ebook img

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tarekat Syattariyah didirikan oleh Abdul PDF

28 Pages·2017·0.22 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tarekat Syattariyah didirikan oleh Abdul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tarekat Syattariyah didirikan oleh Abdul Syafar w 1428 di India.Tarekat Syattariyah ini berkembang sampai ke daerah Mekkah dan Madinah.Tarekat Syattariyah dibawa oleh Abdur Rauf Al Sinkili ke Indonesia.1 Abdur Rauf Al Sinkili adalah seorang ulama sufi besar kerajaan Aceh pada abad ke 17 (1606-1637 M). Nama lengkapnya adalah Abdur Rauf bin Ali Al-Fansuri. Al Sinkili telah memakai “khirqah” yaitu sebagai pertanda telah lulus dalam pengujian secara suluk. Al-Sinkili telah diberi selendang berwarna putih oleh gurunya sebagai pertanda pula bahwa Al- Sinkili telah dilantik sebagai khalifah/mursyid dalam orde tarekat Syattariyah. Ini berarti Al-Sinkili boleh membai‟at orang lain, karena diakui bahwa Al-Sinkili mempunyai silsilah yang bersambung dari gurunya hingga kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Sinkili mempunyai beberapa murid, salah seorang diantaranya adalah Syekh Burhanuddin Ulakan (wafat pada tahun 1111/1691 M).2Ia berhasil menempatkan dirinya sebagai ulama yang berwibawa dan berpengaruh dalam menyebarkan ajaran tarekat.3Sedangkan ajaran yang 1 Simuh, Tasawuf dan Perkembangan Dalam Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1999), h. 262 2 Rosihon Anwar dan Muktar Solihin, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 180-18 3 Duski Shamad, Syekh Burhanuddin Ulakan dan Islamisasi di Minangkabau, (Jakarta: The Minangkabau Foundation, 2002), h. 11 1 2 dikembangkan oleh Syekh Burhanuddin adalah tarekat Syattariyah.Tarekat Syattariyah dibawa ke Ulakan Pariaman pada tahun 1659, setelah meninggal ia digantikan oleh para muridnya. Pada masa pergantian abad kedelapan belas, ada tiga tarekat yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk di Nagari Singgalang, diantaranya adalah tarekat Naqsyabandiah, Syattariyah dan Qadariyah, masing-masing tarekat ini mempunyai jaringan. Tarekat Syattariyah masuk ke Nagari Singgalang Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar dibawa oleh Tuanku Pamasingan4 yang belajar ke Pariaman bersama Tuanku Jalaluddin Kapeh-kapeh. Di Surau Pamansingan Tuanku Pamasingan mengadakan wirid dan sekaligus mengembangan tarekat Syattariyah, kemudian dilanjutkan oleh murid beliau yang bernama Tuanku Bagindo dan membangun sebuah surau tarekat yang disebut surau gadang dan tidak lama kemudian masyarakat Nagari Singgalang Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar berbondong-bondong untuk mempelajari tarekat Syattariyah. Pada umumnya kaum tarekat itu adalah orang-orang yang telah mengetahui sedikit banyaknya tentang ajaran Islam. Khususnya di Nagari Singgalang, 4 Tuanku Pamansiangan atau Mansiangan merupakan salah satu tokoh penting dalam kelompok Harimau Nan Salapan yang dikenal dalam peristiwa Perang Padri (1821-1837). Pamansiangan selain dikenal sebagai tokoh pergerakan juga merupakan ulama yang sangat disegani lewat usaha penyebaran agama Islam di Sumatera Barat. Salah satu tinggalannya berupa masjid yang namanya sesuai dengan pendirinya yaitu Masjid Tuanku Pamansiangan, terletak tidak jauh dari kompleks makam.Tuanku Pamansiangan gugur dalam medan pertempuran antara kaum Paderi dengan Belanda tahun 1833 bersama-sama Haji Miskin. Tuanku Pamansiangan adalah salah seorang tokoh tarekat Syatariyah, tidaklah mengherankan, bila setelah kematiannya makam Tuanku Pamansiangan dikeramatkan oleh para pengikutnya. Pada bulan-bulan tertentu di kompleks makam Tuanku Pamansiangan banyak dikunjungi para peziarah yang datang dari berbagai daerah di Sumatera Barat. (Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman) 3 para jama‟ah tarekat selain bergerak dalam bidang keagamaan juga bergerak dalam bidang perekonomian.5 Keberadaan tarekat Syattariyah di Nagari Singgalang terbukti dengan keberadaan sebuah surau yang cukup besar yang didirikan oleh Tuanku Bagindo dan para kaum tarekat Syattariyah lainnya di Nagari Singgalang. Surau ini dipergunakan untuk tempat mempelajari tarekat Syattariyah, di samping itu juga dapat dilihat sebuah bangunan yang didirikan oleh Tuanku Bagindo yang sekarang digunakan sebagai tempat sekolah TK di Nagari Singgalang.6 Hal lain yang dapat dibuktikan dengan keberadaan tarekat Syattariyah di Nagari Singgalang, dengan banyaknya masyarakat yang mempratekkan ajaran-ajaran tarekat Syattariyah yang dibawa oleh Tuanku Bagindo. Salah satunya, pelaksanaan sholat 40, ziarah ke kuburan Syekh Burhanuddin ketika bulan Safar, berpuasa Ramadhan dengan melihat bulan menggunakan hitungan taqwim, maulid Nabi Muhammad S.A.W dengan badikia semalam dengan membaca sarafah anam, Jika kematian sama dibacakan talqin dan didatangkan guru-guru berserta rakyat menghadiahkan bacaan-bacaan amal, seperti membaca al-Quran bertahlil.7 Adapun dari segi ajarannya, tarekat Syattariyah di Nagari Singgalang tidak mengenal suluk namun melaksanakan sholat empat 5 Buya Saprinal, Petani Cabe, di Nagari Singgalang, wawancara langsung, tanggal 22 Mai 2017 6 Angku Labai Bagindo, Ulama Tarekat Syatariyah Nagari Singgalang, wawancara langsung, tanggal 11 Oktober 2017 7 Angku Tuah Nan Kuniang, Ulama Tarekat Syatariyah Nagari Singgalang, wawancara langsung, tanggal 12 Oktober 2017 4 puluh, shalat 40 dikerjakan berurutan dan berjama‟ah. Shalat 40 dilakukan oleh orang tua-tua baik laki-laki maupun perempuan. Mereka tinggal di surau dengan dipimpin seorang Tuangku, yang waktunya banyak disediakan jama‟ah untuk melaksanakan sholat 40 hari itu. Di sekitar makam Syekh Burhanuddin Ulakan sekarang berdiri surau-surau dari berbagai nagari dan daerah yang umumnya pada hari-hari biasa dihuni oleh orang yang sudah tua untuk melaksanakan sholat 40 hari. Shalat 40 hari dikerjakan berjama‟ah dan harus dapat berjama‟ah sejak iqamah. Kemudiaan selesai sholat diikuti dengan zikir-zikir tertentu. Shalat 40 hari diawali dengan acara berdoa dan kemudian ditutup pula dengan berdoa. Dalam doa itu sedekah untuk imam atau Tuanku yang menjadi imam tetap mereka. Selain itu masyarakat Syattariyah di Nagari Singgalang juga melaksanakan zikir yang dibacakan oleh kaum tarekat Syattariyah ketika melaksanakan doa sarapah anam dan setelah selesai melaksanakan shalat fardhu ataupun shalat sunat. Lafazd zikir yang dibacakan oleh kaum tarekat Syattariyah antara lain, la ilaha illa Allah dibaca dengan keras, zikir Allah-allah dibaca dalam hati, dan Zikir Hu Allah di baca dalam hati. Tujuan zikir ini untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memuji Nabi Muhammad beserta sahabat Nabi.8 Tidak cuma berzikir masyarakat Syattariyah juga melakukan Shalat sunat Ta’lea yang dilaksanakan ketika bulan puasa, 8 Angku Malin Iyuah, Ulama Tarekat Syatariyah Nagari Singgalang, 12 Oktober 2017 5 shalat sunat Ta’lea, bertujuan untuk menghormati arwah Syekh Burhanuddin.9 Ulama tarekat Syattariyah di Nagari Singgalang mempunyai kelompok/oraganisasi yang dikenal dengan nama Jamaah Syattari, yang dipimpin oleh Kamisin Dt Angku Tuah Nan Kuniang. Fungsi organisasi Syattari ini adalah untuk memberi tahu masyarakat tentang melihat bulan ketika akan melaksanakan ibadah puasa dan yang akan membawa masyarakat untuk ziarah ke kuburan Syekh Burhanuddin di Ulakan Pariaman. Setelah melaksanakan ziarah masyarakat pada umumnya membawa tawa nan ampek yang berisi tanah kuburan Syekh Burhanuddin yang dipergunakan untuk obat tanaman cabai, dan di saat menaburkan tanah sebagai obat cabai harus melalui ulama tarekat, tanah tersebut dibacakan doa dengan tujuan cabai tersebut tidak diganggu hama seperti tikus dan hama tanaman lainnya. Ulama tarekat Syattariyah membentuk komonitas tani yang dikenal dengan Gotong Royong Baganti yang terdiri dari 15 orang yang di dalamnya terdiri dari ulama tarekat dan masyarakat biasa. Namun yang menggerakkan untuk penanaman cabai adalah kaum tarekat, dengan menunjukan hari yang paling baik dalam melakukan penanaman cabai. Tidak hanya dalam bidang pertanian ulama tarekat juga diminta untuk datang ke rumah dalam rangka wujud syukur kepada Allah dengan melaksanakan doa dan beserta jamuan-jamuan yang diberikan untuk ulama tarekat sebagai pemimpin doa. 9 Angku Tuah Nan Kuning, Uala Tarekat Syattariyah, Nagari Singgalang,12 Oktober 2017 6 Keberadaan tarekat Syattariyah di Nagari Singgalang berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian masyarakat. Sumber kehidupan masyarakat Syattariyah di Nagari Singgalang pada tahun 1902, dipengaruhi oleh budidaya tebu. Masyarakat telah menanamnya secara tidak teratur di hutan-hutan, sawah atau sebagai tanaman pagar. Hasil tebu yang didapat oleh warga dipergunakan untuk membuat sakal.10 Memasuki era moneter tahun 1998 dengan jatuhnya Presiden Soeharto, warga merasa dirugikan karena sakal mulai tidak diminati oleh para toke dan para pembeli. Mereka lebih membutuhkan bahan-bahan komersial seperti cabai untuk memenuhi kebutuhan. Warga Singgalang mulai kesusahan untuk menjual sakal, tebu yang harus dipanen terpaksa dibiarkan untuk sementara, sebagian warga Singgalang menjual tebu di Gelangang tempat Pacuan Kuda.11 Dari wawancara penulis dapat diketahui bahwa, pada umumnya kaum tarekat Syattariah di Nagari Singgalang lebih memilih tanaman komersial seperti cabai untuk menumbuhkan perekonomian yang sempat merugikan masyarakat ketika krisis moneter. Pertanian cabai murupakan salah satu bentuk agricultural industries. Pertanian ini tidak dapat diterapkan pada sembarang lingkungan, akan tetapi harus pada lingkungan yang sesuai dengan ciri-ciri adaptasi tanaman itu sendiri.12Sebelum 10 Muhammad Basir, Petani Cabe, di Nagari Singgalang, wawancara langsung, tanggal 27 Mai 2017 11 Kayo Basa, Petani Cabe, di Nagari Singgalang, wawancara langsung, tanggal 23 Mai 2017 12 Nasir, Petani Cabe, di Nagari Singgalang, wawancara langsung, tanggal 17 Mai 2017 7 melakukan penanaman cabai pada umumnya para penganut tarekat Syattariyah melakukan ritual-ritual keagamaan. Kaum Syattariyah mencari hari baik, bulan baik, seperti, dua hari bulan, enam hari bulan, sepuluh hari bulan dan empat hari bulan. Hari yang paling baik untuk menanam cabai adalah hari Jumat pagi, sebelum matahari tinggi dan hari yang paling buruk untuk menanam cabai adalah hari Selasa karena kejadian-kejadian yang buruk banyak terjadi di hari Selasa. Alasan pemilihan hari Jumat adalah dalam berbagai sejarah, hari Jumat merupakan pernikahan dari Nabi Muhammad SAW dan nabi-nabi lainnya. Kaum Syattariah yang berhasil dalam pertanian cabai dan memperoleh rezeki mampu pergi untuk naik haji dan makin banyak orang- orang dari daerah kecil ini untuk datang ke Mekah.13 Di saat memperoleh keuntungan masyarakat mengadakan ritual keagamaan dengan memanggil para guru untuk memimpin doa yaitu yang dikenal dengan sarapah anam14(barjanji) doa tahlil15dan ratik tagak. Kaum Syattariyah mengetahui dengan pasti bahwa dalam sejarah yang menjadi penyebar agama Islam ke Sumatera Barat adalah melalui seorang syekh yaitu Syekh Burhanuddin. Ketika bulan Safar masyarakat yang mendapat rezeki pergi ziarah ke kuburan Syekh Burhanuddin yang berada 13 S. Labai Bagindo, Ulama dan Petani Cabe di Nagari Singgalang, wawancara langsung, tanggal 2 Juni 2017 14Sarapah Anam merupakan sejenis syukuran dalam bentuk doa yang dilaksanakan para kaum tarekat Syatariyah dengan membacakan kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan membaca salawat seperti ya nabi salam alaika, ya rasul salam alaika. 15Tahlil merupakan doa bersama dengan mengucapakan kalimat Laa ilaaha ilallah sebanyak 100 kali ketika duduk bersama guru dan jamaah dalam doa, selanjutnya mengucapkan Allah-Allah 33 kali, Hu-Allah 33 kali, Allahu 33 kali. 8 di Ulakan Pariaman. Bahkan warga juga pergi ziarah ke Aceh yaitu ke kuburan Abdurrauf Singkili, yang merupakan guru dari Syekh Burhanuddin.16 Setelah melakukan ziarah dan ratik, kaum Syattariyah akan membawa pulang tawa nan ampek yaitu sejenis peralatan pengobatan yang berisi, jeruk nipis, sitawa, sikumpai, sikarau dan bercampur dengan tanah kuburan Syekh Burhanuddin yang dipergunakan oleh warga untuk ramuan obat-obatan tumbuhan cabai. Semenjak kaum tarekat Syattariyah melakukan pergerakan perekonomian dengan membuka lahan pertanian cabai di Nagari Singgalang, ekonomi masyarakat semakin meningkat banyak buruh yang dipekerjakan dari awal pembibitan cabai sampai memperoleh hasil panen. Hal lain dengan kemajuan ekonomi ini terlihat dengan banyaknya lembaga tempat beribadah didirikan, bahkan surau di Jorong Subarang telah berubah menjadi masjid, setiap jorong di Nagari Singgalang telah berdiri masjid dan mushalla. Pendidikan mulai meningkat bahkan sampai ketingkat perguruan tinggi S1, S2 dan ilmu kedokteran. Dengan kemajuan perekonomian tersebut para buruh dapat melanjutkan pendidikan anaknya dengan gaji yang ia dapat dari pekerjaan ini. 17 Selain melihat realita yang terjadi di lapangan, bahwa gerakan kaum tarekat Syattariyah dalam bidang ekonomi begitu besar pengaruhnya 16 Sutan Kayo Basa, Suntiang Nagari Singgalang, wawancara langsung, tanggal 4 Juni 2017 17Angku Labai Ta‟a, Ulama dan perani cabedi Nagari Singgalang, wawancara langsung, tanggal 8 Juni 2017 9 terhadap kemajuan ekonomi masyarakat di Nagari Singgalang, penulis merasa, pengkajian ini perlu dilakukan untuk melihat bagaimana pergerakan kaum tarekat Syattariah dalam bidang ekonomi, karena seperti yang diketahui sebelumnya orang-orang tarekat umumnya bergerak dalam bidang keagamaan. Sehingga kajian akan diungkapkan “Gerakan Ekonomi Kaum Tarekat Syattariyah (Studi Kasus Petani Cabai Nagari Singgalang Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat 1998-2016) B. Rumusan dan Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian adalah: 1. Bagaimana bentuk dan pola perekonomian kaum tarekat Syattariyah di Nagari Singgalang sebelum tahun 1998? 2. Bagaimana pengaruh gerakan tarekat Syattariyah terhadap sosial keagamaan, ekonomi dan pendidikan di Nagari Singgalang setelah tahun 1998-2016? Agar tidak menyimpang dan mengambang penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu tentang bagaimana gerakan ekonomi kaum tarekat Syattariyah di Nagari Singgalang? Adapun yang menjadi batasan spasial, temporal, dan tematis dalam penelitian ini yaitu: 1. Batasan spasial, yaitu lokasi penelitian. Penelitian ini difokuskan di kenagarian Singgalang Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar. 10 2. Batasan Temporal, yaitu batasan waktu penelitian. Yang menjadi batasan temporal adalah dari tahun 1998 sampai tahun 2016. Penulis mengambil batasan temporal pada tahun 1998, karena pada tahun ini perekonomian masyarakat Syattariyah di Nagari Singgalang berubah dari tebu ke tanaman cabai. Sedangkan pada tahun 2016 karena tahun ini kehidupan masyarakat Syattariyah dalam bidang perekonomian mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Terlihat dengan berdirinya mushala, masjid dan pendidikan mulai mengalami peningkatan. 3. Batasan Tematis adalah, adalah tema yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini yaitu tentang gerakan ekonomi kaum tarekat Syattariyah di Nagari Singgalang. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian yang dijelaskan di atas, maka ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu: a. Untuk mengetahui bentuk dan pola ekonomi kaum tarekat Syattariyah sebelum tahun 1998. b. Untuk mengungkapkan pengaruh ajaran tarekat Syattariyah terhadap perkembangan ekonomi, pendidikan dan keagamaan setelah tahun 1998-2016. 2. Kegunaan Penelitian

Description:
Tarekat Syattariyah didirikan oleh Abdul Syafar w 1428 di. India.Tarekat Syattariyah ini berkembang sampai ke daerah Mekkah dan. Madinah.Tarekat
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.