ebook img

MELACAK AKAR ORISINALITAS TAFSIR KARYA AL-BAIDAWI DALAM KITAB ANWAR AL-TANZIL PDF

30 Pages·2007·0.25 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview MELACAK AKAR ORISINALITAS TAFSIR KARYA AL-BAIDAWI DALAM KITAB ANWAR AL-TANZIL

MELACAK AKAR ORISINALITAS TAFSIR KARYA AL-BAIDAWI DALAM KITAB ANWAR AL-TANZIL WA ASRAR AL-TA’WIL Oleh: Fathurrosyid INSTIKA Guluk-Guluk Sumenep Abstraksi: Dalam Studi Ilmu-ilmu Tafsir, salah-satu kitab yang diklaim oleh hampir mayoritas kalangan intelektual sebagai kitab tafsir yang menggunakan metode bi al-Ra'yi pada abad 4-5 Hijriyah adalah kitab tafsir yang dikarang oleh mufassir yang dilahirkan di daerah Baida’; sebuah daerah yang berdekatan dengan kota Syiraz di Persia/Iran. Kitab tafsir yang beliau karang diberi titel "Anwar al- Tanzil wa Asrar al-Ta’wil". Adapun terkait dengan isi penafsiran, ternyata kitab tafsir ini tidak luput dari sasaran kritik oleh para ulama. Hal ini dikarenakan, dalam kitab ini diduga keras adanya indikasi ketidakorisinilan dalam karyanya, terutama dalam hal ketika beliau lebih memilih langkah meringkas dari mufassir sebelumnya. Namun, meski begitu, berkaitan dengan pelacakan atas orisinalitas penafsiran al-Baidawi dalam karya monomentalnya melalui metode induktif yang meliputi karakter, corak (al-Laun), sistematika dan metodologi yang digunakan Al-Baidawi, menurut penulis bukan merupakan langkah dan bentuk ‚plagiat‛ yang semestinya dilakukan oleh seorang mufassir semacam Al-Baidawi. Kata Kunci: Tafsir al-Baidawi dan Orisinalitas Pemikiran. Fathurrosyid : Melacak Akar Organisasi Tafsir….. A. Pendahuluan Al-Qur’an, dalam beragam term, seringkali memproklamasikan diri sebagai kitab petunjuk bagi manusia. Bentuk ungkapan pengakuan ini, meniscayakan adanya aktivitas untuk mengungkap dan menyingkap segala ‚simpanan kekayaan‛ petunjuk yang terdapat di dalamnya. Salah-satu upaya untuk mengungkap makna yang terkandung dalam al-Qur’an adalah aktivitas penafsiran. Studi terhadap al-Qur’an dari sejak dulu sampai sekarang, seringkali diibaratkan dengan lautan ilmu yang tidak bertepi, bahkan tiada habis-habisnya meski kita mengurasnya. Karena itu, banyak dari kalangan inside (muslim) sendiri maupun outside (orientalis) yang terus berupaya menggali-gali pesan-pesan moral dalam rangka menangkap weltanschauung al-Qur’an. Upaya-upaya di atas, sebenarnya secara metodologis dapat dipetakan menjadi tiga;1 Pertama, kajian mengenai teks al-Qur’an yang dilakukan untuk mengkaji isi kandungan al-Qur’an. Kedua, kajian mengenai produk penafsiran yang merupakan hasil pembacaan seseorang terhadap teks al-Qur’an. Ketiga, kajian terhadap respon masyarakat terhadap al-Qur’an, baik berupa praktek secara lisan/verbal, tulisan dan perilaku yang –dalam metodologi penelitian al-Qur’an dan Hadits- disebut living al- Qur’an. Dari ketiga kerangka teori tersebut di atas, maka posisi penulis adalah lebih tepat menempati posisi yang ketiga. Hal ini disebabkan dalam kajian ini, penulis akan mengupas tuntas tentang sebuah kitab tafsir yang ditulis pada kitaran abad 4-5 Hijriyah, yaitu kitab Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil yang merupakan kitab masterpiece imam al-Baidawi. 1 Abdullah Mustaqim, ‚Ruh al-Ma’ani‛ dalam Studi Kitab Tafsir (Jogjakarta: Teras, 2004), h. 151-152 044 * MAFHUM, Fathurrosyid : Melacak Akar Organisasi Tafsir….. Kitab tafsir ini, banyak dikenal luas baik di dunia Islam maupun di Barat, bahkan di Indonesia sendiri, menurut studi lapangan yang dilakukan oleh Martin van Bruinessen, kitab ini berada diposisi ke empat yang diajarkan di pesantren pada tingkat marhalah aliyah, setelah kitab tafsir Jalalain, Tafsir Munir dan Tafsir Ibn Katsir.2 B. Profil Al-Baidawi; Mengenal Lebih Dekat Sang Mufassir Fenomenal 1. Biografi al-Baidawi Biografi seseorang seringkali dianggap sebagai lampu penerang untuk membaca alur pikirannya.3 Karena sepanjang sejarah tidak ada satu pemikiran yang lahir dalam ruang hampa. Artinya, tidak seorang-pun yang mengkonstruksi pemikirannya tanpa terlebih dahulu menyerap sekian banyak arus pemikiran yang bergerak pada zamannya. Berpijak dari urgensitas biografi tersebut, pembahasan dalam bab ini, penulis juga akan mengemukakan biografi Al- Baidawi.4 Beliau adalah fenomena yang sangat menarik dalam dunia penafsiran pada abad ke-4-5 Hijriyah. Dikatakan menarik, disebabkan dengan gagasan-gagasan paham Sunni- nya, beliau berani mengkritik paham Mu’tazilah yang dituangkan lewat karya monumentalnya yaitu Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil. 2 Martin van Bruinessen, Pesantren dan Tarekat (Bandung: Mizan, 1995), h. 158. 3 A. Zainul Hamdi, Tak Bergeming Di Bawah Tatapan Tuhan (Malang: Danar Wijaya Brawijaya University Press, 1999), h.. 9. 4 Nama lengkapnya adalah Abu Sa’id ‘Abdullah Ibn ‘Umar Ibn Muhammad Ibn ‘Ali Abu al-Khair Nasir al-Din al-Baidawi. Lihat : Ibn al-‘Imad, Syazrat al-Zahab fi Akhbari man Zahabi, Jilid V (Beirut: Al-Maktab al-Tijari, t.th.), h.. 392-393. MAFHUM, * 045 Fathurrosyid : Melacak Akar Organisasi Tafsir….. Al-Baidawi dilahirkan di daerah Baida’,5 sebuah daerah yang berdekatan dengan kota Syiraz di Persia/Iran. Beliau mendalami ilmu-ilmu keagamaannya di Bagdad dan menghabiskan hampir seluruh aktivitas hidupnya sebagai hakim agung (Qadli al-Qudat) di Syiraz yang mengikuti jejak ayahnya.6 Disiplin keilmuan Al-Baidawi tidak hanya terfokus pada bidang tafsir, tetapi juga dalam ilmu lain yang kemudian ditulisnya menjadi sebuah karya berupa; fiqih, usul fiqih, teologi, nahwu, mantiq dan ilmu sejarah.7 Hanya saja dalam bidang fiqih beliau menganut mazhab Syafi’iyyah dan mengikuti Asy’ariyyah dalam bidang teologi.8 2. Karier Intelektual dan Sketsa Sosio-Politik Era al-Baidawi Sebelum mengadakan rihlah ilmiah ke kota Tabriz sebagai cikal-bakal lahirnya kitab tafsir ini, embrio kecerdasan dan ketangkasan al-Baidawi sebenarnya telah tertanam sejak berada di Bagdad dan Syiraz. Sebab kedua kota tersebut yang banyak memainkan peran dan memberikan kontribusi besar dalam ‚mengobarkan‛ kematangan emosionalnya. Bagi al- Baidawi, Bagdad adalah tempat menimpa keilmuan dan Syiraz sebagai aktualisasi keilmuannya dengan menjadi hakim agung (Qadi al-Qudat).9 Aktivitas kehidupan di pemerintahan sebagai hakim agung pada akhirnya ternyata ‚menggugat‛ ketenangan psikologis Al-Baidawi sehingga sebagai konsekuensi logisnya 5 Andrew Rippin, ‚Baidawi‛, The Encylopedia of Religion, Vol. II (New York: Macmillan Publishing Company, 1986), h.. 85. 6 Ibid., 85. 7 Brockelman, ‚Baidawi‛, First Encyclopaedia of Islam Vol. II (Leiden: E.J. Brill, 1993), h. 590-591. 8 Andrew Rippin, ‚Baidawi‛, The Encylopedia of Religion……..h. 85 9 Ibid., 046 * MAFHUM, Fathurrosyid : Melacak Akar Organisasi Tafsir….. beliau mencopot baju kehormatan tersebut dan kemudian berangkat mengadakan rihlah ilmiah ke Tabriz.10 Setibanya di sana, secara kebetulan Al-Baidawi menjumpai majlis daras untuk para pembesar dan ikut duduk di belakang. Selang beberapa detik, karena tidak ada seorang- pun (baca;audince) yang mampu menjawab dan menguraikan persoalan pelik berupa nuktah (kalimat pendek bermakna luas) yang dilontarkan oleh sang guru, maka Al-Baidawi ‚mengacungkan tangan‛ mencoba menjawabnya. Sebagai orang asing di tempat itu, tentu saja sang guru meragukan kapasitas keilmuan Al-Baidawi dan menganggapnya tidak akan paham tentang pertanyaan tersebut. Namun ternyata sikap a- priori sang guru tersebut meleset setelah melihat ketangkasan Al-Baidawi dalam menjawab dan menguraikan secara mendetail bahkan mampu mengomentari dan mengkritik kesalahan susunan kalimat yang dibuat oleh sang guru. Spontan suasana menjadi tegang dan berdirilah satu perdana menteri mendekati Al-Baidawi, dengan bertanya ‚Siapakah kamu‛? Beliau menjawab, ‚Aku Al-Baidawi datang dari Syiraz dan pernah menjadi hakim di sana‛. Mendengar jawaban tersebut akhirnya sang menteri mengaguminya dan bermaksud memberikan penghargaan namun oleh Al-Baidawi ditolaknya.11 Ilustrasi di atas cukup memberikan indikasi dan arah yang jelas bahwa Al-Baidawi selain dikenal penulis yang produktif, hakim agung, beliau juga dikenal sebagai kritikus dan kemampuan dalam menguraikan kalimat secara ringkas12 10 Haji Khalifah, Kasyf al-Zunun ‘an Usami al-Kutub wa al-Funun, Juz I, (Beirut: Dar al-Fikr,1994), h.. 197. 11 Al-Dawudi, Tabaqat al-Mufassirin, Juz I (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1983), h.. 248-249. 12 W. Montgomery Watt, Islamic Philosophy (Edinburgh Scotlandia: University Press, 1985), h.. 137. MAFHUM, * 047 Fathurrosyid : Melacak Akar Organisasi Tafsir….. yang pada akhirnya mampu membawa Al-Baidawi meraih kesuksesan dan reputasi ilmiah dan popularitas tafsirnya. Adapun setting realitas konstelasi politik pada masa al- Baidawi berada dalam situasi dan kondisi yang sangat lemah dan kacau. Pada masa itu, Sultan Abu Bakar13 yang punya otoritas memegang tampuk kekuasaan di Syiraz ternyata tidak cukup punya bekal membuat tatanan masyarakat berkeadaban. Lemahnya supremasi hukum merupakan indikiasi konkrit atas kebobrokan jalannya roda pemerintahan. Demikian juga pada waktu itu budaya hidup hidonis dan boros seringkali menjadi ‚menu spesial‛ di kalangan para elite-elite-nya,14 bahkan persoalan intervensi politik kekuasaan pada kinerja lembaga peradilan sempat menjadi ‚isu aktual‛ di kalangan para fuqaha’. Mereka takut dan khawatir jika sewaktu-waktu ditunjuk sebagai hakim akan disuruh mengeluarkan fatwa yang melannggar koridor syari’at Islam.15 Dalam kondisi konstelasi politik yang sangat lemah dan kacau tersebut, Syaikh Muhammad al-Kahta’i –pembimbing spritual Al-Baidawi- mencoba mempengaruhi kehidupan Al- Baidawi dan memberikan saran agar tidak berkecimpung dalam dunia pemerintahan.16 Berangkat dari ketaatan dan kekagumannya pada sang syaikh, Al-Baidawi akhirnya melepaskan jabatan tersebut dan mengambil kebijakan untuk menetap bersama syaikhnya hingga akhir hayat sekitar 629 13 Sultan Abu Bakar adalah putra dari Sultan Muhammad yang berkuasa di Syiraz, suatu Daulah yang berdiri sendiri tetapi berkiblat pada ‘Abbasiyah. Lihat: Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam; Al-Siyasi wa al-Dini wa al-Saqafi wa al-Ijtima’i, Juz IV (Kairo: Maktabah al-Nahdah al-Misriyyah, 1996), h.. 85-86. 14 Ibid., h.. 595. 15 Ibid., h.. 359. 16 Haji Khalifah, Kasyf al-Zunun……….Juz I, h. 197. 048 * MAFHUM, Fathurrosyid : Melacak Akar Organisasi Tafsir….. H/1286 M., dan disemayamkan di samping makam sang syaikh di daerah Tabriz.17 Dilepasnya jabatan tinggi Al-Baidawi sebagai hakim agung sebagaimana penjelasan di atas merupakan bukti nyata adanya kebobrokan di bidang hukum dan politik pada pemerintahan Sultan Abu Bakar tersebut. Namun jika dilihat dari perilaku personal Al-Baidawi sendiri, fakta tersebut justeru menunjukkan kezuhudan Al-Baidawi dan keperihatinannya terhadap realitas yang ada di sekelilingnya, sehingga beliau pindah ke Tabriz, kota di mana al-Baidawi menyusun karya tafsir monomentalnya Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil. Selain itu pula, dapat dikatakan bahwa perubahan hidup Al-Baidawi dari seorang pejabat di Syiraz menjadi seorang zahid (asketis) disebabkan pengaruh nasehat gurunya di Tabriz dan dipicu oleh kuatnya intervensi politik dalam mempengaruhi kinerja peradilan. Berbeda dengan konstelasi politik yang lemah dan kacau, bidang keilmuan pada waktu itu justeru sangat progresif. Hal ini ditandai dengan merebaknya kajian keilmuan yang multidisipliner berupa fiqih, filsafat dan tasawuf.18 Bahkan pada abad ke-4-5 H. ini, tradisi penafsiran mengalami perkembangan yang sangat pesat. Transformasi dalam tradisi penafsiran ini ditandai dengan perubahan bentuk tafsir bi al-Ma’sur menjadi tafsir bi al-Ra’yi. Dengan kata lain, tradisi penafsiran bi al-Ra’yi telah menjadi sebuah ‚trend‛ dan anti-tesa karena ketidakpuasan pada tradisi bi al-Ma’sur, sehingga karenanya, pada periode ini muncul tafsir-tafsir dari kalangan Syi’ah, Sunni dan 17 Ibid., 18 Ibid., h. 398. MAFHUM, * 049 Fathurrosyid : Melacak Akar Organisasi Tafsir….. Mu’tazilah19 yang bersifat (baca; corak) sektarian dan atomistik. Mengomentari masa menjabatnya Al-Baidawi sebagai hakim agung yang masuk pada periode Abbasiyah kedua, besar kemungkinan bahwa saat itu beliau tidak melakukan ijtihad mutlak. Sebab seiring dengan berkembangnya mazhab empat (Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Hanafi dan Imam Hanbali) yang telah berkembang pada masa Abbasiyah periode pertama, mayoritas para qadli tidak lagi berijtihad sendiri tetapi merujuk kepada salah-satu mazhab empat tersebut. 3. Karya-karya al-Baidawi Adapun karya-karya Al-Baidawi -menurut tesis Al- Asnawi20 sebanyak 18 kitab, baik berupa kitab syarah maupun mukhtasar yaitu, a)Tafsir dan Hadis; Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Syarah Masabih, b)Teologi (theology); Tawali’ al-Anwar, Al-Misbah fi Usul al-Din dan Al-Idah fi Usul c) Usul Fiqih (jurisprodenci); Syarah al-Mahsul, Syarah al-Muntakhib, Mirsad al-Ifham ila Mabadi’ al-Kalam, Syarah Minhaj al-Wusul, Minhaj al-Wusul ila ‘Ilmi al-Usul, d) Fiqih (manual of law); Syarah al-Tanbih, Al-Gayah al-Quswa fi Dirayat al-Fatwa, e) Nahwu dan Mantiq (grammatical-logic); Syarah al-Kifayah fi al-Nahwi, Al-Lubb fi al- Nahwi,Mukhtasar fi al-Hai’ah, Kitab fi al-Mantiq, f) Tasawuf dan Sejarah; Al-Tahzib wa al-Akhlaq, Nizam al-Tawarikh. Namun dari berbagai ilmu yang telah ditulis al- Baidawi, hanya ada tiga kitab yang populer di masyarakat, 19 Periode abad 4-5 H. ini adalah periode penafsiran pasca al-Tabari. Lihat: Izzah Faizah, ‚Al-Qur’an dan Tafsir dalam Sejarah Sejak Klasik Hingga Modern dan Kontemporer‛, dalam Teks, Jurnal Program Pascasarjana, IAIN Sunan Gunung Jati, Bandung, Vol. I, Maret, 2002, h.. 87. 20 Al-Asnawi, Nihayat al-Sul fi Syarhi Minhaj al-Usul, Juz I (t.k.: ‘Alam al- Kutub, t.t.), h.. iii. 050 * MAFHUM, Fathurrosyid : Melacak Akar Organisasi Tafsir….. yaitu tafsir Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Tawali’ al- Anwar dan terakhir kitab Minhaj al-Wusu.21 C. Kitab Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil; Telaah Metodologis Kitab tafsir ini ditulis oleh al-Baidawi atas bimbingan atau isyarat dari gurunya Syaikh Muhammad Ibn Muhammad al- Kahta’i di Tabriz22 setelah mengundurkan diri dari jabatan sebagai hakim agung (Qadi al-Qudat) di Syiraz. Karya ini disamping menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan syari’at, teologi, flisafat/hikmah dan bahasa, juga memuat berbagai macam qira’ah baik yang periwayatannya mutawatir maupun syaz. Karya ini banyak dikenal luas baik di dunia Islam maupun Barat, terutama di Eropa.23 Penulisan kitab ini oleh al-Baidawi dimaksudkan sebagai Madrasah atau Sekolah Masjid, dan karena itu diberikan dalam bentuk ringkasan dari karya tafsir yang terbaik dan dari masa sebelumnya.24 Edisi Eropa karya ini diterbitkan dalam dua jilid di Leipzig pada tahun 1846 dan 1848 yang di sunting oleh H.L. Fleischer; dan dua bagiannya (surat 3 dan surat 12) telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, meskipun lantaran karaktersitik bahan- bahannya kedua surat itu hampir tidak dapat dicerna oleh orang- orang yang tidak menguasai teks Arabnya.25 1. Kegelisahan Akademik al-Baidawi Terbitnya kitab Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil yang populer dengan nama Tafsir Al-Baidawi tampaknya ada dua faktor yang mempengaruhi Al-Baidawi, yaitu faktor 21 Husain al-Zahabi, Al-Tafsir,………Jilid I, h.. 297. 22 Haji Khalifah, Kasyf al-Zunun,……. h.. 197. 23 W. Montgomery Watt, Pengantar Studi al-Qur’an, terj. Taufik Adnan Amal (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h.. 266-267. 24 Ibid.. 25 Ibid.. MAFHUM, * 051 Fathurrosyid : Melacak Akar Organisasi Tafsir….. internal dan eksternal.26 Adapun faktor internal bisa ditilik dari, antara lain;27 Pertama, Keyakinan Al-Baidawi atas kemu’jizatan al-Qur’an yang tidak akan pernah ada seorang- pun bisa menandinginya. Kedua, Adanya ayat Muhkamat dan Mutasyabihat dalam al-Qur’an diyakini al-Baidawi merupakan suatu tuntutan untuk direnungkan dan ditafsirkan. Ketiga, Kekagumannya pada keutamaan dan signifikansi Ilmu Tafsir sebagai satu-satunya pondasi dan metodologi dari berbagai ilmu keagamaan lainnya. Sementara faktor eksternal adalah kegelisahan intelektualnya setelah melihat realitas sosial-politik yang ada di sekelilingnya. Dalam hal ini Syaikh Muhammad al- Kahta’i28 sebagai sosok pembimbing spritualnya yang mempengaruhi dan menyarankan agar tidak lagi aktif dalam struktur lembaga kehakiman dan menyuruh membuat suatu karya tafsir. Dari gejolak yang sering menjadi kegelisahannya tersebut, kemudian mengendap menjadi pemikiran dan pandangan yang merupakan cerminan dari kondisi batinnya, membuatnya tergugah untuk menafsirkan al-Qur’an dan akhirnya terciptalah suatu karya tafsir yang diberi nama – populer- dengan kitab Tafsir al-Baidawi. 2. Metodologi Penafsiran al-Baidawi a. Sumber Penafsiran Sumber penafsiran yang dijadikan bingkai penafsiran al-Baidawi adalah dengan logika atau yang populer dalam 26 Faktor Internal adalah kondisi atau peristiwa yang ikut menyebabkan terjadinya sesuatu yang datang dari dalam (psikologis). Sedangkan Eksternal adalah kondisi atau gejolak yang datang dari luar. Lihat: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h.. 273 & 389. 27 Lihat pada Mukaddimah, Al-Baidawi, Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1988). 28 Haji Khalifah, Kasyf al-Zunun,……. h.. 197. 052 * MAFHUM,

Description:
Kitab tafsir yang beliau karang diberi titel "Anwar al-. Tanzil wa Asrar al-Ta'wil". Adapun terkait dengan isi penafsiran, ternyata kitab tafsir ini tidak luput
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.