F & D ARIANTO ARMANTO LAW FIRM KUMPULAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Terhadap Undang-Undang Ketenagakerjaan SOHO Pancoran South Jakarta, North Wing Noble 1102, Jl. M. T. Haryono Kav. 2-3, Pancoran, Jakarta Selatan 12810 www.fardalaw.com Mobile: 0811157937 DAFTAR ISI 7. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU- 1. Putusan Mahkamah Konstitusi X/2012 Tentang Daluarsa Tuntutan Pembayaran Nomor 012/PUU-I/2003 tentang Kesalahan Upah Berat 8. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 67/PUU- 2. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 115/PUU- XI/2013 Tentang Pemenuhan Hak-Hak atas VII/2009 Tentang Hak Berunding Serikat Pekerja Buruh dalam Hal Perusahaan Pailit atau Dilikuidasi 3. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 37/PUU- IX/2011 Tentang Upah Proses 9. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 7/PUU- XII/2014 Tentang Frasa “demi hukum” Pasal 59 4. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 19/PUU- ayat (7), Pasal 65 ayat (8) dan Pasal 66 ayat (4) IX/2011 Tentang Efesiensi UU Ketenagakerjaan 5. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU- 10. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU- IX/2011 Tentang Outsouring XIV/2016 tentang masa jabatan hakim Ad- Hoc Pasal 67 ayat (2) UU 2/2004 d ev 6. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 58/PUU- r e s er IX/2011 Tentang PHK karena Pengusaha tidak 11. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 114/PUU- s th membayar upah XIII/2015 tentang daluwarsa di dalam Pasal 171 g ir llA UU 13/2003 dan Pasal 82 UU 2/2004 – W A L A Putusan-putusan Mahkamah Konstitusi yang Menolak Permohonan Uji Materi UU D R A Ketenagakerjaan F © 7 1 0 2 Farianto & Darmanto Law Firm 2 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 012/PUU-I/2003 tentang Kesalahan Berat Latar belakang kasus : Beberapa ketua organisasi serikat buruh di Indonesia mengajukan permohonan uji materiil terhadap Pasal 158, 159 dan 160 UUKetenagakerjaan karena dianggap telah melanggar asas praduga tak bersalah (presumption of innocent). Amar putusan : M E N G A D I L I : 1. Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk sebagian; 2. Menyatakan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan: • Pasal 158; • Pasal 159; d e v • Pasal 160 ayat (1) sepanjang mengenai anak kalimat “…. bukan atas pengaduan pengusaha …”; r e s e r sth • Pasal 170 sepanjang mengenai anak kalimat “.… kecuali Pasal 158 ayat (1), …”; g ir llA • Pasal 171 sepanjang menyangkut anak kalimat “…. Pasal 158 ayat (1)…”; – W A • Pasal 186 sepanjang mengenai anak kalimat “…. Pasal 137 dan Pasal 138 ayat (1)…”; L A D R A bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; F © 7 1 0 2 Farianto & Darmanto Law Firm 3 3. Menyatakan Pasal 158; Pasal 159; Pasal 160 ayat (1) sepanjang mengenai anak kalimat “…. bukan atas pengaduan pengusaha …”; Pasal 170 sepanjang mengenai anak kalimat “…. kecuali Pasal 158 ayat (1) …”; Pasal 171 sepanjang menyangkut anak kalimat “…. Pasal 158 ayat (1) …”; dan Pasal 186 sepanjang mengenai anak kalimat “…. Pasal 137 dan Pasal 138 ayat (1) …” Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; 4. Menolak permohonan para Pemohon untuk selebihnya; d e v r e s e r s th g ir llA – W A L A D R A F © 7 1 0 2 Farianto & Darmanto Law Firm 4 Respon Kenmenaker Terhadap Putusan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 012/PUU-I/2003 Tentang Kesalahan Berat Surat Edaran Menakertrans Nomer: SE-13/MEN/SJ-HK/I/2005 tentang Putusan Mahkamah Konstitusi atas Hak Uji Materil UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, terhadap UUD 1945. Respon Mahkamah Agung Terhadap Putusan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 012/PUU-I/2003 Tentang Kesalahan Berat Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 03 tahun 2015 tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2015 Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan Farianto & Darmanto Law Firm 5 Penerapan Kesalahan Berat Setelah Putusan MK PENGUSAHA MEDIATOR PHI •Menerapkan Pasal 158 seperti sebelum •Menyatakan gugatan tidak dapat diterima adanya putusan MK, yakni melakukan PHK •Menolak melakukan mediasi tanpa apabila gugatan pemutusan hubungan kerja sepihak tanpa membayarkan pesangon dan memberikan anjuran apabila belum ada karena kesalahan berat belum memiliki penghargaan masa kerja. putusan pidana. putusan pidana yang berkekuatan hukum tetap. •Hanya melaporkan tindak pidana yang •Melakukan mediasi dan menerbitkan dilakukan pekerja ke Polisi sedangkan proses anjuran, apabila dalam proses mediasi •Mengabulkan gugatan pemutusan hubungan ketenagakerjaanya di biarkan atau menunggu pengusaha menyatakan bersedia kerja karena kesalahan berat apabila putusan pidana. memberikan kompensasi sebesar 1 x kesalahan berat diatur dalam perjanjian kerja ketentuan pasal 156 ayat (2), (3) & (4) UU atau peraturan perusahaan atau perjanjian •Melaporkan pekerja terlebih dahulu ke polisi Ketenagakerjaan. kerja bersama dan pengusaha dapat membuktikanya dalam persidangan. dan apabila di lakukan penahanan setelah 6 (enam) bulan tidak dapat menjalankan •Melakukan mediasi dan menerbitkan pekerjaan atau belum 6 (enam) bulan tetapi anjuran untuk mempekerjakan pekerja pada •Dalam hal ini pengadilan akan memberikan telah ada putusan bersalah dari pengadilan posisi semula atau melakukan pemutusan hukuman kepada pengusaha untuk pidana maka pengusaha menerbitkan Surat hubungan kerja dengan memberikan membayarkan kompensasi sebesar 1 x Keputusan PHK sepihak sesuai Pasal 160 kompensasi pesangon sebesar 2 x ketentuan ketentuan pasal 156 ayat (2), (3) & (4) UU UU Ketenagakerjaan. pasal 156 ayat (2), penghargaan masa kerja Ketenagakerjaan. Namun sebagian sesuai pasal 156 ayat (3) & (4) UU pengadilan ada yang memutuskan tanpa memberikan hak pesangon dan penghargaan •Tidak melaporkan kesalahan berat pekerja ke masa kerja. polisi akan tetapi langsung melakukan proses PHK sesuai UU No.2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan •Mengabulkan gugatan pemutusan hubungan Industrial (bipartite, mediasi, PHI) kerja karena kesalahan berat meskipun dianggap tidak terbukti. Pada beberapa kasus hakim justru mendasarkan alasan pemutusan •Tidak melaporkan kesalahan berat pekerja ke hubungan kerja karena efisiensi sebagaimana polisi asalkan pekerja bersedia diatur dalam pasal 164 ayat 3 UU mengundurkan diri atau diakhiri hubungan Ketenagakerjaan, dan apabila pengusaha kerjanya tanpa pesangon dan penghargaan dinilai telah kehilangan kepercayaan dan masa kerja. hubungan kerja menjadi disharmonis maka pengusaha akan dihukum untuk •Membuat pengakhiran hubungan kerja membayarkan pesangon sebesar 2 x terlebih dahulu dengan pekerja setelah itu ketentuan pasal 156 ayat (2) UU melakukan proses pidana dengan melaporkan Ketenagakerjaan kesalahan berat pekerja. 6 Farianto & Darmanto Law Firm Saran Penerapan Kesalahan Berat Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama tetap mengatur “kesalahan berat” dengan mengganti istilah menjadi: - Pelanggaran dengan sanksi Pemutusan Hubungan Kerja - Pelanggaran lainya, dll Mengubah istilah pidana dalam kesalahan berat menjadi istilah ketenagakerjaan, misalnya: Mencuri diganti dengan mengeluarkan, memindahkan atau membawa barang milik perusahaan tanpa melalui prosedur dan ijin atasan, untuk dikuasai atau dimiliki baik sendiri maupun bersama-sama. Melakukan proses perundingan bipartit, mediasi dan PHI. Kompensasi dapat diatur dalam PP atau PKB, tanpa Kompensasi atau Nol tetapi dalam penerapanya Kompensasi pelanggaran ini, dalam putusan PHI pada umumnya adalah 1 x pasal 156 ayat (2) (3) & (4) UU No.13 tahun 2003, karena PHI merujuk pada pasal 161 atau di anggap d ev sebagai pelanggaran PP atau PKB. r e s er s th gir Proses pidana sudah dapat dilakukan bersamaan dengan proses PHK, sehingga apabila pekerja llA – secara nyata melakukan tindak pidana secara bersamaan proses hukum dapat dijalankan. W A Identifikasi permasalahan yang diduga sebagai tindak pidana harus dilakukan dengan cermat, L A D supaya proses hukum pidana dapat berjalan dengan baik. R A F © 7 1 Back to Daftar Isi 0 2 Farianto & Darmanto Law Firm 7 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 115/PUU-VII/2009 Tentang Hak Berunding Serikat Pekerja Latar belakang kasus : Serikat Pekerja BCA Bersatu mengajukan uji materiil terhadap Pasal 120 ayat (1), (2) dan (3) UU Ketenagakerjaan karena tidak diikutsertakan dalam perundingan PKB PT. Bank Central Asia, Tbk. M E N G A D I L I 1. Menyatakan permohonan Pemohon dikabulkan untuk sebagian; 2. Menyatakan Pasal 120 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang d Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan e v r e s e Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar r s th g ir llA Negara Republik Indonesia Tahun 1945; – W A L A D R A F © 7 1 0 2 Farianto & Darmanto Law Firm 8 3. Menyatakan Pasal 120 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279) konstitusional bersyarat (conditionally constitutional) sepanjang: i) frasa, “Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau ayat (2) tidak terpenuhi, maka...”, dihapus, sehingga berbunyi, “para serikat pekerja/serikat buruh membentuk tim perunding yang keanggotaannya ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah anggota masing masing serikat pekerja/serikat buruh”, dan ii) ketentuan tersebut dalam angka (i) dimaknai, “dalam hal di satu perusahaan terdapat lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh, maka jumlah serikat pekerja/serikat buruh yang berhak mewakili dalam melakukan perundingan dengan pengusaha dalam suatu d perusahaan adalah maksimal tiga serikat pekerja/serikat buruh atau gabungan serikat e v r e se pekerja/serikat buruh yang jumlah anggotanya minimal 10% (sepuluh perseratus) dari r s th gir seluruh pekerja/buruh yang ada dalam perusahaan”; llA – W A L A D R A F © 7 1 0 2 Farianto & Darmanto Law Firm 9 4. Menyatakan Pasal 120 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat; 5. Menyatakan Pasal 120 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang: i) frasa, “Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau ayat (2) tidak d ev terpenuhi, maka...”, tidak dihapuskan, dan r e s e r sth g ir llA – W A L A D R A F © 7 1 0 2 Farianto & Darmanto Law Firm 10
Description: