BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Daulah Umayyah di Kordoba Awal abad ke-8 masehi orang-orang Islam pada masa Daulah Umayyah yang berada di Damaskus berdatangan ke Eropa (Spanyol). Orang-orang Islam tersebut adalah Bangsa Arab yang membawa agama Islam. Sejak ekspansi Daulah Umayyah ke Spanyol pada tahun 711 M di bawah kepemimpinan Thariq bin Ziyad, Spanyol menjadi bagian wilayah kekuasaan Islam (Lapidus, 1993: 3790). Umat Islam berkuasa di Spanyol hampir delapan abad, yaitu dari tahun 711 M sampai dengan 1492 M. Sebelum umat Islam menaklukkan Spanyol, Mereka terlebih dahulu menguasai Afrika Utara dan menjadikan sebagai salah satu provinsi dari Daulah Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada zaman Khalifah Abdul Malik (685 M sampai dengan 705 M). Kedatangan Islam sudah membawa kebiasaan baru yang memperkaya budaya Spanyol pada umumnya. Sehingga wilayah Spanyol menjadi salah satu pusat peradaban dunia yang mampu mengimbangi kejayaan Daulah Umayyah di Damakus dan Daulah Abbasiyah di Baghdad. Andalusia turut berperan merintis jalan menuju zaman renaisans di Eropa. Setelah Spanyol dengan kota pentingnya jatuh ke tangan Umat Islam, sejak saat itu secara politik Spanyol berada di bawah kekuasaan Khalifah Daulah Umayyah. Untuk memimpin wilayah baru tersebut, pemerintah pusat yang berpusat di Damaskus mengangkat seorang wali 15 16 Dalam rangka melakukan ekspansi di Spanyol, Umat Islam dengan mudah dapat meraih berbagai kemenangan. Sehingga dalam waktu yang relatif singkat, Umat Islam dapat menguasai Spanyol. Beberapa faktor yang mendukung proses penguasaan Umat Islam atas Spanyol adalah : Pertama, sikap penguasa Ghotic sebutan lazim kerajaan Visighotic yang tidak toleran terhadap aliran agama yang berkembang saat itu. Penguasa Visighotic memaksakan aliran agamanya kepada masyarakat. Penganut agama Yahudi yang merupakan komunitas terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa di baptis menurut agama Kristen, dan mereka yang tidak bersedia akan disiksa dan dibunuh (Mahmudnasir, 1981:213). Dalam kondisi tertindas secara teologis, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas. Dan juru pembebas tersebut mereka temukan dari orang-orang Islam. Demi kepentingan mempertahankan keyakinan, mereka bersekutu dengan tentara Islam melawan penguasa. Kedua, perselisian antara Raja Roderick dengan Witiza (walikota toledo) di satu pihak dan Ratu Yulian di lain pihak. Oppas dan achila, kakek dan anak Witeza, menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick, bahkan berkoalisi dengan kaum muslimin di Afrika Utara. Demikian pula, Ratu Yulian, bahkan dia memberikan pinjaman 4 buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Thariq, dan Musa untuk melawan Roderick (Salabi, 1965: 30). Ketiga, faktor lain yang tidak kalah penting adalah bahwa tentara Roderick tidak mempunyai semangat perang dalam melakukan perlawanan (1965: 30). 17 Periode klasik berakhir Islam mulai memasuki masa kemunduraan, bersamaan dengan hal tersebut Bangsa Eropa bangkit dari keterbelakangan. Kebangkitan Eropa bukan saja terlihat dalam bidang politik yang mampu menaklukkan kerajaan-kerajaan Islam dari bagian negara lain, tetapi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologilah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol tanpa adanya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Yatim, 1993:87). Bangsa Eropa banyak menimba ilmu dari orang-orang Islam di Spanyol. Pada periode klasik tersebut Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting sehingga negeri itu mampu menyaingi Baghdad di kawasan timur. Ketika itu orang- orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan – perguruan tinggi Islam. Islam menjadi “guru” bagi orang-orang Eropa. Karena itu kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan budaya dalam melakukan penelitian (1993:87) dengan begitu besarnya kiprah Islam di Spanyol khususnya dalam pentas sejarah peradaban manusia, Harun Nasution dalam bukunya “Islam di tinjau dari berbagai aspek”. Maka dari itu dia meletakkan periode ini kedalam periode pertengahan dari fase-fase perkembangan sejarah Islam yaitu pada tahun 1200 M sampai dengan 1800 M, pada masa kemunduran kekuasaan pemerintahan I pada tahun 1250 M sampai dengan 1500 M, dapat dilihat dari masa pemerintahannya Islam di Spanyol tidak lama bila dibandingkan dengan Islam di Timur pada masa Abbasyiah (Nasution, 2001:76). 18 Kemajuan-kemajuan yang berada di Eropa setelah berakhirnya masa kegelapan disebabkan karena kontribusi Islam di Spanyol. Maka dari itu bagaimana melihat asal – usul masuknya Islam di Spanyol, perkembangan dan keberadaan Daulah Umayyah. Penulis akan membahas lebih lanjut mulai dari faktor pertumbuhan, perkembangan hingga faktor kemunduran sebagai berikut : 1. Awal Mula Kelahiran Daulah Umayyah (Tahun 711 M - 1492 M) Sebelum umat Islam menguasai wilayah yang terletak disekitar semenanjung Iberia dan membelah Benua Eropa dengan Afrika dikenal dengan berbagai nama. Sebelum abad ke-5 M, wilayah ini disebut dengan Iberia (atau Les Iberes) yang diambil dari nama Bangsa Iberia (penduduk tertua diwilayah tersebut). Ketika berada dibawah kekuasan Romawi wilayah ini dikenal dengan nama Asbania. Pada abad ke-5 M Andalusia dikuasai oleh Bangsa Vandal yang berasal dari wilayah ini. Sejak saat itu wilayah ini disebut Vandalusia oleh umat Islam yang pada akhirnya disebut “Andalusia”(Yatim, 2003:20). Sejak pertama kali berkembang di Andalusia sampai dengan berakhirnya kekuasaan Islam disana, Islam telah memainkan peranan yang sangat besar selama hampir delapan abad (711 M sampai dengan 1492 M). Sejak awal kekuasaan Islam di Andalusia diperintah oleh para wali yang diangkat oleh pemerintah Daulah Ummayah di Damaskus. Periode ini kondisi sosial politik Andalusia masih diwarnai perselisihan disebabkan karena kompleksitas etnis dan golongan. 19 Disamping itu juga timbul gangguan dari sisa- sisa musuh Islam di Andalusia yang bertempat tinggal diwilayah-wilayah pedalaman. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdur Rahman Al Dakhil ke Andalusia. Sebagaimana disebutkan dalam sejarah bahwa kedatangan umat Islam di Andalusia pada zaman Khalifah Al Walid (705 M sampai dengan 715 M) yaitu salah seorang Khalifah dari Daulah Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Andalusia, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Daulah Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman khalifah Abdul Malik pada tahun 685 M sampai dengan 705 M (Thomson, 2004:88). K. Ali dalam bukunya Sejarah Islam (1996), membagi sistem pemerintahan menjadi dua periode yaitu periode Keamiran dan periode Kekhilafahan. Pada periode Keamiran Umayyah Andalusia dipimpin seorang penguasa yang bergelar Amir (panglima atau Gubernur) yang tidak terikat dengan pemerintah pusat. Amir pertama adalah Abdul Rahman I. Setelah berhasil menyelamatkan diri dari kekejaman Al Saffah, Abdul Rahman menempuh pengembaran ke Palestina, Mesir dan Afrika Utara hingga tiba di Cheuta. Di wilayah ini Abdul Rahman mendapat bantuan dari bangsa Barbar dalam menyusun kekuatan militer. Pada masa itu Andalusia sedang dilanda permusuhan antar etnis Mudariyah dan Himyariyah (Ali, 2000:301- 302). 20 Sebelum orang-orang Islam yang berasal dari Damaskus menaklukkan Andalusia pada masa pemerintahan Khalifah sebelum Al Walid yaitu khalifah Abdul Malik (685 M sampai dengan 705 M), Umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya salah satu provinsi dari Daulah Ummayah, dan yang menjadi Gubernur adalah Hasan Bin Nu‟man Al Ghassani (Syalabi, 1983:153). Namun pada masa pemerintahan Daulah Umayyah pada khalifah Al Walid, Gubernur di Afrika Utara tersebut digantikan kepada Musa Ibn Nushair. Pada masa Musa Ibn Nushair, Al Walid berhasil menduduki Al-Jazair dan Maroko dan daerah bekas Barbar. Menurut sejarah pra Islam Al Walid dapat menguasai daerah Afrika Utara, di daerah ini terdapat kekuatan-kekuatan dari kerajaan Romawi. Kerajaan inilah yang selalu mengajak masyarakat agar mau menentang kekuasaan Islam. Namun pemikiran mereka itu dapat dapat dikalahkan oleh kekuatan Islam, sehingga wilayah Afrika Utara dapat dikuasai sepenuhnya. Bermula dari daerah Afrika Utara Islam menguasai Andalusia (Raghib, 2013:154-155). Proses penaklukan Andalusia terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dianggap paling berjasa dalam memimpin pasukan. Mereka adalah Tahrif Ibn Malik , Thariq Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Pada masa kepemimpinannya Tharif mampu menyeberangi selat yang berada diantara Maroko dan Benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki 21 empat buah kapal yang disediakan oleh Yulian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Tharif menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visighotic yang berkuasa di Andalusia pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa Ibn Nushair pada tahun 711 M mengirimkan pasukan Andalusia sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad. Thariq Ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Andalusia karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang di dukung oleh Musa Ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah Al-Walid pasukan itu menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad (Yatim, 1989:89). Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukan, dikenal dengan Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah tersebut maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Andalusia sehingga terjadilah pertempuran di daerah Bakkah yang merupakan tempat raja Roderick dikalahkan. Thariq dapat menaklukkan Kordoba, Granada dan Toledo. kemenangan ini memberikan peluang yang sangat besar untuk menaklukkan wilayah yang lebih luas lagi. Atas dasar inilah akhirnya Musa Ibn Nushair turun membantu Thariq, setelah Musa Ibn Nushair 22 dan Thariq bergabung, mereka berhasil menaklukkan wilayah-wilayah penting di Spanyol seperti Saragosa, Karmonan, Seville dan Merida (Raghib, 2013:14). Perluasan wilayah selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Umar Bin abdul Aziz tahun 99 H atau 717 M merupakan wilayah yang ditaklukkan Pyrenia dan Perancis Selatan, namun penaklukkan itu mengalami kegagalan. Al Sam<ah pimpinan pasukan mati terbunuh, kemudian diserahkan kepada Abdul Rahman, namun mereka juga mengalami kegagalan dan akhirnya pasukan Islam mundur. Peperangan tetap harus dilakukan sehingga gelombang kedua yang dimulai permulaan abad ke-8 kaum muslimin sudah dapat menguasai seluruh daerah Andalusia seperti wilayah Perancis Tengah dan bagian Italia, akhirnya kekuasaan Islam di daerah itu semakin kuat (Spuler, 1960:100). Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam terlihat mudah, hal itu dapat dilihat dari faktor eksternal dan faktor internal. Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu keadaan dalam negeri Andalusia itu sendiri. Dimana saat itu kondisi sosial, politik dan ekonomi negeri Andalusia dalam keadaan menyedihkan. Secara politik wilayah Andalusia terkoyak-koyak dan terbagi-bagi kedalam beberapa negeri kecil. Ditambah penguasa yaitu aliran Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama penguasa yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain. Sementara penganut agama terbesar penduduk Andalusia adalah agama Yahudi mereka 23 dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Rakyat dibagi kepada kelas- kelas sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, ketiadaan persamaan hak. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa Islam, termasuk tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukkan wilayah Andalusia. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat tentara kompak bersatu dan penuh percaya diri. Yang tidak kalah penting adalah nila-nilai ajaran Islam yang ditunjukkan oleh para tentara Islam, yaitu toleransi dan persaudaraan yang terdapat pada pribadi kaum muslimin itulah yang menyebabkan Andalusia menyambut kehadiran Islam disana. a. Strategi Mu’awiyah Mendirikan Kekuasaan (Daulah Umayyah) Keberhasilan Mu‟awiyah mencapai ambisi mendirikan kekuasaan Daulah Umayyah disebabkan di dalam diri Umayyah terkumpul sifat-sifat penguasa, politikus dan administratur. Mu‟awiyah adalah seorang yang pandai bergaul dengan berbagai temperamen manusia, sehingga dia dapat mengakumulasikan berbagai kecakapan tokoh-tokoh pendukungnya bahkan bekas lawan politiknya sekalipun. Misalnya Mu‟awiyah merangkul dan menawarkan kerja sama Amr Ibn Ash, seorang diplomat dan politikus ulung, mantan gubernur Mesir yang dicopot oleh Khalifah usman (Ali, 1996:249). 24 Upaya strategi yang ditempuh Mu‟awiyah untuk merebut kekuasaan dan sekaligus mendirikan Daulah Umayyah antara lain sebagaimana disampaikan berikut ini : Pertama, pembentukan kekuatan militer di Syria. Selama dua puluh tahun mejabat gubernur Syria, suatu wilayah subur yang kuat ekonominya, Mu‟awiyah berusaha mengkonsolidasikan seluruh kekuatan yang ada untuk memperkuat posisinya di masa-masa mendatang. Langkah strategis yang ditempuh selama menjabat gubernur Syiria antara lain merekrut tentara bayaran baik dari masyarakat asli Syiria maupun dari emigran Arab yang mayoritas dari keluarganya sendiri dan juga merekrut lawan-lawan politiknya yang cakap. Mu‟awiyah tidak segan-segan menghamburkan harta kekayaan untuk tujuan merekrut unsur-unsur kekuatan di atas. Selanjutnya Mu‟awiyah juga menjanjikan kedudukan penting kepada tokoh- tokoh sahabat jika kelak berhasil merebut kekuasaan sebagai Khalifah. Diantara mereka yang bersedia bekerjasama dengan Mu‟awiyah adalah Amr bin Ash penakhluk sekaligus mantan gubernur Mesir yang diangkat menjadi orang kepercayaan Mu‟awiyah, Ziyad tokoh yang tidak dikenal jelas siapa orang tuanya (1996:250). Dia dikenal dengan nama “Ziyad ibn Abihi” yang diangkat sebagai saudara sendiri dengan memberi nasab ibn Abi Sufyan; Mughirah ibn Syu‟bah yang di kemudian hari
Description: