BUKU KENANGAN 30 TAHUN IMAMAT ANTONIUS GUNARDI PRAYITNA, MSF KEGEMBIRAAN dan PENGHARAPAN GEREJA SANTO YAKOBUS PAROKI KELAPA GADING JAKARTA 2012 PENGANTAR Buku mungil ini disiapkan sebagai ungkapan syukur dalam perayaan 30 tahun tahbisan Imamat Pastor Antonius Gunardi Prayitna MSF, Pastor Kelapa Paroki kami tercinta. Buku ini terlalu kecil untuk menampung ungkapan sukacita yang dialami tidak hanya oleh Romo Anton tetapi juga semua rekan sekomunitas, sahabat, rekan sepelayanan, umat, karyawan dan semua orang di sekeliling Romo Anton. Namun demikian, kami berharap apa yang terwujud ini setidaknya dapat mewakili dan menggambarkan sosok Romo Anton dimata orang-orang yang mengenalnya. Terima kasih kepada Romo Anton yang telah mengijinkan buku ini dibuat. Terima kasih kepada Romo Antonius Suyadi, Pr dan Romo Romanus Heri Santoso, Pr yang menginspirasikan dibuatnya buku ini. Terima kasih kepada Romo Sutopanitro, Pr yang menyempatkan membuat tulisan untuk Romo Anton dan selalu mendukung kami. Buku ini tidak mungkin dapat terwujud tanpa kemurahan hati Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka MSF, Mgr. Harjosusanto MSF, Romo Yohanes Subagyo Pr, Romo A.G. Purnama MSF, Romo Hubert Hady Setiawan Pr dan rekan sepelayanan Romo Anton baik di Pembaharuan Karismatik Katolik maupun di Paroki Kelapa Gading, karyawan Gereja St. Yakobus serta seluruh umat yang rela meluangkan waktunya menuliskan kesan dan pesan serta harapannya untuk Romo Anton. Terima kasih Bapak Uskup, para Romo dan Bapak Ibu yang sudah mendukung pembuatan buku ini. 1 Dari lubuk hati yang paling dalam, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam persiapan sampai dengan terwujudnya buku ini ada hal-hal yang kurang berkenan. Dan yang utama, syukur kepada-Mu ya Allah atas perkenan-Mu lah buku ini dapat terwujud. Engkau yang membuat yang seakan mustahil menjadi nyata. Terima kasih Tuhan atas rahmat Mu yang sungguh luar biasa. Semoga buku ini bermanfaat. Jakarta, 6 Januari 2012 Wiwiek D. Santoso 2 DARI PESTA PERAK ke PESTA 30 TAHUN IMAMAT KU 6 Januari 2007 - 6 Januari 2012 Mimpi yang menjadi kenyataan. “I have a dream”, nyanyian Westlife itu menggema ketika aku menulis buku kenangan pesta perak imamat ku. Syukurlah pada masa kecilku, aku berani bermimpi menjadi imam dan ternyata mimpi itu menjadi kenyataan. Pada tanggal 6 Januari 1982, Mgr. Wilhelmus Demarteau MSF, bersama imam-imam yang hadir ketika itu, di Gereja Keluarga Kudus-Banteng-Yogyakarta, menumpangkan tangan tanda tahbisan imam bagiku bersama dengan keempat konfrater yang lain (Mgr. Harjosusanto – Uskup Tanjung Selor, Rm. Niko Antosaputra – Pastor Kepala Paroki St.Petrus Purwosari-Solo, Rm. T. Dwija Iswara – Pastor Rekan Paroki Keluarga Kudus, Semarang dan Rm. PMY Sunarkowiharjo – Pastor Rekan Paroki St.Paulus, Kleco-Solo). Ketika kami ditahbiskan Mazmur 116:12-13: “Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebajikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan dan akan menyerukan nama Tuhan” menjadi ayat pendukung tahbisan kami. Sepanjang perjalanan imamat, aku sempat mengikuti penyegaran imamat pada Juni 2004. Kemudian merayakan Pesta Perak Imamat pada 6 Januari 2007 di Paroki Ratu Rosario Jagakarsa Jakarta Selatan. Pada waktu pesta perak imamat ku ini, aku memilih ayat pendukung dari 1 Korintus 15:10a : “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepada ku tidak sia-sia." 3 Bahkan dalam renungan menjelang retret MSF 2011, kutipan tersebut aku lanjutkan sebagai bahan permenungan pada ayat 10b, kalau St. Paulus menyadari kasih karunia Allah begitu dahsyat apakah aku akan seperti St. Paulus juga yang bekerja lebih keras dan semakin menyadari kasih karunia-Nya menyertai aku? Dalam refleksi ini saya renungkan kembali doa programa hidup ketika aku mengikuti penyegaran imamat di Biara Betlehem pada tahun 2004 sebagai berikut: "Bapa surgawi, sukacita dan syukur ku haturkan pada-Mu Meluap dari kedalaman hatiku Karena Engkau telah memilihku menjadi imam-Mu (bdk Mz 10:4) Berkat Roh Kudus-Mu Bagaimana seharusnya keberadaanku Sudah kau beritahu Kuupayakan dengan segenap hati dan tenagaku Budi serta ingatanku, pengendalian diriku Dalam penghayatan hidupku Supaya tidak mengecewakan hati-Mu Maka kutingkatkan kewaspadaan pada diriku (bdk 1 Petr 5:8-9) Supaya aku tak jauh dari tonggak-tonggak-Mu ] Dan di bawah kepak sayap-Mu Kulintasi dan kuarungi hidupku (bdk Mz 103:5) Kujaga senantiasa tetap nyala api interiorku Untuk menjadi berkat bagi sesama-ku Sampai masa tuaku Di kedalaman hati kupegang teguh janji-Mu Engkau tak akan membuang aku (bdk Mz 71:9) Karena Engkau setia selalu (bdk Yesaya 46:4; 2 Tim 2:13) Memelihara aku seperti Engkau memelihara biji mata-Mu (bdk Mz 17:8) 4 Kuusahakan semakin murnilah hati dan motivasiku (bdk Mz 92:15) Karena bagaimana akan kubalas kepada-Mu segala kebajikan-Mu kepadaku? Aku akan mengangkat piala dan menyerukan nama-Mu selalu (bdk Mz 116:12-13) Tetapi karena kasih karunia Allah, aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia (bdk 1 Kor 15:10a) Engkau yang telah memulai karya dalam diriku Akan menyelesaikan karya-Mu itu (bdk Fil 1:16) Amin." PERUTUSAN YANG MENANTANG Sehabis merayakan pesta perak imamatku, di tahun yang sama aku mendapat perutusan baru. Perutusan yang cukup seru, mengandung kejutan haru. Bp. Kardinal, Uskup Agung Jakarta waktu itu, memberikan SK pemberhentian sebagai Pastor Kepala Paroki Ratu Rosari Jagakarsa dan mengangkat aku menjadi pastor rekan di tempat baru Paroki Kelapa Gading, Gereja Santo Yakobus, dengan persekolahan yang bagus. Pada 4 September 2007 aku memasuki babak baru, tantangan baru. Di tempat tugas yang baru itu medan karya memang seru. Dengan umat yang menggebu-gebu. Jumlah umatnya pun sampai duapuluh satu ribu. Sering ada rasa ragu, 5 mampukah aku membantu? Wow.. ternyata para imam dan Dewan Paroki kompak bersatu, menjalankan tugas pelayanan terpadu. Belum sempat habis termangu, tugas baru menunggu. Menjadi pastor kepala yang baru. Wow.. sekali lagi semakin kompak bersatu. Para imam dan Dewan Paroki melaju, merajut strategi jitu. R evitalisasi umat basis sasaran kita. Dengan pastor berlima yang kemudian tinggal 4 saja, aneka macam kendala memang sungguh ada. Gedang pastoral yang gagah sudah ada, memfasilitasi kiprah umat Allah kita. Gedung Gereja baru pun melengkapinya dengan aneka macam sarananya. Sarana fisik membantu kita untuk terus maju bersama dalam cinta Itulah sepotong uraian kata ketika Paroki merayakan pesta peraknya. Arah Dasar KAJ pedoman kita mengawal terus perjalanan langkah kita, dengan keyakinan semua akan indah pada waktunya. Paroki terus melangkah maju Dirgahayu parokiku ! Selama 5 tahun di Paroki Kelapa Gading inilah, imamat ku semakin teguh. Aneka macam kesulitan mewarnai perjalananku menghayati imamat suci. Aku bersyukur berjumpa dengan kerabat pelayanan yang hebat. Dewan Paroki Harian, sebagai saudara dekat : 5 imam (kemudian menjadi 4 saja), 5 orang bapak yang setia dan 5 orang ibu yang bijaksana sungguh mengagumkan. 6 Para Ketua Seksi dan para Ketua Lingkungan saudara sepelayanan. Melalui lembar refleksi ini, secara khusus dalam rangka menandai 30 tahun imamatku, aku mau bersyukur seraya berusaha untuk terus hidup sebagai imam, lurus di jalan panggilan, kudus di dalam penghayatan dan tulus dalam pelayanan. Tetap berfokus pada Yesus Kristus. Terima kasih juta laksa untuk seluruh umat Paroki Kelapa Gading, dengan bantuan St. Yakobus yang selalu berdoa untuk kita. Semoga kita semua, khususnya aku boleh menjadi imam yang teruji! Terima kasih untuk segenap konfrater MSF yang selalu mendukung, teristimewa saudara seimamat komunitas Kelapa Gading yang menjadi bagian hidupku dari hari ke hari. Mohon maaf atas segala kekurangan dan kelemahanku. Tidak terlupakan untuk kerabat khusus yang menyusun buku ini dalam waktu yang sangat singkat dan bahkan menyelenggarakan pesta yang sangat hebat. 7 Terpujilah nama Yesus, Bunda Maria dan Bapak Yusuf, sekarang dan selama-lamanya. Antonius Gunardi MSF 8 Sambutan Vikaris Jendral Keuskupan Agung Jakarta untuk 30 tahun imamat Rm. Anton Gunardi, MSF MENJADI TERANG SUKACITA Seorang yang sedang menggalang dana di Paroki St. Yakobus suatu saat menceritakan kesan spontannya pada saya. Bukan banyaknya dana yang didapatkan panitia yang ia sampaikan. Bukan gerejanya yang megah yang ia kisahkan. Yang ia ceritakan adalah Rm. Anton Gunardi, MSF, pastor kepalanya. Katanya: “Setelah misa saya melihat, Rm. Anton selalu siap menyapa dan menyalami umat.” Saya bertanya: “Lho, memang di paroki Anda romo tidak demikian?” Jawabannya amat diplomatis. Tanpa kata. Hanya senyuman disertai suku kata tanpa makna: “He he, he he ....” Yang dilakukan Rm. Anton adalah ungkapan pastoral yang amat sederhana. Sekedar berdiri menyambut umat setelah misa. Sekedar bertegursapa. Sekedar beramahtamah. Tapi hal sederhana ini rupanya memberikan kesan spontan yang baik mengenai seorang “romo”, seorang yang menjadi bapak bagi seluruh umat paroki, dari pelbagai rentang usia, dari macam-macam tingkatan sosial, dari beragam kelompok etnis. Menjadi gembala bagi umat yang jumlahnya dua puluhan ribu tentu tidak mudah. Bagi umat, bisa berjumpa dan menyapa romo juga tidak selalu bisa. Maka, menyediakan waktu di sekitar gereja setelah misa adalah suatu keputusan pastoral yang patut dipuji.Saya yakin, kecuali bertegursapa setelah misa adalah salah satu dari banyak hal yang bisa dilihat dari pelbagai keutamaan pastoral Rm. Anton. Saya 9
Description: