ebook img

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cross Flow Cross flow atau aliran silang terjadi terutama karena PDF

22 PagesΒ·2017Β·0.7 MBΒ·Indonesian
by Β 
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cross Flow Cross flow atau aliran silang terjadi terutama karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cross Flow Cross flow atau aliran silang terjadi terutama karena reservoir multilayer yang memiliki tekanan berbeda yang ada dalam sumur produksi. Cross flow yang terjadi pada sumur produksi dapat mengakibatkan terdorongnya aliran fluida pada interval perforasi yang berada di atasnya yang menyebabkan terjadinya kehilangan aliran. Hal ini diakibatkan oleh besarnya laju alir (rate per hour) fluida dari interval perforasi di bawahnya. Penanganan arus silang ini akan menjadi solusi yang efektif untuk menghadapi tantangan spesifik ini sehingga menghasilkan tingkat produksi yang optimal. 2.1.1 Mekanisme Aliran Silang atau Cross flow Ladang minyak yang telah diproduksi cukup lama memiliki karakteristik reservoir yang berbeda dibandingkan dengan ladang minyak yang baru diproduksi. Tentu saja memiliki kecenderungan untuk memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk mengalami masalah aliran silang, terutama jika terdiri dari reservoir multilayer. Gambar 2.1 Mekanisme formation cross flow pada reservoir multilayer. (Heungjun Park, 1990) 6 Universitas Islam Riau 7 Perbedaan karakteristik reservoir dan sifat formasi dalam satu lapisan ke lapisan lainnya juga berkontribusi terhadap konduktivitas lapisan pada keseragaman. Tekanan satu atau lebih lapisan produktif mendominasi produksi sumur saat sumur tersebut telah diproduksi cukup lama. Adanya perbedaan tekanan akan berpengaruh terhadap besarnya laju alir (rate per hour) fluida yang masuk dari interval perforasi pada sumur. Maka, pada reservoir multilayer yang mengalami formasi cross flow dapat berlaku persamaan P (Dimensionless D Preassure) dan t (Time Dimensionless) sebagai berikut: D (Heungjun Park,1990, p.10) (π‘˜β„Ž) 𝑃 = 𝑑 (𝑝 βˆ’π‘ )…………………………………….………….….(1) 𝐷 𝑖 𝑀𝑓 141,25π‘ž πœ‡ 𝑑 0,0002637(π‘˜β„Ž) 𝑑 = 𝑑 𝑑 …………………………………………….……...…..(2) 𝐷 (βˆ…β„Ž) πœ‡π‘ π‘Ÿ2 𝑑 𝑑 πœ” Keadaan ini akan merugikan bila lapisan dominan ini menghasilkan potongan air yang tinggi sementara lapisan atas bertekanan rendah memiliki pemotongan minyak yang lebih baik. Sehingga dapat memicu terjadi water coning disekitar perforasi. Di sinilah penanganan cross flow berperan penting sebagai solusi efektif dan efisien biaya untuk sumur ladang minyak yang matang. (Mechanical Cross-flow Handler from Weatherford, 2009, p.3) Multilayer pada reservoir homogen memiliki porositas dan permeabilitas dengan ketebalan lapisan yang berbeda pada setiap lapisan. Perbedaan porositas dan permeabilitas pada reservoir multilayer menghasilkan persamaan dengan Allocation Factor untuk mengetahui laju alir fluida setiap lapisan pada reservoir homogen. (E.P. Lolon. 2008, p.5) πœ™π‘– Allocation Factor (AF) = [ ] Γ— Np ………………………………………(3) 𝑖 Ξ£ πœ™π‘— 𝑗 π‘ž = (AF) Γ— π‘ž ……………………………………………………………….…(4) 𝑖 𝑑 Keterangan : πœ™π‘– = Porositas lapisan yang dicari, % Ξ£π‘–πœ™π‘— = Jumlah porositas lapisan yang diproduksi, % 𝑗 Universitas Islam Riau 8 Np = Total kumulatif produksi sumur, STB π‘ž = Laju alir produksi lapisan yang dicari, stb/d 𝑖 π‘ž = Total produksi lapisan yang dicari, stb/d 𝑑 Gambar 2.2 Reservoir multilayer. (E.P. Lolon. 2008) 2.1.2 Penanganan Aliran Silang (Cross flow Handler) Secara teknis, penanganan cross flow dapat disesuaikan dengan cara yang tepat untuk memenuhi masalah lintas arus yang spesifik, salah satunya menggunakan packer dengan open ended tail (OET). Packer dengan open ended tail (OET) digunakan pada keadaan sumur yang mengalami cross flow aliran yang terjadi di dalam wellbore. Jika terjadi water coning disekitar perforasi, maka packer yang diset dengan tail pipe dapat mengurangi dan mempertahankan ketinggian water coning yang terbentuk. Universitas Islam Riau 9 Gambar 2.3 Mekanisme terjadi cross flow on wellbore pada reservoir multilayer. (Mechanical Cross-flow Handler from Weatherford, 2009) Keterangan Gambar 2.3 : A : Cross flow pada reservoir multilayer. B : Cross flow dengan water coning pada reservoir multilayer. C : Penanganan cross flow menggunakan packer dengan open ended tail (OET) Packer dengan open ended tail didesain dengan philosophy-nya mengubah arah aliran vertikal langsung ke-atas menjadi vertikal langsung ke-bawah dan aliran masuk ke open ended tail yang diset di bawah bottom perforasi. Bottom packer akan disambung dengan beberapa join tubing yang diset sesuai ketinggian coning pada batas tertentu yang ujung bawahnya tetap terbuka agar fluida yang mengalir dari perforasi mengalir ke bawah perforasi dan masuk lewat ujung yang terbuka (open ended tail). Ujung yang terbuka (Open Ended) yang di setting di bawah bottom perforasi sekaligus dapat me-reverse atau menarik water coning ke bawah. (Mechanical Cross-flow Handler from Weatherford, 2009, p.5) Universitas Islam Riau 10 2.2 Water Coning Water coning adalah pergerakan air secara vertikal dengan melewati batas air-minyak menuju atau masuk ke dalam perforasi. Hal ini dapat terjadi akibat gradien tekanan alir yang bekerja pada suatu sumur relatif lebih besar jika dibandingkan dengan gradien gravitasi fluidanya. Sehingga batas minyak air akan naik ke lubang formasi sampai batas tertentu. Kehadiran water coning kedalam sumur akibat dari tekanan drawdown yang sangat besar disekitar sumur. Jika tekanan drawdown, βˆ†P lebih besar dari βˆ†Pg, dimana minyak cenderung diam di atas air, maka coning akan terjadi. Gambar 2.4 Water Coning (Brown, K.E, 1980) Keterangan Gambar 2.5 : hc = Tinggi water coning dari WOC awal. ht = Tinggi kolom minyak atau ketebalan lapisan minyak. kv = Arah aliran vertikal atau permeabilitas vertikal. kh = Arah aliran horizontal atau permeabilitas horizontal. Lp = Jarak perforasi terbawah dengan puncak perforasi formasi. re = Jari-jari reservoir Keadaan ini berhubungan dengan besarnya laju produksi yang diperoleh, dimana laju produksi yang tinggi akan berpengaruh terhadap besarnya tekanan alir minyak ke lubang sumur dan selanjutnya akan menyebabkan kesetimbangan antara tekanan alir dan gaya gravitasi antar fluidanya menjadi tidak stabil dan Universitas Islam Riau 11 dapat membentuk coning, sehingga air akan lebih mudah mengalir ke dalam lubang bor. Pengidentifikasian water coning dapat dilakukan dengan menganalisis 1. Meningkatnya laju produksi air karena menurunnya laju produksi minyak. 2. Adanya perbedaan densitas minyak dengan densitas air. 3. Jarak antara bottom perforasi dengan WOC. 4. Permeabilitas vertikal dan permeabilitas horizontal. 5. Penyebab daya dorong Water drive. Agar tidak terjadi problem water coning di dasar lubang sumur, maka pengurasan terhadap reservoir harus diatur sedemikian rupa sehingga perbedaan tekanan aliran antara reservoir dengan sumur lebih kecil dari tekanan yang disebabkan oleh densitas minyak dan air. Untuk mengatasi hal ini, yaitu dengan memproduksikan sumur tidak melebihi rate produksi maksimumnya juga dan mengatur perbedaan tekanan aliran antara reservoir dengan sumur agar tidak terlalu tinggi. 2.2.1 Mekanisme Terjadinya Water Coning Pada kondisi statis, air yang memiliki densitas lebih besar daripada minyak akan menempati bagian bawah dari production section. Jika zona transisi diabaikan, dapat dianggap bahwa batas kontak antara air dan minyak merupakan bidang datar dan rata. Jika sumur diproduksikan ketika harga perubahan tekanan mencapai water level, maka batas kontak antara minyak dan air tersebut akan berubah menjadi seperti sebuah kerucut yang puncaknya mengarah ke perforasi sumur. Bentuk kerucut ini disebabkan oleh terjadinya gradien tekanan alir di sekitar lubang sumur yang lebih besar dari gradien tekanan hidrostastis fluida di bawahnya (gradien gaya gravitasi). Akan tetapi jika gradien tekanan alir fluida lebih kecil dari gradien tekanan hidrostatik fluida maka puncak kerucut yang terbentuk tidak mencapai dasar lubang sumur. Gradien tekanan aliran berkaitan dengan besarnya laju produksi sumur, sedangkan gradien tekanan hidrostatik dipengaruhi oleh perbedaan densitas fluida (minyak dan air). Saat puncak water coning tepat berada di bawah dasar lubang perforasi sumur merupakan saat kritis. Universitas Islam Riau 12 Penambahan laju produksi yang kecil dapat menyebabkan puncak water cone tersebut masuk kedalam lubang sumur. Keadaan ini disebut coning breakthrough. 2.2.2 Pencegahan Water Coning Usaha-usaha yang dilakukan guna pencegahan terjadinya water coning adalah sebagai berikut : 1. Mengatur besarnya perbedaan tekanan statis dasar sumur (Ps) dengan tekanan alir dasar sumur (Pwf) agar laju produksinya tidak melampaui kapasitas aliran kritisnya. 2. Mengatur letak dari interval perforasi reservoir yang bersangkutan. Merencanakan perforasi yang baik agar sumur dapat diproduksikan dengan kapasitas produksi yang optimum tanpa terjadi coning. 3. Pada sumur yang telah diperforasi, pencegahan dapat dilakukan dengan cara mengontrol kapasitas produksi dari sumur tersebut agar tidak melampaui kapasitas produksi kritisnya, sedangkan untuk sumur-sumur yang belum diperforasi coning dapat dicegah dengan mengatur letak interval perforasi dari sumur tersebut. 2.2.3 Penanggulangan Water Coning Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi water coning salah satunya adalah pembuatan artificial barrier, yaitu berupa penghalang yang sengaja dibuat untuk mencegah ikut megalirnya air bersama minyak kedalam lubang sumur akibat water coning. Penghalang buatan tersebut dapat berupa penghalang padat maupun berupa fluida. Jenis artificial barrier yang paling banyak digunakan dan mudah dioperasikan salah satunya adalah dengan penggunaan packer, sehingga dapat menekan atau menahan (mengisolasi) air yang mengalir ke dalam lubang sumur akibat water coning. (Dadang Rukmana, 2012, p.287) 2.2.3.1 Penggunaan Packer Packer berasal dari kata β€œPACK” yang artinya membungkus. Tetapi yang di maksudkan disini adalah memisahkan atau mengisolasi. Packer merupakan suatu Universitas Islam Riau 13 alat mekanis yang ditempatkan di dalam sumur untuk memisahkan atau mengisolasi zona atau interval yang tidak ekonomis atau dengan kata lain packer dapat di definisikan sebagai peralatan bawah permukaan yang digunakan untuk menyekat antara tubing dan casing, serta mencegah aliran vertikal disepanjang annulus casing tubing. Dalam industri perminyakan dan gas bumi berarti bahan atau alat yang diset untuk menciptakan kondisi pembatas (sealing) antara tubing dengan casing, atau drill pipe dengan casing. (L.Douglas, 1980, p.4.1) 2.2.3.1.1 Fungsi Packer Adapun fungsi dari packer yaitu sebagai berikut ini: 1. Memisahkan atau mengisolasi zona–zona pada interval (perforasi) tertentu. 2. Menjaga sumur dari tekanan–tekanan yang besar, yang terjadi pada saat melakukan simulasi job (fracturing dan acidizing). 3. Mempertahankan fluida reservoir dan menjaga tekanan casing. 4. Membungkus lubang perforasi selama squeeze cementing. 5. Mengisolasi casing atau liner yang bocor. 6. Menutup secara sementara satu interval dengan interval lain yang sedang diproduksi. 7. Untuk melakukan multiple completion pada suatu sumur. 2.2.3.1.2 Konstruksi Packer Sebagaimana diketahui bahwa komponen dasar dari sebuah packer adalah terdiri dari sistem penyekat (sealing assembling), slip, friction element, hold down assembling, dan sistem pemasangan dan pelepasan. 1. Sistem penyekat Sistem penyekat pada sebuah packer terbuat dari campuran senyawa karet sintetis untuk menguji berbagai macam kekerasan. Untuk pengesetan packer dapat dilakukan dengan cara menggerakkan rangkaian packer tersebut naik atau turun dengan menambah beban, menarik tegangan pada tubing. Sedangkan untuk melepaskan packer dapat dilakukan dengan cara memutar pipa produksi kekanan Universitas Islam Riau 14 atau kekiri dan ditarik bersamaan dengan rangkaian tubing. Penarikan dilakukan dengan kuat agar dapat mematahkan shear pin. Sewaktu melakukan pengesetan packer, sistem penyekat ini tertekan oleh metal ring, sehingga penyekat mengembang dan menimbulkan sekatan antara tubing dan pipa selubung produksi. 2. Slip Slip mempunyai bentuk berbeda–beda dan ukurannya bermacam– macam tergantung dari perbedaan tekanan di dalam sumur, slip harus memiliki permukaan yang bergerigi yang tajam dan cukup luas untuk menahan packer ditempatnya terhadap perbedaan tekanan dari atas dan bawah. 3. Elemen Friksi Elemen friksi (friction element) sering disebut dengan friction block, kegunaan dari friction element ini untuk membantu kedudukan packer pada saat dilakukan pengesetan dan pelepasan packer. Posisi friction block pada sebuah friction element diset di bawah slip. 4. Hold Down Assembly Hold down assembly atau sering disebut hydraulic anchor berfungsi untuk mencegah bergesernya packer yang telah dipasang bila terkena beban atau tekanan. Khususnya yang berlawanan dari kedudukan slip. 5. Sistem Pemasangan dan Pelepasan Proses pengesetan packer dilakukan pada saat pekerjaan penyelesaian sumur produksi. Sedangkan pelepasan packer dilakukan pada kondisi tertentu, misalnya dilakukan penggantian packer karena mengalami kerusakan atau pada proses kerja ulang sumur. a. Mekanisme pemasangan packer ada bermacam – macam antara lain: 1. Compression, yaitu menambah beban sehingga berat dari tubing string akan menekan packer yang telah diset. Contohnya: packer Type G single grip. 2. Tension, yaitu tubing string akan ditarik sehingga rubber pada packer akan mengembang. Contohnya : packer Type AD-1 single grip. Universitas Islam Riau 15 3. Compression and tension, yaitu menambah beban serta menarik tegangan pada tubing (tension). Contohnya: Lock Set Packer (LSP). b. Mekanisme pelepasan packer dapat dilakukan dengan cara: 1. Memutar pipa produksi (pipa tubing) 2. Langsung menarik bersamaan rangkaian tubing 3. Menarik dengan kuat agar mematahkan shear pin. 2.2.3.1.3 Jenis – jenis Packer Secara Umum Packer merupakan salah satu peralatan produksi yang diperlukan pada sumur produksi, dimana pada saat pemasangan dipengaruhi oleh tekanan fluida reservoir dan temperatur yang berada di dalam atau di luar pipa produksi yang dapat berpengaruh terhadap rangkaian pipa produksi, khususnya packer. Tekanan yang terjadi pada pemasangan packer dapat mengakibatkan karet–karet (seal) dan memperkuat kedudukan antara tubing produksi dengan dinding pipa selubung. Terdapat dua jenis packer yang dapat digunakaan untuk melakukan penyelesaian dan kerja ulang sumur serta dapat digunakan pada metode water shut off untuk menutup zona yang memiliki produksi air yang tinggi (high water cut) akibat adanya water coning. Dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 2.2.3.1.3.1 Drillable Packer (permanent packer) Drillable packer adalah packer yang tetap, dengan kata lain packer tidak bisa digeser ke atas maupun ke bawah, jika packer tersebut telah ditempatkan di lubang sumur. Packer ini dimasukkan kedalam sumur dengan wireline atau dengan tubing. Tubing dapat dilepas atau ditarik dari packer dan meninggalkan packer di casing, kemudian tubing dapat diturunkan kembali dan bersatu dengan packer. Permanent Packer disebut juga dengan Production Packer. Production Packer berfungsi untuk menyekat annulus tubing dengan casing pada zona produktif. Production Packer setelah dirangkaikan dengan tubing, kemudian dimasukkan ke dalam lubang sumur sampai ke formasi produktif. Production Packer ini bekerja secara hidrolik yang secara otomatis akan menyekat annulus Universitas Islam Riau

Description:
Multilayer pada reservoir homogen memiliki porositas dan permeabilitas dengan .. dengan Diagnostic plot atau dapat melihat laju alir kritisnya.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.