DDDIIIKKKTTTAAATTT AAANNNTTTRRROOOPPPOOOLLLOOOGGGIII PPPAAARRRIIIWWWIIISSSAAATTTAAA IIIDDDAAA BBBAAAGGGUUUSSS GGGDDDEEE PPPUUUJJJAAAAAASSSTTTAAAWWWAAA PPPRRROOOGGGRRRAAAMMM SSSTTTUUUDDDIII AAANNNTTTRRROOOPPPOOOLLLOOOGGGIII FFFAAAKKKUUULLLTTTAAASSS IIILLLMMMUUU BBBUUUDDDAAAYYYAAA UUUNNNIIIVVVEEERRRSSSIIITTTAAASSS UUUDDDAAAYYYAAANNNAAA 222000111777 111 KATA PENGANTAR Diktat ini disusun untuk melengkapi bahan ajar dalam mata kuliah Antropologi Pariwisata, yakni spesialisasi dari Ilmu Antropologi yang memfokuskan perhatiannya pada masalah- masalah sosial-budaya yang berkaitan dengan perkembangan sektor kepariwisataan. Pariwisata pada dasarnya merupakan fenomena multi dimensi yang mencakup dimensi ekonomi, politik, lingkungan, sosial-budaya dan lainnya. Meskipun di satu sisi perkembangan industri pariwisata lebih dipandang sebagai fenonena ekonomi atau bisnis, namun di sisi lain pariwisata juga merupakan fenomena perjumpaan kebudayaan yang memiliki implikasi sosial-budaya yang cukup kompleks. Kenyataan inilah antara lain yang mendorong Ilmu Antropologi untuk mengembangkan kajiannya guna memahami berbagai fenomena sosial-budaya yang terkait dengan perkembangan sektor kepariwisataan. Meski usianya masih relatif muda, namun keberadaan Antropologi Pariwisata diharapkan dapat memberi manfaat, baik manfaat akademos yang berkaitan pengembangan keilmuan, khususnya Ilmu Antropologi, maupun manfaat praktis yang berkaitan dengan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pembangunan di bidang kepariwisataan. Denpasar, 6 Juli 2017 Penulis i 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I DEFINISI, PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI DAN 1 KELAHIRAN ANTROPOLOGI PARIWISATA 1.1 Definisi 2 1.2 Perkembangan Antropologi dan Sejarah Kelahiran 2 Antropologi Pariwisata BAB II PENDEKATAN ANTROPOLOGI PARIWISATA 5 2.1 Pendekatan Diakronik 5 2.2 Pendekatan Sinkronik 8 BAB III KONSEP PARIWISATA DAN TIPOLOGI WISATAWAN 10 3.1 Konsep Legal Formal 10 3.2 Definisi Pariwisata dari Berbagai Dimensi 11 3.3 Tipologi Wisatawan 16 BAB IV TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN 20 KONSEP PERJUMPAAN KEBUDAYAAN 4.1 Taha-tahap Perkembangan Pariwisata 20 4.2 Beberapa Konsep Perjumpaan Kebudayaan 21 4.3 Akulturasi sebagai Strategi Antisipasi Perjumpaan 23 Kebudayaan 4.4 Bentuk-bentuk Pengaruh Pariwisata terhadap 25 Masyarakat Lokal BAB V PARIWISATA BUDAYA SEBAGAI KONSEP DASAR 26 PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI BALI BAB VI DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PARIWISATA 31 BAB VII OTONOMI DAERAH DAN PARIWISATA 36 BAB VIII PARIWISATA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT 39 BAB IX PARIWISATA SEBAGAI FENOMENA GLOBALISASI DAN 42 LOKALISASI BAB X BEBERAPA MASALAH KEPARIWISATAAN BALI 45 10.1 Ketimpangan 45 10.2 Kependudukan 47 10.3 Eksistensi Subak 49 Bab XI BEBERAPA PENDEKATAN SEBAGAI SOLUSI 53 DAFTAR PUSTAKA 57 ii 2 BAB I DEFINISI, PERKEMBANGAN ILMU ANTROPOLOGI DAN SEJARAH KELAHIRAN ANTROPOLOGI PARIWISATA 1.1 Definisi Pariwisata pada dasarnya merupakan fenomena multi dimensi atau yang mencakup : dimensi ekonomi, politik, lingkungan, sosial-budaya, dan lainnya. Oleh karenanya untuk memahami fenomena kepariwisataan secara menyeluruh dan mendalam diperlukan pendekatan yang bersifat multi disiplin seperti disiplin ilmu ekonomi, politik, lingkungan, antropologi, dan lainnya. Peran disiplin ilmu antropologi dalam pariwisata adalah untuk memahami fenomena-fenomena sosial-budaya yang berkaitan dengan bidang pariwisata. Dalam rangka itu lahirlah Antropologi Pariwisata yang didefinisikan sebagai ilmu bagian atau spesialisasi dari ilmu antropologi yang secara khusus memfokuskan perhatiannya pada masala-masalah sosial-budaya yang terkait dengan kepariwisataan. Perkembangan Antropologi Pariwisata dirintis oleh N.H. Graburn, melalui karyanya : The Anthropology of Tourism (1975). Sejak itu, Antropologi merupakan spesialisasi ilmu Antropologi yang memfokuskan perhatian pada masalah- masalah sosial-budaya yang terkait dengan bidang kepariwisataan. Peran Ilmu Antropologi menjadi semakin penting mengingat perkembangan pariwisata sebagai industri perjalanan telah menimbulkan implikasi sosial-budaya yang kompleks. Dimensi sosial-budaya yang menjadi fokus kajian Antropologi Pariwisata mencakup sistem sosial dan sistem budaya yang berkembang dalam rangka pariwisata. Sistem sosial yang dimaksud di sini adalah suatu sistem yang terwujud 1 sebagai tindakan berpola berkaitan dengan kedudukan dan peranan individu-individu dalam konteks pariwisata. Sedangkan sistem budaya merupakan seperangkat ide yang terdiri dari unsur-unsur nilai, norma, hukum, dan aturan yang menjadi pedoman bagi setiap tindakan dalam rangka pariwisata. 1.2 Perkembangan Ilmu Antropologi dan Sejarah Kelahiran Antropologi Pariwisata. Antropologi, ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaannya diperkirakan muncul pada pertengahan abad XIX. Ilmu antropologi dibangun dari data etnografi masyarakat non-Ero-Amerika (Asia, Afrika, oceania) dan merupakan bahan mentah ilmu Antropologi. Bila dibandingkan dengan perkembangan kebudayaan Ero-Amerika pada waktu itu, kebudayaan masyarakat non Ero-Amerika dipandang sebagai kebudayaan yang masih berada pada tingkat perkembangan yang rendah (sederhana). Erat kaitannya dengan pandangan tersebut, teori yang paling populer mendasari ilmu ini adalah teori evolusi kebudayaan, yang menjelaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan berkembang dari tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi (kompleks) yang didorong oleh kekuatan dari dalam (internal). Sedangkan ilmu Antropologi yang pada waktu itu dapat dikatakan sebagai ilmu orang-orang Eropa dan Amerika untuk mengakaji masyarakat dan kebudayaan non-Ero-Amerika yang relatif masih sederhana. Oleh karenanya, ilmu Anthripologi yang mendominasi tahap-tahap awal perkembangan Antropologi dapat dikategorikan sebagai Anthropology of Archaic Society atau Anthropoloy of Traditional Society Kemudian, sekitar awal abad XX terjadi perubahan yang cukup mendasar dalam rangka perkembangan masyarakat dan kebudaqyaan manusia, yaitu adanya gejala makin meluasnya 2 pengaruh peradaban modern (Barat) terhadap masyarakat dan kebudayaan non-Ero-Amerika. Bersamaan dengan kian meluasnya pengaruh peradaban Barat, makin berkurang pula masyarakat non-Ero-Amerika yang tidak tersentuh oleh pengaruh kebudayaan Barat. Atau dengan kata lain masyarakat dan kebudayaan tradisional kian banyak berubah akibat menyebarnya pengaruh peradaban Barat. Hal tersebut membawa implikasi terhadap fokus kajian ilmu Antropologi, yakni mengkaji masyarakat dan kebudayaan tradisional yang sedang mengalami perubahan. Sehubungan dengan itu Antropologi disebut Anthropology of Changing Native. Sejak sekitar awal tahun 1930 maka berkembang pula beberapa gejala baru yang dihadapi oleh ilmu Antropologi. Gejala-gejala yang dimaksud adalah : (1) Hilangnya masyarakat dan kebudayaan asli yang sama sekali bebas dari pengaruh peradaban barat; (2) Makin berkembangnya masyarakat dan kebudayaan dengan ciri-ciri kompleks (modern); (3) Makin bertambahnya Antropolog yang berasal dari masyarakat non-Ero-Amerika. Gejala-gejala tersbut merupakan perspektif bvru bagi perkembangan ilmu Antropologi baik dilihat dari subyek dan obyek ilmu tersebut. Begitu pula dalam hal memberikan tekanan kepada arti ilmu Antropologi yang makin mengarah kepada ilmu yang berfungsi ganda, baik sebagai ilmu teoritis (akademis) maupun sebagai ilmu terapan (praktis). Maka sejak fase ini berkembang suatu ilmu Antropologi yang dikategorikan sebagai Anthropology of Complex Society. Salah satu sisi kehidupan masyarakat kompleks adalah kian berkembangnya pranata untuk memenuhi dorongan keinginan manusia akan hiburan. Kehidupan masyarakat modern 3 yang bersifat kompleks ditandai dengan penggunaan energi, waktu, dan pikiran yang intensif. Hal tersebut menyebabkan terakumulasinya kelelahan fisik dan pikiran yang menuntut adanya penyegaran kembali (refreshing) dengan menikmati berbagai jenis hiburan. Pada masyarakat modern pemenuhan tuntutan akan hiburan atau memanfaatkan waktu luang merupakan kebutuhan yang sangat penting, meskipun untuk itu orang harus menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Dalam perkembangan selanjutnya, upaya-upaya pemenuhan akan hiburan tersebut dikelola secara lebih intensif sehingga melahirkan bentuk industri pariwisata seperti yang dikenal sekarang ini, di mana keberadaannya menimbulkan berbagai fenomena yang berpengaruh signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Fenomena yang dimaksud di antaranya adalah berkembangnya fenomena sosial-budaya berkaitan dengan perkembangan industri pariwisata. Atau dengan kata lain keberadaan pariwisata disadari sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi dinamika sosial-budaya masyarakat. Kenyataan tersebut mendorong ilmu Antropologi untuk mengembangkan kajiannya pada masalah-masalah sosial- budaya yang berkaitan dengan bidang pariwisata. Berdasarkan hal tersebut lahirlah ilmu Antropologi Pariwisata yang merupakan spesialisasi ilmu Antropologi yang memfokuskan kajiannya pada masalah-masalah sosial-budaya yang berkaitan dengan bidang pariwisata. Kehadiran Antropologi Pariwisata diharapkan dapat berperan bagi perkembangan dan pengembangan pariwisata yang lebih memberikan manfaat positif bagi kehidupan sosial-budaya masyarakat seperti revitalisasi dan konservasi budaya. 4 BAB II PENDEKATAN ANTROPOLOGI PARIWISATA 2.1 Pendekatan Diakronik Pendekatan ini berpijak pada gejala perubahan atau perkembangan sosial-budaya sebagai doktrin pokok. Dalam hal ini pariwisata diasumsikan sebagai variabel bebas atau faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan sosial-budaya. Perubahan atau perkembangan sebagai doktrin pokok diakronis dapat terwujud dalam empat model berdasarkan indikator- indikator sebagai berikut. (a)Indikator Waktu Pemahaman terhadap fenomena perubahan dapat dilakukan dengan menggunakan indikator waktu, yakni melalui komparasi atau perbandingan antara kondisi sosial-budaya sebelum adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan dan kondisi sosial-budaya setelah adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan. Pendekatan ini dapat digunakan untuk memahami pengaruh atau dampak pariwisata terhadap aspek-aspek sosial- budaya pada masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan studi komparasi atau perbandingan mengenai kondisi sosial-budaya pada waktu sebelum dan sesudah berkembangnya sektor pariwisata pada masyarakat tertentu. Misalnya, seorang peneliti ingin memahami bagaimana pengaruh pariwisata terhadap eksisitensi sistem subak di suatu tempat di Bali. Masalah tersebut dapat difahami dengan melakukan studi komparasi atau perbandingan mengenai keberadaan berbagai komponen sistem subak (seperti luas lahan, sistem organisasi, infrastruktur, dan lain sebagainya) 5 pppaaadddaaa wwwaaakkktttuuu ssseeebbbeeellluuummm dddaaannn ssseeesssuuudddaaahhh bbbeeerrrkkkeeemmmbbbaaannngggnnnyyyaaa pppaaarrriiiwwwiiisssaaatttaaa... AAApppaaabbbiiilllaaa hhhaaasssiiilll pppeeerrrbbbaaannndddiiinnngggaaannn ttteeerrrssseeebbbuuuttt mmmeeennnuuunnnjjjuuukkkkkkaaannn aaadddaaannnyyyaaa pppeeerrrbbbeeedddaaaaaannn---pppeeerrrbbbeeedddaaaaaannn,,, ssseeepppeeerrrtttiii mmmaaakkkiiinnn pppeeennnyyyeeemmmpppiiitttaaannn llluuuaaasss lllaaahhhaaannn pppeeerrrtttaaannniiiaaannn aaakkkiiibbbaaattt aaallliiihhh fffuuunnngggsssiii lllaaahhhaaannn,,, bbbeeerrrkkkuuurrraaannngggnnnyyyaaa ooorrrgggaaannniiisssaaasssiii sssuuubbbaaakkk,,, ttteeerrrgggaaannngggggguuunnnyyyaaa iiinnnfffrrraaassstttrrruuukkktttuuurrr sssuuubbbaaakkk,,, dddaaannn lllaaaiiinnn ssseeebbbaaagggaaaiiinnnyyyaaa,,, mmmaaakkkaaa hhhaaalll ttteeerrrssseeebbbuuuttt mmmeeennnuuunnnjjjuuukkkkkkaaannn bbbaaahhhwwwaaa pppeeerrrkkkeeemmmbbbaaannngggaaannn pppaaarrriiiwwwiiisssaaatttaaa ttteeelllaaahhh mmmeeennnyyyeeebbbaaabbbkkkaaannn ttteeerrrjjjaaadddiiinnnyyyaaa pppeeerrruuubbbaaahhhaaannn ttteeerrrhhhaaadddaaappp kkkeeebbbeeerrraaadddaaaaaannn sssiiisssttteeemmm sssuuubbbaaakkk... SSSkkkeeemmmaaa PPPeeerrruuubbbaaahhhaaannn BBBeeerrrdddaaasssaaarrrkkkaaannn dddiiimmmeeennnsssiii wwwaaakkktttuuu (((bbb))) IIInnndddiiikkkaaatttooorrr RRRuuuaaannnggg KKKooonnnssseeekkkwwweeennnsssiii lllooogggiiisss dddaaarrriii pppaaarrriiiwwwiiisssaaatttaaa ssseeebbbaaagggaaaiii fffeeennnooommmeeennnaaa pppeeerrrjjjuuummmpppaaaaaannn aaatttaaauuu kkkooonnntttaaakkk bbbuuudddaaayyyaaa aaadddaaalllaaahhh ttteeerrrjjjaaadddiiinnnyyyaaa ppprrrooossseeesss pppeeerrruuubbbaaahhhaaannn aaatttaaauuu pppeeerrrkkkeeemmmbbbaaannngggaaannn sssooosssiiiaaalll---bbbuuudddaaayyyaaa yyyaaannnggg dddiiissseeebbbaaabbbkkkaaannn ooollleeehhh pppeeerrrssseeebbbaaarrraaannn uuunnnsssuuurrr---uuunnnsssuuurrr kkkeeebbbuuudddaaayyyaaaaaannn dddaaarrriii sssuuuaaatttuuu ttteeemmmpppaaattt kkkeee ttteeemmmpppaaattt yyyaaannnggg lllaaaiiinnn (((ppprrrooossseeesss dddiiifffuuusssiii)))... SSSeeepppeeerrrtttiii dddiiikkkeeetttaaahhhuuuiii bbbaaahhhwwwaaa pppaaarrriiiwwwiiisssaaatttaaa pppaaadddaaa dddaaasssaaarrrnnnyyyaaa mmmeeerrruuupppaaakkkaaannn fffeeennnooommmeeennnaaa kkkooonnntttaaakkk aaatttaaauuu pppeeerrrjjjuuummmpppaaaaaannn aaannntttaaarrrkkkeeebbbuuudddaaayyyaaaaaannn,,, dddiii mmmaaannnaaa mmmaaasssyyyaaarrraaakkkaaattt tttuuuaaannn rrruuummmaaahhh dddiiihhhaaadddaaapppkkkaaannn dddeeennngggaaannn bbbuuudddaaayyyaaa pppaaarrriiiwwwiiisssaaatttaaa dddaaannn bbbuuudddaaayyyaaa wwwiiisssaaatttaaawwwaaannn... UUUnnntttuuukkk iiitttuuu 666 tuan rumah dituntut untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian seperti menggunakan bahasa, norma-norma, fasilitas-fasilitas, dan unsur-unsur budaya asing lainnya. Disadari atau tidak, keberadaan unsur-unsur budaya luar tersebut lambat laun akan diserap ke dalam kebudayaan tuan rumah. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadi perubahan-perubahan sosial-budaya pada masyarakat tuan rumah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka studi mengenai proses difusi kebudayaan dalam konteks pariwisata adalah : (1) Difusi atau persebaran kebudayaan tidak terjadi secara utuh atau totalitas, melainkan bersifat parsial, yakni unsur-unsur tertentu saja. (2) Unsur-unsur kebudayaan yang didifusikan mengalami penyesuaian-penyesuaian dalam hal bentuk, struktur, fungsi, dan makna di lingkungan kebudayaan penerima. (c) Indikator Tingkat Pariwisata juga dapat menimbulkan proses perubahan atau perkembangan aspek sosial-budaya dari tingkat rendah atau sederhana menuju tingkat yang lebih tinggi atau kompleks. Misalnya, dalam bidang pertanian dapat terjadi perubahan pola- pola teknologi pertanian dari pertanian subsisten (untuk memenuhi konsumsi keluarga) menjadi pertanian industri untuk memenuhi tuntutan bisnis pariwisata. Hal tersebut dapat difahami sebagai suatu bentuk perkembangan dari sistem pertanian tradisional menuju sistem pertanian yang lebih modern. 7
Description: