ebook img

1.2.1. Stroke Iskemik Stroke iskemik merupakan aliran darah ke otak terhenti karena PDF

25 Pages·2015·0.63 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview 1.2.1. Stroke Iskemik Stroke iskemik merupakan aliran darah ke otak terhenti karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Stroke 1.1. Defenisi Stroke Stroke adalah sindrom klinik yang diawali dengan timbulnya mendadak progressif cepat berupa defisit neurologis fokal ataupun global yang berlangsung 24 jam lebih yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak neotraumatik (Batticaca, 2008). Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) karena kematian jaringan otak (infark serebral) penyebabnya adalah berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah (Pudiastuti, 2011). 1.2. Klasifikasi Stroke Stroke dibagi menjadi 2 yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik (Pudiastuti, 2011). 1.2.1. Stroke Iskemik Stroke iskemik merupakan aliran darah ke otak terhenti karena ateroskelorosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah melalui proses aterosklerosis (Pudiastuti, 2011). Stroke iskemik terjadi bila karena suatu sebab suplai darah ke otak terhambat atau terhenti. Walaupun berat otak hanya sekitar 1.400 gram, namun menuntut suplai darah yang relatif sangat besar yaitu sekitar 20% dari seluruh curah jantung (Junaidi, 2011). Menurut Pudiastuti (2011), menyatakan stroke iskemik mempunyai klasifikasi seperti: 9 9 Universitas Sumatera Utara 10 1. Transient Ischemic Neurologic (TIA) Bentuk gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam. 2. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) Gejala neurologis yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari seminggu. 3. Progressing stroke atau stroke in evolution Kelainan atau deficit neurologi berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai menjadi berat. 4. Completed stroke Kelainan neurologis sudah lengkap menetap dan tidak berkembang lagi. 1.2.2. Stroke Hemoragik Stroke hemoragik merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak yang disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam jaringan otak, sehingga terjadi hematom (Junaidi, 2011). Kejadian stroke hemoragik sekitar 25-30% dari total kejadian stroke. Walaupun kejadian stroke hemoragik tidak besar, tetapi stroke hemoragik sering mengakibatkan kematian, umumnya sekitar 50% kasus berujung pada kematian. Menurut Junaidi (2011), stroke hemoragik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Perdarahan intraserebral (PIS); diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan kemudian masuk ke dalam jaringan otak. Universitas Sumatera Utara 11 2. Perdarahan Subarakhnoid (PSA); masuknya darah ke ruang subarakhnoid baik dari tempat lain (perdarahan subarakhnoid sekunder) atau sumber perdarahan berasal dari rongga subarakhnoid itu sendiri (perdarahan subarakhnoid primer). 1.3. Gejala Klinis Stroke Gejala klinis yang timbul akibat gangguan peredaran darah otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya (Ginsberg, 2007). Gejala klinis dari stroke dibedakan atas: 1. Stroke Iskemik Gejala utama stroke iskemik akibat trombosis serebri adalah timbulnya defisit neurologik secara mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun. Biasanya terjadi pada usia diatas 50 tahun. Pada punksi lumbal, liquor serebrospinalis jernih, tekanan normal, dan eritrosit kurang dari 500. Pemeriksaan CT Scan dapat dilihat adanya daerah hipodens yang menunjukkan infark/iskemik dan edema (Aliah dkk, 2007). Gejala stroke iskemik yang dikemukakan oleh Aliah dkk (2007) dikelompokkan berdasarkan bagian yang terserang, sebagai berikut: a. Gejala yang disebabkan terserangnya sistem karotis: i) Gangguan penglihatan pada satu mata tanpa disertai rasa nyeri. ii) Kelumpuhan lengan, tungkai, atau keduanya pada sisi yang sama. iii) Defisit motorik dan sensorik pada wajah. Wajah dan lengan atau tungkai saja secara unilateral. Universitas Sumatera Utara 12 iv) Kesulitan untuk berbahasa, sulit mengerti atau berbicara. Pemakaian kata- kata yang salah atau diubah. b. Gejala yang disebabkan oleh terserangnya sistem vertebrobasilaris: i) Vertigo dengan atau tanpa nausea dan atau muntah, terutama bila disertai dengan diplopia, disfagi atau disartri. ii) Mendadak tidak stabil. iii) Gangguan visual, motorik, sensorik, unilateral atau bilateral. iv) Hemianopsia homonim v) Serangan drop atau drop attack. 2. Stroke Hemoragik Gejala klinis penderita stroke hemoragik dapat dikelompokkan berdasarkan jenis stroke hemoragik, seperti yang dikemukakan oleh Junaidi (2011) sebagai berikut: a. Gejala klinis PIS: i) Sakit kepala, muntah, pusing vertigo, gangguan kesadaran ii) Gangguan fungsi tubuh (defisit neurologis), tergantung pada lokasi perdarah, bila perdarahan ke kapsula interna (perdarahan kapsuler), maka ditemukan hemipaarese kontralateral, hemiplegic dan koma (bila perdarahan luas) sedangkan perdarahan luas/masif otak kecil/ serebelum (perdarahan serebeler) maka akan ditemukan ataksia serebelum (gangguan koordinasi), nyeri kepala di oksipital, vertigo, nistagmus dan disartri. b. Gejala klinis PSA: i) Sakit kepala mendadak dan hebat dimulai dari leher Universitas Sumatera Utara 13 ii) Nausea dan vomiting (mual dan muntah) iii) Fotofobia (mudah silau) iv) Paresis saraf okulomotorius, pupil anisokor, perdarahan retina pada funduskopi v) Gangguan otonom (suhu tubuh dan tekanan darah naik) vi) Kaku leher (meningismus), bila pasien masih sadar vii) Gangguan kesadaran berupa rasa kantuk (somnolen) sampai kesadaran hilang (koma) c. Gejala klinis PSA yang disertai dengan hematom intraserebral: i) Lumpuh satu sisi (hemiparesis) ii) Gangguan bicara (afasia) iii) Kelumpuhan otot mata (paresis okulomotorius) iv) Lapang pandang menyempit (hemianopsia) v) Kejang epileptik 1.4. Komplikasi Stroke Brunner & Suddarth (2002), mengemukakan bahwa serangan stroke tidak berakhir dengan akibat pada otak saja, gangguan emosional dan fisik akibat berbaring lama tanpa dapat bergerak adalah hal yang tidak dapat dihindari. Ada beberapa komplikasi dari penyakit stroke, yaitu: 1. Hipoksia serebral 2. Penurunan aliran darah serebral 3. Embolisme serebral Universitas Sumatera Utara 14 2. Immobilisasi 2.1. Defenisi Immobilisasi Immobilisasi ( gangguan mobilisasi fisik ) didefenisikan oleh North American Nursing Diagnosis Association ( NANDA ) sebagai suatu keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik (Kim et al, 1995). . Imobilisasi juga merupakan ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat atau organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental. Imobilisasi juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan tidak bergerak atau tirah baring yang terus – menerus selama 5 hari atau lebih akibat perubahan fungsi fisiologis (Bariah, 2010). 2.2. Jenis Immobilisasi Setiati (2014), mengemukakan bahwa jenis immobilisasi terdiri dari: a) Immobilisasi Fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan didaerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan. b) Immobilisasi Intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit. c) Immobilisasi Emosional, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Contohnya keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang Universitas Sumatera Utara 15 mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai. d) Immobilisasi Sosial, merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial. 2.3. Dampak Immobilisasi Potter & Perry (2005), mengatakan ada pengaruh fisiologis yang ditimbulkan oleh keadaan immobilisasi yaitu apabila ada perubahan immobilisasi maka setiap sistem tubuh akan beresiko terjadi gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur pasien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat immobilisasi yang dialami. Ada tujuh perubahan yang terjadi seperti perubahan pada metabolisme tubuh, perubahan sistem respiratori, perubahan kardiovaskuler, perubahan sistem musculoskeletal, perubahan integumen, perubahan eliminasi ( BAB & BAK ) dan perubahan perilaku. 1. Perubahan Metabolik Secara umum imobilisasi dapat menggangu metabolisme secara normal, mengingat imobiliasai dapat menyebabkan turunya kecepatan metabolisme dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada turunya basal metabolisme rate (BMR) yang menyebabkan kurangnya energi untuk perbaikan sel-sel tubuh, sehingga dapat mempengaruhi gangguan oksigenasi sel. Perubahan metabolisme imbolisasi dapat meningkatkan anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat beresiko meningkatkan gangguan metabolisme. Proses imobilisasi juga menyebabkan penurunan eksresi urine dan peningkatan nitrogen. Hal tersebut dapat di temukan pada pasien yang mengalami imobilisasi hari kelima dan Universitas Sumatera Utara 16 keenam, beberapa dampak perubahan metabolisme, dianataranya adalah pengurangan jumlah metabolisme, atropi kelenjar, dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, determinasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguan gastrointestinal. 2. Perubahan Sistem Respiratori Klien pasca operasi dan imobilisasi beresiko tinggi mengalami komplikasi paru-paru. Komplikasi paru-paru yang paling umum adalah atelektasis dan pneumonia hipostatik. Pada atelektasis, bronkiolus menjadi tertutup oleh adanya sekresi dan kolaps alveolus distal dan karena udara yang diabsorbsi, sehingga menghasilkan hipoventilasi. Bronkus utama atau beberapa bronkiolus kecil dapat terkena. Luasnya atelektasis ditentukan oleh bagian yang tertutup. Pneumonia hipostatis adalah peradangan paru-paru akibat statisnya sekresi. Atelektasis dan pneumonia hipostatis, keduanya sama-sama menurunkan oksgenasi, memperlama penyembuhan, dan menambah ketidaknyamanan klien (Long et al, 1993). 3. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Perubahan sistem kardiovaskuler akibat imolibilisasi anatara lain dapat berupa hipotensi ortostastik, meningkatnya beban kerja jantung dan terjadinya pembentukan thrombus, terjadinya hipotensi orstatik dapat disebabkan oleh menurunnya kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tetap lama, refleks neurovascular akan menurun dan menyebabkan vasokontriksi, kemudian darah terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah kesistem sirkulasi pusat terhambat. Meningkatnya beban kerja jantung dapat disebabkan karena imobilisasi dengan posisi horizontal, dalam keadaan normal, darah yang Universitas Sumatera Utara 17 terkumpul pada ekstermitas bawah bergerak dan meningkatkan aliran vena kembali ke jantung dan akhirnya jantung akan meningkat kerjanya. Terjadi thrombus juga disebabkan oleh meningkatnya vena statis yang merupakan hasil penurunan kontraksi muskular sehingga meningkatnya arus balik vena. 4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal Pengaruh imobilisasi pada sistem musculoskeletal meliputi gangguan mobilisasi permanen. Keterbatasan mobilisasi mempengaruhi otot klien melalui kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atrofi, dan penurunan stabilitas. Pengaruh lain dari keterbatasan mobilisasi yang mempengaruhi sistem skeletal adalah gangguan metabolism kalsium dan gangguan mobilisasi sendi. Pengaruh yang terjadi dalam sistem musculoskeletal sebagai dampak imobilisasi adalah sebagai berikut: i) Pengaruh Otot Akibat pemecahan protein, klien mengalami kehilangan massa tubuh, yang membentuk sebagian otot. Oleh karena itu, penurunan massa otot tidak mampu mempertahankan aktivitas tanpa peningkatan kelelahan. Massa otot menurun akibat metabolisme dan tidak digunakan. Jika imobilisasi berlanjut dan otot tidak dilatih, maka akan terjadi penurunan massa yang berkelanjutan (Kasper et al, 1993) ii) Pengaruh Skelet Imobilisasi menyebabkan dua perubahan terhadap skelet yaitu gangguan metabolisme kalsium dan kelainan sendi. Karena imobilisasi berakibat Universitas Sumatera Utara 18 pada resorpsi tulang, sehingga jaringan tulang menjadi kurang padat, dan terjadi osteoporosis (Holm, 1989). iii) Kontraktur Sendi Kontraktur sendi adalah kondisi abnormal dan biasa permanen yang ditandai oleh sendi fleksi dan terfiksasi. Hal disebabkan tidak digunakannya, atrofi, dan pemendekan serat otot. Jika terjadi kontraktur maka sendi tidak dapat mempertahankan rentang gerak dengan penuh (Lahmkuhl et al, 1990). 5. Perubahan Sistem Integumen Perubahan sistem integument yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilisasi dan terjadi iskemia serta nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka dekubitus sebagai tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan. Dekubitus adalah salah satu penyakit intogenik paling umum dalam dalam perawatan kesehatan dimana berpengaruh terhadap populasi klien khusus lansia yang imobilisasi. 6. Perubahan Eliminasi Urine Eliminasi urine klien berubah oleh adanya imobilisasi. Pada posisi tegak lurus, urin mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk ke dalam ureter dan kandung kemih akibat gaya gravitasi. Ginjal yang membentuk urine harus masuk kedalam kandung kemih melawan gaya gravitasi. Akibat kontraksi peristaltik ureter yang tidak cukup kuat melawan gaya gravitasi. Pelvis ginjal menjadi terisi sebelum urine masuk kedalam ureter. Kondisi ini disebut statis urine dan Universitas Sumatera Utara

Description:
suatu sebab suplai darah ke otak terhambat atau terhenti. Walaupun berat otak hanya sekitar 1.400 gram, namun menuntut suplai darah yang relatif
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.