BAB IV PENDUSTA AGAMA DALAM SURAT AL-MA’U>N A. Ciri-ciri Pendusta Agama dalam Surat al-Ma’un Berdasarkan pemaparan data mengenai peristiwa yang melatarbelakangi dan penafsiran dari beberapa ulama mengenai surat ini, setidaknya ada 5 ciri prilaku pendusta agama. 1. Menghardik Anak Yatim Karakteristik pendusta agama yang disebutkan pertama kali dalam surat al-Ma’un adalah bahwa mereka menghardik anak yatim. Menghardik dalam surat ini diungkapkan dengan memakai kata yadu’u. Seperti dikemukakan pada bab sebelumnya, mufasir menafsirkan yadu’u dengan penafsiran yang berbeda-beda. Berbagai penafsiran tersebut adalah bahwa kata yadu’u mengandung arti sebagai berikut, a. menolak dengan keras dan kasar, b. menolak memberikan hak dengan keras dan kejam, c. zalim terhadap dan tidak berbuat baik, d. merendahkan, meremehkan dan menyakiti, e. mengusir dengan kejam, f. menolak memberi makan dan berbuat baik, g. mengabaikan dan tidak peduli. Meskipun secara bahasa, penafsiran terhadap kata yadu’u berbeda- beda, namun semua itu tidak jauh dari makna kata yadu’u secara literal, yakni 65 66 menolak, dan mengusir dengan keras dan kasar.1 Karena dalam pengusiran dan penolakan dapat membuat anak yatim merasa disakiti, diremehkan, direndahkan, dizalimi, dan diabaikan. Yatim dalam bahasa Indonesia mempunyai arti tidak berayah lagi.2 Sedangkan seorang anak yang tidak memiliki ayah dan ibu disebut dengan yatim piatu.3 Dalam kamus al-Munawwir, yati>m memiliki arti sendiri dan tiada bandingannya.4 Mufasir memberikan pengertian al-yati>m dengan seorang anak yang ditinggal mati oleh ayahnya dalam keadaan belum dewasa. Namun maknanya dapat diperluas sehingga mencakup semua orang yang lemah dan membutuhkan pertolongan.5 Pemaknaan ini merupakan yatim dalam makna substansial, yaitu individu ataupun kelompok yang memiliki penanda seperti yatim dalam makna formal: dia tidak memiliki pelindung yang dekat sekali dengannya sehingga dia belum bisa mandiri, sejajar dengan orang lain atau kelompok lain (pelindung itu dikiaskan dengan orang tua yang telah mati); dan dia membutuhkan bantuan untuk bisa membuat dirinya sejajar atau mandiri (masih kecil).6 1Ahmad Warson Munawwir, “Da’a”, Kamus Al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), 405. 2Departemen Pendidikan Nasional, “Yatim”, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1626. 3Ibid. 4Munawwir, “Yati>m”, Kamus Al-Munawwir …, 1587. 5Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Kesarasian Alquran, Volume 15 (Jakarta : Lentera Hati, 2002), 547. 6Nur Khalik Ridwan, Tafsir Surah al-Ma’un: Pembelaan atas Kaum Tertindas, (Jakarta: Erlangga, 2008), 145. 67 Oleh karena itu, perbuatan apapun yang mengandung unsur menyakiti, menzalimi, merendahkan, meremehkan dan mengabaikan terhadap anak yatim atau orang-orang lemah lainnya termasuk dalam cakupan ayat ini. Sehingga perbuatan tersebut dapat menyebabkan pelakunya pantas disebut sebagai pendusta agama. Jika seseorang membenarkan agama secara benar serta hakikat pembenaran telah berada kuat di hatinya, niscaya dia tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan tersebut. Hakikat pembenaran agama bukan berupa kata- kata yang diucapkan, akan tetapi merupakan kondisi di dalam hati di mana kondisi tersebut mendorong seseorang untuk berbuat kebaikan di dalam pergaulannya.7 Anak yatim adalah anak yang masih kecil namun telah menderita karena ditinggal orang tua mereka. Meraka termasuk kaum dhuafa yang dalam ayat-ayat Allah swt. sering disebut pertama kali sebelum yang lain. Anak yatim ada dua macam. Pertama, anak yatim yang memiliki harta benda warisan orang tuanya. Kedua, anak yatim yang tidak memiliki harta warisan dan harta benda untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.8 Anak yatim yang pertama lemah secara mental, karena ia membutuhkan kasih sayang dan perlindungan. Sedangkan anak yatim yang kedua, di samping lemah secara mental, ia juga lemah secara materi. Anak yatim yang kedua ini, di samping membutuhkan kasih sayang dan 7Sayyid Qut}ub, Fi> Z{ila>l al-Qur'a>n, Juz XXVIII (Beirut : Dar Ihya al-Turas al-Arabi, 1967), 264. 8Muhsin M.K., Menyayangi Dhuafa (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), 78-79. 68 perlindungan, ia juga butuh santunan materi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dalam Alquran disebutkan beberapa hal yang berkaitan dengan anak yatim.9 Pertama, berkaitan dengan mengurus anak yatim. Alla swt. berfirman: (cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) Tentang dunia dan akhirat. dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang Mengadakan perbaikan. dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.10 Kedua, anjuran untuk melakukan perbuatan baik kepada anak yatim. Ketiga, memuliakan anak yatim. Keempat, Memberikan perlindungan dan Pembelaan kepada harta mereka. Kelima, mengenai hak-hak mereka. Keenam, menyangkut hal-hal yang dilarang dilakukan kepada mereka. Karena anak yatim termasuk kaum d}u’afa, maka Allah swt. memerintahkan kepada umat-Nya agar selalu berbuat baik kepada mereka. Allah swt. berfirman: (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) 9Ibid., 79. 10Alquran, 2:220. 69 (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31) (cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh11, dan teman sejawat, Ibnu sabil12 dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga- banggakan diri,13 Termasuk dalam perbuatan baik itu adalah memuliakan mereka. Bahkan Allah swt. menegur orang-orang yang tidak mau memuliakan anak yatim dengan berfirman: (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim,14 Ada beberapa hal yang tidak boleh kita lakukan berkaitan dengan perlakuan kepada anak yatim. Pertama, menghardik mereka. Allah swt. Berfirman: (cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim,15 11Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim. 12Ibnu sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan maksiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya. 13Alquran, 4:36. 14Ibid., 89:17. 15Ibid., 107:1-2. 70 Kedua, bertindak sewenang-wenang kepada mereka. Allah swt. berfirman, (cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu Berlaku sewenang-wenang.16 Mengenai perlindungan dan pembelaan terhadap harta anak yatim, dalam Alquran dijelaskan dalam kisah Nabi Khidir as. yang tengah memberikan pelajaran kepada Nabi Musa as.. Salah satu pelajaran yang diberikan, pada saat mereka berdua datang dari sebuah negeri dan di dalamnya ada sebuah rumah yang dindingnya hampir roboh. Serta merta tanpa ada yang memerintahkan, Nabi Khidir as. memperbaikinya, sehingga mengundang keheranan Nabi Musa as..17 Pada saat Nabi Khidir as. menjelaskan pelajaran yang diberikan kepada Musa as., ia menjelaskan pula mengenai perbaikan rumah itu. Allah swt. berfirman: (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) (cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31)(cid:31) Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar 16Ibid., 93:9. 17Muhsin M.K., Menyayangi Dhuafa …, 80-81. 71 supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.18 Kemudian, hal yang berkaitan dengan hak-hak anak yatim, Alquran menyebutkan beberapa.19 Pertama, harta warisan dan peninggalan orang tuanya.20 Kedua, harta warisan dari orang lain.21 Ketiga, gha>nimah (harta rampasan perang).22 Keempat, fai’ (harta rampasan musuh di kota-kota yang ditinggalkan).23 Hal-hal yang berhubungan dengan larangan kepada mereka.24 Pertama, menukar harta mereka.25 Kedua, mendekati atau menyalahgunakan harta mereka.26 Ketiga, melanggar janji kepada mereka.27 Keempat, memakan harta mereka.28 Kelima, mencampuradukkan harta mereka dengan harta lain.29 Keenam, tergesa-gesa membelanjakan harta mereka,30 ketujuh, menyerahkan harta warisan mereka sebelum waktunya (sebelum mereka dewasa).31 Selain itu, ada pula hal-hal yang boleh kita lakukan kepada anak yatim.32 Pertama, memakan sebagian harta mereka secara patut.33 Kedua, 18Alquran, 18:82. 19Muhsin M.K., Menyayangi Dhuafa …, 81. 20Alquran, 4:5; 18:82. 21Ibid., 4:8. 22Ibid., 8:41. 23Ibid., 59:7. 24Muhsin M.K., Menyayangi Dhuafa …, 81. 25Alquran, 4:2. 26Ibid., 17:34; 6:152. 27Ibid., 17:34) 28Ibid., 4:2,6. 29Ibid., 4:2. 30Ibid., 4:6. 31Ibid., 4:5. 32Muhsin M.K., Menyayangi Dhuafa …, 81. 33Alquran, 4:6. 72 menguji mereka apa sudah cukup umur atau belum untuk menikah.34 Ketiga, memanfaatkan harta mereka untuk kebutuhan mereka sendiri.35 Keempat mengelola harta dengan baik dan jika telah tiba saatnya, serahkan kepada mereka.36 Kelima, menikahi anak yatim yang sudah cukup umur atau ibu mereka.37 Orang-orang yang melanggar larangan terhadap anak yatim akan mendapatkan beberapa sanksi.38 Pertama, di cap sebagai pendusta agama.39 Kedua disebut sebagai pelaku dosa besar.40 Ketiga, dijebloskan ke dalam api neraka.41 2. Tidak Menganjurkan Memberi Makan Orang Miskin Ciri pendusta agama yang kedua adalah tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Sikap pendusta agama ini diungkapkan Alquran dengan kalimat wala> yah}ud}d}u ‘ala tha’ami al-miski>n yang mempunyai arti tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Memberi makan orang miskin secara langsung dengan materi adalah merupakan kewajiban bagi orang yang memiliki kemampuan. Mengenai kewajiban ini sudah jelas banyak sekali dijumpai dalam Alquran. Salah satu contohnya adalah diwajibkannya zakat dan infak. Di samping itu, banyak 34Ibid. 35Ibid., 6:152. 36Ibid., 4:5-6,127. 37Ibid., 4:3,127. 38Muhsin M.K., Menyayangi Dhuafa …, 81. 39Alquran, 107:1-2. 40Ibid., 4:2. 41Ibid., 4:10. 73 ayat-ayat yang memuat tentang perintah yang sifatnya mewajibkan atau anjuran untuk membantu mereka. Stressing dalam ayat ketiga surat al-Ma’un ini bukan hanya terletak pada orang yang tidak membantu secara langsung dengan materi kepada orang miskin, tetapi lebih menyorot terhadap orang yang tidak mau menganjurkan dirinya sendiri dan orang lain untuk ikut serta membantu mereka.42 Oleh sebab itu, semua orang, baik mempunyai kelebihan materi atau tidak, tidak mempunyai alasan untuk tidak ikut berpartisipasi dalam memperhatikan nasib mereka, dengan memberi makan secara langsung atau jika tidak mampu paling tidak dengan cara mendorong orang lain untuk membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.43 Jika tidak mau menganjurkan kepada orang lain untuk memberi makan, lebih-lebih untuk dirinya sendiri. Sudah barang tentu tidak akan mau memberi makan kepada orang miskin.44 Keengganan untuk mendorong orang lain membantu orang lain menunjukkan puncak sifat kikir dari pelaku. 45 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata miskin diartikan sebagai tidak berharta benda; serba kekurangan (berpenghasilan rendah). Sedangkan fakir diartikan sebagai orang yang sangat berkekurangan; atau sangat miskin. 42Al-T{abari, Ja>mi' al-Baya>n fi Tafsi>r Alquran, Juz XXVIII (Beirut : Dar al- Ma'rifah, tt.), 201. 43Aam Amiruddin, Tafsir Alquran Kontemporer Juz Amma, Jilid I (Bandung: Khazanah Intelektual, 2004), 105. 44al-Maraghi, Tafsir> al-Mara>ghi>, Juz 30 (Mesir: Must}ofa al-Babi al- H{alabi, 1961), 249. 45al-Khazin, Tafsi>r al-Kha>zin al-Musamma> Luba>b al-Ta'wi>l fi> Ma‘a>ni> al-Tanzi>l, Juz VI (Mesir: al-Taqaddum al-‘Ilmiyyah, t.t.), 249. 74 Dari bahasa aslinya (Arab) kata miskin terambil dari kata sakana yang berarti diam atau tenang.46 Alquran sendiri menyebutkan kata al-miski>n dalam beberapa tempat. Ada 11 ayat yang menggunakan term al-miski>n, dan 12 ayat yang menggunakan term al-masa>ki>n.47 Di dalam berbagai ayat Alquran, al-miski>n dan al-masa>ki>n digunakan dengan beberapa variasi penekanan, dengan apa ia disandingkan, dan bagaimana statusnya. Di antara beberapa ayat itu kita bisa melihat bagaimana al-miski>n dan al-masa>ki>n diungkapkan: a. Orang miskin punya hak dalam harta orang-orang yang berpunya. Ada dua ayat penting dalam hal ini, yaitu surat ar-Rum [30]: 38, dan surat al-Isra' [17]: 26. Ada satu ayat di dalam surat az-Z|\ariyat [51]: 19 yang Artinya: Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapatkan bagian). b. Orang-orang miskin disebut sebagai salah satu kelompok yang memiliki hak dalam zakat. Hal ini terdapat dalam surat al-Taubah [9]:60. c. Perintah untuk berbuat baik kepada orang-orang miskin disejajarkan dengan berbuat baik kepada orang tua, anak-anak yatim, dan larangan menyembah kepada para penindas yang 46Quraish Shihab, Wawasan Alquran; Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1997), 448. 47Muh{ammad Fuad, “al-Miski>n”, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfa>z} al- Qur'a>n al-Kari>m (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), 354.
Description: