ebook img

11 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa pengertian PDF

75 Pagesยท2016ยท2.14 MBยทIndonesian
by ย 
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview 11 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa pengertian

BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa pengertian-pengertian dasar yang akan digunakan untuk pembahasan pada bab-bab berikutnya. 2.1 Variabel Random Definisi 2.1 (Bain dan Engelhardt, 1992: 53) โ€œVariabel random X adalah suatu fungsi dengan daerah asal ๐‘† dan daerah hasil bilangan real ๐‘… โ†’ ๐‘‹(๐‘’) = ๐‘ฅ, dengan ๐‘’ โˆˆ ๐‘†, dan ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘…โ€ Huruf besar seperti ๐‘‹,๐‘Œ,๐‘ digunakan untuk menotasikan variabel random, sedangkan huruf kecil seperti ๐‘ฅ,๐‘ฆ,๐‘ง digunakan untuk menotasikan nilai yang mungkin dari setiap hasil observasi pada ruang sampel. 2.2 Ekspektasi, Variansi, dan Kovariansi Definisi 2.2 (Bain and Engelhardt, 1992:58) โ€œJika ๐‘‹ adalah variabel random dengan fungsi densitas probabilitas ๐‘“(๐‘ฅ), maka nilai ekspektasi dari ๐‘‹ didefinisikan sebagai: ๐ธ(๐‘‹) = โˆ‘ ๐‘ฅ๐‘“(๐‘ฅ), jika ๐‘‹ variabel random diskritโ€ (2.1) ๐‘ฅ โ€œJika ๐‘‹ adalah variabel random kontinu dengan fungsi densitas probabilitas ๐‘“(๐‘ฅ), maka nilai ekspektasi dari ๐‘‹ didefinisikan sebagai berikut: ๐ธ(๐‘‹) = โˆซโˆž ๐‘ฅ๐‘“(๐‘ฅ)๐‘‘๐‘ฅ,jika ๐‘‹ variabel random kontinuโ€ (2.2) โˆ’โˆž Sifat-sifat ekspektasi adalah sebagai berikut: 1. ๐ธ(๐‘‹+๐‘Œ) = ๐ธ(๐‘‹)+๐ธ(๐‘Œ) 11 12 2. ๐ธ(๐‘‹ โ€“ ๐‘Œ) = ๐ธ(๐‘‹) โ€“ ๐ธ(๐‘Œ) 3. ๐ธ(๐‘Ž๐‘‹+๐‘) = ๐‘Ž๐ธ(๐‘‹)+๐‘, ๐‘Ž dan ๐‘ adalah konstan 4. ๐ธ(๐‘‹๐‘Œ) = ๐ธ(๐‘‹)๐ธ(๐‘Œ), jika ๐‘‹ dan ๐‘Œ independen Sifat-sifat Variansi adalah sebagai berikut: 1. ๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ (๐‘‹) โ‰ฅ 0 2. ๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ (๐‘‹+๐‘Ž) = ๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ (๐‘‹) 3. ๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ (๐‘Ž๐‘‹โˆ’๐‘๐‘Œ) = ๐‘Ž2 ๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ (๐‘‹) + ๐‘2 ๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ (๐‘Œ) โ€“ 2๐‘Ž๐‘ ๐ถ๐‘œ๐‘ฃ (๐‘‹,๐‘Œ) Variansi dari variabel random ๐‘‹ didefinisikan sebagai : ๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ(๐‘‹) = ๐ธ[(๐‘‹โˆ’๐œ‡)2] = ๐ธ(๐‘‹2 โˆ’2๐œ‡๐‘‹+๐œ‡2) = (๐ธ๐‘‹2)โˆ’2๐œ‡๐ธ(๐‘‹)+๐œ‡2 = (๐ธ๐‘‹2)โˆ’2๐œ‡2 +๐œ‡2 = (๐ธ๐‘‹2)โˆ’๐œ‡2 ๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ(๐‘‹) = (๐ธ๐‘‹2)โˆ’๐œ‡2 (2.3) Karena ยต = ๐ธ(๐‘‹) Sehingga diperoleh ๐ธ(๐‘‹2) = ๐œŽ2 +๐œ‡2 (2.4) Sifat kovariansi: 1. ๐ถ๐‘œ๐‘ฃ(๐‘Ž๐‘‹,๐‘๐‘Œ) = ๐‘Ž๐‘ ๐ถ๐‘œ๐‘ฃ(๐‘‹,๐‘Œ) 2. ๐ถ๐‘œ๐‘ฃ(๐‘‹+๐‘Ž,๐‘Œ+๐‘) = ๐ถ๐‘œ๐‘ฃ(๐‘‹,๐‘Œ) 13 3. ๐ถ๐‘œ๐‘ฃ(๐‘‹,๐‘Ž๐‘‹+๐‘) = ๐‘Ž ๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ(๐‘‹) Dimana ๐‘‹ dan ๐‘Œ adalah variabel random dan ๐‘Ž,๐‘ adalah konstan. Kovariansi dari variabel random X dan Y didefinisikan sebagai (Baim dan Engelhardt, 1992:174) ๐‘๐‘œ๐‘ฃ(๐‘‹,๐‘Œ) = ๐ธ[(๐‘‹โˆ’๐œ‡ )(๐‘Œโˆ’๐œ‡ )] (2.5) ๐‘ฅ ๐‘Œ Jika XdanY independen, didapat ๐‘๐‘œ๐‘ฃ(๐‘‹,๐‘Œ) = ๐ธ(๐‘‹๐‘Œ)โˆ’๐ธ(๐‘‹)๐ธ(๐‘Œ) (2.6) = 0 Notasi lain untuk kovarians adalah ๐œŽ ๐‘‹๐‘Œ 2.3 Matriks Definisi 2.3 (Anton, 1991:22) โ€œSebuah matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan- bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks. Ukuran matriks dijelaskan dengan menyatakan banyaknya baris (garis horisontal) dan banyaknya kolom (garis vertikal) yang terdapat dalam matriks tersebut. Jika ๐ด adalah sebuah matriks dengan jumlah baris m dan kolom n, ๐‘š๐‘ฅ๐‘› maka ๐‘Ž menyatakan entri yang terdapat di dalam baris i dan kolom j dari Aโ€. ๐‘–๐‘— Jadi sebuah matriks dapat dituliskan sebagai berikut: ๐ด = [๐‘Ž ] ๐‘š๐‘ฅ๐‘› ๐‘–๐‘— ๐‘š๐‘ฅ๐‘› 14 ๐‘Ž11 ๐‘Ž12 โ€ฆ ๐‘Ž1๐‘› ๐‘Ž ๐‘Ž โ€ฆ ๐‘Ž 21 22 2๐‘› = [ ] โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ ๐‘Ž ๐‘Ž โ€ฆ ๐‘Ž ๐‘š1 ๐‘š2 ๐‘š๐‘› Dimana ๐‘Ž adalah anggota matriks pada baris ke-๐‘– dan kolom ke-๐‘— dalam ๐‘–๐‘— matriks A. 2.4 Operasi Matriks Operasi pada matriks pada dasarnya sama dengan operasi-operasi matematika pada umumnya, operasi pada matriks antara lain: 1. Penjumlahan Matriks Definisi penjumlahan matriks (Anton, 2000: 47) โ€œJika ๐ด dan ๐ต adalah matriks-matriks berukuran sama, maka jumlah A+B adalah matriks yang diperoleh dengan menambahkan anggota- anggota B dengan anggota A yang berpadanan, dan selisih A-B adalah matriks yang diperoleh dengan mengurangkan anggota- anggota A dengan anggota B yang berpadananโ€ Matriks-matriks yang ukurannya berbeda tidak dapat ditambah atau dikurangkan. ๐ด = [๐‘Ž ], ๐ต = [๐‘ ] ๐‘–๐‘— ๐‘–๐‘— 2. Perkalian Matriks a. Perkalian matriks dengan scalar Definisi perkalian matriks dengan skalar(Anton, 2000:48) โ€œJika A adalah sembarang matriks dan c adalah sembarang skalar, maka hasil kali cA adalah matriks yang diperoleh dengan mengalikan masing-masing entri dari A oleh cโ€ 15 ๐ด = [๐‘Ž ]maka ๐‘–๐‘— (๐‘๐ด) = ๐‘(๐ด) ๐‘–๐‘— ๐‘–๐‘— = ๐‘๐‘Ž ๐‘–๐‘— ๐‘ ๐‘ž ๐ด = [ ].๐‘ ๐‘Ÿ ๐‘  ๐‘.๐‘ ๐‘ž.๐‘ ๐ด.๐‘ = [ ] ๐‘Ÿ.๐‘ ๐‘ .๐‘ Dengan c adalah scalar b. Perkalian matriks dengan matriks Definisi perkalian dua matriks (Anton, 2000:48) โ€œJika A adalah matriks m x r dan B adalah matriks n x r, maka hasil kali AB adalah matriks m x n yang anggotanya didefinisikan sebagai berikut. Untuk mencari anggota dalam baris i dan kolom j dari AB, pilih baris i dari matriks A dan kolom j matriks B. Kalikan anggota yang berpadanan dari baris dan kolom secara bersama- sama dan kemudian jumlahkan hasil kalinyaโ€ Jika ๐ด = [๐‘Ž ] adalah matriks umum m x r dan ๐ต = [๐‘ ] adalah ๐‘–๐‘— ๐‘–๐‘— suatu matriks umum ๐‘Ÿ ๐‘ฅ ๐‘› maka sebagaimana yang diilustrasikan, anggota (๐ด๐ต) pada baris i dan kolom j dari AB diberikan: ๐‘–๐‘— (๐ด๐ต) = ๐‘Ž ๐‘ +๐‘Ž ๐‘ +๐‘Ž ๐‘ +โ‹ฏ+๐‘Ž ๐‘ ๐‘–๐‘— ๐‘–1 1๐‘— ๐‘–2 2๐‘— ๐‘–3 3๐‘— ๐‘–๐‘Ÿ ๐‘Ÿ๐‘— ๐‘Ž ๐‘Ž โ€ฆ ๐‘Ž 11 12 1๐‘› ๐‘Ž ๐‘Ž โ€ฆ ๐‘Ž ๐‘ ๐‘ โ€ฆ ๐‘ โ€ฆ ๐‘ 21 22 2๐‘› 11 12 13 1๐‘› โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ ๐‘ ๐‘ โ€ฆ ๐‘ โ€ฆ ๐‘ ๐ด๐ต = 21 22 23 2๐‘› ๐‘Ž๐‘–1 ๐‘Ž๐‘–2 โ€ฆ ๐‘Ž๐‘–๐‘› โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ [๐‘ ๐‘ โ€ฆ ๐‘ โ€ฆ ๐‘ ] ๐‘Ÿ1 ๐‘Ÿ2 ๐‘Ÿ๐‘— ๐‘Ÿ๐‘› [๐‘Ž ๐‘Ž โ€ฆ ๐‘Ž ] ๐‘š1 ๐‘š2 ๐‘š๐‘› 16 c. Matriks invers Definisi matriks invers (Anton da Rorres, 2004) โ€œJika A adalah suatu matriks kuadrat, dan jika kita dapat mencari matriks ๐ดโˆ’1 sehingga ๐ด๐ดโˆ’1 = ๐ดโˆ’1๐ด = ๐ผ, maka A dikatakan dapat dibalik (invertible) dan ๐ดโˆ’1 dinamakan invers dari Aโ€ Invers matriks A adalah merupakan matriks kebalikan dari A, hal tersebut dapat dinyatakan dengan simbol ๐ดโˆ’1. Adapun formulasi invers dinyatakan sebagai berikut : 1 ๐ดโˆ’1 = ๐‘Ž๐‘‘๐‘— (๐ด) |๐ด| dimana : |๐ด| = determinan A ๐‘Ž๐‘‘๐‘— (๐ด) = adjoint A = transpose dari matriks kofaktor Invers matriks A merupakan kebalikan dari matriks A-nya, maka hasil perkalian antara matriks A dengan inversnya akan menghasilkan Identitas (I). ๐ดโˆ’1๐ด = ๐ด๐ดโˆ’1 = ๐ผ Dimana: ๐ดโˆ’1 = invers matriks A ๐ด = matriks A ๐ผ = matriks identitas Contoh untuk matriks dengan ordo 2 : ๐‘Ž ๐‘ ๐ด = [ ] ๐‘ ๐‘‘ 17 1 ๐‘‘ โˆ’๐‘ ๐ดโˆ’1 = [ ] ๐‘Ž๐‘‘ โˆ’๐‘๐‘ โˆ’๐‘ ๐‘Ž ๐‘‘ โˆ’๐‘ ๐‘Ž๐‘‘ โˆ’๐‘๐‘ ๐‘Ž๐‘‘โˆ’๐‘๐‘ = [ ] โˆ’๐‘ ๐‘Ž ๐‘Ž๐‘‘ โˆ’๐‘๐‘ ๐‘Ž๐‘‘โˆ’๐‘๐‘ Dengan syarat ๐‘Ž๐‘‘โˆ’๐‘๐‘ โ‰  0 Perhitungan invers matriks dengan ordo n dapat dilakukan dengan memanfaatkan eliminasi Gauss Jordan yaitu operasi baris elementer. Susun matriks sedemikian sehingga seperti dibawah ini: ๐‘Ž11 ๐‘Ž12 โ€ฆ ๐‘Ž1๐‘› 1 0 โ€ฆ 0 ๐‘Ž ๐‘Ž โ€ฆ ๐‘Ž 0 1 โ€ฆ 0 21 22 2๐‘› [ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ |โ‹ฎ โ‹ฎ โ€ฆ โ‹ฎ] ๐‘Ž ๐‘Ž โ€ฆ ๐‘Ž 0 0 โ€ฆ 1 ๐‘›1 ๐‘›2 ๐‘›๐‘› Matriks sebelah kiri adalah matriks A dan sebelah kanan adalah matriks identitas. Kemudian dilakukan operasi baris elementer sedemikian sehingga matriks sebelah kiri menjadi matriks identitas dan matriks pada sebelah kanan akan menjadi invers matriks A. 1 0 โ€ฆ 0 ๐‘11 ๐‘12 โ€ฆ ๐‘1๐‘› 0 1 โ€ฆ 0 ๐‘ ๐‘ โ€ฆ ๐‘ [ | 21 22 2๐‘›] โ€ฆ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ โ€ฆ โ€ฆ 0 0 1 ๐‘ ๐‘ ๐‘ ๐‘›1 ๐‘›2 ๐‘›๐‘› Sebagaimana yang diilustrikan maka matriks pada sebelah kanan merupakan invers dari matriks A. 18 2.5 Program Linier Definisi 2.4 Program Linier (Cornuejols 2006) โ€œProgram linier adalah cara mengoptimumkan suatu fungsi linier yang memenuhi kendala-kendala yang ada, baik kendala berbentuk kesamaan maupun kendala ketidaksamaanโ€. Bentuk umum model program linier: 1. Memaksimalkan ๐‘ = โˆ‘๐‘› ๐‘ ๐‘ฅ ๐‘—=1 ๐‘— ๐‘— Dengan kendala โˆ‘๐‘› ๐‘Ž ๐‘ฅ โ‰ค ๐‘, ๐‘– = 1,2,โ€ฆ,๐‘š ๐‘—=1 ๐‘–๐‘— ๐‘— ๐‘ฅ โ‰ฅ 0, ๐‘— = 1,2,โ€ฆ,๐‘› ๐‘— 2. Meminimalkan ๐‘ = โˆ‘๐‘› ๐‘ ๐‘ฅ ๐‘—=1 ๐‘— ๐‘— Dengan kendala โˆ‘๐‘› ๐‘Ž ๐‘ฅ โ‰ค ๐‘ , ๐‘– = 1,2,โ€ฆ,๐‘š ๐‘—=1 ๐‘–๐‘— ๐‘— ๐‘– ๐‘ฅ โ‰ฅ 0, ๐‘— = 1,2,โ€ฆ,๐‘› ๐‘— Dimana ๐‘ : fungsi tujuan ๐‘ : koefisien fungsi tujuan ๐‘— ๐‘ฅ : variabel keputusan ๐‘— ๐‘ : right-hand-side ๐‘– Masalah program linier yang memuat tiga peubah atau lebih tidak dapat dibentuk menjadi masalah dengan dua peubah, jadi menggunakan metode simpleks 2.6 Metode Simpleks Salah satu teknik penentuan solusi optimal yang digunakan dalam pemrograman linier adalah metode simpleks. Penentuan solusi optimal menggunakan metode simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. 19 Penentuan solusi optimal dilakukan dengan memeriksa titik ekstrim satu per satu dengan perhitungan iterative.Sehingga penentuan solusi optimal dengan metode simpleks dilakukan tahap demi tahap yang disebut dengan iterasi.Iterasi ke-i tergantung pada iterasi sebelumnya. Dalam menyelesaikan permasalahan program linier dengan metode simpleks, bentuk dasar yang digunakan harus berupa bentuk standard yang memenuhi ketentuan berikut ini: a. Seluruh pembatas linier harus berbentuk persamaan dengan ruas kanan yang non-negatif b. Seluruh peubah keputusan harus merupakan peubah non-negatif c. Fungsi tujuannya dapat berupa maksimasi atau minimasi Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengubah bentuk permasalahan program linier yang belum standard ke dalam bentuk standard permasalahan program linier sesuai dengan tiga ketentuan di atas adalah: 1. Pembatas linier a. Pembatas linier bertanda โ€œโ‰คโ€ dapat dijadikan โ€œ=โ€ dengan cara menambahkan ruas kiri dari pembatas linier itu dengan peubah penambah. Contoh: Kendala 3๐‘ฅ โˆ’๐‘ฅ +2๐‘ฅ โ‰ค 9 dapat diubah menjadi 1 2 3 3๐‘ฅ โˆ’๐‘ฅ +2๐‘ฅ +๐‘  = 9 dengan ๐‘  โ‰ฅ 0 1 2 3 1 1 b. Pembatas linier bertanda โ€œโ‰ฅโ€ dapat dijadikan suatu persamaan โ€œโˆžโ€ dengan cara mengurangkan ruas kiri dari pembatas linier dengan peubah penambah negative dan menambahkan peubah buatan. 20 Contoh: Kendala 3๐‘ฅ โˆ’๐‘ฅ +7๐‘ฅ โ‰ค 14 dapat diubah menjadi 1 2 3 3๐‘ฅ โˆ’๐‘ฅ +7๐‘ฅ +๐‘  +๐ด = 14 dengan ๐‘  โ‰ฅ 0 1 2 3 2 2 c. Ruas kanan dari suatu persamaan dapat dijadikan bilangan non- negatif dengan cara mengalikan kedua ruas dikalikan -1. d. Arah pertidaksamaan berubah apabila kedua rumus dikalikan -1. e. Pembatas linier dengan pertidaksamaan yang ruas kirinya berada dalam tanda mutlak dapat diubah menjadi pertidaksamaan. 2. Peubah keputusan Suatu peubah keputusan ๐‘ฅ yang tidak terbatas dalam tanda dapat ๐‘– dinyatakan sebagai dua peubah keputusan non-negatif dengan menggunakan substitusi ๐‘ฅ = ๐‘ฅ2 โˆ’๐‘ฅ2 ๐‘– ๐‘– ๐‘— Dengan ๐‘ฅ2 โ‰ฅ 0 dan ๐‘ฅ2 โ‰ฅ 0 ๐‘– ๐‘— Selanjutnya substitusi ini harus dilakukan pada seluruh pembatas linier dari fungsi tujuannya 3. Fungsi Tujuan Walaupun permasalahan model program linier dapat berupa maksimasi atau minimasi, kadang diperlukan perubahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Dalam hal ini, maksimasi dari suatu fungsi adalah sama dengan minimasi.

Description:
Metode pengali Lagrange dapat diperluas untuk menyelesaikan masalah . Analisis sekuritas berarti menilai sekuritas secara individual, dan untuk.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.