Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 UJI COBA PENGGUNAAN MICROCHIP SEBAGAI SISTEM DETEKSI/ MONITOR SAPI KEMBAR DI KALIMANTAN SELATAN Eni Siti Rohaeni, Ahmad Subhan, Fatmadewi, Siti Nurawaliah, dan M. Isya Ansari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan ABSTRAK Kelahiran kembar pada sapi potong merupakan potensi yang memungkinkan untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan produktivitas sapi potong. Walaupun peluangnya kecil, namun potensi ini salah satu peluang yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk pengembangan sapi potong dalam rangka pencapaian program swasembada daging sapi dan kerbau (PSDSK). Sapi yang lahir kembar maupun induk yang melahirkan kembar pada umumnya tidak diperlakukan secara istimewa oleh pemiliknya walaupun ada rasa senang karena merasa beruntung mendapatkan anak sapi yang lahir kembar. Kesulitan yang dihadapi peneliti atau petugas di lapangan untuk memonitor sapi kembar atau induk yang melahirkan kembar sangat dirasakan, demikian juga saat sapi-sapi tersebut diperjualbelikan. Data dan informasi sapi kembar dapat hilang dan tidak tercatat dengan baik, oleh karena itu dirasa penting perlu adanya alat yang dapat membantu optimalisasi pengumpulan data secara akurat. Salah satu teknologi yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah di atas adalah penggunaan microchip atau RFID. RFID (Radio Frequency Identification) atau Identifikasi Frekuensi Radio adalah sebuah metode identifikasi dengan menggunakan sarana yang disebut label RFID atau transponder untuk menyimpan dan mengambil data dari jarak tertentu. Kegiatan ini bertujuan untuk menguji coba penggunaan microchip sebagai sistem deteksi/monitor sapi kembar di Kalsel. Kegiatan ini dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barito Kuala dan Tanah Laut secara survei. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan dapat diidentifikasi atau ditemukan sebanyak 23 ekor induk sapi yang beranak kembar dan 28 ekor anak sapi yang dilahirkan kembar. Dari jumlah 51 ekor ternak yang mempunyai sejarah kembar (baik induk atau anak kembar) telah berhasil dilakukan pemasangan microchip pada 41 ekor ternak yaitu 19 ekor pada induk yang beranak kembar dan 22 ekor pada anak yang dilahirkan kembar dari target 36 ekor (18 ekor induk dan 18 ekor anak sapi kembar). Pemasangan microchip pada ternak bermanfaat untuk identifikasi ternak secara elektronik sehingga penomoran ternak lebih akurat dan tidak mudah tertukar, selanjutnya dengan identifikasi ini dapat digali informasi individu ternak dan didata yang mana data ini sebagai database yang dapat digunakan untuk mengetahui sejarah ternak, potensi ternak, lokasi ternak termasuk status reproduksi ternak. Penggunaan/aplikasi microchip terhadap mobilitas dan deteksi sapi kembar di Kalimantan Selatan tidak sepenuhnya dapat dilakukan karena microchip hanya berfungsi sebagai alat/kode identitas ternak saja, untuk memantau tingkat kelahiran, tingkat infertilitas, abortus, kematian fetus dan mortalitas dapat dilakukan dengan pendataan yang rutin, akurat dan tepat baik dilakukan melalui komunikasi atau lebih tepatnya mengisi isian atau pertanyaan, dan data-data tersebut dientri pada program yang tersedia untuk dihubungkan dengan microchip. Berdasarkan pengamatan, pencatatan dan informasi yang diperoleh diketahui pada tahun 2010 ini kelahiran anak sapi yang tercapai sebesar 20% (4 kasus dari 20 induk beranak kembar), tingkat infertilitas anak kembar (betina yang dewasa kelamin) sebesar 16,67% (1 kasus dari 6 anak kembar), kejadian abortus, kematian fetus dan kematian induk tidak ditemukan (0%). Kata kunci: microchip, mobilitas, sapi kembar 549 Eni Siti Rohaeni et al.: Uji Coba Penggunaan Microchip ….. PENDAHULUAN Kelahiran kembar pada sapi potong merupakan potensi yang memungkinkan untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan produktivitas sapi potong. Walaupun peluangnya kecil namun potensi ini salah satu peluang yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam pengembangan sapi potong dalam rangka pencapaian program PSDSK. Beberapa daerah di Indonesia termasuk di Kalimantan Selatan kelahiran kembar terjadi pada ternak sapi. Secara alamiah peristiwa kelahiran sapi kembar memang sangat jarang terjadi. Peristiwa ini masih diamati oleh para ahli lebih dari lima dekade yang lalu. Frekuensi kelahiran kembar dari berbagai ras sapi berkisar antara 0,5-9%. Peluang terbesar kelahiran kembar pada sapi Brown Swiss dengan frekuensi antara 2,7-8,9%, pada sapi potong 0,5% dan sapi perah 1% (www.ntb.litbang.go.id) Walaupun kecil namun kejadian ini merupakan potensi yang perlu digali dan di kembangkan dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak sapi potong di Kalimantan Selatan. Peningkatan populasi ternak sapi salah satu diantaranya ditentukan oleh keberhasilan reproduksi, tetapi hingga saat ini kondisi sapi potong dalam usaha peternakan rakyat banyak yang fertilitas induknya rendah, sehingga berpengaruh terhadap penurunan populasi sapi dan pasokan penyediaan daging secara nasional (Affandhy et al. 2007). Untuk mengatasi kondisi tersebut ada dua pendekatan yang harus dilakukan oleh pelaku agribisnis sapi potong, yaitu dalam jangka pendek meningkatkan efisiensi pemotongan, dan dalam jangka panjang meningkatkan produktivitas dan reproduktivitas pada sapi lokal, antara lain melalui program inseminasi buatan (IB), perbaikan mutu genetik, perbaikan manajemen pemeliharaan, dan introduksi teknologi. Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas ternak adalah genetik, pakan dan lingkungan (Echternkamp et al. 1990; Komisarek and Dorynek 2002). Suatu terobosan dalam upaya mengatasi lambatnya peningkatan produktivitas ternak sapi, antara lain adanya pemikiran para pakar untuk meningkatkan kelahiran anak dari yang biasanya satu menjadi dua ekor (kembar) per induk. Informasi mengenai kelahiran kembar pada ternak sapi telah dilaporkan, secara umum kejadian ini tidak lebih dari 1% pada kawanan besar ternak sapi dan kejadian ini sangat kuat dipengaruhi oleh umur dan paritas (Rutledge 1975 in Komisarek, dan Dorynek 2002). Pendapat lain menyebutkan bahwa kelahiran kembar pada ternak sapi dapat terjadi dengan peluang yang sangat kecil, yaitu sekitar 0,01% (Antara 2007). Kelahiran kembar sering terjadi pada saat ternak sapi yang berumur lebih dari 10 550 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 tahun, dan dari beberapa pengamatan kejadian ini sering terjadi pada paritas pertama dan kedua. Kejadian sapi beranak kembar yang terjadi di beberapa daerah di Kalimantan Selatan sebagian besar tidak terdata dengan baik, demikian juga mobilisasi dari induk yang melahirkan kembar maupun anak yang dihasilkan sulit dideteksi. Salah satu teknologi yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah di atas adalah penggunaan microchip atau RFID. RFID atau Identifikasi Frekuensi radio adalah sebuat metode identifikasi dengan menggunakan sarana yang disebut label RFID atau transponder untuk menyimpan dan mengambil data RFID secara nirkabel dari jarak tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji coba penggunaan microchip sebagai sistem deteksi/monitor sapi kembar di Kalsel. METODOLOGI Pengkajian ini dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) sebagai sentra kasus kelahiran kembar di Kalimantan Selatan ditambah kabupaten lain yang diinformasikan terdapat kelahiran sapi kembar yaitu di Barito Kuala dan Tanah Laut. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan petani, PPL dan instansi terkait secara partisipatif. Survei ini dilakukan pada kelompok ternak yang mempunyai histori beranak kembar dan atau anak yang dilahirkan kembar. Ternak yang akan diamati dipasang microchip agar dapat terpantau data-data yang diinginkan. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder yang terkait penelitian. Data primer adalah informasi sapi beranak kembar baik induk dan anaknya kemudian dengan ijin pemiliknya dipasang alat microchip. HASIL DAN PEMBAHASAN Microchip dan Perangkatnya Penggunaan microchip pada ternak di Indonesia belum umum hanya perusahaan besar, pemerintah melalui Surat Edaran yang dikeluarkan Dirjen Peternakan Nomor 12020/SE/KU.340/F/03/ 2010 tanggal 12 Maret 2010 tentang Kebijakan Penggunaan dan Pemanfaatan Microchip untuk Identifikasi Sapi Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pertanian No. 40/Permentan/PD.400/9/ 2009 tentang pedoman pelaksanaan KUPS. Hal ini 551 Eni Siti Rohaeni et al.: Uji Coba Penggunaan Microchip ….. menguatkan bahwa pencatatan dan identifikasi ternak sangat penting yang selama ini belum dilakukan oleh peternak. Beberapa informasi yang diperoleh dengan cara konsultasi dan koordinasi serta pencarian diinternet diketahui bahwa kegunaan dan manfaat dari microchip adalah : Microchip secara khusus berguna untuk mengembalikan hewan piaraan yang hilang. Selain itu, microchip juga dapat membantu apabila terjadi perselisihan tentang kepemilikan dari hewan piaraan. Selain lembaga perlindungan hewan (shelter) atau dokter hewan (veterinarian), microchip digunakan oleh kennels, breeders, brokers, trainers, registries, rescue groups, humane socities, clinics, farms, stables, animal clubs and associations, researchers dan pet stores. Beberapa negara mensyaratkan microchip sewaktu mengimpor hewan, untuk membuktikan bahwa hewan tersebut dan catatan vaksinasinya cocok. Microchip secara sederhana berarti chip (bahan elektonik berupa semikonduktor terbuat dari silikon) berukuran mikro/sangat kecil (dapat mencapai 0,7 mm) yang dapat mengirimkan frekuensi/gelombang radio. Pemahaman ini sebagaimana beberapa pengertian microchip yang dirilis berbagai situs komersial, non profit, dan situs akademik. Jadi jelaslah bahwa berdasar pemahaman ini, maka microchip boleh dikatakan sebagai peralatan yang diperuntukan kepada hewan atau ternak (dilekatkan/tanamkan pada kulit) terutama berguna bagi proses identifikasi ternak untuk kepentingan nasional. Ke depan bahkan juga dimungkinkan untuk digunakan pada manusia untuk mengetahui letak lokasinya (Pancaputra 2010). Foto contoh salah satu jenis microchip 552 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Perangkat lengkap Aplikator Proses pemasangan microchip pada salah satu induk yang beranak kembar Microchip yang telah dipasang pada salah satu induk yang beranak kembar kembar Manfaat, Kelemahan dan Masalah Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan diketahui bahwa manfaat dan kelemahan aplikasi microchip sebagai sistem deteksi/monitor mobilitas sapi kembar di Kalimantan Selatan sebagai berikut : 553 Eni Siti Rohaeni et al.: Uji Coba Penggunaan Microchip ….. 1. Manfaat penggunakan microchip : Pemasangan microchip pada ternak bermanfaat untuk identifikasi ternak secara elektronik sehingga pencatatan data ternak lebih akurat yang mana dapat digunakan untuk mengetahui sejarah ternak, potensi ternak, lokasi ternak termasuk status reproduksi ternak. Jika ternak terdata dengan baik maka dapat diketahui ternak yang berpotensi baik dapat digunakan dalam upaya perbaikan genetik 2. Kelemahan penggunaan microchip : Belum popular di Indonesia Pembelian microchip harus disertai dengan perangkat lain agar berfungsi maksimal seperti reader, computer Memerlukan biaya yang cukup mahal Memerlukan tenaga yang terlatih dalam menggunakan aplikasi program. Berdasarkan survei dan pengamatan yang telah dilakukan pada kegiatan ini diketahui bahwa pemasangan microchip pada ternak yang mempunyai sejarah beranak kembar dan turunan yang dilahirkan kembar mempunyai beberapa masalah yang dihadapi yaitu : 1. Adanya pemilik/peternak yang tidak berkenan jika ternaknya dipasang microchip 2. Pemasangan microchip pada kegiatan ini bersifat sebagai identifikasi ternak yang mana identifikasi ini dapat digunakan sebagai database ternak, namun alat ini tidak dapat untuk mencapai tujuan yaitu untuk mengetahui mobilitas sapi kembar secara maksimal karena alat microchip yang dibeli bersifat low frekuensi (bukan ultra frekuensi). Data Sapi Kembar Berdasarkan survei yang telah dilakukan ke lapangan dan mencatat informasi yang diperoleh tentang ternak sapi yang beranak kembar (induk), atau anak yang dilahirkan kembar dimana ditemukan informasi dan data yang ditampilkan pada Tabel 1 dan 2. 554 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Tabel 1. Data peternak yang memiliki/memelihara sapi beranak kembar atau anak yang dilahirkan kembar Induk Anak yang dilahirkan No Kabupaten/Desa Peternak beranak kembar kembar 1 Hulu Sungai Tengah 1.1. Rasak Gambah Budiman - 3 betina 1.2. Murung Ta’al Hifni 1 1 betina (yg jantan mati) 1.3. Mandintang Wardani 1 Dijual (jantan, betina) 1.4 Sumanggi Halim 1 Dijual (jantan, jantan) 1.5 Muara Rintis/Gambah Abdul Kahar 1 1 anak jantan (yang betina mati umur 1 hari) 1.6. Pauh Arifin 1 2 (1 betina dan 1 jantan) yang hidup 1 betina 1.7. Pajukungan Bani 1 Anak dijual dan dipelihara oleh Bapak Budiman 1.8. Sungai Rangas H. Suhar 2 Anak sudah dijual dan dipelihara orang lain 1.9. Sungai Harang Saleh 1 - 1.10. Pandanu Masrawan - 1 jantan Masrani 1 Mahli 1 jantan 1.11. Buluan Masdinah/ 1 2 (1 jantan, 1 betina) Muhdi 1.12. Pandawan Husriansyah 1 betina 1.13. Runtaian Haruyan Pandi 1 betina Sebrang 1.14 Desa Wawai Sahmudi 1 2 betina 1 betina Jumlah 12 ekor 15 ekor 2 Tanah Laut 2.1. Gunung Makmur Dody 2 betina 2.2. Gunung Makmur Rumsani 1 2.3. Gunung Makmur Supriyanto 1 Anaknya sudah dijual 2.4. Bumiasih Kardi 1 1 betina 2.5. Pabahanan Subkhan 1 2 jantan 2.6. Banua Tengah Sukar 1 2 betina 2.7. Bale Rejo Suharni 1 2 jantan Jumlah 6 9 3 Barito Kuala 3.1. Sidomulyo Ray 11 Katimin 1 Anak sudah dijual 3.2. Sidomulyo Ray 13 Giran 1 Anak sudah dijual 3.3. Sidomulyo Ray 8 Sadiman 1 Anak sudah dijual 3.4 Kolam Makmur Ray 13 Shohibun 1 2 jantan 3.5. Simpang Jaya Subandi 1 2 jantan Jumlah 5 4 Jumlah total 23 ekor 28 ekor 555 Eni Siti Rohaeni et al.: Uji Coba Penggunaan Microchip ….. Tabel 2. Data ternak sapi yang beranak kembar atau anak yang dilahirkan kembar dan telah dipasang microchip di Kalimantan Selatan No Peternak/ No Microchip Sex Keterangan Kabupaten Induk Bangsa induk, perkawinan 1 Masdinah/Muhdi (982)000084209458 B PO, IB, anak sapi kembar masih (HST) ada/dipelihara 2 Bani 000114577461 B PO, IB, anak kembar dipelihara oleh (HST) Budiman 3 Saleh 0001113333395 B PO, anak yang dilahirkan kembar (HST) terjadi 3 kali, dan anaknya sudah dijual 4 Wardani 000108473631 B PO, anak sapi kembar sudah dijual (HST) 5 Abdul Kahar 000088703747 B PO, IB, anak kembar yang hidup 1 (HST) ekor (jantan) 6 Arifin 000059853119 B PO, IB, anak sapi kembar yang (HST) masih hidup 1 ekor (betina) 7 H. Suhardi 000084526569 B Persilangan, IB, anak sapi kembar (HST) sudah dijual 8 Sda 000082810206 B PO, IB, anak sapi kembar sudah dijual 9 Masrani 000088702256 B PO, IB, anak sapi kembar ( 2 ekor (HST) jantan) dipelihara oleh Masrawan dan Mahli 11 Sahmudi (982)000094183945 B Bali, IB, anak kembar 2 betina (HST) 12 Katimin 000136634269 B BALI, kawin alam, anak sudah dijual (Batola) 13 Giran 000098603977 B BALI, kawin alam, anak sudah dijual (Batola) 14 Sadiman 000041868527 B BALI, kawin alam, anak sudah dijual (Batola) 15 Shohibun 000106436958 B BALI, kawin alam, anak kembar 2 (Batola) jantan, saat induk akan bunting anak kembar calving internal 1,5 tahun 16 Subandi (982)000139560914 B BALI, kawin alam, anak kembar 2 jantan 17 Subkhan 000098627532 B BALI (Tanah Laut) 18 Sukar 000088912554 B PO (Tanah Laut) 19 Supriyanto 000118269648 B BALI (Tanah Laut) 20 Suharni 000098604057 B Persilangan BALI dan PO, IB, anak (Tanah Laut) kembar 2 jantan 556 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 No Peternak/ No Microchip Sex Keterangan Kabupaten Anak sapi yang Keterangan dilahirkan (kembar variety/tahun kelahiran kembar 1 Masdinah/Muhdi (482)000052621872 B 4/29Mei 2010, no induk (HST) (982)000084209458 2 Sda 118270039 J sda 3 Kusriansyah (982)000050893733 B 4/umur sekitar 7 tahun, induk sudah (HST) tidak ada 4 Budiman 000136622599 B 2/ Agustus 2009/no induk (HST) 000114577461 5 Sda 000086718038 B Sda 6 Sda 000108494484 B Sda 7 Abdul Kahar 000088918441 J 3/29 Agustus 2009, no induk (HST) 000088703747 8 Masrawan 000106442339 J 4/September 2009, no induk (HST) 000088702256 9 Mahli 000108468121 J Sda (HST) 10 Pandi/Mama Ika 000056691908 B Saudara kembarnya ternak yang (HST) dipelihara Sahmudi, nomor induk 000082810206 11 Sahmudi (982)000112717023 B Hasil kawin IB, nomor induk (HST) (982)000094183945 12 Sda (982)000051676450 B Hasil kawin IB, nomor induk (982)000094183945 13 Sda (982)000097058093 B Saudara kembarnya ternak yang dipelihara Pandi/mama Ika, nomor induk 000082810206 14 Shohibun 000092959234 J 4/18 September 2010, no induk (Batola) 00106436958 15 Sda 000098163655 J Sda 16 Subhan 000090102271 J 6/Agustus 2009, no induk (Tanah Laut) 000098627532 17 Sda 000108626909 J Sda 20 Sukar 000094190366 B 4/2 Agustus 2009, no induk (Tanah Laut) 000088912554 21 sda 000139553764 B Sda 22 Kardi 000052501947 B Bangsa Brahman, Nomor induk 000082695081 Keterangan : B : betina ; J : jantan Berdasarkan laporan Hamdan et al., (2009) diketahui bahwa Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah kabupaten dengan kejadian sapi beranak kembar tertinggi dalam kurun waktu 2004-2009 dengan 10 kejadian, kemudian diikuti Kabupaten Tanah Laut, dan Barito Kuala. Pada saat kegiatan ini dilakukan (tahun 2010) ditemukan 557 Eni Siti Rohaeni et al.: Uji Coba Penggunaan Microchip ….. kejadian kelahiran kembar yaitu di Kab. HST 2 kasus (milik Muhdi dan Sahmudi), dan di Batola 2 kasus (Subandi dan Shohibun/Sumarjo). Tidak semua sapi beranak kembar dan anak sapi yang dilahirkan kembar yang ditemui dapat dipasang microchip, boleh tidaknya ternak sapi dipasang microchip sangat tergantung pada pemiliknya. Berdasarkan survei yang dilakukan pada ternak sapi yang mempunyai sejarah beranak kembar dan ternak masih tercatat ada 23 ekor induk yang beranak kembar dan anak yang dilahirkan kembar sebanyak 28 ekor yang didata dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barito Kuala dan Tanah Laut. Jumlah ternak yang tercatat ini, pemiliknya yang bersedia ternaknya dipasang microchip untuk induk sebanyak 17 ekor dan anak 16 ekor. Sehingga pada kegiatan ini diperoleh 19 ekor induk yang beranak kembar dan 22 ekor anak yang dilahirkan kembar dari target masing-masing 18 ekor sehingga target sudah terpenuhi. Uji coba penggunaan microchip sebagai sistem deteksi/monitor sapi kembar di Kalsel telah dilakukan dimana microchip berfungsi sebagai alat/kode identitas ternak, sedang untuk memantau tingkat kelahiran, tingkat infertilitas, abortus, kematian fetus dan mortalitas dapat dilakukan dengan pendataan yang rutin, akurat dan tepat baik dilakukan melalui komunikasi atau lebih tepatnya mengisi isian atau pertanyaan, dan data-data tersebut dientri pada program yang tersedia untuk dihubungkan dengan microchip. Berdasarkan pengamatan, pencatatan dan informasi yang diperoleh diketahui pada tahun 2010 kelahiran anak sapi yang teridentifikasi terdapat 4 kasus dari 20 induk beranak kembar yaitu milik Muhdi, Shohibun/Sumarjo, Subandi dan Sahmudi), infertilitas anak kembar (betina yang dewasa kelamin) sebanyak 1 kasus dari 6 anak kembar yaitu milik Dody), kejadian abortus, kematian fetus dan kematian induk tidak ditemukan. Foto induk yang beranak kembar dan Pengamatan yang dilakukan pada anak yang dilahirkan kembar induk yang beranak kembar dan di Kalimantan Selatan anak yang dilahirkan kembar 558
Description: