ebook img

Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus PDF

36 Pages·2015·0.21 MB·Indonesian
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus

Bab II Aspek Pertama Perayaan Keselamatan Pengantar Keselamatan yang disediakan Allah bagi manusia lewat karya Yesus Kristus dan yang diperoleh manusia di dalam Kerajaan Allah itu oleh kuat kuasa Roh Kudus sebagaimana yang diyakini gereja di dalam credo adalah: persekutuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan daging dan kehidupan kekal. Mereka yang dibawa masuk ke dalam gereja menikmati keselamatan dalam empat aspek tadi. Ini identik dengan isi dari perjanjian yang tetapkan Allah sejak kekal dan yang dikerjakan Allah di dalam waktu. Keempat aspek ini terbagi dalam dua kategori: persekutuan dan individu. Sekali lagi kita lihat di sini orde yang sudah dibahas ditegaskan kembali: persekutuan mendahului individu. Aspek persekutuan Manusia yang diselamatkan dituntun untuk ambil bagian di dalam persekutuan. Mereka dibimbing untuk menjadi satu keluarga. Gereja merumuskan itu di dalam frasa persekutuan orang-orang kudus (communion sanctorum). Dosa membuat manusia tidak 49 lagi hidup dalam persekutuan. Kalau pun manusia tetap bertahan dalam persekutuan, ada banyak masalah dan persoalan yang mereka hadapi. Persekutuan menjadi hal yang hanya pro forma saja. Oleh sebab dosa manusia hidup yang diciptakan sebagai being in relation (berada dalam persekutuan) hidup sebagai being in alienation (berada dalam keterasingan). Manusia yang bukan kepala bagi ciptaan menjadi kepala atas ciptaan. Akibatnya sangat mengerikan; ia terasing dari dirinya sendiri, dari sesamanya, dari habitatnya dan dari Allah sumber hidupnya. Dalam keterasingan itu manusia terperosok makin jauh ke dalam dosa dan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Allah mengutus Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia tadi yang hasilnya adalah pembenaran, pengudusan dan penugasan. Manusia yang terasing dari dirinya, dari sesamanya dan dari Allah ditarik masuk oleh Allah ke dalam gereja untuk mengalami kembali hidup dalam arti yang sesungguhnya, yakni being in relation. Penguatan persekutuan itu terjadi dalam gereja yang memiliki tiga fungsi yang sudah kita sebut. Pertama, merawat pertumbuhan iman mereka yang dibenarkan oleh Allah melalui pemberitaan firman. Kedua, untuk mengefektifkan pengudusan manusia melalui perayaan sakramen. Ketiga, memimpin penugasan orang percaya lewat konstitusi gerejawi. Roh Kudus memampukan manusia untuk kembali hidup sebagai being in relation sebagai ganti being in 50 alienation. Manusia yang dibenarkan, dikuduskan dan ditugaskan Allah secara obyektif dalam karya Yesus Kristus oleh Roh Kudus dipanggil dan dihimpun menjadi satu umat baru. Wujud konkret dari persekutuan baru itu adalah dalam makan bersama di sekeliling meja (tafelgemeenschap).47 Jadi gereja adalah keluarga Allah yang bersekutu di sekeliling meja untuk ambil bagian dalam santapan keselamatan. Tafelgemeenschap Istilah ini menunjuk pada persekutuan di sekitar meja di mana terjadi perbuatan berbagi atau memecahkan roti. Pdt. Kuntadi Sumadikarya dalam sebuah ceramahnya di Abepura48 menunjukan bahwa hal “memecahkan roti” dan “berbagi roti” merupakan hal sangat sentral dari kata perusahaan. Kata perusahaan dalam bahasa Inggris company. Akar katanya berasal dari dua kata Latin cum (bersama-sama) dan panis (roti). Jadi company berarti orang yang memecahkan roti secara bersama-sama. Sayangnya, perusahaan- perusahaan saat ini lebih cenderung mengambil roti 47 J. Greven. “Jezus, Amen op de Schepping.” Dalam: Gereformeerd Theologische Tijdschrift. No. 1. Februari 1975 / Vijfenzeventigste Jaargang. Kampen: J.H. Kok. 1975. hlm. 5. 48 Pdt. Kuntadi Sumadikarya. “Pendidikan Kristen Sebagai Ziarah Spiritual. Kasus GKI Sinwil Jabar dan BPK Penabur.” Makalah yang dipresentasikan dalam Konsultasi Nasional Gereja dan Pendidikan Kristen Tahun 2012 di Abepura, 22-15 Nopember 2012. 51 untuk diri sendiri dan bukan berbagi roti dengan orang lain. Berbagi roti dengan orang lain yang merupakan arti sentral dari perusahaan juga merupakan komitmen dasariah persekutuan yang dibentuk oleh Yesus. Tafelgemeenschap yang diwujudkan Yesus sudah diantisipasi jauh hari dalam ritus-ritus peribadahan Israel dan berbagai akta sosial atau pertemuan raya lainnya. Binatang korban syukur yang darahnya dipersembahkan kepada Allah dagingnya harus dimakan bersama-sama oleh peserta ibadah bersama-sama dengan imam yang menjadi representasi kehadiran Allah (Im. 7:15; 8:31). D.J. Baarslag menjelaskan makna tradisi makan bersama yang dipraktekan secara luas oleh setiap komunitas masyarakat sebagai berikut. Gambaran tafelgemeenschap bagi orang timur merupakan simbol yang mengandung pesan yang sangat dalam dan kuat. Makan dan minum bersama menghadirkan suasana dunia ilahi dan persekutuan dengan Allah.49 Beberapa imam dalam agama pribumi menjelaskan makan bersama yang terjadi dalam setiap ritus tradisional mengandung pesan kesediaan dari tiap peserta ritus untuk membuat pesan dan nilai-nilai yang dijalani dalam ritus itu menjadi darah dan daging dalam hidup mereka pasca penyelenggaraan ritus dimaksud. 49 D.J. Baarslag Dzn. Gelijkenissen de Heeren. Baarn: Bosch & Keuning N.V. 1940. hlm. 114. 52 Pesan perdamaian dan keselamatan tampil secara nyata dalam ritual makan bersama. Ritus itu merupakan sebuah proklamasi kepada masyarakat bahwa ada persaudaraan yang rukun dan ramah serta keselamatan di antara orang-orang yang ambil bagian dalam ritus makan bersama. Joanne Shelter & Patricia Pruvis dua orang misionaris yang lama bekerja di tengah-tengah orang-orang Balangao menulis begini: “Mengunyah pinang adalah satu kebiasaan yang berfungsi sebagai alat mengakrabkan masyarakat. Makan bersama merupakan wujud dari saling menerima. Hal seperti ini dilakukan kalau orang Balangao bertemu dalam acara-acara sosial, waktu mereka berkumpul dan duduk dalam lingkaran untuk mencari jalan keluar dari masalah.”50 Permusuhan dan perseteruan tidak dikenal di antara mereka yang makan bersama dalam persekutuan. Dalam suasana inilah Yesus mengadakan atau menghadiri jamuan makan bersama dengan orang-orang berdosa.51 Wujud konkret dari persekutuan keselamatan yang Allah nyatakan di antara manusia adalah dalam makan bersama di sekeliling meja (tafelgemeenschap). Ingat juga Yohanes 6 yang menyebutkan bahwa orang- orang yang hidup dalam iman akan Kristus makan 50 Joanne Shetler & Patricia Purvis. Firman itu Datang Dengan Penuh Kuasa. hlm. 127. 51 D.J. Baarslag Dzn. Gelijkenissen de Heeren. hlm. 117. 53 daging dan minum darah Yesus Kristus.52 Suasana keselamatan ini ternyata berkorenspondensi secara terbalik dengan peristiwa jatuhnya manusia ke dalam dosa. Alkitab menunjukkan bahwa kejatuhan manusia ke dalam dosa terjadi justru ketika Adam dan Hawa makan buah pengetahuan baik dan jahat (Kej. 3:6-7). Di Eden manusia jatuh ke dalam dosa karena mereka makan. Isi perayaan keselamatan dalam persekutuan yang diciptakan Roh Kudus adalah makan bersama antara Yesus dan orang berdosa. Akta penyelesaian atas dosa diwujudkan Yesus dengan mengundang manusia makan bersama. Makan yang dijalani di Eden yang mendatangkan dosa berbeda dengan makan yang dirayakan di Kerajaan Allah. Makan yang mendatangkan dosa seperti yang terjadi di Eden dicirikan oleh tiga hal berikut: manusia itu makan sendiri-sendiri, makan sembunyi-sembunyi dan makan membelakangi Tuhan. Yudas mempertontonkan hal itu secara kasat mata dalam episode perjamuan paskah yang diselenggarakan Yesus dengan murid-murid. Begitu Ia menerima roti yang telah dicelupkan dari Yesus ia pun pergi, yakni membelakangi Yesus (Yoh. 13:26-30). Sikap Yudas ini menurut teks Yohanes tadi dan juga Lukas 22:3 adalah karena dia dirasuk Iblis. Ini paralel dengan cerita kejatuhan manusia dalam dosa dalam kitab Kejadian. Makan sendiri-sendiri, makan sembunyi-sembunyi dan makan membelakangi Tuhan 52 Karl Barth. The Faith of the Church. A Commentary on the Apostles‟ Creed according to the Catechism of Calvin . New York: Living age Books. 1958. hlm. 122. hlm. 154. 54 adalah perbuatan orang-orang yang hidupnya telah dipengaruhi oleh Iblis. Sedangkan makan yang dirayakan di dalam kerajaan Allah yang menjadi antisipasi dari jamuan makan yang Yesus adakan selama pelayanannya ditandai dalam tiga hal berikut: manusia makan bersama-sama, manusia makan secara terbuka (setiap orang mendapat jatah yang layak) dan makan di hadapan Allah. Tiga cara makan yang baru ini berkorespondensi dengan tiga isi karya pendamaian: pembenaran, pengudusan dan penugasan. Makan bersama-sama berhubungan dengan pembenaran (justification), makan secara terbuka dengan pengudusan (sanctification) dan makan di hadapan Tuhan berhubungan dengan penugasan (vocation). Baiklah korespondensi kelipatan tiga ini kita jelaskan satu demi satu. Pertama, pembenaran manusia oleh Yesus Kristus diimplementasikan ke dalam manusia oleh Roh Kudus dengan menyatukan manusia di sekeliling meja keselamatan untuk makan bersama-sama. Sakramen perjamuan kudus adalah akta yang menunjuk kepada karya pembenaran. Tafefgemeenschap juga merupakan tradisi yang dianggap sakral dalam berbagai ritus perdamaian dan pertemuan raya agama-agama manusia baik agama berkitab maupun agama asli di Indonesia. Dulunya, ketika masih hidup dalam keterasingan, manusia makan sendiri-sendiri. Akibatnya muncul kecurigaan di antara mereka yang makan. Yang satu mempersalahkan yang lain, seperti yang terjadi di Eden. Adam mempersalahkan Hawa, Hawa 55 mempersalahkan Allah yang menciptakan ular (Kej. 3:10-13). Di mana saja dan kapan saja jika ada orang yang makan sendiri-sendiri bakal muncul sikap saling mempersalahkan. Tidak ada kebenaran dan kejujuran dalam sikap makan seperti ini. Yang ada ialah kebenaran versi aku dan versi engkau. Kebenaran seperti itu memecah belah persekutuan dan merusak persaudaraan. Makan sendiri-sendiri bakal mendatangkan disharmoni dalam persekutuan. Kedua belas anak Yakub mengalami akibat buruk dari cara ayah Yakub mengajar anak-anaknya makan sendiri-sendiri. Permusuhan antara Esau dan Yakub juga dipicu oleh kebiasaan Isak yang suka makan sendiri-sendiri. Kalau saja Samuel tidak mencegah Isai yang menawarkan makan tanpa peduli dengan kehadiran Daud, maka bakal terjadi perang saudara di antara kedelapan anak Isai (I Sam. 16:11). Damai baru tercipta jika makanan didistribusikan secara merata untuk semua orang. Masao Takenaka mengatakan bahwa dalam bahasa Mandarin kata damai atau harmoni adalah wa yang berarti beras dan mulut. Jika mulut setiap manusia di dunia mendapat beras maka hidup akan jadi damai.53 Makanan bukan hanya memberi kekuatan. Ia juga menciptakan 53 Masao Takenaka. Nasi dan Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1993. hlm. 19. Diterjemahkan oleh Suparto Purbojuwono. 56 perdamaian. Makanan adalah simbol kehidupan kekal.54 Bagi orang primitif, ritus makan bersama mempunyai sifat keagamaan. Barang siapa makan, ia mendapat bagian kekuatan ilahi dan oleh kekuatan ilahi itu ia juga memperoleh bagian dari mereka yang bersama-sama makan dengan dia.55 Roh Kudus membawa manusia untuk bersekutu di satu meja untuk menyantap sajian keselamatan secara bersama-sama. Dengan makan bersama di satu meja tercipta habitus baru, yakni keberanian untuk berbagi sehingga semua orang bisa menikmati dan kenyang bersama. Egoisme berubah menjadi altruisme saat saudara-saudara berkumpul di satu meja makan. Park Jae Soon dengan sangat tepat merumuskan nilai tadi dalam kalimat berikut: “Gerakan persekutuan di meja makan (yang diprakarsai Yesus) adalah gerakan yang membebaskan manusia dri egoism kepada persekutuan sejati yang telah diperdamaikan.”56 Nilai ini mengkristal secara kasat mata dalam ritus tafelgemeenschap yang merupakan momen penuh kehangatan dan persaudaraan. 54 Choan-seng Song. Third-Eye Theology. Theology in Formation in Asian Settings. Revised Edition. New York: Orbis Book. 1991. hlm. 165. 55 A.G. Honig. Ilmu Agama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1994. hlm. 15. 56 Park Jae Soon. “Jesus‟ Table Community Movement and The Church.” Dalam: Asia Journal of Theology. Volume 7. No. 1. April. 1993. hlm. 74. 57 Di kalangan suku Meto di Timor ritus makan bersama ini disebut me tolas (meja makan suku).57 Mariana Ungirwalu menunjukan bahwa ritus serupa juga dipraktekkan oleh masyarakat suku-suku di kepulauan Maluku yang disebut dengan nama Meja Gandong. Me tolas adalah ritus makan bersama setelah panen atau usai musyawarah keluarga di mana para tetua suku mengambil keputusan tentang satu persoalan kemasyarakatan yang menentukan kehidupan seluruh anggota persekutuan. Meja gadong adalah jamuan yang diadakan oleh mempelai laki-laki untuk mem- perkenalkan istrinya kepada anggota keluarganya.58 Mereka tidak akan mulai menyantap hidangan jika ada anggota komunitas yang belum hadir. Pada saat akan mulai makan tiap-tiap orang memberi tahu semua yang hadir atau minta ijin satu sama lain. Mereka juga akan saling menunggu untuk menghabiskan makanan di piring secara bersama. Pantanglah jika seorang teman dalam kelompok menghabiskan makanannya lebih awal. Bagi anggota komunitas yang memang berhalangan hadir, makanan yang menjadi jatahnya akan dikirim ke rumahnya. Anggota-anggota yang sudah tiada juga diingat dalam jamuan itu. Jatah mereka disajikan dalam 57 Yaty Mella. Me Afu Bijeli Mei Afu Bijoba. Tinjauan Anthropologi Budaya tentang Pengrusakan Benda-Benda Bersejarah dari Marga Mella Sanam. Skripsi Sarjana Teologi. Kupang: Universitas Kristen Artha Wacana. 2003. 58 Anna Ungirwalu. Makna Meja Gandong. Suatu Analisis Anthropologi Budaya terhadap Adat Perkawinan di Paperu. Proposal Penulisan Thesis Magister Sosiologi Agama. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Juli 2012. 58

Description:
manusia lewat karya Yesus Kristus dan yang diperoleh Kudus memampukan manusia untuk kembali hidup “Jezus, Amen op de Schepping.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.