ebook img

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengarang selalu hadir dalam karya yang ... PDF

23 Pages·2014·0.08 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengarang selalu hadir dalam karya yang ...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengarang selalu hadir dalam karya yang diciptakan dengan seluruh kemanusiannya, baik suka dan dukanya, impian dan batu tarungnya, maupun sukses dan kegagalannya. Meski menurut Teeuw (1997:2) rahasia perpaduan antara pencipta dan ciptaannya tidak dapat diterangkan dalam analisis paling teliti dan canggih sekalipun, pengetahuan tentang fakta hidup tidak hanya akan menjadikan pembaca lebih sadar adanya peraduan itu, tetapi juga tentang rahasianya yang tidak terbongkar. Hal ini akan meningkatkan ketegangan yang merupakan unsur hakiki dalam kenikmatan membaca. Pengarang dianggap memiliki sejarah perkembangannya yang sangat panjang. Partisipasinya dipertimbangkan dalam setiap periode, aliran, zaman, kelas, dan berbagai kategori sosial lainnya. Pengalaman tersebut akan terasa apabila membaca karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Hampir semua karya sastra Pramoedya mempunyai latar kenyataan yang cukup mantap, baik tentang kenyataan hidupnya sendiri, kenyataan orang di sekitarnya, kenyataan masyarakat Indonesia sezaman, maupun kenyataan sejarah. Salah satunya, ia menulis cerita dengan latar belakang masa kependudukan Jepang di Indonesia melalui roman Perburuan (1950). Karya besarnya yang berupa Tetralogi Buru yang meliputi Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1980), Jejak Langkah (1985), dan Rumah Kaca (1988) ditulis dengan latar belakang pergerakan nasional Indonesia 1 2 pada 1898—1918 (Kurniawan, 1999:9—10). Selain itu, dalam satu fase, Pram menerbitkan karya-karya ideologis yang sarat dengan muatan politis, seperti Gulat di Djakarta (1953), Korupsi (1954), Midah, Simanis Bergigi Emas (1955), Tjerita dari Djakarta (1957), dan Sekali Peristiwa di Banten Selatan (1958) (Kurniawan, 1999:125). Novel Midah, Simanis Bergigi Emas menggambarkan Hadji Abdul dan Hadji Terbus sebagai sosok haji yang sukses secara ekonomi dan religi. Kedua tokoh itu hidup sebagai pengusaha yang berhasil dan mampu menjalankan perintah agama dengan baik. Setiap tindak-tuturnya haruslah sesuai dengan ajaran agama yang menurut pandangan mereka adalah kebaikan. Hal tersebut menjadi gaya hidup dan gaya mendidik Hadji Abdul terhadap anak sulung perempuannya, Midah. Tokoh protagonis dalam novel ini hadir untuk berjuang demi cita-citanya secara gigih. Midah adalah seorang perempuan belia yang hidup dalam dunia patriarki yang kuat dan dibesarkan di lingkungan serba kecukupan sehingga keadaan seperti ini telah membentuk pemahaman-pemahaman ideal tentang sekelilingnya. Akan tetapi, perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap Midah malah semakin berkurang seiring dengan semakin bertambahnya jumlah adik Midah. Waktu-waktu yang biasa ia habiskan bersama ayahnya dengan mendengarkan lagu Umi Kalsum—biduan Mesir yang menawan hati para penduduk Jakarta—lama-lama hilang dan membentuk kebiasaan baru bagi Midah untuk memutar gramapun sendiri. 3 Hubungan antara orang tua dan anak yang semakin jauh ini menyebabkan anak tersebut tidak lagi senang tinggal di rumah. Begitu pula dengan Midah. Ia tidak mendapat sesuatu lagi dari ibu dan bapaknya—sesuatu yang dahulu indah dan nikmat. Ia mencari yang indah dan nikmat itu di luar rumahnya (hlm. 16). Kesukaannya pada lagu Mesir itu juga mengalami perubahan. Dalam pengembaraannya di sekitar Kampung Duri, Jakarta—tempat ia tinggal sejak dilahirkan—ia menemukan satu rombongan pengamen kroncong. Kian lama ia memperhatikan dan menikmati kroncong dengan bahasa yang ia mengerti, lagu itu sampai ke hatinya. Berkilo-kilo meter ia mengikuti rombongan pengamen itu, ia mendapatkan pemahaman baru tentang kehidupan yang berbeda dengan yang ia dapat dari didikan orang tuanya. Namun, ketika Hadji Abdul mendapati Midah sedang menikmati kroncong, marahlah ia kepada Midah karena menganggap kroncong adalah sesuatu yang haram (hlm.18). Hadji Abdul membentak dan menampar pipi Midah. Peristiwa tersebut menggoncangkan anggapannya selama ini terhadap orang tuanya. Situasi demikian menandakan perbedaan pandangan atau pemahaman antara Hadji Abdul dan Midah. Perbedaan itu kemudian menunjukkan adanya kekuasaan atas kelompok yang dianggap lemah. Hadji Abdul tampak melakukan dominasi dengan melakukan tindakan kekerasan, namun perlu dicurigai bahwa di dalamnya juga ada bentuk-bentuk kepemimpinan moral dan intelektual atas kelas yang dianggap lemah, yang kemudian disebut hegemoni. Menurut Faruk (2012:136), hegemoni menyangkut cara-cara serangkaian kompleks dan menyeluruh dari praktik-praktik kultural, politis, ideologis yang 4 bekerja untuk ‘menyemen’ masyarakat menjadi satu kesatuan yang relatif. Yang dimaksud dengan ‘menyemen’ adalah mengikat kelas-kelas yang sebenarnya bersifat antagonistik menjadi suatu kesatuan yang seakan-akan rukun dan harmonis. Namun, ketika pihak yang dianggap lemah itu menyadari posisinya, terjadilah suatu sikap sebagai tanggapan menghadapi suatu keadaan hegemoni, seperti yang dialami Midah pada saat ia mengalami tindak kekerasan yang dilakukan oleh bapaknya ataupun menghadapi kenyataan bahwa suaminya sudah memiliki banyak istri (hlm. 21). Oleh sebab itu, stratifikasi masyarakat dalam novel ini menghadirkan ideologi-ideologi yang muncul melalui pemikiran, ucapan, ataupun tingkah laku lewat karakter para tokoh. Setiap tokoh bertindak-tutur sesuai dengan perannya dan saling berinteraksi. Interaksi-interaksi inilah yang menandakan kepentingan- kepentingan tertentu, sebagaimana hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Antara satu ideologi dengan yang lain berusaha untuk saling memimpin dan memengaruhi dengan melakukan segala cara untuk mempertahankan kedudukan. Namun, ketika suatu ideologi menyadari kedudukannya, ia akan mengungkapkan berbagai kesadaran kritis untuk menandingi hegemoni yang telah lama berlangsung. Gramsci berpendapat bahwa hegemoni dari kelas dominan dijalankan dalam masyarakat sipil dengan mengajak kelas-kelas yang berada di bawah (kelas subordinasi) untuk menerima nilai-nilai dan gagasan-gagasan yang telah diambil oleh kelas yang dominan tersebut (Simon, 2004:13). Selain menunjukkan stratifikasi sosial yang saling bertentangan, sebagai tanggapan atas konflik, novel ini diduga juga menampilkan tokoh-tokoh yang 5 bersikap dan berpikir kritis terhadap kepemimpinan sebagai bentuk hegemoni tandingan dengan cara menyuarakan konsep pemikiran yang lain—menjadi sebuah alternatif yang ditawarkan. Teori Gramsci merupakan teori yang memahami bentuk-bentuk praktik politik dan hegemonis, serta menunjukkan pembaruan pemikiran yang harus diperjuangkan oleh kelas yang dipimpin. Dengan demikian, beberapa alasan dipilihnya novel MSBE sebagai data penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, novel ini diduga mengandung bentuk kekuasaan yang dilapisi dengan kekerasan yang dilakukan oleh pihak dominan. Kedua, ada dugaan bahwa novel ini menunjukkan praktik-praktik kepemimpinan yang dilakukan oleh pihak dominan dengan menyebarluaskan nilai-nilai. Nilai- nilai tersebut kemudian menjadi stereotipe yang telah berkembang di masyarakat. Ketiga, novel ini juga mengungkapkan pandangan-pandangan baru yang mengkritisi stereotipe yang telah berkembang di masyarakat tersebut. Selain itu, yang teristimewa dari novel MSBE untuk dijadikan data penelitian adalah kritik Pram tentang cinta bahwa cinta merupakan pengorbanan seseorang dalam kehidupan, terutama pada perempuan. Hal ini terungkap melalui penggunaan bahasa yang sederhana dan tidak bertele-tele sebagaimana ciri khas karya-karya Pramoedya Ananta Toer sebagai pencipta karya sastra. Dengan menyadari permasalahan yang ada, novel MSBE dapat ditelaah melalui kajian sosiologi sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan struktur sosial. Ratna (2009:26) memandang bahwa pemahaman aspek-aspek sosial dalam sosiologi sastra, di satu pihak, menjelaskan bahwa rekaan tidak berlawanan 6 dengan kenyataan. Di lain pihak, sosiologi sastra juga menjelaskan eksistensi karya sastra bukan semata-mata gejala individual, melainkan juga gejala sosial. Dalam hubungan-hubungan produksi sastra, penulis memiliki posisi yang sangat menentukan. Pengarang dianggap memiliki kompetensi ganda dalam merekonstruksi struktur bahasa dan struktur fiksi, sekaligus kapasitas untuk menopang stabilitas sosial (Ratna, 2009:194). Karya-karya Pram mampu membawa para pembacanya ke berbagai persoalan yang perlu disadari secara kritis, seperti konflik kebudayaan, sosial, politik, dan ideologi yang hampir dialami oleh setiap umat. Hasil ciptaannya itu diduga menggambarkan tokoh- tokoh tertentu yang dapat dijadikan sarana untuk mengungkapkan kritik atas hegemoni dan mengupas masalah-masalah sosial dengan gaya bahasa yang dapat membuat pembaca merasakan persoalan-persoalan tersebut. Oleh sebab itu, selain menganalisis novel Midah, Simanis Bergigi Emas, perlu dan penting juga mengadakan penelitian mengenai proses kreatif dengan menggambarkan riwayat hidup pengarang sebagai konteks sosial dan pandangan pengarang yang melatarbelakangi penciptaan novel ini. Dengan demikian, novel MSBE, dalam penelitian ini dianggap sebuah karya yang diasumsikan dapat menunjukkan adanya keterkaitan berupa formasi ideologi, tanggapan atas hegemoni berupa hegemoni tandingan, dan konteks sosial dan ideologi pengarang sebagai proses kreatif penciptaan karya ini. Oleh sebab itu, teori hegemoni Gramsci dipandang tepat untuk menjawab permasalahan yang muncul dalam novel MSBE karya Pramoedya Ananta Toer ini. 7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut. a. Bagaimana formasi ideologi dalam novel MSBE karya Pramoedya Ananta Toer? b. Bagaimana hegemoni tandingan dalam novel MSBE karya Pramoedya Ananta Toer? c. Bagaimana konteks biografi pengarang yang melatarbelakangi penciptaan novel MSBE? 1.3 Tujuan Penelitian Ada dua tujuan penelitian ini, yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis. Secara teoretis, penelitian ini dilakukan untuk menguraikan formasi ideologi dalam novel MSBE, mendeskripsikan hegemoni tandingan yang ada dalam novel MSBE karya Pramoedya Ananta Toer, serta mengungkapkan konteks sosial Pramoedya Ananta Toer sebagai pencipta novel MSBE. Secara praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan mengenai studi sosiologi sastra dengan memperhatikan konteks sosial dan berbagai permasalahan yang terjadi di dalam karya sastra. Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi tentang deskripsi ideologi dan hegemoni tandingan yang hadir melalui karya sastra. Penelitian ini diharapkan pula dapat menambah ketajaman pembaca sastra dalam menghadapi fenomena sosial yang terjadi di sekitarnya sehingga kontrol sosial dari masyarakat dapat terwujud dengan baik. 8 1.4 Tinjauan Pustaka Ada beberapa penelitian sebelumnya yang menggunakan novel Midah, Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer sebagai objek penelitian tetapi diteliti dengan pendekatan yang berbeda. Terdapat skripsi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, yang berjudul “Novel Midah Si Manis Begigi Emas: Kajian Feminis Sastra” oleh Thariq Asadi (2006). Skripsi ini menggunakan teori kritik sastra feminis dengan cara mengidentifikasi tokoh-tokoh perempuan, kemudian ditelaah dengan mempertimbangkan stereotipe untuk memperoleh gambaran tentang perempuan. Linda Wati (2007) dari Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta menulis skripsi dengan judul “Konflik Batin Tokoh Midah dalam Novel Midah, Simanis Bergigi Emas Karya Pramoedya Ananta Toer (Suatu Pendekatan Psikologi Sastra)”. Skripsi ini menjawab dua rumusan masalah, yaitu mendeskripsikan hubungan unsur tokoh dan latar dalam novel Midah, Simanis Bergigi Emas untuk membentuk konflik batin dan mendeskripsikan konflik batin yang terjadi pada tokoh Midah dengan menggunakan teori psikologi kebutuhan dasar Abraham Maslow. Analisis terhadap novel Midah Simanis Bergigi Emas juga pernah diteliti oleh Ari Kurnia (2009) dari Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Skripsi yang berjudul “Novel Midah Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer: Pendekatan Struktural” ini menjawab berbagai persoalan yang berkaitan dengan struktur novel, seperti fakta-fakta cerita yang meliputi alur/plot dalam novel, 9 sarana-sarana sastra yang meliputi judul, sudut pandang, gaya dan tone, serta tema yang ada dalam novel tersebut. Adapun penelitian yang menggunakan teori hegemoni Gramsci sebagai alat analisis karya sastra ialah tesis yang ditulis oleh Harjito (2002) untuk menyelesaikan Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. Tesis yang berjudul “Student Hijo Karya Marco Kartodikromo: Analisis Hegemoni Gramscian” ini menjelaskan formasi ideologi dalam novel Student Hijo, mendeskripsikan hubungan persamaan antara formasi ideologi Student Hijo dan formasi ideologi yang ada dalam masyarakat, serta menganalisis hubungan historis Student Hijo sebagai bagian dari negosiasi ideologi yang terjadi dalam masyarakat. Pitra Despina (2008) telah menyusun skripsi berjudul “Analisis Hegemoni Gramsci Novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer”. Skripsi ini menjawab tiga rumusan masalah, yaitu hubungan Pram dengan situasi historis novel Gadis Pantai, bentuk formasi ideologi dalam Gadis Pantai, dan negoisasi antarideologi dalam novel Gadis Pantai. Dari Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatra Utara, Prinsi Rigitta (2011) telah menyusun tesis yang berjudul “Formasi Ideologi dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari”. Tesis ini menjawab berbagai rumusan masalah. Pertama, menjelaskan formasi ideologi tokoh-tokoh dan ideologi institusi publik dalam novel Entrok karya Okky Madasari. Kedua, mendeskripsikan politik dan kekuasaan yang berkaitan dengan ideologi dalam novel Entrok. Ketiga, 10 menjelaskan pengaruh politik dan kekuasaan yang berkaitan dengan ideologi terhadap tokoh-tokoh dalam novel Entrok. Terdapat sebuah tesis Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada yang disusun oleh Amrin (2011) yang berjudul “Resistensi Perempuan: Kajian Hegemoni Gramsci dalam Novel Sintren Karya Dianing Widya Yudhistira”. Tesis ini menjawab empat masalah. Pertama, mendeskripsikan kondisi sosial, budaya, dan pendidikan perempuan dalam novel Sintren. Kedua, menjelaskan identifikasi konstruksi ideologi dalam novel Sintren. Ketiga, mengungkap manifestasi ketidakadilan gender dalam novel Sintren. Keempat, mendeskripsikan adanya resistensi dan negosiasi perempuan dalam novel Sintren. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, tampak bahwa novel Midah, Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer belum pernah dianalisis dengan menggunakan teori hegemoni Gramsci. Keaslian penelitian ini terletak pada konsep penelitian yang mengupas tentang hegemoni tandingan sehingga perlu diadakan penelitian untuk memperluas pemikiran tentang fenomena sosial yang ada di lingkungan masyarakat. 1.5 Landasan Teori Hegemoni berasal dari kata hegeisthai (Yunani) yang berarti memimpin, kepemimpinan, kekuasaan yang melebihi kekuasaan yang lain (Ratna, 2007:175). Titik awal konsep Gramsci tentang hegemoni bukanlah hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologi (Simon, 2004:19). Kelas

Description:
Pengarang dianggap memiliki sejarah perkembangannya yang sangat panjang. apabila membaca karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Hampir
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.