richard E. Bissell, "Who Killed theThird World," Washington Quarterly 13, no. 4 (Autumn.1990): 23-32. '^Lihat misalnya Jusuf Wanandi, "Global Changes '"John Ravenhill, "The North-South Balance of and Its Impact on the Asia-Pacific IJegion: An ASEAN Power," International Affairs 66, no. 4 (1990); 745. View," makalah disampaikan pada Asian Forum Con- Lihat juga, "Let's Abolish the Third World," News- ference Jakarta, 17-18 Januari 1991. Lihat juga Adam week, 21 April 1992. Roberts, "A New Age in International Relations," In- "Terbitan khusus mengenai masalah ketergantung- ternationalAffairs 67, no. 3 (Juli 1991). an ini dapat ditemukan dalam International Organiza- '^Roberts, "New Age." Nye, "The US Managing tion 32, no. 1 (1978). Global Responsibilities." Zeisaburo Sato, "The Inter- 228 ANALISIS CSIS, 1992-3 Tahun 1989 menandai berakhirnya Lensa keamanan (security) di sini diguna- period1e pasca-perang. 14 Bagi• se•jarawan kan dalam pengertian yang luas.'^ Keaman- mungkin hal itu dianggap sebagai berakhir- an dapat diartikan sebagai pelaksanaan ke- nya abad 20. Dua perang dunia yang menda- merdekaan atas suatu ancaman tertentu dan hului masa pasca-perang dan proses dekolo- kemampuan negara dan masyarakat untuk nisasi yang terjadi kemudian merupakan mempertahankan identitas kemerdekaan fakta sejarah hubungan internasional yang dan integritas fungsional mereka terhadap tidak dapat diabaikan. Tetapi berakhirnya kekuatan-kekuatan tertentu yang mereka konflik antarideologi tidak secara otomatis anggap bermusuhan (hostile). Dasar utama menghapuskan ulasan masa sejarah itu dari keamanan adalah kelangsungan hidup (sur- literatur-literatur hubungan internasional.'^ vival), yang dapat mencakup berbagai kon- disi dari eksistensi suatu negara.'^ Sekarang ini, ulasan masa sejarah terse- but tetap penting terutama sebagai dasar un- Keamanan militer mencakup interaksi tuk memahami perubahan-perubahan yang antar dua tingkatan kekuatan, yaitu kemam- akan terjadi dalam abad berikutnya. Dalam puan ofensif bersenjata dan kemampuan pengertian ini, ada yang berpendapat bahwa defensif suatu negara dan persepsi mereka abad 21 telah tiba. Ada petunjuk kuat mengenai intensi masing-masing pihak. Kea- bahwa abad baru ini akan menyerupai abad manan politik mencakup kesinambungan 19 di mana masyarakat internasional tidak dan stabilitas organisasi suatu negara, sistem lagi menyaksikan pertentangan ideologi pemerintahan dan ideologi yang melegitima- ataupun persaingan kekuatan, sekurang-ku- si dua hal yang disebut pertama. Keamanan rangnya di antara negara-negara besar. ekonomi mencakup akses pada sumber- Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah sumber daya, finansial dan pasar yang diper- konsekuensi keamanan seperti apa yang lukan untuk mempertahankan tingkat kese- akan ditimbulkan oleh perubahan pola hu- jahteraan dan kekuatan negara. Keamanan bungan antara negara besar (centre) bagi masyarakat (societal) mencakup kemampu- negara-negara yang tergolong. dalam peri- an untuk mempertahankan dan menghasil- phery? kan pola-pola tradisional dalam, bidang ba- hasa, kultur, keagamaan dan identitas na- sional. Keamanan lingkungan mencakup pe- national Relations of the Pacific Region and Role of meliharaan lingkungan lokal sebagai pendu- Japan," Korean Journal ofInternational Studies XXI, kung utama kelangsungan hidup manusia. no. 3 (Autumn 1990): 331-352. Brzezinski, "The Con- Meskipun masing-masing sektor tersebut sequences of the End of the Cold War." John Lewis mempunyai titik-titik fokal dalam kerangka Caddis, "Toward the Post Cold War," Foreign Affairs 70, no. 2 (Spring 1991): 102-122. Chen Xiaogong, "The World Strategic Pattern in 1990s," International Stra- ""Mengenai hal ini lebih lanjut baca Barry Buzan. tegic Studies, 1991. "Peace, Power and Security: Contending Concepts in the Sludy of International Relations," JournalofPeace '''Kemp, "Regional Security, Arms Control," 37. Research 21, no. 2 (1984). Baca juga Barry Bu7an. Peo- ple, States and Fear. An Agenda for International '^Ulasan mengenai ini misalnya baca Kalevi J. Holsti, Peace and wars: Armed conflicts and interna- Security Studies in the Post Cold War Era (New York: Harvester Wheatsheaf, 1991). tionalorder 1648-1989 (Cambridge: Cambridge Univer- sity Press, 1991). "Buzan, People, States and Fear, 3-11.

See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.