BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai representasi ketidakadilan gender dalam kumpulan cerpen Saia karya Djenar Maesa Ayu (analisis wacana kritis Sara Mills). Analisis wacana feminis menggunakan teori wacana Sara Mills dan representasi ketidakadilan gender menurut teori M. Fakih. Sara Mills melihat ketidakadilan gender melalui posisi subjek terhadap objek dan posisi pembaca terhadap penulis. Kemudian representasi ketidakadilan gender akan dimunculkan secara utuh melalui teori M. Fakih beserta klasifikasinya. Berikut pembahasan hasil penelitian selengkapnya. 9. Posisi Subjek Terhadap Objek Pada pengaruh posisi subjek terhadap posisi objek ditemukan beberapa kategori yang menguatkan munculnya wacana ketidakadilan gender pada setiap cerpen. Kategori ini berdasarkan panduan klasifikasi data penelitian pada intrumen penelitian sederhana. Pertama, tokoh yang diposisikan sebagai pencerita (subjek) terhadap pihak yang didefinisikan dan digambarkan kehadirannya oleh pihak lain. Pada sebagian besar cerpen, tokoh utama muncul sebagai subjek yang bercerita hadir sekaligus sebagai objek yang diceritakan. Hal ini dapat dilihat pada temuan-temuan data berikut disertai pembahasannya masing-masing. (6)“Akan kita apakan calon bayi ini? Kita masih terlalu muda,” kata ayahnya. Saya akan menjaganya. (PSTO/A/01) 38 REPRESENTASI KETIDAKADILAN GENDER ...,NURUL ANISAH,PBSI FKIP, UMP 2017 Data di atas merupakan temuan pada cerpen pertama berjudul Air. Tokoh yang diposisikan sebagai pencerita (subjek) sekaligus sebagai objek yang diceritakan, yaitu tokoh saya yang merupakan seorang perempuan muda yang memiliki janin di luar pernikahan menceritakan sendiri apa yang dialami melalui sudut pandang penceritaan orang pertama (aku). Tokoh saya yang selain menduduki posisi subjek juga menduduki posisi objek yang diceritakan dalam cerpen tersebut. Berbeda dengan tokoh ayahnya atau ayah dari anak yang dikandung tokoh saya, posisinya disamarkan dan diuntungkan dengan penggunaan kalimat pasif. Hal ini memunculkan ketidakadilan gender pada tokoh saya sebagai perempuan oleh tokoh ayahnya yang tidak mau bertanggungjawab atas perbuatannya. (7)Angka yang menyala di dinding elevator mengingatkan Nayla akan usia laki-laki yang diperkenalkan kedua orangtuanya. “Masih muda tapi sudah siap menikah. Dari keluarga baik-baik dan terhormat pula,” begitu kata mereka. (PSTO/NDL/01) Kemudian data selanjutnya merupakan temuan pada cerpen ketiga berjudul Nol-Dream Land. Tokoh yang diposisikan sebagai pencerita (subjek) sekaligus sebagai objek yang diceritakan, yaitu tokoh Nayla yang merupakan seorang perempuan yang diperkenalkan kepada laki-laki pilihan keluarganya, melalui sudut pandang penceritaan orang ketiga (dia). Tokoh Nayla yang selain menduduki posisi subjek juga menduduki posisi objek yang diceritakan dalam cerpen tersebut. Berbeda dengan tokoh orangtuanya atau orangtua dari Nayla yang posisinya disamarkan dan diuntungkan dengan penggunaan kalimat aktif ketika mendeskripsikan laki-laki yang dijodohkan dengan tokoh 39 REPRESENTASI KETIDAKADILAN GENDER ...,NURUL ANISAH,PBSI FKIP, UMP 2017 Nayla. Hal ini memunculkan ketidakadilan gender pada tokoh Nayla sebagai perempuan oleh tokoh orangtuanya yang memaksakan pernikahan dengan laki-laki yang tidak dicintai tokoh Nayla. (8)Ia cuman bisa menangis. Saat laki-laki yang dicintainya menelanjangi dengan paksa. Melakukan hal yang sama sekali Nayla tak suka atas tubuhnya. (PSTO/FD/01) Data selanjutnya merupakan temuan pada cerpen cerpen keenam berjudul Fantasi Dunia. Tokoh yang diposisikan sebagai pencerita (subjek) sekaligus sebagai objek yang diceritakan, yaitu tokoh Nayla yang merupakan seorang perempuan yang diperkosa oleh kekasihnya sendiri, melalui sudut pandang penceritaan orang ketiga (dia). Tokoh Nayla yang selain menduduki posisi subjek juga menduduki posisi objek yang diceritakan dalam cerpen tersebut. Berbeda dengan tokoh laki-laki yang dicintai oleh tokoh Nayla yang posisinya disamarkan dan diuntungkan dengan penggunaan kalimat pasif. Hal ini memunculkan ketidakadilan gender pada tokoh Nayla sebagai perempuan oleh tokoh laki-laki yang dicintainya dan melakukan pemerkosaan. (9)Saya malas ketemu Ibu dan Ayah. Setiap bersama, selalu saja mereka saling melempar amarah. Dan kalau pertengkaran mereka tak selesai, selalu saja ada tindakan saya yang dianggap salah. (PSTO/Sa/01) Data selanjutnya merupakan temuan pada cerpen ketujuh berjudul Saia. Tokoh yang diposisikan sebagai pencerita (subjek) sekaligus sebagai objek yang diceritakan, yaitu tokoh saya yang merupakan seorang anak perempuan yang menjadi korban kekerasan oleh kedua orangtuanya sebagai pelampiasan atas kemarahan mereka, melalui sudut pandang penceritaan orang pertama (aku). Tokoh saya yang selain menduduki posisi subjek juga 40 REPRESENTASI KETIDAKADILAN GENDER ...,NURUL ANISAH,PBSI FKIP, UMP 2017 menduduki posisi objek yang diceritakan dalam cerpen tersebut. Berbeda dengan tokoh Ibu dan Ayah yang posisinya disamarkan dan diuntungkan dengan penggunaan kalimat pasif. Hal ini memunculkan ketidakadilan gender pada tokoh saya sebagai perempuan yang mendapat kekerasan maupun psikologis oleh kedua orangtuanya. (10)Saya sudah hafal semuanya luar kepala tanpa perlu membaca naskah lagi. Tapi bagaimana caranya menjelaskan jika saking ingin terlihat sempurna, akhirnya saya mengonsumsi teh herbal malam tadi? (PSTO/QI/01) Data selanjutnya merupakan temuan pada cerpen kedelapan berjudul Qurban Iklan. Tokoh yang diposisikan sebagai pencerita (subjek) sekaligus sebagai objek yang diceritakan, yaitu tokoh saya yang merupakan seorang perempuan yang menjadi korban penyalahgunaan obat herbal diet yang berakibat sakit pada pencernaannya. Tokoh saya yang selain menduduki posisi subjek juga menduduki posisi objek yang diceritakan dalam cerpen tersebut. Posisi tokoh saya sebagai subjek yang bercerita sekaligus objek yang diceritakan menghadirkan kisah permpuan yang mengalami penipuan oleh iklan kecantikan diet dengan teh herbal yang disebabkan tuntutan penampilan fisik yang seringkali diinginkan oleh pihak laki-laki. Hal ini memunculkan ketidakadilan gender pada tokoh saya sebagai perempuan yang pada akhirnya mengalami ganguan pencernaan akibat penyalahgunaan obat herbal diet. (11)Nayla sama sekali tak memikat.Tapi bocah laki-laki di sekitar gang itu menginginkannya dengan teramat sangat. (PSTO/GKA/02) Data selanjutnya merupakan temuan pada cerpen kesepuluh berjudul Gadis Korek Api. Tokoh yang diposisikan sebagai pencerita (subjek) 41 REPRESENTASI KETIDAKADILAN GENDER ...,NURUL ANISAH,PBSI FKIP, UMP 2017 sekaligus sebagai objek yang diceritakan, tokoh Nayla yang merupakan seorang perempuan muda yang menjadi menjadi pekerja seks komersial sedari usia muda dan mampu memikat anak laki-laki di sekitar lokalisasi tersebut, melalui sudut pandang penceritaan orang ketiga (dia). Tokoh Nayla yang selain menduduki posisi subjek juga menduduki posisi objek yang diceritakan dalam cerpen tersebut. Berbeda dengan tokoh anak laki-laki yang terpikat oleh tokoh Nayla yang posisinya disamarkan dan diuntungkan dengan penggunaan kalimat pasif. Hal ini memunculkan ketidakadilan gender pada tokoh Nayla sebagai perempuan oleh anak laki-laki yang melakukan pelecehan seksual dengan mengeksploitasinya. (12)Di ruang tunggu Klinik Dokter Kandungan, ia termenung sendirian. (PSTO/AMH/01) Data selanjutnya merupakan temuan pada cerpen sebelas berjudul Air Mata Hujan. Tokoh yang diposisikan sebagai pencerita (subjek) sekaligus sebagai objek yang diceritakan, yaitu tokoh saya merupakan perempuan yang mengalami kehamilan di luar pernikahan tanpa tanggung jawab pihak laki- laki, melalui sudut pandang penceritaan orang ketiga (dia). Tokoh dia yang selain menduduki posisi subjek juga menduduki posisi objek yang diceritakan dalam cerpen tersebut. Berdasarkan narasi latar tempat dan suasana yang terdapat temuan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh dia menjadi subjek yang menceritakan dan objek yang diceritakan oleh pengarang. Hal ini memunculkan ketidakadilan gender pada tokoh saya sebagai perempuan yang tidak mendapat pertanggungjawaban dari pihak laki-laki atas kehamilannya. 42 REPRESENTASI KETIDAKADILAN GENDER ...,NURUL ANISAH,PBSI FKIP, UMP 2017 (13)Saya mulai sedikit paham. Ketika suami tidak mengatakan apa pun tapi tidak pulang hingga bermalam-malam. (PSTO/DS/02) Data selanjutnya merupakan temuan pada cerpen ketigabelas berjudul Dewi Sialan. Tokoh yang diposisikan sebagai pencerita (subjek) sekaligus sebagai objek yang diceritakan, yaitu tokoh saya yang merupakan seorang perempuan yang mulai memahami bahwa suaminya menunjukan tanda-tanda melakukan perselingkuhan, melalui sudut pandang penceritaan orang pertama (aku). Tokoh saya yang selain menduduki posisi subjek juga menduduki posisi objek yang diceritakan dalam cerpen tersebut. Berbeda dengan tokoh suami yang posisinya disamarkan dan diuntungkan dengan penggunaan kalimat pasif. Hal ini memunculkan ketidakadilan gender pada tokoh saya sebagai perempuan yang mendapat peminggiran dalam keluarga berbentuk tindakan perselingkuhan oleh tokoh suami. Pengaruh selanjutnya pada posisi subjek terhadap posisi objek ditemukan beberapa kategori yang menguatkan munculnya wacana ketidakadilan gender pada setiap cerpen. Kategori ini berdasarkan panduan klasifikasi data penelitian pada intrumen penelitian sederhana. Kedua, posisi yang mampu mendefinisikan dirinya sendiri dan mendefinisikan pihak lain dalam sudut pandangnya sendiri terhadap posisi yang tidak bisa menampilkan dirinya dalam teks. Pada beberapa cerpen, tokoh pada posisi subjek mampu mendefinisikan diri sendiri maupun pihak lain (posisi objek). Hal ini dapat dilihat pada temuan-temuan data berikut disertai pembahasannya masing- masing. 43 REPRESENTASI KETIDAKADILAN GENDER ...,NURUL ANISAH,PBSI FKIP, UMP 2017 (14)Entahlah, ia sinis pada nasibnya, atau pada kami, para lelaki yang memandangnya penuh berahi. (PSTO/MT/01) Data di atas merupakan temuan pada cerpen keempatbelas berjudul Mata Telanjang. Tokoh pada posisi subjek mampu mendefinisikan diri sendiri maupun pihak lain (posisi objek), yaitu tokoh saya yang merupakan seorang laki-laki bersama sekumpulan laki-laki lain yang sedang memandang penuh birahi kepada seorang perempuan. Tokoh saya atau kami pada posisi subjek mampu mendefinisikan diri sendiri maupun pihak lain (posisi objek). Tokoh dia yang tanggapannya dinarasikan tokoh saya menggambarkan respon sinis atas ketidakadilan gender yang dialami akibat kekuasaan laki-laki yang memandangnya. Hal ini memunculkan ketidakadilan gender pada tokoh dia sebagai perempuan oleh sekumpulan laki-laki yang memandangnya penuh berahi. (15)Dan juga masih ingat betul semua kejadian di dalam rumah Lalu yang terletak di kawasan mentereng. Di tingkat rumah gedongan itu ada sebuah tempat khusus untuk menjemur pakaian berlantai seng. Ibu Lalu senang menghukumnya di sana. Lalu disuruh berdiri seharian tanpa ada yang mengalasi kakinya. (PSTO/DL/01) Data di atas merupakan temuan pada cerpen kedua berjudul Dan Lalu. Tokoh pada posisi subjek mampu mendefinisikan diri sendiri maupun pihak lain (posisi objek), yaitu tokoh Dan yang merupakan seorang laki-laki yang memiliki sahabat seorang perempuan bernama Lalu yang mengalami kekerasan dalam keluarganya. Tokoh Dan pada posisi subjek mampu mendefinisikan diri sendiri maupun pihak lain (posisi objek). Sudut pandang orang ketiga serba tahu bertujuan untuk menggambarkan ideologi atau pandangan hidup tokoh yang mengalami ketidakadilan gender. Seperti halnya 44 REPRESENTASI KETIDAKADILAN GENDER ...,NURUL ANISAH,PBSI FKIP, UMP 2017 tokoh Lalu yang tampak memiliki kehidupan yang baik namun sebenarnya mendapatkan kekerasan dalam keluarga. Hal ini memunculkan ketidakadilan gender pada tokoh Lalu sebagai anak perempuan yang mendapat kekerasan secara fisik maupun psikologis oleh ibunya. (16) Namanya Nayla, tapi orang-orang menjulukinya Gadis Korek Api. Pun bukan karena ia mampu menghadirkan imajinasi yang diinginkan setiap kali menyalakan korek api seperti tokoh Gadis Penjual Korek Api. Tapi justru karena ia mampu membuat para bocah laki-laki berimajinasi. (PSTO/GKA/01) Data di atas merupakan temuan pada cerpen kesepuluh berjudul Gadis Korek Api. Tokoh pada posisi subjek mampu mendefinisikan diri sendiri maupun pihak lain (posisi objek), yaitu tokoh Nayla yang merupakan seorang perempuan muda yang sudah diperkerjakan sebagai pekerja seks komersial menggunakan media korek api dengan banyak bocah laki-laki yang menginginkannya. Pengarang melalui tokoh Nayla pada posisi subjek mampu mendefinisikan diri sendiri maupun pihak lain (posisi objek). Sudut pandang orang ketiga serba tahu bertujuan untuk menggambarkan ideologi atau pandangan hidup tokoh yang mengalami ketidakadilan gender. Seperti halnya pada tokoh Nayla yang tidak berdaya dengan pekerjaan sebagai pekerja seks komersial di usianya yang masih belia. Hal ini memunculkan ketidakadilan gender pada tokoh Nayla sebagai anak perempuan yang mendapat pelecehan seksual akibat eksploitasinya sebagai pekerja seks komersial. (17)Sehari-hari Nayla menghabiskan waktu dengan pembantu. Pergi dan pulang ke sekolah dengan sopir yang di pertengahan jalan sering mengajaknya main dadu. Jika Nayla benar menebak angka dadu, ia diperbolehkan melumat permen loli di balik celana sopirnya. Jika Nayla salah menebak angka dadu, ia harus memperbolehkan permen 45 REPRESENTASI KETIDAKADILAN GENDER ...,NURUL ANISAH,PBSI FKIP, UMP 2017 loli si sopir dicelupkan ke dalam cokelat di balik celananya. (PSTO/Se/02) Data di atas merupakan temuan pada cerpen keempat berjudul Sementara. Tokoh pada posisi subjek mampu mendefinisikan diri sendiri maupun pihak lain (posisi objek), yaitu tokoh Nayla yang tanpa sadar menjadi korban pelecahan seksual dari supirnya akibat kurang mendapat perhatian kedua orangtuanya. Pengarang melalui tokoh Nayla pada posisi subjek mampu mendefinisikan diri sendiri maupun pihak lain (posisi objek). posisi tokoh Nayla dihadirkan untuk memunculkan perspektif atau sudut pandang pencerita yang dibangun oleh pengarang sebagai seorang anak perempuan yang kurang mendapat perhatian kedua orangtua dan sering ditinggal bersama pembantu dan supir, hingga pada akhirnya menjadi korban pelecehan seksual oleh sang supir. Dikaitkan dengan kehidupan nyata dalam masyarakat modern saat ini, banyak terjadi orang tua yang sama-sama memiliki pekerjaan seringkali lalai akan kewajibannya memperhatikan dan mendidik anak hingga berpotensi terjadinya pelecehan seksual terhadap sang anak. Hal ini memunculkan ketidakadilan gender pada tokoh Nayla sebagai anak perempuan yang mendapat pelecehan seksual akibat kelalaian orangtuanya. (18)Nayla tak pernah mengenal ayah, ia cuma mengenal Ibu. Ibu yang mengerjakan satu demi satu perintah Bapak dan Ibu Pram dengan patuh. Ibu yang tak pernah mengeluh, tak terkecuali saat Bapak Pram di atas tubuhnya mengaduh. (PSTO/KA/01) Data di atas merupakan temuan pada cerpen kelima berjudul Kulihat Awan. Tokoh pada posisi subjek mampu mendefinisikan diri sendiri maupun pihak lain (posisi objek), yaitu tokoh Ibu yang merupakan pembantu rumah 46 REPRESENTASI KETIDAKADILAN GENDER ...,NURUL ANISAH,PBSI FKIP, UMP 2017 tangga hidup menumpang di rumah majikannya bersama sang anak. Tokoh Ibu digambarkan sebagai seorang pembantu rumah tangga yang selalu patuh terhadap majikannya dalam hal pekerjaan maupun diluar pekerjaan, seperti dijelaskan pada kalimat ketiga. Pengarang melalui tokoh Nayla pada posisi subjek mampu mendefinisikan diri sendiri maupun posisi tokoh Ibu dalam ketiga kalimat pasif tersebut hadir dengan narasi melalui kehidupan tokoh Nayla. Hal ini memunculkan ketidakadilan gender pada tokoh Ibu sebagai perempuan yang mendapat pelecehan seksual oleh majikannya. Kemudian pengaruh selanjutnya pada posisi subjek terhadap posisi objek ditemukan beberapa kategori yang menguatkan munculnya wacana ketidakadilan gender pada setiap cerpen. Kategori ini berdasarkan panduan klasifikasi data penelitian pada intrumen penelitian sederhana. Ketiga, posisi yang menentukan semua pihak yang mempunyai kekuasaan penuh dalam mengabsahkan penyampaian peristiwa kepada pembaca terhadap pihak yang termarjinalisasi oleh kelompok lain yang mempunyai posisi lebih tinggi dengan bias dan prasangkanya. Pada beberapa cerpen, tokoh pada posisi subjek memiliki kekuasaan penuh yang mengakibatkan posisi objek termarjinalkan. Hal ini dapat dilihat pada temuan-temuan data berikut disertai pembahasannya masing-masing. (19)Saat tak ada satu pun keluarga yang sudi menengok apalagi merawat. Saat berbagai penyakit mulai sering kumat, setelah divonis positif mengidap HIV/AIDS yang menandakan dirinya sedang sekarat. (PSTO/Se/01) Data di atas merupakan temuan pada cerpen keempat berjudul Sementara. Tokoh pada posisi subjek memiliki kekuasaan penuh yang 47 REPRESENTASI KETIDAKADILAN GENDER ...,NURUL ANISAH,PBSI FKIP, UMP 2017
Description: