ebook img

26 BAB II STRUKTUR MASYARAKAT DAN PEMBENTUKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT A ... PDF

39 Pages·2017·0.33 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview 26 BAB II STRUKTUR MASYARAKAT DAN PEMBENTUKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT A ...

BAB II STRUKTUR MASYARAKAT DAN PEMBENTUKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT A. Struktur Masyarakat dan Pembentukan Wacana 1. Pengertian Masyarakat Masyarakat dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari bahasa Latin socius, yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta” atau berpartisipasi.1 Seorang ahli antropologi dalam bukunya yang berjudul The Studi of Man mengemukakan, masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Ralp Linton, 1936).2 Jadi masyarakat timbul dari kumpulan individu yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama. Menurut Linton, ada satu faktor yang penting dalam pembentukan masyarakat dari kelompok individu itu, yaitu faktor waktu. Sebab waktu inilah yang memberikan kesempatan kepada individu untuk bekerja sama dan mengemukakan pola-pola tingkah laku dan sikap yang 1 Koentjoroningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 143-144 2 Warsito, Antropologi Budaya, (Yogyakarta: Ombak, 2015), h.115- 116 26 27 bersifat timbal balik, dan menemukan teknik-teknik hidup bersama. Dalam sebuah masyarakat terdapat sosial control yang berfungsi mengatur masyarakat dan sistem serta prosedur yang mengatur kegiatan dan tindakan anggota masyarakat. Seluruh sistem berfungsi sebagai pengawas sosial. Pengawas sosial meliputi sistem ilmu pengetahuan, ilmu teknik empiris yang digunakan oleh manusia untuk mengelola lingkungannya, dan pengetahuan non empiris yang mengatur sikap dan kelakuan magis atau keagamaan, termasuk pula etika, sistem hukum, moralitas, ritual, dan mitologi.3 Lama-kelamaan wadah yang disebut sebagai masyarakat, dinamakan sistem sosial. Istilah masyarakat lebih banyak dipergunakan sebagai sinonim dari negara atau bahkan peradaban (civilization). Di dalam sejarah perkembangan sosiologi sebagai sesuatu ilmu pengetahuan, para sosiolog senantiasa berusaha untuk mengadakan klarifikasi terhadap masyarakat-masyarakat yang ada. Para sosiolog pada abad ke- 19 mengadakan klarifikasi yang tajam antara masyarakat yang sederhana dengan masyarakat modern yang kompleks. Dari uraian tersebut Durkheim membedakan antara masyarakat dengan struktur “ segmental “ dengan yang mempunyai struktur “organic”. Yang pertama adalah masyarakat yang terdiri dari bagian-bagian yang hampir-hampir merupakan 3 Beni Ahmad Sabeni, Pengantar Antropologi, (Bandung : PUSTAKA SETIA, 2012), h. 137-140 28 replika dari masing-masing. Yang kedua merupakan masyarakat yang mempunyai diferensiasi yang kompleks, dimana terjadi hubungan organis antara bagian-bagian dari masyarakat tersebut.4 Masyarakat menurut Durkheim adalah realitas sui- generis- yakni masyarakat memiliki eksistensinya sendiri.5Maurice Duverger juga memberikan pengertian tentang masyarakat yaitu, masyarakat tidak dipandang sebagai suatu kelompok individu atau sebagai penjumlahan dari individu-individu semata-mata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu hidup bersama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan dari anggotanya. Dengan kata lain, masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan bersama manusia yang lazim disebut dengan sistem kemasyarakatan.6 Selain itu ada beberapa unsur yang bisa mengikat satu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat yaitu, pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu, adat- istiadat, norma-norma, hukum, dan aturan-aturan yang khas meliputi sektor kehidupan serta 4 Soerjono Soekanto, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, (Jakarta: CV. Rajawali, 1983) , h.105-106 5 Pip Jones, alih bahasa oleh Achmad Fedyani Saefuddin, Pegantar Teori-Teori Sosial Dari Teori Fungsionalisme hingga Post- Modernisme,.(Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010 ) , h. 45 6 Solaeman B Taneko, Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan,.(Jakarta : Raja Grafindo Persada, cetakan kedua 1993), h. 11 29 suatu kontinuitas dalam waktu, serta adanya suatu rasa identitas di antara para warga atau anggotanya, bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya. Dari uraian di atas maka dapat ditarik suatu definisi masyarakat secara khusus : masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.7 Biasa bagaimanapun juga penggunaan istilah masyarakat tak akan mungkin dilepaskan dari nilai-nilai, norm-norma, tradisi, kepentingan-kepentingan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, maka pengertian masyarakat tak mungkin dipisahkan dari kebudayaan dan kepribadian. Sebenarnya suatu masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia, yang mempunyai ciri-ciri pokok, sebagai berikut: a. Manusia yang hidup beragama secara teoritis, maka jumlah manusia yang hidup berjumlah lebih dari dua orang. Di dalam ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi, tidak ada suatu ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang ada. b. Bergaul selama jangka waktu yang cukup lama. c. Adanya kesadaran, bahwa setiap manusia merupakan bagian dari suatu kesatuan. 7 koentjoroningrat,op. cit., h. 145-147 30 d. Adanya nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi patokan bagi perilaku yang dianggap pantas. e. Menghasilkan kebudayaan dan mengembangkan kebudayaan tersebut.8 2. Struktur Masyarakat Struktur sebarang ihwal yang kita jadikan unit objek (entity)- suatu atom, molekul, kristal, organisme, masyarakat- mengacu pada hubungan antar bagian yang kurang-lebih tetap bertahan, demikianlah istilah “struktur sosial”.9 Struktur Sosial atau yang biasa disebut dengan struktur masyarakat, dalam antropologi konsep struktur sosial berkembang dalam pendekatan struktur-fungsional dari antropologi sosial di Inggris10. Struktur sosial merupakan pedoman bagi tingkah laku manusia. Konsep struktur sosial mengandung arti, di dalam konsepsi mengenai struktur sosial terkandung relasi sosial yang berlaku sebagai kenyataan, atau relasi sosial yang konkret, dan meliputi role expectations, yaitu tingkah laku yang diharapkan secara timbal balik, ideal patterns, yaitu yang sifatnya relatif konstan dan bersifat menetap.11 8 Soerjono Soekanto,op. cit., h. 107 9 David Kaplan, Teori Budaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002). h.139 10 Pip Jones, alih bahasa oleh Achmad Fedyani Saefuddin,op. cit., h.44 11 Beni Ahmad Sabeni, Pengantar Antropologi, (Bandung: Pustaka Setia, 2012). h.142 31 Bagi Durkheim, pencapaian kehidupan sosial manusia dan eksistensi keteraturan sosial dalam masyarakat, yang ia sebut solidaritas sosial, di mantapkan oleh sosialisasi yang melalui proses tersebut manusia secara kolektif belajar standar-standar atau aturan-aturan perilaku. Istilah Durkheim untuk hal ini adalah “fakta sosial”. Maka fakta sosial ini hanya bisa dilihat melalui konformitas individu-individu kepadanya, fakta sosial itu menurut Durkheim berada “eksternal” dan “ mengendalikan” individu-individu ini.12 Konsepsinya tentang struktur sosial itulah yang mendorong Durkheim mendukung penggunaan ilmu pengetahuan (sains) untuk menjelaskan kehidupan sosial. Metode ilmiah yang dikembangkannya dikenal sebagai positvisme. Prinsip pemandu bagi positivisme adalah jika sesuatu terjadi dalam alam, ini disebabkan oleh sesuatu yang lain dalam alam. Bagi Durkheim, struktur sosial sama objektifnya dengan alam itu sendiri. Menurutnya, sifat struktur diberikan kepada warga masyarakat sejak mereka lahir, sama seperti yang diberikan alam kepada fenomena alam, yang hidup maupun tidak. Kita tidak memilih untuk meyakini sesuatu yang kini kita yakini atau memilih tindakan yang kita ambil sekarang. Kita belajar untuk berfikir atau melakukan semua 12 Pip Jones, alih bahasa oleh Achmad Fedyani Saefuddin, op. cit., h. 45 32 itu. Aturan-aturan kebudayaan yang sudah ada menentukan gagasan dan perilaku kita melalui sosialisasi.13 Para antropolog Inggris kontemporer yang mengikuti jalan fikiran Radcliffe-Brown menyatakan bahwa struktur sosial tak dapat dipisahkan dari kebudayaan. Menurutnya, struktur sosial sebagai jaringan-jaringan yang kompleks dari relasi yang sebenarnya terdapat pada masyarakat. Dia digolongkan dalam kelompok sosial Prancis bersama Emile Durkheim dan Levy-Bruhl. Redcliffe-Brown mengatakan bahwa objek penelitian antropologi sosial adalah kebudayaan. Struktur sosial dalam masyarakat berada di belakang aktivitas individu di dalam masyarakat. Artinya, struktur sosial harus diabstraksikan dengan cara induksi dari kenyataan-kenyataan kehidupan kemasyarakatan yang konkret.14 Akan tetapi struktur sosial tetap merupakan kerangka acuan yang utama (apabila dibandingkan dengan kebudayaan). Baginya struktur sosial merupakan kenyataan empiris yang ada pada suatu saat tertentu. Konsep struktur sosial dipergunakan untuk menggambarkan keteraturan sosial, untuk menunjuk pada perilaku yang diulang-ulang dengan bentuk atau cara yang sama. Sebagaimana halnya dengan antropologi, maka di dalam sosiologipun konsep tersebut merupakan inti pendekatan struktural-fungsional. Struktur sosial diartikan 13 Ibid ,. h. 49 14 Beni Ahmad Sabeni, op. cit., h.142-143 33 sebagai hubungan timbal-balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan. Interaksi dalam sistem sosial dikonsepkan secara lebih terperinci dengan menjabarkan manusia yang menempati posisi-posisi dan melaksanakan peranannya. Dari uraian di atas dapat dita rik kesimpulan bahwa struktur sosial merupakan jaringan daripada unsur- unsur sosial yang pokok dalam masyarakat.15 3. Pembentukan Wacana Secara etimologis kata “wacana” (discourse) berasal dari bahasa Latin discursus („mengalir secara terpisah‟ yang ditransfer maknanya menjadi „terlibat dalam sesuatu‟ atau „memberi informasi tentangsesuatu‟). Dlam bahasa Latin abad pertengahan kata discursus selain berarti percakapan, perdebatan yang aktif, dan juga keaktifan berbicara, kata ini juga berarti orbit dan lalu lintas. Vass (1992;9) menjelaskan makna „wacana‟ berikut ini: a. (secara umum): tuturan, percakapan, diskusi; b. Penyajian diskursif sederet pemikiran dengan mnggunakan serangkaian pernyataan; c. Serangkaian pernyataan atau ujaran, sederet pernyataan; d. Bentuk sebuah rangkaian pernyataan/ ungkapan; yang dapat berupa (arkeologi): wacana ilmiah, puitis, religius; e. Perilaku yang diatur kaidah yang menggiring ke arah lahirnya serangkaian atau sistem pernyataan-pernyataan 15 Soerjono Soekanto,.op. cit, h. 109-113 34 yang saling terkait (=berbagai bentuk pengetahuan) (kedokteran, psikologi, dan sebagainya) ( misalnya, dalam karya Michael Faucault); f. Bahasa sebagai sesuatu yang dipraktikkan ; bahasa tutur g. Bahasa sebagai suatu totalitas; seluruh bidang linguistik; h. Mndiskusikan dan mempertanyakan kriteria validitas dengan tujuan menghasilkan konsensus di antara peserta wacana.16 Dalam pengertiannya, wacana dapat dibagi menjadi tiga yaitu, level konseptual teoritis, konteks penggunaan, dan metode penjelasan. Berdasarkan konseptual teoritis, wacana diartikan sebagai domain umum dari semua pernyataan, yakni semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata. Sementara dalam konteks penggunaannya, wacana berarti sekumpulan pernyataan yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu. Sedangkan dilihat dari metode penjelasannya, wacana merupakan suatu praktik yang diatur untuk menjelaskan sejumlah pernyataan.17 Van Djik memandang wacana secara umumnya sebagai teks dalam konteks dan sebagai bukti yang harus diuraikan secara empiris. Ia menunjuk ke satu aspek yang 16 Stefan Titscher, Metode Analisis Teks dan Wacana, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2009), h. 42-43 17 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk nalisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2002). h. 9-11 35 sangat penting, yaitu bahwa wacana itu hendaknya dipahami sebagai tindakan, sifatnya yang bisa berdiri sendiri dan tindakan komunikasi merupakan sesuatu yang sangat penting. Di sini wacana memandang bahwa bahasa yang digunakan dalam tuturan dan tulisan sebagai bentuk „praktik sosial‟. Dengan menggambarkan wacana sebagai praktik sosial menyiratkan adanya hubungan dialektik antara sebuah peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, intuisi, dan struktur sosial tersebut. Dengan kata lain, wacana ditetapkan dan juga dikondisikan secara sosial aspek-aspek sosial tersebut meliputi situasi, objek pengetahuan, dan identitas sosial, serta hubungan antara orang-orang dan berbagai kelompok orang.18 wacana, teks dan konteks Sebetulnya, antara wacana, teks, dan konteks merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana menurut Guy Cook misalnya, ada tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana: teks, konteks, dan wacana. Ia mengartikan teks sebagai semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, cerita dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang 18 Gazali dkk, Metode Analisis Teks dan Wacana, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). H.43-44

Description:
143-144. 2 Warsito, Antropologi Budaya, (Yogyakarta: Ombak, 2015), h.115-. 116 struktur masyarakat, dalam antropologi konsep struktur sosial berkembang .. pawukon Jawa) berdampingan dengan kalender India. Tidak .. masyarakat telah mendorong lahirnya banyak kajian tentang agama.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.